Anda di halaman 1dari 2

Setelah mempelajari sesi 8 yang membahas mengenai Ekonomi Terbuka, apakah menurut anda

Covid19 berdampak pada pasar valuta asing? Faktor apa saja yang mempengaruhi kurs berfluktuasi ?

Tentu saja berdampak. Penyebaran wabah COVID 19 yang begitu cepat di Indonesia telah
memberikan pengaruh yang besar bagi ekonomi Indonesia. Bank Indonesia (BI) melaporkan lalu lintas
mata uang asing (valas) ke Indonesia sempat turun akibat dampak pandemi Covid-19. Kepala Perwakilan
BI Provinsi DKI Jakarta, Onny Widjanarko mengatakan, lalu lintas pembawaan uang kertas asing (UKA)
sempat drop memasuki kuartal I 2020, saat pandemi Covid-19 sudah menyebar ke beberapa negara
dunia. Data Bank Indonesia memperlihatkan, realisasi pembawaan uang kertas asing yang masuk ke RI
hanya sebesar Rp 13,8 triliun, dan uang kertas asing yang ke luar hanya Rp 6,1 triliun.

Secara teoritis, pandemic berdampak atas ekonomi domestik dan internasional, disebabkan karena tiga
hal utama yakni:
1) menurunnya permintaan atas jasa karena pembatasan interaksi antar manusia
2) peningkatan biaya perdagangan internasional sebagai dampak dari covid Shock, khususnya
permintaan berbagai produk obat obatan, vaksin dan lain sebagainya sementara kebutuhan
ekpor dan impor produk lainnya tetap / mengalami peningkatan
3) Penurunan drastic dari Sektor Pariwisata baik domestic maupun internasional
Tiga hal tersebut berdampak terhadap investasi dan saving- domestic dan internasional. Dampak
lanjutannya adalah penurunan penawaran maupun permintaan dalam pasar produksi dan factor
produksi.
 
Lalu, bergejolaknya nilai tukar atau kurs Rupiah Indonesia (IDR) terhadap Dolar Amerika (USD) diprediksi
akibat dari guncangan ekonomi global, supply-chain, perdagangan internasional yang tidak stabil serta
pola kepanikan yang terjadi akibat perkembangan Pandemi Covid- 19 di Indonesia. Masyarakat yang
memiliki rupiah diprediksi melakukan upaya dalam mempertahankan kekayaannya dengan menukarkan
rupiah dalam bentuk mata uang lain maupun bentuk aset lain seperti logam mulia (emas) agar
lukuiditasnya tetap terjaga. Dengan demikian, data perkembangan kasus Covid-19 di Indonesia
diproyeksi memiliki dampak terhadap kepanikan masyarakat dalam mempertahankan atau melepas
rupiah kedalam bentuk kekayaan lain.

