Anda di halaman 1dari 48

PROPOSAL

“PENGARUH FLUKTUASI NILAI TUKAR DAN TINGKAT SUKU


BUNGA TERHADAP HARGA SAHAM
PADA PERUSAHAAN SEKTOR PERDAGANGAN YANG TERDAFTAR
DI BURSA EFEK INDONESIA DI MASA PADEMI COVID-19”

Proposal diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar


Sarjana Ekonomi

Oleh

FAJRIYANTI ACHMAD

NIM : 931 417 158

UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO


FAKULTAS EKONOMI
JURUSAN MANAJEMEN
PROGRAM STUDI S1 MANAJEMEN
2021
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pasar modal merupakan salah satu instrumen ekonomi yang mengalami

perkembangan sangat pesat. Para pelaku di pasar modal telah menyadari bahwa

dapat memberikan return yang cukup baik bagi mereka serta memberikan

kontribusi yang besar bagi perkembangan perekonomian negara. Pasar modal

merupakan tempat untuk mendapatkan modal investasi, sementara investor pasar

modal adalah orang yang menginvestasikan uangnya. Investor dalam mengambil

keputusan investasi selalu dihadapkan pada sejumlah alternatif, salah satunya

yaitu alternatif menginvestasikan dananya dalam bentuk saham. Saham adalah

suatu sekuritas yang memiliki klaim terhadap pendapatan dan aset sebuah

perusahaan. sekuritas sendiri dapat diartikan sebagai klaim atas pendapatan masa

depan seorang peminjam yang dijual oleh peminjam kepada meminjamkan, sering

juga disebut instrument keuangan (Mishkin 2001).

Investasi saham merupakan salah satu alternatif untuk menginvestasikan

dana yang kita miliki, ada banyak keuntungan yang ditawarkan oleh saham yang

menyebabkan ia begitu diminati oleh investor. Investor dapat memilih perusahaan

mana yang layak untuk menginvestasikan dananya. Memilih perusahaan dengan

kinerja perusahaan yang bagus akan sangat menguntungkan investor karena

dengan begitu harga saham akan terus meningkat. Keuntungan lainnya dari

berinvestasi pada saham yaitu investor akan menerima dividen, dimana dividen
dapat diartikan sebagai penghasilan tambahan dari investasinya, selain itu juga

investor akan mendapatkan keuntungan pada saat menjual kembali sahamnya

dengan harga yang lebih tinggi dari harga saham yang telah dibeli sebelumnya

atau biasa disebut Capital Gain(Darmadji 2012).

Wabah virus covid-19 pertama kali terkonfirmasi pada desember 2019,

Wabah ini merupakan mimpi buruk bagi negara-negara di dunia. Adanya virus ini

tidak hanya mengganggu sektor kesehatan bagi penduduk dunia, tetapi juga

memberikan dampak bagi perekonomian dunia. Penyebaran virus yang sangat

cepat dan sulit untuk diidentifikasi memaksa dunia internasional harus berpikir

cepat dan tepat untuk mengambil kebijakan publik. banyak negara menerapkan

kebijakan karantina wilayah (lockdown) demi meredam penyebarannya.

Dampaknya, aktivitas ekonomi menurun tajam, dan resesi kembali datang.

Banyak bisnis-bisnis ditutup, pengangguran melonjak, kemiskinan meningkat, dan

rasa ketakutan melanda banyak investor, sehingga banyak investor menjual saham

yang dimilikinya sehingga harga saham menurun di seluruh bursa saham dunia

termasuk Indonesia(Tambunan 2020).

Tabel 1.1 Rata-rata pertumbuhan harga saham sektor perdagangan tahun


2020
Tahun 2020
Harga Triwulan 1 Triwulan 2 Triwulan 3
-3,8% 2,7% 10%
Saham

Berdasarkan tabel di atas, terlihat bahwa harga saham perusahaan sektor

perdagangan pada triwulan 1 harga saham mengalami penurunan -3,8%. Saat


kebijakan pemerintah diumumkan agar penyebaran wabah covid-19 bisa segera

ditangani, harga saham ikut bergerak fluktuatif akibat pandemi. pada triwulan 2

menunjukan kenaikan dari -3,8% menjadi 2,7% dan pada triwulan 3 menjadi 10%

dikarenakan pelonggaran kebijakan pemerintah berupa pembatasan social berskali

besar (PSBB) dengan dibukanya sejumlah kegiatan ekonomi dan bisnis volume

perdagangan saham perlahan-lahan terus meningkat.

Menurut (Sihaloho 2020)Covid-19 berpengaruh terhadap ekonomi di

Indonesia secara kompleks. Kondisi Indeks harga saham gabungan (IHSG)

dimana sebelum adanya pandemi berada dikisaran 6000-an, tetapi setelah

mewabahnya pandemi berada di kisaran 4000-an. Penelitian ini diperkuat oleh

penelitian (Damuri 2020) yang memprediksi secara umum adanya dampak covid-

19 secara signifikan yang mempengaruhi perekonomian Indonesia. Hal ini diiringi

dengan perlambatan kinerja industri dan melambatnya perekonomian secara

global, mampu mengakibatkan penurunan permintaan pada pasar. Dalam dunia

saham ada beberapa faktor yang mempengaruhi harga saham, diantaranya nilai

tukar dan suku bunga.

Nilai tukar (kurs) merupakan variabel makro ekonomi yang turut

memengaruhi volatilitas harga saham.Kenaikan yang sangat tajam terhadap

Rupiah akan mengakibatkan ketidakstabilan di pasar saham, dan sangat

berdampak pada emiten yang memiliki hutang dalam Dollar US sementara produk

emiten tersebut dijual secara lokal, akan tetapi emiten yang memiliki pangsa pasar

ekspor akan menerima dampak positif dari kenaikan nilai tukar Dollar US

tersebut, dalam hal ini berarti para emiten yang terkena dampak negatif dari
kenaikan Kurs Dollar US akan mengalami penurunan harga saham begitu pula

sebaliknya para emiten yang terkena dampak positif akibat kenaikan Kurs Dollar

US akan mengalami peningkatan harga saham (Ni Wayan Sri Asih Masithah

Akbar 2016).

Nilai tukar rupiah juga mempunyai implikasi yang luas, baik dalam

konteks ekonomi domestik maupun internasional. Dampak merosotnya nilai tukar

rupiah terhadap pasar modal kemungkinan akan terjadi, mengingat sebagian besar

perusahaan yang go public di BEI mempunyai hutang luar negeri dalam bentuk

valuta asing. Di samping itu produk-produk yang dihasilkan oleh perusahaan

publik tersebut banyak menggunakan bahan yang memiliki kandungan impor

tinggi. Merosotnya nilai tukar rupiah menyebabkan jumlah hutang perusahaan dan

biaya produksi menjadi bertambah besar jika dinilai dengan rupiah.

