Anda di halaman 1dari 2

Diskusi Kasus

Instruksi :

Pak Albertinus bekerja sudah cukup lama di PT Sumber Makmur namun Ia belum mempunyai
NPWP, karena Ia tidak tahu tentang kewajiban memiliki NPWP itu. Akan tetapi tanpa Ia ketahui
penghasilan pak Albertinus itu sudah dipotong pajak oleh Perusahaan di mana Ia bekerja dan
telah ber-NPWP. Suatu ketika, pak Albertinus mendapat bonus akhir tahun dari perusahaan
tempat Ia bekerja dan telah dipotong pajak atas bonus tersebut. Mengetahui hal ini Pak
Albertinus merasa sangat keberatan atas pemotongan tersebut, karena Ia merasa bahwa gaji
ditambah bonusnya itu belum melewati PTKP. Untuk itu maka pak Albertinus mengajukan
keberatan atas pemotongan bonus oleh perusahaannya itu kepada Dirjen Pajak. Menyimak
kasus di atas menurut saudara, apakah tindakan pak Albertinus tersebut dapat
dibenarkan?Jelaskan!

Jawab:

Pada kasus ini Pak Albertinus tidak diwajibkan untuk mendaftarkan diri dan memperoleh NPWP
karena belum memenuhi syarat objektif (penghasilan masih dibawah PTKP). Hal ini sesuai
dengan ketentuan Pasal 2 ayat (1) Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan
Umum dan Tata Cara Perpajakan sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan
Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2009 (selanjutnya disebut UU KUP).

Akan tetapi, kenyataannya adalah bahwa penghasilan Pak Albertinus telah dipotong pajak oleh
perusahaan dan telah didaftarkan oleh PT Sumber Makmur untuk memperoleh NPWP.
Kewajiban perusahaan untuk mendaftarkan NPWP bagi pegawai diatur dalam Peraturan
Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-35/PJ/2013 tentang Tata Cara Ekstensifikasi. Hal ini bisa
saja disebabkan pada waktu tertentu, penghasilan Pak Albertinus telah melewati batasan
PTKP, dan untuk menghindari agar tidak dipotong 20% lebih tinggi, maka PT Sumber Makmur
mendaftarkan NPWP untuk Pak Albertinus. Pemotongan pajak 20% lebih tinggi diatur dalam
Pasal 21 ayat (5a) Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan
sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 36 Tahun
2008 (selanjutnya disebut UU PPh) Hanya saja dalam hal ini, PT Sumber Makmur lalai untuk
tidak memberitahukan hal tersebut kepada Pak Albertinus.
Setelah mengetahui bahwa dirinya dipotong pajak, Pak Albertinus merasa keberatan dan
menyampaikan permohonan keberatan tersebut kepada Dirjen Pajak. Apakah tindakan ini
benar? Tindakan ini benar karena Pak Albertinus sudah terdaftar sebagai Wajib Pajak.

Keberatan atas pemotongan tersebut dapat diajukan oleh Pak Albertinus sebagai Wajib Pajak
kepada Dirjen Pajak melalui Kantor Pelayanan Pajak dimana Ia terdaftar dengan mengacu
pada ketentuan Pasal 25 UUD KUP mengenai keberatan.

Terima kasih

Anda mungkin juga menyukai