Anda di halaman 1dari 3

Tugas 1 Studi Kasus Perpajakan

Nama : Ainul Ilmar Purnama Rahardi


NIM : 041476721

Soal

PT Cipta Kereta Kencana adalah sebuah perusahaan karoseri kendaraan bermotor yang berlokasi di
kota Malang-Jawa Timur yang berdiri sejak 25 tahun silam. PT Cipta Kencana ini merupakan
perusahaan keluarga yang telah dimiliki secara turun temurun oleh pengusaha keturunan Tionghoa,
yang baru-baru ini dipimpin oleh seorang perempuan muda bernama Bun Sui Lie, setelah ayahnya
wafat. PT Cipta Kereta Kencana sebagai perusahaan apabila digolongkan ukuran usahanya adalah
termasuk perusahaan karoseri berskala sedang. Domisili PT Cipta Kereta Kencana sebagai tempat
usaha baik work-shop maupun kantor administrasinya tepat berkedudukan di Jl Duduksampean No
55 -56, Kidul Pasar, Malang. Perusahaan karoseri kendaraan ini memiliki kapasitas produksi dalam
membuat karoseri kendaraan angkutan bus dan truk secara rata-rata sebanyak 5 kendaraan setiap
bulannya, dengan nilai transaksi sebesar Rp 2.000.000.000,- . Suatu ketika saat PT Cipta Kereta
Kencana harus menyelesaikan kendaraan pesanan dari para costumer-nya, perusahaan tersebut
mengalami kesulitan aliran dana tunai (cash-flow) untuk membeli bahan baku dan upah pekerja
sehingga harus mengutang pada sebuah bank perkreditan di kota yang sama yaitu Bank Meditenan
yang beralamat di Pasar Gede Blok 2b, kota Malang, dengan nilai pinjaman sebesar Rp
1.250.000.000,-. Sesuai dengan perjanjian perikatan yang telah dibuat antara PT Cipta Kereta
Kencana dengan Bank Meditenan, PT Cipta Kereta Kencana harus membayar bunga atas hutangnya
sebagaimana yang telah diperjanjikan sebelumnya dengan jatuh tempo pada Th 2009 kepada Bank
Meditenan sebesar 10% x Rp 1.250.000.000,- = Rp 12.500.000,- . Dalam perjalanannya PT Cipta
Kereta Kencana yang dipimpin oleh Bun Sui Lie ini benar-benar mematuhi ketentuan Undang-
Undang Nomor 10 Tahun 1994 tentang PPh Pasal 23, dengan menyetor 15% atas bunga kepada Bank
Meditenan. Akan tetapi Bun Sui Lie sendiri sebagai pribadi pengusaha muda yang belum cukup
berpengalaman, Ia benar-benar tidak sadar bahwa dirinya ternyata masih belum memiliki surat
ketetapan PKP sehingga tidak memiliki NPWP sejak Ia memimpin perusahaan karoseri itu, yaitu
mulai dari setengah tahun silam (6 bulan). Sebagaimana pada persoalan semula tentang
pemungutan pajak 15% atas bunga yang telah disetorkan oleh Bun Sui Lie sesuai PPh Pasal 23
tersebut, maka menyikapi keadaan ini pihak Bank Meditenan sangat berkeberatan atas pemungutan
pajak atas bunga tersebut - karena seluruh penghasilan yang diperolehnya semata-mata hanya dari
bisnis bunga seperti tersebut di atas. Setoran pajak PPh Pasal 23 tersebut dilakukan oleh PT Cipta
Kereta Kencana pada tanggal 5 Desember 2009. Dari persoalan tersebut di atas, maka Pertama pada
tanggal 12 Pebruari 2010 Bank Meditenan melakukan pengajuan keberatan atas pemungutan pajak
yang telah disetor PT Cipta Kereta Kencana kepada Ditjen Pajak secara tertulis dengan menyatakan
alasan-alasannya. Kedua sebagaimana adanya WP-Badan baik PT Cipta Kencana maupun Bank
Meditenan dalam hal ini telah mempunyai NPWP, kecuali NPWP-Pribadi atas nama Bun Sui Lie itu.
Ketiga, pada Tgl 18 Pebruari 2010 petugas pemeriksa pajak melakukan pemeriksaan pembukuan
Bank Meditenan, yang berakhir ditemukannya kekeliruan dalam pembukuan, yang menyebabkan
ditambahkannya PPh terutang.
Perintah tugas 1:

“Apa akibat yang timbul dari kasus tersebut di atas, termasuk persoalan Bun Sui Lie yang belum
memiliki PKP-NPWP-pribadi tersebut? Apa pula akibat yang timbul dari kasus hasil pemeriksaan
petugas pajak, yang menyebabkan ditambahkannya PPh terutang? Bagaimana menyelesaikan
masalah pemungutan pajak ini?”