Sumber : id.exchange-rates
Gambar 1.1 Grafik Nilai Tukar Rupiah (IDR) dan Dollar Amerika Serikat
(USD)
Perkembangan nilai tukar menjadi sesuatu yang sangat menyita perhatian,

disebabkan karena nilai tukar rupiah terhadap Dollar US sempat jatuh dari Rp
13.000 dan hampir menyentuh Rp 16.000 per Dollar US selama minggu terakhir

maret 2020 (Kartikaningsih, Nugraha, and Sugiyanto 2020). Rupiah memiliki

karakteristik Soft Currency yang artinya rupiah sangat sensitif dengan

perekonomian internasional. Namun dengan adanya ketidakstabilan dalam

perekonomian memungkinkan mata uang rupiah makin melemah. Sejalan dengan

ilmu pengetahuan bahwa nilai tukar merupakan salah satu variabel yang

mengukur kondisi perekonomian suatu negara, tentunya kejadian ini membuat

pemerintah Indonesia harus mengambil beberapa kebijakan agar perekonomian

bisa bertahan terhadap intervensi yang terjadi. Salah satunya dengan menjalankan

kebijakan moneter yaitu menaikan suku bunga acuan.

Menurut (Fabozzi 2000) Suku bunga adalah harga yang dibayar oleh

peminjam (debitur) kepada pemberi pinjaman (kreditor) untuk penggunaan

sumber daya selama beberapa interval. Jumlah pinjaman adalah pokok, dan harga

yang dibayarkan biasanya dinyatakan sebagai presentase dari pokok per unit

waktu (umumnya satu tahun). Kondisi pergerakan dan penetapan suku bunga

perbankan yang diterima informasinya oleh para pelaku bisnis mampu

memberikan berbagai macam bentuk kesimpulan dan akan menjadi pertimbangan

untuk pengambilan keputusan. Ketika suku bunga pinjaman meningkat maka

pelaku bisnisakan menghindari kebijakan kredit, namun ketika suku bunga

pinjaman rendah tentunya kebijakan kredit dianggap realistis.

Mengatasi lemahnya nilai tukar rupiah terhadap Dollar US, Rapat Dewan

Gubernur (RDG) Bank Indonesia yang berlangsung pada 17 dan 18 juni 2020

memutuskan menurunkan suku bunga acuan atau BI 7-day (Reverse) Repo Rate
sebesar 25 basis poin menjadi 4,25 poin. Untuk suku bunga deposit facility dari

3,75% menjadi 3,5%, sedangkan untuk suku bunga lending facility dari 5,25%

menjadi 5%. Keputusan ini diambil oleh BI dengan melihat kondisi ekonomi saat

ini.

Sumber : Pusat Data BI-Rate


Gambar 1.2 Grafik BI 7-day (Reverse) Repo Rate
Keberhasilan suatu perusahaan tercermin pada harga saham. Banyak faktor

yang mempengaruhi harga saham diantaranya adalah nilai tukar dan suku bunga.

Berdasarkan fenomena pernyataan bahwa ada enam sektor berpotensi meraup

untung ditengah pandemi salah satunya sektor perdagangan, maka penulis ingin

meneliti “pengaruh fluktuasi nilai tukar dan tingkat suku bunga terhadap

harga saham pada perusahaan sektor perdagangan yang terdaftar di Bursa

Efek Indonesiamdi Masa Pandemi Covid-19”

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat diidentifikasi masalah dalam

penelitian ini adalah:


1. Perubahan harga saham yang disebabkan pandemi covid-19.

2. Melemahnya Rupiah terhadap Dollar US pada siklus penyebaran Covid-19

di Indonesia maupun manca negara.

3. Ketidakstabilan suku bunga disebabkan oleh ekonomi global saat ini yang

terdampak dari pandemi Covid-19 merupakan suatu hal yang perlu

diperhatikan bagi para investor untuk melakukan investasi.

4. Daya beli masyarakat menurun karena menurunnya pendapatan

masyarakat yang disebakan oleh kebijakan pemerintah yang diterapkan

saat pandemi Covid-19.

1.3 Rumusan Masalah

berdasarkan identifikasi masalah diatas, maka rumusan masalah dalam

penelitian ini adalah:

1. Bagaimana pengaruh fluktuasi nilai tukar terhadap harga saham pada

perusahaan sektor perdagangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia di

masa pandemi Covid-19?

2. Bagaimana pengaruh suku bunga terhadap harga saham pada perusahaan

sektor perdagangan yang terdaftar di bursa efek indonesia di masa

pandemi covid-19?

3. Bagaimana pengaruh fluktuasi nilai tukar dan suku bunga secara bersama-

sama terhadap harga saham pada perusahaan sektor perdagangan yang

terdaftar di bursa efek Indonesia di masa pandemi covid-19?

1.4 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk:


1. Mengetahui pengaruh fluktuasi nilai tukar terhadap harga saham

perusahaan sektor perdagangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia di

masa pandemi Covid-19.

2. Mengetahui pengaruh suku bunga terhadap harga saham pada perusahaan

sektor perdagangan yang terdaftar di bursa efek indonesi di masa pandemi

covid-19.

3. Mengetahui pengaruh fluktuasi nilai tukar dan suku bunga secara bersama-

sama terhadap harga saham pada perusahaan sektor perdagangan yang

terdaftar di bursa efek Indonesia di masa pandemi covid-19.

1.5 Manfaat Penelitian

Manfaat yang diperoleh dalam penelitian ini adalah:

a. Manfaat Praktis

1. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan bagi

perusahaan sektor perdagangan untuk mempertimbangkan pengaruh

faktor nilai tukar dan suku bunga pada harga saham.

2. Sebagai informasi bagi pemegang saham untuk mempertahankan harga

sahamnya agar tetap bernilai baik di masa pandemi di mata para

investor.

3. Bagi investor hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi dasar

pertimbangan atau referensi untuk pengambilan keputusan investasi di

pasar modal.

b. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini secara teoritis diharapkan dapat menjadi

pengembangan ilmu pengetahuan di bidang manajemen keuangan

khususnya terkait dengan harga saham. Disamping itu hasil penelitian ini

diharapkan pula dapat menjadi referensi untuk penelitian sejenis di masa

yang akan datang.

BAB II

KAJIAN TEORI

2.1 Kajian Teori


2.1.1 Teori Sinyal (Signalling Theory)

Menurut (Michael 1973)mengemukakan teori sinyal (signalling theory)

bahwa dengan memberikan suatu sinyal, pihak pengirim (pemilik informasi)

berusaha memberikan potongan informasi relevan yang dimanfaatkan oleh pihak

penerima. Sedangkan menurut (Fahmi 2015) teori sinyal adalah teori yang

membahas tentang naik turunya harga saham di pasar, sehingga akan memberi

pengaruh terhadap keputusan investor. Teori sinyal menjelaskan hubungan

dengan masalah pengungkapan informasi, apabila perusahaan mengungkapkan

bad news maka pasar akan memberikan reaksi yang negatif dan hal ini konsisten

dengan hipotesis pasar efisien.

Menurut (Jogiyanto 2000)informasi yang dipublikasikan sebagai suatu

pengumuman akan memberikan signal bagi investor dalam pengambilan

keputusan investasi. Jika pengumuman tersebut mengandung nilai positif, maka

diharapkan pasar akan bereaksi pada waktu informasi tersebut diterima oleh pasar.

Teori sinyal menekan bahwa informasi yang di umumkan kepada publik baik

yang bersifat negatif maupun positif akan memberikan pengaruh terhadap

keputusan investor dalam berinvestasi, mereka akan bereaksi dengan berbagai

cara dalam menanggapi sinyal tersebut.

