Anda di halaman 1dari 12

Abel Manuah

041725484

No Tugas Tutorial 3
1 Membuat peta konsep tentang :
a. Mekanisme Penagihan Pajak
b. Penagihan Dengan Surat Paksa dan Hak Wajib Pajak

1.

Keterangan Gambar:
1. Proses penagihan dimulai dari adanya dasar penagihan yang terdiri dari Surat Tagihan
Pajak (STP), Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar (SKPKB), Surat Ketetapan Pajak
Tambahan (SKPKBT), Surat Keputusan Pembetulan (SK Pembetulan), Surat Keputusan
Keberatan (SK Keberatan), Putusan Banding, dan Putusan Peninjauan Kembali tidak
disengketakan oleh Anda.
2. Jatuh tempo dasar penagihan adalah 1 (satu) bulan sejak terbit. Apabila dalam jangka
waktu tersebut, Penanggung Pajak tidak mengajukan permohonan angsuran/penundaan
dan tidak melunasi hingga jatuh tempo, maka setelah lewat waktu 7 (tujuh) hari sejak
jatuh tempo akan dikeluarkan Surat Teguran.
3. Akan dikeluarkan Surat Paksa (SP) setelah lewat waktu 21 (dua puluh satu) hari sejak
diterbitkannya Surat Teguran oleh Jurusita secara langsung apabila Penanggung Pajak
belum melunasi utang pajaknya.
a. Jurusita dapat melakukan melakukan pengumuman di media massa,
pemblokiran, pencegahan, dan penyanderaan terhadap penanggung pajak yang
belum melunasi utang pajak dan biaya penagihan tanpa menunggu jatuh tempo.
b. Apabila penanggung pajak mempunyai utang pajak sekurang-kurangnya Rp 100
juta dan diragukan itikad baiknya dalam melunasi utang pajak, dapat dilakukan
pencegahan dan penyanderaan.
c. Jangka waktu penyanderaan 6 (enam) bulan dapat diperpanjang maksimal 6
(enam) bulan. Penyanderaan tidak menghapus utang pajak dan penagihan tetap
dilaksanakan.
4. Apabila sampai batas waktu Surat Paksa (SP) Penanggung Pajak belum melunasi utang
pajaknya, maka setelah lewat waktu 2 x 24 jam (dua kali dua puluh empat jam) akan
diterbitkan Surat Perintah Melaksanakan Penyitaan (SPMP)
a. Surat Pencabutan Sita diterbitkan oleh Jurusita apabila Penanggung Pajak telah
melunasi utang pajak dan biaya penagihan atau berdasarkan keputusan
pengadilan.
5. Pejabat lelang akan melakukan pengumuman lelang apabila setelah lewat waktu
14 (empat belas hari ) sejak tanggal penyitaan, Penanggung Pajak belum juga melunasi
utang pajak dan biaya penagihannya.
6. Pelaksanaan lelang dilaksanakan setelah lewat waktu 14 (empat belas) hari sejak
pengumuman lelang apabila penanggung pajak tidak membayar utang pajak dan biaya
penagihannya.
b.

Hak Wajib Pajak


Anda dapat
Untuk mengajukan
SKPKB/SKPKBT gugatan atas
mulai Tahun Pajak pelaksanaan Surat
Anda dapat Anda dapat 2008 sampai Paksa, Surat Anda dapat
mengajukan mengajukan sekarang yang Perintah mengajukan Anda dapat
angsuran dan Permohonan tidak disetujui oleh Melaksanakan gugatan atas Mengajukan
penundaan pengurangan atau Anda pada saat Penyitaan, atau pelaksanaan sanggahan atas
pembayaran utang penghapusan pembahasan akhir Pengumuman penyanderaan ke objek sita
pajak sanksi administrasi pemeriksaan, Lelang, Keputusan Pengadilan Negeri
penagihan pajak Pencegahan dalam
menjadi Rangka Penagihan
tertangguh Pajak ke
Pengadilan Pajak
Jawablah pertanyaan berikut dengan baik dan jelas :
a. Jelaskan menurut Anda apakah makna dan perbedaan surat ketetapan pajak yang
sekarang dengan zaman official assessment