Jawaban :

1. Masalah pertama yang timbul adalah dikarenakan Bun Sui Lie tidak memiliki NPWP maka dia tidak
mengirimkan SPT tahunan yang merupakan kewajiban bagi wajib pajak / orang pribadi. Jika kita
melihat dari UU nomor 9 tahun 1994 dan UU nomor 16 tahun 2000 tentang Ketentuan Umum dan
Tata Cara Perpajakan Pasal 2 ayat 1 yang menjelesakan tentang NPWP maka Bun Sui Lie sudah
termasuk kedalam kriteria yang wajib untuk mendaftarkan diri sebagai Wajib Pajak. Kemudian
dikarenakan hal tersebut Bun Sui Lie harus sudah menyampaikan SPT pada tahun tersebut. Hal ini
sesuai dengan pasal 3 UU nomor 16 tahun 2000 dimana setiap wajib pajak wajib mengisi surat
pemberitahuan dan menyampaikannya ke kantor DJP. Apabila tidak melaksanakan ketentuan
pembuatan NPWP dan mengirim SPT maka wajib pajak / orang pribadi dapat dikenakan pasal 38 dan
39 UU nomor 16 tahun 2000 yang mana hukumannya dapat berupa pidana kurungan satu tahun
atau denda setinggi-tingginya dua kali jumlah pajak yang terutang. Walaupun begitu Bun Sui Lie
dapat segera mendaftarkan diri sebagai Wajib Pajak sebelum tahun pajak berakhir dan terhindar dari
ancaman pidana tersebut.

2. Akibat yang timbul dari pungutan 15% tersebut adalah pihak Bank Meditenan akan dirugikan
kerena sesuai dengan UU PPh Pasal 23 ayat ( 4 ) huruf ( a ) bahwa pembayaran atas bunga tersebut
dibebaskan dari pemotongan PPh pasal 23 karena penghasilan dari bunga tersebut dibayarkan atau
terutang kepada Bank. Jadi keberatan yang diajukan oleh Bank Meditenan sudah tepat dan sesuai
dengan Pasal 25 ayat 3 UU KUP, yaitu : ”Keberatan harus diajukan dalam jangka waktu tiga bulan
sejak tanggal surat, tanggal pemotongan atau pemungutan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1),
kecuali apabila Wajib Pajak dapat menunjukkan bahwa jangka waktu itu tidak dapat dipenuhi
karena keadaan di luar kekuasaannya.”

3. Dalam UU Nomor 42 Tahun 2009 tentang PPn dan PPnBM Pasal 3A Ayat (1) Pengusaha yang
melakukan penyerahan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1) huruf a, huruf c, huruf f, huruf
g, dan huruf h, kecuali pengusaha kecil yang batasannya ditetapkan oleh Menteri Keuangan, wajib
melaporkan usahanya untuk dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak dan wajib memungut,
menyetor, dan melaporkan Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah yang
terutang.
Dari UU tersebut karena Bun Sui Lie belum di tetapkan sebagai PKP dan blm memiliki NPWP tetapi
sudah produksi sehingga Bun Sui Lie tidak bisa memungut Pajak PPN atau tidak bisa menerbitkan
faktur pajak. Jika nanti dilakukan pemeriksaan dan ditemukan pelanggaran maka bisa di tagih
kembali PPN nya dari Penyerahan Barang Kena Pajak tersebut di tambah denda administrasi
( 2%/Bulan ).
Berdasarkan UU NOMOR 28 Tahun 2007 Pasal 14 Ayat ( 4 ) Terhadap pengusaha atau Pengusaha
Kena Pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d, huruf e, atau huruf f masing-masing, selain
wajib menyetor pajak yang terutang, dikenai sanksi administrasi berupa denda sebesar 2% (dua
persen) dari Dasar Pengenaan Pajak.
4. Dari hasil Pemeriksaan petugas pajak terhadap Bank Meditenan ditemukan kesalahan dalam
pembukuan yang menyebabkan ditambahkannya PPh utang maka sesuai dengan pasal 13 ayat 2 UU
KUP, yaitu :
“Jumlah kekurangan pajak yang terutang dalam Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf a dan huruf e ditambah dengan sanksi administrasi berupa bunga
sebesar 2% (dua persen) per bulan paling lama 24 (dua puluh empat) bulan, dihitung sejak saat
terutangnya pajak atau berakhirnya Masa Pajak, bagian Tahun Pajak, atau Tahun Pajak sampai
dengan diterbitkannya Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar.”
Bank Meditenan dapat mengajukan keberatan / sengketa perpajakan dengan menyertakan bukti-
bukti yang dapat menyanggah temuan tersebut dan sesuai dengan Pasal 25 ayat 3 UU KUP, yaitu :
”Keberatan harus diajukan dalam jangka waktu tiga bulan sejak tanggal surat, tanggal pemotongan
atau pemungutan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), kecuali apabila Wajib Pajak dapat
menunjukkan bahwa jangka waktu itu tidak dapat dipenuhi karena keadaan di luar kekuasaannya.”

Sumber :

Modul UT Studi Kasus Perpajakan

Diskusi dengan petugas KPP

UU Nomor 42 Tahun 2009 tentang PPn dan PPnBM

Undang – undang Nomor 36 tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan

UU nomor 9 tahun 1994 dan UU nomor 16 tahun 2000 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara
Perpajakan

Anda mungkin juga menyukai