2.1.2 Saham

Menurut (Fahmi 2017)saham adalah tanda bukti penyertaan kepemilikan

modal atau dana pada suatu perusahaan. Kertas yang tercantum jelas nilai
nominal, nama perusahaan dan diikuti dengan hak dan kewajiban yang dijelaskan

kepada setiap pemegangnya. Menurut (Hadi 2015) Saham merupakan surat

berharga sebagai bukti kepemilikan individu maupun institusi dalam suatu

perusahaan, yang untuk memilikinya dapat dengan cara trading di pasar modal.

Dengan menyertakan modal tersebut, maka pihak dapat mengklaim atas

pendapatan perusahaan, aset perusahaan dan berhak hadir dalam Rapat Umum

Pemegang Saham.

Menurut (Sapto 2006) saham adalah Surat berharga yang merupakan

instrumen bukti kepemilikan atau penyertaan dari individu atau institusi dalam

suatu perusahaan. Sedangkan menurut istilah umumnya, saham merupakan bukti

penyertaan modal dalam suatu kepemilikan saham perusahaan. Saham (stock)

merupakan tanda penyertaan atau pemilikan seseorang atau badan dalam suatu

perusahaan atau perseroan terbatas. Saham berwujud selembar kertas yang

menerangkan bahwa pemilik kertas tersebut adalah pemilik perusahaan yang

menerbitkan surat berharga tersebut (Darmadji 2012).

Dengan adanya pertumbuhan industri keuangan, saham mengalami

perkembangan dengan variance return dan risiko investasi. Adapun pembagian

jenis saham sebagai berikut (Hadi 2015):

a. Saham Biasa (Common Stock)

Saham biasa (common stock) adalah saham yang paling banyak dikenal di

lingkungan masyarakat. Di antara emiten (perusahaan yang menerbitkan surat


berharga), saham biasa merupakan saham yang bpaling banyak digunakan untuk

menarik dana dari masyarakat.

b. Saham Preferen (Preferred stock)

Saham Preferen (Preferred stock) merupakan gabungan atau hybrid antara

obligasi dan saham biasa. Saham preferen memiliki karakteristik obligasi

misalnya, memberikan hasil yang tetap seperti bunga obligasi. Serta biasanya

saham preferen memberikan pilihan tertentu atas hak pembagian dividen.

2.1.3 Harga Saham

Harga saham merupakan harga penutupan pasar saham selama periode

pengamatan untuk tiap-tiap jenis saham yang dijadikan sampel dan pergerakannya

senantiasa diamati oleh para investor.

Salah satu konsep dasar dalam manajemen keuangan adalah bahwa tujuan

yang ingin dicapai manajemen keuangan adalah memaksimalisasi nilai

perusahaan. Bagi perusahaan yang telah go public, tujuan tersebut dapat dicapai

dengan cara memaksimalisasi nilai pasar harga saham yang bersangkutan. Dengan

demikian pengambilan keputusan selalu didasarkan pada pertimbangan terhadap

maksimalisasi kekayaan para pemegang saham.

Menurut (Sartono 2012) Harga saham terbentuk melalui mekanisme

permintaan dan penawaran di pasar modal. Apabila suatu saham mengalami

kelebihan permintaan, maka harga saham cenderung naik. Sebaliknya, apabila

kelebihan penawaran maka harga saham cenderung turun. Harga suatu saham

yang terjadi di pasar bursa pada saat tertentu yang ditentukan oleh pelaku pasar
dan ditentukan oleh permintaan dan penawaran saham yang bersangutan di pasar

modal (Jogiyanto 2008).

Menurut (Brigham 2010) Harga saham menentukan kekayaan pemegang

saham. Maksimalisasi kekayaan pemegang saham diterjemahkan menjadi

maksimalkan harga saham perusahaan. Harga saham pada satu waktu tertentu

akan bergantung pada arus kas yang diharapkan diterima di masa depan oleh

investor rata-rata jika investor membeli saham.

2.1.3.1 Jenis-Jenis Harga Saham

Adapun jenis-jenis harga saham menurut (Widoatmojo 2005) adalah sebagai

berikut:

a. Harga Nominal

Harga yang tecantum dalam sertifikat saham yang ditetapkan oleh emiten

untuk menilai setiap lembar saham yang dikeluarkan. Besarnya harga nominal

memberikan arti penting saham karena dividen minimal biasanya ditetapkan

berdasarkan nilai nominal.

b. Harga Perdana

Harga ini merupakan pada waktu harga saham tersebut dicatat dibursa

efek. Harga saham pada pasar perdana biasanya ditetapkan oleh penjamin

emisi (underwrite) dan emiten. Dengan demikian akan diketahui berapa harga

saham emiten itu akan dijual kepada masyarakat biasanya untk menentukan

harga perdana.
c. Harga Pasar

Kalau harga perdana merupakan harga jual dari perjanjian emisi kepada

investor, maka harga pasar adalah harga jual dari investor yang satu dengan

investor yang lain. Harga ini terjadi setelah saham tersebut dicatat dibursa.

Transaksi di sini tidak lagi melibatkan emiten dari penjamin emisi harga ini

yang disebut sebagai harga di pasar sekunder dan harga inilah yang benar-

benar mewakili harga perusahaan penerbitnya, karena pada transaksi di pasar

sekunder, kecil sekali terjadi negosiasi harga investor dengan perusahaan

penerbit. Harga yang setiap hari diumumkan di surat kabar atau media lain

adalah harga pasar.

d. Harga pembukaan

Harga pembukuan adalah harga yang diminta oleh penjual atau pembeli

pada saat jam bursa dibuka. Bisa saja terjadi pada saat dimulainya hari bursa

itu sudah terjadi transaksi atas suatu saham, dan harga sesuai dengan yang

diminta oleh penjual dan pembeli. Dalam keadaan demikian, harga

pembukuan bisa menjadi harga pasar, begitu juga sebaliknya harga pasar

mungkin juga akan menjadi harga pembukaan. Namun tidak selalu terjadi.

e. Harga Penutupan

Harga penutupan adalah harga yang diminta oleh penjual atau pembeli

pada saat akhir hari bursa. Pada keadaan demikian, bisa saja terjadi pada saat

akhir hari bursa tiba-tiba terjadi transaksi atas suatu saham, karena ada

kesepakatan antar penjual dan pembeli. Kalau ini yang terjadi maka harga
penutupan itu telah menjadi harga pasar. Namun demikian, harga ini tetap

menjadi harga penutupan pada hari bursa tersebut.

f. Harga Tertinggi

Harga tertinggi suatu saham adalah harga yang paling tinggi yang terjadi

pada hari bursa. Harga ini dapat terjadi transaksi atas suatu saham lebih dari

satu kali tidak pada harga yang sama.

g. Harga Terendah

Harga terendah suatu saham adalah harga yang paling rendah yang terjadi

pada hari bursa. Harga ini dapat terjadi apabila terjadi transaksi atas suatu

saham lebih dari satu kali tidak pada harga yang sama. Dengan kata lain, harga

terendah merupakan lawan dari harga tertiggi.

h. Harga Rata-Rata

Harga rata-rata merupakan perataan dari harga tertinggi dan terendah.