Dalam sistem pemungutan pajak Official Assessment, wajib pajak bersifat pasif dan pajak
terutang baru ada setelah dikeluarkannya surat ketetapan pajak oleh fiskus. Sistem
pemungutan pajak ini bisa diterapkan dalam pelunasan Pajak Bumi Bangunan (PBB) atau jenis
pajak daerah lainnya. Dalam pembayaran PBB, KPP merupakan pihak yang mengeluarkan
surat ketetapan pajak berisi besaran PBB terutang setiap tahunnya. Jadi, wajib pajak tidak perlu
lagi menghitung pajak terutang melainkan cukup membayar PBB berdasarkan Surat
Pembayaran Pajak Terutang (SPPT) yang dikeluarkan oleh KPP tempat objek pajak terdaftar.
Ciri-ciri sistem perpajakan Official Assessment:

 Besarnya pajak terutang dihitung oleh petugas pajak.


 Wajib pajak sifatnya pasif dalam perhitungan pajak mereka.
 Pajak terutang ada setelah petugas pajak menghitung pajak yang terutang dan
menerbitkan surat ketetapan pajak.
 Pemerintah memiliki hak penuh dalam menentukan besarnya pajak yang wajib
dibayarkan.

b. Jelaskan apakah setiap wajib pajak selalu akan menerima surat ketetapan pajak ?
Pada prinsipnya, sebagaimana diatur dalam Pasal 12 UU KUP, setiap wajib pajak wajib
membayar pajak yang terutang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
perpajakan dengan tidak menggantungkan pada adanya surat ketetapan pajak.

Sistem ini dikenal dengan sebutan self assessment, di mana wajib pajak sendiri yang
menghitung, menyetor dan melaporkan pajak terutang dalam surat pemberitahuan (SPT) masa
maupun SPT tahunan.

Kendati demikian, UU KUP memberikan ruang bagi otoritas pajak untuk menguji laporan pajak
tersebut. Pengujiannya disebut pemeriksaan untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban
perpajakan yang diatur dalam Pasal 29 UU KUP. Hasil pemeriksaan tersebut berupa surat
ketetapan pajak.

c. Apakah atas permohonan pengembalian kelebihan pembayaran pajak menurut SPT


selalu dikabulkan? Jelaskan !
Dalam pengajuan pengembelian kelebihan bayar, Anda dapat memilih untuk dilakukan proses
Pengembalian Pendahuluan maupun proses Restitusi biasa.

Proses Pengembalian Pendahuluan hanya dapat dilakukan untuk Wajib Pajak tertentu. Proses
pengembalian lebih cepat karena hanya dilakukan penelitian namun di masa yang akan datang
dimungkinkan dilanjutkan dengan pemeriksaan apabila ditemukan data baru. Lebih lanjut
mengenai Pengembalian Pendahuluan dapat diakses melalui tautan ini.

Sementara untuk proses restitusi selain pengembalian pendahuluan, proses pengembalian


dilakukan melalui pemeriksaan. Jangka waktu pemeriksaan paling lama 12 (dua belas) bulan
sejak surat permohonan diterima secara lengkap.

Apabila dalam penyampaian SPT menyatakan lebih bayar namun tidak disertai permohonan
Pengembalian Pendahuluan, sehingga tidak diterbitkan Surat Keputusan Pengembalian
Pendahuluan Kelebihan Pajak, maka akan ditindaklanjuti dengan prosedur pemeriksaan.