Penurunan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS menjadi salah satu efek negatif yang harus mendapat
perhatian lebih dari pemerintah. Hal ini terjadi karena nilai tukar mata uang rupiah memiliki keterkaitan
langsung dengan fundamental ekonomi lainnya. Setidaknya terdapat beberapa kondisi fundamental
ekonomi yang dipengaruhi nilai tukar rupiah secara langsung. Pertama, nilai tukar rupiah berkaitan erat
dengan kondisi neraca perdagangan Indonesia. Sebagaimana diketahui bahwa neraca perdagangan
Indonesia dalam dua tahun berturut-turut mengalami defisit yang cukup besar, yaitu US$ 8,57 miliar
pada tahun 2018 dan US$ 3,2 miliar sepanjang tahun 2019. Hal ini terjadi karena pertumbuhan ekspor
yang lamban dibanding dengan pertumbuhan impornya. Dengan semakin lemahnya nilai tukar rupiah
terhadap dolar AS maka akan semakin memperlebar defisit neraca perdagangan dalam nilai riil mata
uang rupiah. Defisit neraca perdagangan akan semakin besar sehingga akan semakin menekan Anggaran
Belanja dan Pendapatan Negara (APBN) Oleh karena itu, pelemahan nilai tukar rupiah yang terjadi
karena pandemi Covid-19 ini akan berdampak signifikan terhadap kondisi perekonomian Indonesia
secara keseluruhan.
Dikutip dari idxchannel, sedikitnya ada lima faktor yang mempengaruhi kurs:
1) Tingkat Inflasi Inflasi adalah suatu kenaikan harga pada barang atau jasa. Inflasi juga adalah
penurunan nilai mata uang lokal. Dalam pasar valuta asing, yang menjadi dasar utama adalah
perdagangan internasional, baik berbentuk jasa maupun barang. Dengan begitu, perubahan
harga dalam negeri yang relatif terhadap harga luar negeri merupakan faktor yang
mempengaruhi pergerakan nilai mata uang asing
2) Kebijakan Pemerintah Berbagai kebijakan yang dibuat oleh pemerintah suatu negara akan
berpengaruh pada nilai tukar mata uang di negara tersebut. Berbagai contoh dari kebijakan
tersebut adalah upaya pemerintah dalam menghindari masalah niai tukar valuta asing dan juga
perdagangan internasional, serta mengintervensi pasar uang
3) Perbedaan Tingkat Suku Bunga Arus modal internasional dipengaruhi oleh perubahan tingkat
suku bunga suatu negara. Dengan kata lain, kenaikan suku bunga akan memancing masuknya
modal asing. Tingkat suku bunga akan mempengaruhi operasi pasar valuta asing dan pasar uang.
Ketika terjadi aktivitas transaksi, maka bank akan mempertimbangkan perbedaan suku bunga di
pasar modal nasional dan global dengan pandangan yang berasal dari keuntungan. Pihak Bank
lebih memilih mendapatkan pinjaman murah di pasar uang asing dengan tingkat bunga yang
lebih rendah dan tempat mata uang asing pada pasar kredit domestik jika tingkat bunganya yang
lebih tinggi
4) Aktivitas Neraca Pembayaran Nilai tukar mata uang juga dipengaruhi oleh neraca pembayaran.
Neraca pembayaran aktif akan meningkatkan nilai mata uang domestik dengan meningkatnya
jumlah debitur asing. Jika saldo pembayaran pasif, hal ini akan mengakibatkan menurunnya nilai
tukar mata uang domestik sehingga debitur akan akan menjual semuanya dengan mata uang
asing untuk membayar kembali kewajiban eksternal mereka. Dampak dari neraca pembayaran
diukur terhadap nilai tukar yang sudah ditentukan oleh tingkat keterbukaan ekonomi.
Pembatasan impor, perubahan tarif, kuota perdagangan, dan subsidi akan mempengaruhi
neraca perdagangan
5) Ekspektasi Faktor lainnya yang turut memengaruhi nilai tukar pada valuta asing adalah
ekspektasi nilai tukar yang bisa terjadi di masa depan. Pasar valuta asing akan memberikan
reaksi yang cukup agresif pada setiap berita ataupun isu yang bisa berefek di kemudian hari.
Sebagai contoh, berita tentang meningkatnya inflasi Amerika Serikat yang bisa menyebabkan
pedagang valuta asing menjual mata uang dolarnya, karena nilai mata uang dolar bisa menjadi
menurun di masa depan. Sehingga, hal tersebut akan menekan nilai tukar mata uang dolar di
dalam pasar valuta asing secara otomatis.

Sumber:
https://money.kompas.com/read/2020/12/21/150918426/bi-akui-industri-penukaran-mata-uang-asing-
sempat-terdampak-pandemi-covid-19?page=all
Bahar, U. (2009). Otonomi daerah terhadap pinjaman luar negeri: antara teori dan praktik. Indeks.
Baharuddin, C.I. & Abdi, M. N. (2020). Krisis Ekonomi Global Dari Dampak Penyebaran Virus Corona
(Covid-19). AkMen Jurnal Ilmiah, 17(1), 711-719.
Indonesia Stock Exchange/idxchannel

Anda mungkin juga menyukai