2.1.3.2 Faktor-faktor yang mempengaruhi Harga Saham

Menurut (Weston 2005) faktor-faktor yang mempengaruhi harga saham

adalah:

a. Laba per Lembar saham (Earning Per Share/EPS)

Investor yang melakukan investasi pada perusahaan akan menerima laba

atas saham yang dimilikinya. Semakin tinggi laba per lembar saham yang

diberikan perusahaan akan memberikan pengembalian yang cukup baik. Ini


akan mendorong investor untuk melakukan investasi yang lebih besar lagi

sehingga harga saham akan meningkat.

b. Tingkat Bunga

Tingkat bunga dapat mempengaruhi harga saham dengan cara

mempengaruhi persaingan di pasar modal antar saham dengan obligasi,

apabila suku bunga naik maka investor akan menjual sahamnya untuk

ditukarkan dengan obligasi. Hal tersebut dapat menurunkan harga saham. Hal

ini berlaku sebaliknya juga akan terjadi apabila tingkat bunga mengalami

penurunan.

c. Jumlah kas Dividen yang Diberikan

Kebijakan pembagian dividen dapat dibagi menjadi dua, yaitu sebagian

dibagikan dalam bentuk dividen dan sebagian lagi disisihkan sebagai laba

ditahan. Sebagai salah satu faktor yang mempengaruhi harga saham, maka

peningkatan pembagian dividen merupakan salah satu cara untuk

meningkatkan kepercayaan dari pemegang saham karena jumlah kas dividen

yang besar adalah hal yang diinginkan oleh investor sehingga harga saham

naik.

d. Jumlah laba yang didapat perusahaan


Investor melakukan investasi pada perusahaan yang mempunyai profit

cukup baik dan stabil karena menunjukan prospek yang cerah sehingga

investor tertarik dan nantinya akan mempengaruhi harga saham perusahaan.

e. Tingkat Resiko dan Pengembalian

Apabila suatu tingkat resiko dan proyeksi laba yang diharapkan

perusahaan meningkat maka akan mempengaruhi harga saham perusahaan.

Biasanya semakin tinggi tingkat resiko maka semakin tinggi pula tingkat

pengembalian saham yang diterima.

2.1.3.3 Penilaian Harga Saham

Sebelum menginvestasikan dananya investor melakukan analisis terhadap

kemampuan perusahaan menghasilkan keuntungan. Investor juga

berkepentingan atas informasi yang berhubungan dengan kondisi atau kinerja

keuangan perusahaan sebagai pedoman untuk melakukan investasi, agar dana

yang diinvestasikan tersebut mampu menghasilkan nilai tambah di masa

mendatang dalam bentuk dividen atau capital gain. Menurut (Eduardus 2001),

dalam penilaian saham dikenal tiga jenis nilai yaitu:

a. Nilai buku, merupakan nilai yang dihitung berdasarkan pembukuan

perusahaan penerbit saham (emiten).

b. Nilai pasar, merupakan nilai saham di pasar, yang ditunjukkan oleh harga

saham tersebut di pasar.


c. Nilai intrinsik atau teoritis, merupakan nilai saham yang sebenarnya atau

seharusnya terjadi.

2.1.4 Nilai Tukar

Menurut (Nopirin 2012) nilai tukar adalah harga di dalam pertukaran dua

macam mata uang yang berbeda, akan terdapat perbandingan nilai atau harga

antara kedua mata uang tertenu, perbandingan nilai inilah yang disebut sebagai

“exchange rate”. Menurut (Fahmi 2014) nilai tukar adalah nilai mata uang

suatu Negara dibandingkan dengan nilai mata uang Negara lain. sedangkan

menurut (Sadono 2010) kurs mata uang asing menunjukan harga atau nilai

mata uang suatu Negara dinyatakan dalam nilai mata uang Negara lain. kurs

valuta asing juga dapat didefinisikan sebagai jumlah uang domestik yang

dibutuhkan untuk memperoleh satu unit mata uang asing.

Berdasarkan definisi diatas dapat dikatakan bahwa nilai tukar merupakan

presentase yang menunjukan seberapa besar jumlah nilai mata uang domestik

yang harus dibayarkan jika ingin menukarkan mata uang dengan Negara lain.

Dalam ruang lingkup ilmu moneter ada beberapa sistem nilai tukar yang

digunakan yaitu sebagai berikut:

a. Fixed Exchange Rate

Penerapan nilai tukar dengan sistem ini mengharuskan Negara yang

bersangkutan memiliki kecukupan dana yang mencukupi atau jumlah reserve

yang benar-benar memadai. Pentingnya adanya reserve bertujuan untuk


menjaga keseimbangan antara permintaan dan penawaran terhadap jumlah

uang yang beredar di pasaran.

b. Flexible Exchange Rate

Penerapan flexible exchange rate atau biasa disebut dengan sistem mata

uang mengambang ini merupakan konsep nilai tukar yang diserahkan pada

pasar tanpa ada control. Naik turunnya nilai tukar mata uang domestik dengan

mata uang Negara lain diserahkan pada pasar dan biarlah pasar yang

menetukan.

c. Managed Floating Exchange Rate

Penerapan managed floating exchange rate adalah konsep nilai tukar mata

uang asing dengan mata uang domestic suatu Negara secara mengambang

terkendali. Dalam artian pemerintah suatu Negara tetap melakukan control dan

berusaha mempertahankan nilai tukar tersebut dalam batas wajar.

2.1.4.1 Jenis-jenis Nilai Tukar

Menurut (Sadono 2011)jenis nilai tukar mata uang atau kurs valuta terdiri dari

4 jenis yaitu:

a. Selling Rate (Kurs Jual) Merupakan kurs yang ditentukan oleh suatu bank

untuk penjualan valuta asing tertentu pada saat tertentu.

b. Middle Rate (Kurs Tengah) Merupakan kurs tengah antara kurs jual dan

kurs beli valuta asing terhadap mata uang nasional, yang telah ditetapkan

oleh bank sentral pada saat tertentu.


c. Buying Rate (Kurs Beli) Merupakan kurs yang ditentukan oleh suatu bank

untuk pembelian valuta asing tertentu pada saat tertentu.

d. Flat Rate (Kurs Rata) Merupakan kurs yang berlaku dalam transaksi jual

beli bank notes dan travellers cheque.

Menurut (Sartono 2012) kurs dibedakan menjadi 3 jenis transaksi yaitu:

a. Kurs Beli dan Kurs Jual Kurs beli (bid rate) adalah kurs di mana bank

bersedia untuk membeli satu mata uang, sedangkan kurs jual (offer rates)

adalah kurs yang ditawarkan bank untuk menjual suatu mata uang dan

biasanya yang lebih tinggi dari kurs beli. Selisih antara kurs beli dan kurs

jual disebut bid-offer, spread atau trading margin.

b. Kurs Silang Kurs silang (cross exchange rate) adalah kurs antara dua

mata uang yang ditentukan dengan menggunakan mata uang lain sebagai

pembanding. Hal ini terjadi karena kedua mata uang tersebut, salah satu

atau keduanya, tidak memiliki pasar valas yang aktif, sehingga tidak

semua mata uang yang ditentukan dengan mata uang lainnya. Misalnya,

kurs Rupiah dalam mata uang Krona Swedia jarang ditemukan, namun

kurs kedua mata uang selalu tersedia dalam USD. Kurs masing-masing

mata uang tersebut dapat dibandingkan dalam USD, sehingga dapat

ditentukan kurs antara Rupiah.

c. Kurs Spot dan Kurs Forward Spot exchange rates adalah kurs mata uang

di mana mata uang asing dapat dibeli atau dijual dengan penyerahan atau

pengiriman pada hari yang sama atau maksimal dalam 48 jam. Forward
exchange rate adalah kurs yang ditentukan sekarang untuk pengiriman

sejumlah mata uang di masa mendatang berdasarkan kontrak forward.