d. Jelaskan tujuan pembuat Undang-Undang memberikan wewenang kepada


adminstrasi perpajakan untuk menerbitkan SKP KBT atau SKP LBT !
Alasan pertama diterbitkannya SKPKB adalah hasil pemeriksaan pajak bahwa pajak terutang
kurang dibayar oleh Wajib Pajak. Keterangan lain pada ayat ini sekarang dilakukan
pemeriksaan data konkret.
Istilah data konkret berasal dari penjelasan Pasal 13 ayat (1) Undang-Undang KUKP.
Keterangan lain tersebut adalah data konkret yang diperoleh atau dimiliki oleh Direktur Jenderal
Pajak, antara lain berupa hasil konfirmasi faktur pajak dan bukti pemotongan Pajak
Penghasilan. Wewenang yang diberikan oleh ketentuan peraturan perundang-undangan
perpajakan kepada Direktur Jenderal Pajak untuk melakukan koreksi fiskal tersebut dibatasi
sampai dengan kurun waktu 5 (lima) tahun.
Peraturan Pemerintah nomor 74 tahun 2014 merinci maksud data konkret, yaitu:
 hasil klarifikasi/konfirmasi Faktur Pajak;
 bukti pemotongan Pajak Penghasilan;
 data perpajakan terkait dengan Wajib Pajak yang tidak menyampaikan SPT dalam
jangka waktu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (3) UU KUP dan setelah
ditegur secara tertulis Wajib Pajak tidak menyampaikan SPT pada waktunya
sebagaimana ditentukan dalam surat teguran; atau
 bukti transaksi atau data yang dapat digunakan untuk menghitung kewajiban perpajakan
Wajib Pajak.
Pengalaman selama ini, kebanyakan pemeriksaan data konkret berasal dari faktur pajak yang
tidak dilaporkan di SPT Masa PPN. Sistem faktur pajak elektronik memudahkan petugas pajak
untuk memonitor faktur pajak yang sudah diterbitkan oleh PKP. Artinya, PKP sudah memungut
PPN tetapi belum disetorkan ke Kas Negara. Maka ditagih dengan SKPKB.
Alasan kedua diterbitkannya SKPKB adalah adanya Surat Teguran. Wajib Pajak tidak
menyampaikan SPT sesuai batas akhir penyampaian SPT. Kantor pajak menerbitkan Surat
Teguran untuk menyampaikan SPT. Wajib Pajak tidak menyampaikan SPT sesuai waktu yang
ditentukan dalam Surat Teguran.
Dalam hal sudah mendapat Surat Teguran, kemudian Wajib Pajak tidak menyampaikan SPT,
selanjutnya dilakukan pemeriksaan maka ada sanksi administrasi yang dapat dikenai yaitu:
 50% dari PPh yang tidak atau kurang dibayar dalam satu tahun pajak;
 100% dari PPh yang tidak atau kurang dipotong, tidak atau kurang dipungut, tidak
atau kurang disetor;
 100% dari PPN yang tidak atau kurang dibayar.
Alasan ketiga diterbitkannya SKPKB adalah PPN atau PPnBM yang tidak seharusnya
dikompensasi atau tidak seharusnya dikenai tarif 0% (ekspor). Penerbitan SKPKB ini
berdasarkan hasil pemeriksaan pajak, baik pemeriksaan biasa maupun pemeriksaan data
konkret. Pada saat menghitung pajak yang kurang bayar, pemeriksa menambahkan sanksi
administrasi sebesar 100% dari PPN dan PPnBM yang tidak atau kurang dibayar.
Alasan keempat diterbitkannya SKPKB adalah Wajib Pajak tidak sepenuhnya
menyelenggarakan pembukuan sehingga tidak dapat diketahui besarnya pajak yang terutang.
Kuncinya adalah pemeriksa tidak dapat menghitung pajak terutang sesuai keadaan sebenarnya
berdasarkan pembukuan. Karena tidak dapat menghitung dari pembukuan, maka pemeriksa
menghitung pajak tidak berdasarkan pembukuan tetapi berdasarkan penghitungan secara
jabatan.
Alasan kelima diterbitkannya SKPKB adalah Wajib Pajak sudah memenuhi syarat objektif
dan subjektif untuk berNPWP atau dikukuhkan sebagai PKP. Ini salah satu alasan bahwa
walaupun Wajib Pajak sudah memilih untuk dikukuhkan sebagai PKP, tetapi dalam hal kantor
pajak memiliki bukti bahwa sebelum PKP sudah memenuhi persyaratan PKP maka terhadap
Wajib Pajak tersebut harus diterbitkan SKPKB. Begitu juga dengan yang baru terdaftar. SKPKB
dapat diterbitkan ke tahun pajak sebelum NPWP terbit.
e. Apabila ternyata pada bulan Juni 2012 telah diterbitkan SKP Nihil PPh Tahun 2010,
tindakan apa yang dilakukan oleh wajib pajak?
Wajib pajak melakukan pembetulan SPT Tahun 2011 dan 2012 disesuaikan dengan SKP Nihil
2010

