Anda di halaman 1dari 1

Pak Albertinus bekerja sudah cukup lama di PT Sumber Makmur namun Ia belum mempunyai NPWP,

karena Ia tidak tahu tentang kewajiban memiliki NPWP itu. Akan tetapi tanpa Ia ketahui penghasilan pak
Albertinus itu sudah dipotong pajak oleh Perusahaan di mana Ia bekerja dan telah ber-NPWP. Suatu
ketika, pak Albertinus mendapat bonus akhir tahun dari perusahaan tempat Ia bekerja dan telah
dipotong pajak atas bonus tersebut. Mengetahui hal ini Pak Albertinus merasa sangat keberatan atas
pemotongan tersebut, karena Ia merasa bahwa gaji ditambah bonusnya itu belum melewati PTKP.
Setelah konfirmasi ke PT Sumber Makmur, ternyata benar bahwa penghasilannya masih di bawah PTKP.
Untuk itu maka Pak Albertinus mengajukan keberatan atas pemotongan bonus oleh perusahaannya itu
kepada Dirjen Pajak. Menyimak kasus di atas menurut saudara, apakah tindakan pak Albertinus tersebut
dapat dibenarkan? Kemudian apa yang harus dilakukan Pak Albertinus agar keberatannya dapat
diterima oleh Dirjen Pajak?

Ijin menanggapi diskusi:

Untuk membuktikanya sebaiknya pak albertinus jangan langsung ke KPP.

Langkah awal silahkan hubungi bendahara pemotong nya dulu dan minta bukti potong A1 nya. Dari situ
kita dapat melihat penghasilan sudah melebihi PTKP atau belum. Jika penghasilan telah melewati PTKP,
brarti masalah beres, tetapi jika penghasilan belum mencapai ptkp maka apa yang dilakukan bendahara
pemotong salah.

Pada contoh kasus disebutka pak albertinus sebenarnya belum memiliki npwp jika contoh kasus terjadi
ditahun ini, karena dia tidak tahu tentang kewajiban perpajakan dan merasa belum memiliki NPWP.

Jika dibukti pemotongan A1 ternyata sudah memiliki NPWP malah itu yang harus jadi pertanyaan, karna
sekarang pemberian NPWP tidak bisa diwakilan. Katakanlah ini pemberian NPWP secara masal (PWPM)
yang pernah dilakukan DJP untuk pekerja yg sangat sibuk.

Dahulu NPWP seperti ini memang diberikan kpd WP diperusahaan dengan jam kerja sibuk karena tidak
bisa dayang langsung ke KPP. Berarti, pak albertus sudah ber NPWP karna kita anggap ini kasus bukan
ditahun baru-ini.

Jika ternyata memang penghasilan belum mencapai PTKP dan dipotong PPh maka pak albertus sesuai
UU NO 28 tahun 2007 tentang KUP, bisa mengajukan keberatan atas pemotongan pph oleh pihak ketiga
(perusahaan) disertai penghitungan kerugian pemotongan menurut pak albertus ke KPP menggunakan
bahasa indonesia paling lama 3 bulan sejak pemotongan tersebut.

Terima kasih.

Anda mungkin juga menyukai