2.1.4.2 Faktor-faktor yang mempengaruhi Nilai Tukar

Menurut (Sadono 2011)Faktor-faktor yang mempengaruhi nilai tukar adalah:

a. Perubahan dalam cita rasa masyarakat

Cita rasa masyarakat mempengaruhi minat konsumsi masyarakat atas

barang-barang yang diproduksi di dalam negeri maupun luar negeri. Perbaikan

kualitas barang dalam negeri menyebabkan keinginan mengimpor berkurang

dan dapat menaikkan ekspor. Sedangkan perbaikan kualitas barang-barang

impor menyebabkan keinginan masyarakat untuk mengimpor bertambah

besar. Perubahan-perubahan ini akan mempengaruhi permintaan dan

penawaran valuta asing.

b. Perubahan harga barang ekspor dan impor

Harga sesuatu barang merupakan salah satu faktor penting yang

menentukan apakah sesuatu barang akan diimpor ataupun diekspor. Barang

dalam negeri yang dapat dijual dengan harga yang relatif murah akan

menaikkan ekspor dan apabila harganya naik maka ekspor akan berkurang,

Begitupun sebaliknya. Dengan demikian perubahan harga-harga barang

ekspor dan impor akan menyebabkan perubahan dalam penawaran dan

permintaan ke atas mata uang negara tersebut.


c. Kenaikan harga umum (inflasi)

Inflasi sangat besar pengaruhnya kepada kurs pertukaran valuta asing.

Inflasi menyebabkan harga-harga di dalam negeri lebih mahal dari harga-

harga di luar negeri dan oleh sebab itu inflasi berkecenderungan menambah

impor dan menyebabkan harga-harga barang ekspor menjadi lebih mahal, oleh

karena itu inflasi berkecenderungan mengurangi ekspor.

d. Perubahan suku bunga dan tingkat pengembalian investasi

Suku bunga dan tingkat pengembalian investasi yang rendah cenderung

akan menyebabkan modal dalam negeri mengalir ke luar negeri. Sedangkan

suku bunga dan tingkat pengembalian investasi yang tinggi akan

menyebabkan modal luar negeri masuk ke negara itu. Apabila lebih banyak

modal mengalir sesuatu negara, permintaan ke atas mata uangnya

bertambahnya, maka nilai mata uang tersebut bertambah. Nilai mata uang

sesuatu negara akan merosot apabila lebih banyak modal negara dialirkan ke

luar negeri karena suku bunga dan tingkat pengembalian investasi yang tinggi

di negara-negara lain.

e. Pertumbuhan ekonomi

Efek yang diakibatkan oleh suatu kemajuan ekonomi kepada nilai mata

uangnya tergantung kepda corak pertumbuhan ekonomi yang berlaku. Apabila

kemajuan itu terutama diakibatkan oleh perkembangan ekspor, maka

permintaan ke mata uang negara itu bertambah cepat dari penawarannya.


Akan tetapi, apabila kemajuan tersebut menyebabkan impor berkembang lebih

cepat bertambah dari permintaannya.

2.1.4.3 Pengukuran Nilai Tukar

Pengukuran nilai tukar dalam penelitian ini menggunakan kurs tengah,

seperti yang dijelaskan oleh (Sadono 2011)kurs tengah, yaitu: “Kurs tengah

antara kurs jual dan kurs beli valuta asing terhadap mata uang nasional, yang

telah ditetapkan oleh bank sentral pada saat tertentu”. Untuk mendapatkan

kurs tengah sendiri menurut (Mahyus ,2014) nilai kurs tengah dihitung dengan

menggunakan rumus sebagai berikut:

2.1.5 Suku Bunga

Menurut (Kasmir 2012)Suku bunga adalah balas jasa yang diberikan oleh

bank yang berdasarkan prinsip konveksional kepada nasabah yang membeli

atau menjual produknya, Bunga juga dapat diartikan sebagai harga yang harus

dibayarkan kepada nasabah (yang memiliki simpanan) dengan yang harus

dibayar oleh nasabah kepada bank (nasabah yang memperoleh pinjaman).

Jadi, suku bunga merupakan presentase besar kecilnya dari jumlah yang

harus di bayarkan peminjam kepada pemberi pinjaman. Ada dua macam

bunga yang diberikan kepada nasabah, yaitu:


a. Bunga Simpanan

Bunga simpanan merupakan bentuk bunga yang diberikan sebagai balas

jasa bagi nasabah yang menyimpan uangnya di bank. Sebagai contoh jasa

giro, bunga tabungan dan bunga deposit.

b. Bunga Pinjaman

Bunga yang diberikan kepada peminjam atau harga yang harus dibayar

oleh peminjam kepada bank. Sebagai contoh bunga kredit.

2.1.5.1 Faktor-faktor yang mempengaruhi Suku Bunga

Menurut (Kasmir 2007)Faktor-faktor yang mempengaruhi besar kecilnya suku

bunga adalah:

a. Kebutuhan dana

Apabila bank kekurangan dana, sementara permohonan pinjaman

meningkat, maka yang akan dilakukan oleh bank agar dana terpenuhi dengan

meningkatkan suku bunga simpanan dan suku bunga pinjaman. Sebaliknya,

apabila dana yang ada dalam simpanan banyak, sementara permohonan

pinjaman sedikit makan bunga simpanan akan turun.

b. Target Laba yang Diinginkan


Jika laba yang diinginkan besar maka bunga pinjaman ikut besar dan

begitu pula sebaliknya. Namun untuk menghadapi pesaing target laba dapat

diturunkan seminimal mungkin.

c. Kualitas jaminan

Kualitas jaminan juga diperuntukkan untuk bunga pinjaman. Semakin

likuid jaminan yang diberikan, semakin rendah bunga kredit yang dibebankan

dan sebaliknya.

d. Kebijaksanaan Pemerintah

Dalam menentukan bunga simpanan dan bunga pinjaman tidak boleh

melebihi batasan yang sudah ditetapkan pemerintah. Ada batasan maksimal

dan batas minimal untuk suku bunga yang diizinkan. Tujuannya agar bank

dapat bersaing secara sehat.

e. Jangka Waktu

Faktor jangka waktu sangat menentukan. Semakin panjang jangka waktu

pinjaman, akan semakin tinggi bunganya, hal ini disebabkan besarnya

kemungkinan risiko macet dimasa mendatang. Demikian pula sebaliknya, jika

pinjaman berjangka pendek, bunganya relatif rendah.