f. Apakah perbedaan dan persamaan antara Surat Ketetapan Pajak dengan Surat
Tagihan Pajak ?
Perbedaan SKP dan STP adalah SKP (Surat Ketetapan Pajak) adalah surat yang diterbitkan
atas hasil pemeriksaan untuk menetapkan bahwa wajib pajak memiliki kurang bayar, lebih
bayar atau nihil yang diakibatkan ketidakbenaran dalam mengisi SPT sedangkan STP (Surat
Tagihan Pajak) adalah surat yang dikeluarkan untuk melakukan penagihan atas tagihan pajak
atau sanksi administrasi.
 Surat Ketetapan Pajak (SKP)
SKP adalah surat yang diterbitkan atas hasil pemeriksaan untuk menetapkan bahwa wajib
pajak memiliki kurang bayar, lebih bayar atau nihil yang diakibatkan ketidakbenaran dalam
mengisi SPT.
Fungsi SKP:
1. Untuk melakukan koreksi fiskal atas WP yang tidak memenuhi kewajiban formal dan
materiil dalam memenuhi ketentuan perpajakan.
2. Untuk memberikan sanksi administrasi kepada WP yang melanggar.
3. Untuk mengembalikan kelebihan pajak
4. Untuk menginformasikan jumlah pajak terutang dari WP
 Surat Tagihan Pajak (STP)
Surat tagihan pajak adalah surat yang dikeluarkan untuk melakukan penagihan atas tagihan
pajak atau sanksi administrasi.
Fungsi STP:
 Untuk menagih koreksi jumlah pajak terutang menurut SPT Wajib Pajak
 Untuk menagih sanksi berupa bunga atau denda .
g. Apakah sanksi berupa kenaikan pajak dapat ditagih melalui penerbitan STP ?
UU KUP Pasal 14 (1)
Direktur Jenderal Pajak dapat menerbitkan Surat Tagihan Pajak apabila:
3. Wajib Pajak dikenai sanksi administrasi berupa denda dan/atau bunga;

Seperti yang tertera di Pasal 14 ayat (1) huruf c UU KUP, sanksi administrasi yang dapat
ditagih dengan STP hanya berupa denda dan/ atau bunga, artinya tidak mungkin terbit STP
atas penagihan sanksi kenaikan.
h. Apabila juru sita pajak menyampaikan surat paksa sedangkan di tempat tersebut
tidak ditemui wajib pajak, apakah penyampaian surat paksa dapat dilaksanakan ?
Menurut
PMK NOMOR 189/PMK.03/2020

TENTANG

TATA CARA PELAKSANAAN PENAGIHAN PAJAK ATAS JUMLAH PAJAK YANG MASIH
HARUS DIBAYAR
Pasal 17
(1) Dalam hal pemberitahuan Surat Paksa kepada pihak sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 13 tidak dapat dilaksanakan, Surat Paksa
disampaikan melalui Pemerintah Daerah setempat.
(2) Dalam hal Penanggung Pajak tidak diketahui tempat tinggalnya, tempat
usaha, atau tempat kedudukannya, penyampaian Surat Paksa
dilaksanakan dengan menempelkan Surat Paksa pada papan
pengumuman di kantor Pejabat yang menerbitkannya, mengumumkan
melalui media massa, atau cara lain.
(3) Dalam hal pihak yang dimaksud dalam Pasal 13 menolak untuk
menerima Surat Paksa, Jurusita Pajak meninggalkan Surat Paksa
dimaksud dan mencatatnya dalam berita acara bahwa Penanggung Pajak
menolak untuk menerima Surat Paksa, dan Surat Paksa dianggap telah
diberitahukan.
i. Apa yang terjadi kalau wajib pajak memang tidak mempunyai harta untuk membayar
utang pajak ?
Menurut
PMK NOMOR 189/PMK.03/2020