f. Reputasi Perusahaan

Bonafiditas perusahaan yang akan memperoleh kredit sangat menentukan

tingkat suku bunga yang akan dibebankan nanti karena perusahaan yang
bonafit memiliki resiko kredit macet relative kecil demikian pula sebaliknya

perusahaan yang tidak bonafit resiko kredit macet relative besar.

g. Produk yang kompetitif

Besar kecilnya pinjaman sangat ditentukan oleh produk yang kompetitif

atau laku di pasaran. Untuk produk yang kompetitif bunga kredit yang

diberikan relatif rendah ini disebabkan produk yang kompetitif tingkat

perputaran produknya tinggi sehingga pembayaran lancar.

h. Hubungan Baik

Bunga pinjaman biasanya dikaitkan dengan faktor kepercayaan kepada

seorang maupun lembaga. bank menggolongkan antara nasabah utama dan

nasabah biasa penggolongannya berdasarkan keaktifan serta loyalitas nasabah

yang bersangkutan terhadap bank.

i. Pesaing

Dalam kondisi tidak stabil bank kekurangan dana sementara tingkat

pesaing dalam perebut dana simpanan cukup ketat maka bank harus bersaing

dengan bank lainnya. Dalam arti jika untuk bunga simpanan rata-rata pesaing

15% maka jika hendak membutuhkan dana cepat sebaiknya bunga simpanan

dinaikkan di atas bunga pesaing.

2.1.5.2 Pengukuran Tingkat Suku Bunga

Pengukuran tingkat suku bunga dalam penelitian ini menggunakan harga

BI Rate, seperti yang dijelaskan oleh Bank Indonesia “BI Rate adalah suku
bunga kebijakan yang mencerminkan sikap atau stance kebijakan moneter

yang ditetapkan oleh bank Indonesia dan diumumkan kepada publik”.

Menurut (Sunariyah 2011)suku bunga adalah: “Harga dari pinjaman. Suku

bunga dinyatakan sebagai persentase uang pokok per unit waktu”.

Dengan menggunakan BI rate sebagai indikator tingkat suku bunga maka

dapat mengetahui operasi moneter yang dilakukan Bank Indonesia melalui

pengelolaan likuiditas (liquidity management) di pasar uang untuk mencapai

sasaran operasional kebijakan moneter.

2.2 Hubungan Nilai Tukar dan Harga Saham

Menurut (Halim 2009)mata uang suatu negara merupakan cerminan kondisi

ekonomi suatu negara. Jika perekonomian suatu negara membaik, maka mata

uang negara tersebut cenderung menguat terhadap mata uang negara lainnya.

Karena itu, jika mata uang suatu negara melemah terhadap mata uang negara lain,

maka ada kemungkinan bahwa kondisi negara tersebut melemah dibandingkan

sebelumnya. Ketika nilai tukar domestik terdepresiasi membuat para investor akan

mempertimbangkan lagi dalam melakukan kegiatan investasi dikarenakan nilai

tukar merupakan cerminan dari kondisi perekonomian suatu negara. Hal ini

menyebabkan permintaan pada harga saham berkurang sehingga menyebabkan

penurunan pada harga saham itu sendiri. Kenaikan Kurs Dollar US yang tajam

terhadap rupiah akan berdampak negatif terhadap emiten yang memiliki hutang
dalam Dollar US sementara produk emiten tersebut dijual secara lokal. Sementara

itu, emiten yang berorientasi di pasar ekspor akan menerima dampak positif dari

kenaikan Kurs Dollar US tersebut. Sehingga dapat diartikan bahwa harga saham

emiten yang terkena dampak negatif akan mengalami penurunan di bursa efek,

dan emiten yang terkena dampak positif akan mengalami peningkatan harga

sahamnya.

2.3 Hubungan Suku Bunga dan Harga Saham

Menurut (Fahmi 2015)Pada saat suku bunga mengalami kenaikan dan harga

saham di pasar (market price) mengalami penurunan, maka investor akan

cenderung memindahkan dananya dari saham ke deposito (time deposit). Begitu

pula sebaliknya, pada saat kondisi pasar saham mengalami kenaikan atau

bergairah maka investor cenderung akan memindahkan dananya yang tersimpan

di deposito (time deposit) ke saham. Dengan alasan berinvestasi di saham adalah

memiliki tingkat keuntungan yang lebih tinggi. Investor adalah mereka yang

memiliki karakteristik "penghindar risiko" dan menyukai keuntungan yang

suistainable(berkelanjutan). Suku bunga menjadi salah satu tolak ukur masyarakat

dalam menanamkan modalnya. Pemilik modal akan mengalokasikan kekayaannya

pada asset berdasarkan tingkat return dan resiko yang ada pada suatu aset. Suku

bunga menjadi hal yang penting dalam pertumbuhan dan perkembangan

perekonomian khususnya sektor riil serta aliran modal di suatu negara.

2.4 Penelitian Terdahulu


Penelitian terdahulu terkait dengan pengaruh fluktuasi nilai tukar dan tingkat

suku bunga terhadap harga saham pada perusahaan sektor perdagangan yang

terdaftar di Bursa Efek Indonesia di masa pandemi covid-19, sebagai berikut:

Tabel 2.4 Hasil Penelitian Terdahulu


No Nama Judul Penelitian Hasil Penelitian
Peneliti
1. (Putri 2020) Pengaruh Inflasi, ada pengaruh signifikan antara
Suku Bunga, Nilai Pengaruh Inflasi, Suku Bunga, Nilai
Tukar, Ekspor, dan Tukar, Ekspor, dan Impor terhadap
Impor terhadap Indeks Harga Saham di Kawasan Asia
Indeks Harga Saham Tenggara, sedangkan dua variabel lain
di Kawasan Asia yaitu Inflasi, Impor tidak berpengaruh
Tenggara signifikan terhadap Indeks Harga
Saham di Kawasan Asia Tenggara.
2. (Luthfiana Pengaruh nilai tukar, variabel independen secara simultan
2018) tingkat suku bunga berpengaruh terhadap variabel
dan inflasi terhadap dependen. Hasil penelitian secara
indeks harga saham parsial menyatakan bahwa variabel
sektor property yang Kurs &Inflasi berpengaruh negative
terdaftar di bursa efek terhadap Indeks Harga Saham Sektor
Indonesia Properti, sedangkan variabel Suku
Bunga tidak berpengaruh signifikan
terhadap Indeks Harga Saham Sektor
Properti.
3. (Nurlina Pengaruh nilai tukar Bahwa nilai tukar dan suku bunga
2017) dan suku bunga mempengaruhi harga saham PT. Bank
terhadap harga saham Rakyat Indonesia Tbk sebesar 45,2%
PT. Bank Rakyat sedangkan sisa 54,8% dipengaruhi oleh
Indonesia Tbk variabel lain di luar model penelitian
ini.
4. (Ginting, Pengaruh tingkat suku Hasil penelitian menunjukan bahwa
Topowijono, bunga, nilai tukar dan secara simultan variabel BI-Rate, nilai
and inflasi terhadap harga tukar dan inflasi berpengaruh signifikan
Sulasmiyati saham (studi pada sub terhadap harga saham perbankan.
2015) sektor perbankan di Secara parsial, variabel BI-Rate dan
bursa efek Indonesia inflasi tidak terdapat pengaruh yang
periode 2011-2015) signifikan terhadap harga saham,
sedangkan variabel nilai tukar terdapat
pengaruh yang signifikan terhadap
harga saham.

No Nama Judul Penelitian Hasil Penelitian


Peneliti
5. (Qing and The Effect of Money the money supply, real effective
Kusairi 2019) Supply,Exchange exchange rate, interest spread, had a long-
Rate, and Interest run effect on the performance of the stock
Spread toward the market. Money supply and the real
Performance of effective exchange rate had a positive
Stock Market in effect on the stock market performance in
Malaysia the short run. Conversely, the interest
spread showed a negative influent on the
stock market performance in the short
run.
2.5 Kerangka Pikir

Pengaruh Fluktuasi nilai tukar dan tingkat suku bunga terhadap harga saham pada
perusahaan sektor perdagangan yang terdaftar di bursa efek Indonesia di masa pandemi
covid-19

a. Pergerakan harga saham


b. Melemahnya rupiah terhadap dollar US
c. Ketidakstabilan suku bunga

Nilai Tukar (X1) Suku Bunga (X2)


 Cita rasa masyarakat  Kebutuhan dana

 Laba yang diinginkan


 Harga barang ekspor
impor  Jaminan

 Kebijakan pemerintah
 Inflasi
 Jangka waktu
 Suku bunga & tingkat
 Reputasi perusahaan
pengembalian
 Produk
 Pertumbuhan ekonomi
 Hubungan baik

 Pesaing
Sadono sukirno (2011:402)
Kasmir (2007: 37-40)
Harga Saham (Y)

 Laba per lembar saham (EPS)


 Tingkat Bunga
 Jumlah Kas dividen
 Jumlah laba yang didapat perusahaan
 Tingkat resiko dan pengembalian

Weston dan Brigham (2005)

2.6 Hipotesis Penelitian

Hipotesis atau hipotesa merupakan jawaban sementara terhadap rumusan

masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk kalimat pertanyaan. Dikatakan

sementara, karena jawaban yang di berikan baru di dasarkan pada teori yang

relevan, belum di dasarkan pada fakta-fakta empiris yang diperoleh melalui

pengumpulan data. Jadi, hipotesis juga dapat dinyatakan sebagai jawaban teoritis

terhadap rumusan masalah penelitian belum jawaban yang empirik.

Nilai tukar terhadap mata uang lainnya merupakan bagian dari proses valuta

asing. Besarnya nilia tukar akan mempengaruhi pergerakan industri dalam negeri,

terutama perusahaan yang mengandalkan investor asing untuk berinvestasi di

dalam negeri. Sebagaimana yang diungkapkan oleh (Halim 2009) bahwa nilai

tukar akan berpengaruh terhadap harga saham. Hal ini pula terungkap dalam

penelitian oleh (Luthfiana 2018)yang menemukan adanya pengaruh nilai tukar

terhadap harga saham.


Berdasarkan penjelasan di atas, maka hipotesis penelitian yang diajukan

yakni:

H1 :Diduga bahwa fluktuasi nilai tukar berpengaruh terhadap harga saham

perusahaan sektor perdagangan yang terdaftar di bursa efek Indonesia di masa

pandemi covid-19.

Tingkat suku bunga merupakan harga yang didapatkan dari penggunaan dana

investasi dalam periode waktu tertentu, dan merupakan indikator dalam

menentukan apakah seseorang akan melakukan investasi atau menabung.

Sebagaimana yang diungkapkan oleh fahmi (2015) bahwa suku bunga memiliki

hubungan dengan harga saham. Hal ini pula didukung dalam penelitian (Putri

2020)yang menemukan adanya pengaruh suku bunga terhadap harga saham.

H2 : Diduga bahwa tingkat suku bunga berpengaruh terhadap harga saham

perusahaan sektor perdagangan yang terdaftar di bursa efek Indonesia di masa

pandemi covid-19.

H3: Diduga bahwa fluktuasi nilai tukar dan tingkat suku bunga berpengaruh secara

simultan terhadap harga saham perusahaan sektor perdagangan yang terdaftar di

bursa efek Indonesia di masa pandemi covid-19.


BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis dan Sumber Data

Dalam penelitian ini data yang digunakan adalah data sekunder. Data

sekunder merupakan sumber data penelitian yang diperoleh peneliti dari lokasi

penelitian secara tidak langsung. Sumber data dalam penelitian ini melalui media

perantara (diperoleh dan dicatat orang lain atau telah dipublikasikan) di Bursa

Efek Indonesia www.idx.co.id dan yahoo finance finance.yahoo.com.

3.2 Pendekatan dan Desain Penelitian

Dalam penelitian ini penulis menggunakan pendekatan kuantitatif yang

dimaksud untuk menganalisis pengaruh antar satu variabel dengan variabel

lainnya dengan pengujian hipotesis. Dimana dalam penelitian ini ingin

mengetahui atau menguji apakah fluktuasi nilai tukar dan tingkat suku bunga
terhadap harga saham perusahaan. Penelitian ini menggunakan variabel keuangan

yang terdiri dari fluktuasi nilai tukar (X1), tingkat suku bunga (X2) dan harga

saham yang didesain dalam penelitian sebagaimana nampak pada gambar sebagai

berikut:

Gambar 3.2 Desain Penelitian

Fluktuasi Nilai
Tukar (KURS)
Harga Saham
(HS)

Tingkat Suku
Bunga
(SBI)

3.3 Variabel dan Definisi Operasional Variabel Penelitian

Menurut (Singarimbun 2000), definisi operasional adalah unsur penelitian

yang memberitahukan bagaimana cara mengukur suatu variabel. Adapun yang

menjadi indikator adalah sebagai berikut:

1. Nilai tukar merupakan presentase jumlah nilai suatu mata uang Negara

terhadap mata uang Negara lain.


2. Suku bunga merupakan jumlah presentasi besar kecilnya dari jumlah yang

harus di bayarkan peminjam kepada pemberi jasa pinjaman.

3. Perubahan suatu harga saham merupakan kenaikan atau penurunan dari harga

saham yang dipengaruhi oleh faktor internal maupun eksternal perusahaan.

3.3.1 Variabel Dependen

Variabel dependen adalah variabel yang diterangkan atau mendapat pengaruh

dari variabel lainnya. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah harga saham.

3.3.2 Variabel Independen

Variabel independen adalah variabel yang berfungsi menerangkan atau

mempengaruhi variabel lainnya. Dalam penelitian ini ada dua variabel independen

yang digunakan yaitu nilai tukar dan suku bunga.