TENTANG

TATA CARA PELAKSANAAN PENAGIHAN PAJAK ATAS JUMLAH PAJAK YANG MASIH
HARUS DIBAYAR
Pasal 6
Pelaksanaan tindakan penagihan Pajak terhadap Penanggung Pajak
atas Wajib Pajak orang pribadi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5
huruf a dilakukan terhadap:
a. orang pribadi bersangkutan yang bertanggung jawab atas seluruh
Utang Pajak dan Biaya Penagihan Pajak;
b. istri dari Wajib Pajak orang pribadi bersangkutan yang bertanggung
jawab atas seluruh Utang Pajak dan Biaya Penagihan Pajak, dalam
hal pelaksanaan hak dan pemenuhan kewajiban perpajakannya
digabungkan sebagai satu kesatuan;
c. salah seorang ahli waris, pelaksana wasiat, atau pihak yang
mengurus harta peninggalan, yang bertanggung jawab atas Utang
Pajak dan Biaya Penagihan Pajak paling banyak sebesar jumlah harta
warisan yang belum terbagi, dalam hal Wajib Pajak telah meninggal
dunia dan harta warisan belum terbagi;
d. para ahli waris yang bertanggung jawab atas Utang Pajak dan Biaya
Penagihan Pajak paling banyak sebesar porsi harta warisan yang
diterima oleh masing-masing ahli waris, dalam hal Wajib Pajak telah
meninggal dunia dan harta warisan telah dibagi;
e. wali bagi anak yang belum dewasa yang bertanggung jawab atas
Utang Pajak dan Biaya Penagihan Pajak sebesar:
1. paling banyak sebesar jumlah harta anak yang belum dewasa yang
berada dalam perwaliannya; atau
2. seluruh Utang Pajak dan Biaya Penagihan Pajak, dalam hal Pejabat
dapat membuktikan bahwa wali yang bersangkutan mendapat manfaat
dari pelaksanaan kepengurusan harta tersebut;
f. pengampu bagi orang yang berada dalam pengampuan yang
bertanggung jawab atas Utang Pajak dan Biaya Penagihan Pajak
sebesar:
1. paling banyak sebesar jumlah harta orang yang berada dalam
pengampuannya; atau
2. seluruh Utang Pajak dan Biaya Penagihan Pajak, dalam hal Pejabat
dapat membuktikan bahwa pengampu yang bersangkutan mendapat
manfaat dari pelaksanaan kepengurusan harta tersebut.

(2) Dalam hal harta kekayaan Wajib Pajak yang dinyatakan pailit tidak
mencukupi untuk melunasi Utang Pajak, tindakan penagihan Pajak
dilakukan kepada Penanggung Pajak sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 7 ayat (1) huruf b.

j. Jelaskan perbedaan pengertian keberatan membayar pajak pada waktu dilakukan


penagihan dengan keberatan atas ketetapan pajak ?

Keberatan atas ketetapan pajak

Wajib Pajak dapat mengajukan keberatan hanya kepada Direktorat Jenderal Pajak atas suatu:

1. Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar (SKPKB),


2. Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan (SKPKBT),
3. Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar (SKPLB),
4. Surat Ketetapan Pajak Nihil (SKPN),
5. pemotongan atau pemungutan pajak oleh pihak ketiga berdasarkan ketentuan
peraturan perundang-undangan perpajakan.

Wajib Pajak hanya dapat mengajukan keberatan terhadap materi atau isi dari surat ketetapan
pajak, yang meliputi jumlah rugi berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan
perpajakan, jumlah besarnya pajak, atau terhadap materi atau isi dari pemotongan atau
pemungutan pajak
Keberatan membayar pajak pada waktu dilakukan penagihan

Gugatan adalah upaya hukum yang dapat dilakukan oleh Wajib Pajak atau penanggung Pajak
terhadap pelaksanaan penagihan Pajak atau terhadap keputusan yang dapat diajukan Gugatan
berdasarkan peraturan perundang-undangan perpajakan yang berlaku.

Wajib Pajak berhak:

1. Anda dapat mengajukan angsuran dan penundaan pembayaran utang pajak


2. Anda dapat mengajukan Permohonan pengurangan atau penghapusan sanksi administrasi
3. Untuk SKPKB/SKPKBT mulai Tahun Pajak 2008 sampai sekarang yang tidak disetujui oleh
Anda pada saat pembahasan akhir pemeriksaan, penagihan pajak menjadi tertangguh
4. Anda dapat mengajukan gugatan atas pelaksanaan Surat Paksa, Surat Perintah
Melaksanakan Penyitaan, atau Pengumuman Lelang, Keputusan Pencegahan dalam Rangka
Penagihan Pajak ke Pengadilan Pajak
5. Anda dapat mengajukan gugatan atas pelaksanaan penyanderaan ke Pengadilan Negeri
6. Anda dapat Mengajukan sanggahan atas objek sita

k. Jelaskan alasan kesalahan dalam proses penagihan juga diselesaikan melalui


gugatan ke PP !
Menurut
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 14 TAHUN 2002
TENTANG
PENGADILAN PAJAK
BAB III
KEKUASAAN PENGADILAN PAJAK
Pasal 31
(1) Pengadilan Pajak mempunyai tugas dan wewenang memeriksa dan memutus Sengketa
Pajak.
(2) Pengadilan Pajak dalam hal Banding hanya memeriksa dan memutus sengketa atas
keputusan keberatan,
kecuali ditentukan lain oleh peraturan perundang-undangan yang berlaku.
(3) Pengadilan Pajak dalam hal Gugatan memeriksa dan memutus sengketa atas pelaksanaan
penagihan Pajak
atau Keputusan pembetulan atau Keputusan lainnya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23
ayat (2)
Undang-undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan
sebagaimana
telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-undang Nomor 16 Tahun 2000 dan
peraturan
perundang-undangan perpajakan yang berlaku

l. Apakah alasan adanya hak untuk mengajukan peninjauan kembali putusan PP !


Apabila Wajib Pajak masih belum puas dengan Putusan Banding, maka Wajib Pajak masih
memiliki hak mengajukan Peninjauan Kembali kepada Mahkamah Agung
Peninjauan Kembali hanya dapat diajukan berdasarkan alasan:
1. Bila putusan pengadilan pajak didasarkan pada kebohongan atau tipu muslihat pihak lawan
yang diketahui setelah perkaranya diputus atau didasarkan pada bukti-bukti yang kemudian
oleh hakim pidana dinyatakan berlaku
2. Apabila terdapat bukti tertulis baru yang penting dan bersifat menentukan, yang apabila
diketahui pada tahap persidangan di pengadilan pajak akan menghasilkan putusan yang
berbeda.
3. Apabila telah dikabulkan suatu hal yang tidak dituntut atau lebih dari pada yang dituntut,
kecuali yang diputus berdasarkan Pasal 80 ayat (1) huruf b dan c.
Isi dari Pasal 80 ayat (1) huruf b dan c:
1.
1. Putusan Pengadilan Pajak dapat berupa:
a. mengabulkan sebagian atau seluruhnya;
b. menambah Pajak yang harus dibayar
4. Apabila mengenai suatu bagian dari tuntutan belum diputus tanpa mempertimbangkan
sebab-sebabnya.
5. Apabila terdapat suatu putusan yang nyata-nyata tidak sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.

Anda mungkin juga menyukai