Berdasarkan uraian diatas maka dapat disusun operasional variabel yang terdapat

pada tabel berikut:

Tabel 3.3 Operasional Variabel

Jenis Definisi Variabel Indikator Skala


variable
Nilai Tukar presentase jumlah nilai suatu Data yang diambil Nominal
mata uang Negara terhadap adalah nilai tukar
(X1) mata uang Negara lain. rupiah terhadap US$
per bulan di masa
pandemi covid-19.
Suku Bunga jumlah presentasi besar Data yang diambil Rasio
kecilnya dari jumlah yang adalah tingkat suku
harus di bayarkan peminjam bunga BI 7Days
(X2) kepada pemberi jasa pinjaman. Reserve Repo Rate per
bulan di masa
pandemi covid-19.
Harga kenaikan atau penurunan dari Harga saham dalam Rasio
Saham harga saham yang dipengaruhi penelitian diambil
oleh faktor internal maupun pada harga saham saat
(Y) eksternal perusahaan. Harga penutupan setiap akhir
saham tersebut kemudian bulan di masa
dibandingkan dengan harga pandemi covid-19.
saham bulan/tahun sebelumnya

3.4 Populasi dan Sampel

3.4.1 Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/subjek yang

mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk

dipelajari dan ditarik kesimpulannya (Sugiyono 2012)Dalam penelitian ini yang

menjadi populasi adalah perusahaan sektor perdagangan yang terdaftar di bursa

efek Indonesia. Populasi dalam penelitian ini adalah berjumlah 150 perusahaan

yang terbagi dalam 8 subsektor.

3.4.2 Sampel

Sampel adalah bagian dari jumlah karakteristik yang dimiliki oleh populasi

(Sugiyono 2014) berdasarkan definisi di atas, bahwa sampel merupakan bagian

dari jumlah populasi, karena populasi dalam penelitian ini cukup luas dan peneliti
tidak mungkin mempelajari semua yang ada pada populasi, maka peneliti hanya

menggunakan sampel dalam penelitian ini menggunakan purpose sampling yakni

penarikan sampel berdasarkan kriteria sebagai berikut:

1. Perusahaan dari sektor industrti barang konsumsi yang terdaftar di BEI

dengan pengklasifikasian ICMD (Indonesian Capital Market Directory)

tahun 2020.

2. Perusahaan sektor perdagangan. yang menerbitkan laporan keuangan triwulan

secara lengkap tahun 2020.

3.5 Teknik Pengumpulan Data

Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini

adalah sebagai berikut:

a. Teknik Kepustakaan

Teknik pengumpulan data dengan cara membaca buku, literatur, serta sumber

lainnya dari media cetak maupun elektronik yang berhubungan dengan masalah

yang diteliti.

b. Teknik Dokumentasi

Teknik dokumentasi dalam penelitian ini dilakukan dengan cara

mengumpulkan data sekunder dan dipublikasikan dari Bursa Efek Indonesia

dengan situs resminya di www.idx.co.id, situs resmi Bank Indonesia www.bi.go.id

serta situs https://finance.yahoo.com.


3.6 Teknik Analisis Data

3.6.1 Analisis Regresi Linier Berganda

Analisis yang digunakan untuk mengetahui pengaruh antara variabel bebas

dengan variabel terikat adalah analisis regresi linier berganda. Model regresi linier

berganda adalah model regresi yang digunakan untuk membuat hubungan antara

satu variabel terikat dengan beberapa variabel bebas. Berikut persamaan regresi

linier berganda:

HS = a +b1KURS+ b2SBI + e

Keterangan:

HS = Harga Saham

KURS = Nilai tukar rupiah

SBI = Suku Bunga

a = Konstanta

b = koefisien Regresi (nilai peningkatan/penurunan)

e = standar error

3.6.2 Uji Asumsi Klasik

Untuk memperoleh nilai pengukuran yang biasa dari persamaan regresi

ganda maka perlu diadakan uji asumsi klasik, yang meliputi:

1. Uji Normalitas
Uji ini bertujuan untuk mengetahui apakah dalam model regresi, variabel

pengganggu atau residual memiliki distribusi normal, jika nilai residual tidak

mengikuti distribusi normal, maka uji statistic tidak valid untuk jumlah sampel

kecil(Ghozali 2005)Cara yang akan digunakan untuk mendeteksi apakah residual

berdistribusi normal atau tidak adalah dengan cara desain grafik. Jika data

menyebar disekitar garis diagonal atau mengikuti arah garis diagonal, atau grafik

histogramnya menunjukan pola distribusi normal, maka model regresi memenuhi

asusi normalitas, demikian sebaliknya. Selain itu dapat juga digunakan uji

Kolmogorov-smirnov (K-S), dijelaskan (Ghozali 2005)bila nilai signifikan <0,05

berarti distribusi data tidak normal, sebaliknya bila nilai signifikan >0,05 berarti

distribusi data normal.

2. Uji Heteroskedastisitas

Heteroskedastisitas adalah varian residual yang tidak konstan pada regresi

sehingga akurasi hasil prediksi menjadi meragukan. Heteroskedastisitas dapat

diartikan juga sebagai ketidaksamaan variasi variabel pada semua pengamatan,

dan kesalahan yang terjadi memperlihatkan hubungan yang sistematis sesuai

dengan besarnya satu atau lebih variabel bebas sehingga kesalahan tersebut tidak

acak (random). Residu pada Heteroskedastisitas semakin besar apabila

pengamatan semakin besar.

3. Uji Multikolinearitas

Multikolinearitas dapat dideteksi pada model regresi apabila pada variabel

terdapat pasangan variabel bebas yang saling berkolerasi kuat satu sama lain.
Apabila pada regresi terdeteksi adanya kasus multikolinearitas, maka dapat terjadi

perubahan tanda koefisien regresi dari positif pada saat diuji dengan regresi

sederhana, menjadi negatif pada saat diuji dengan regresi berganda atau

sebaliknya. Disamping itu, Multikolinearitas dapat menyebabkan fluktuasi yang

besar pada prediksi koefisien regresi dan juga dapat menyebabkan penambahan

variabel independen yang tidak berpengaruh sama sekali.

4. Uji Autokorelasi

Uji ini bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi ada korelasi

antara kesalahan penggunaan pada periode t dengan kesalahan penggunaan pada t-

1 sebelumnya. Model regresi yang baik adalah regresi yang bebas dari

autokorelasi.

3.6.3 Uji Hipotesis

Pengujian hipotesis model regresi berganda pada penelitian ini dilakukan

dengan tiga tahap yaitu pengujian individu atau parsial (Uji t), pengujian

menyeluruh atau simultan (Uji F) dan uji Koefisien Determinan (R2).

1. Pengujian individu atau Parsial (Uji t)

Untuk mengetahui bahwa variabel independen (nilai tukar dan suku bunga)

secara parsial mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel dependen

(harga saham). Berikut ini hipotesis dari pengujian parsial :


H01 : β1 ≤ 0 tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara nilai tukar terhadap

harga saham pada perusahaan sektor perdagangan

H01 : β1 > 0 terdapat pengaruh yang signifikan antara nilai tukar terhadap harga

saham perusahaan sektor perdagangan.

H02 :β1 ≤ 0 tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara tingkat suku bunga

terhadap harga saham perusahaan sektor perdagangan.

H02 :β1> 0 terdapat pengaruh yang signifikan antara tingkat suku bunga terhadap

harga saham perusahaan sektor perdagangan.

2. Pengujian menyeluruh atau simultan (Uji F)

Untuk mengetahui bahwa variabel independen (nilai tukar dan tingkat suku

bunga) secara simultan mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel

dependen (harga saham). Berikut ini hipotesis dari pengujian simultan:

HO3 : β1 = β2 = 0 variabel independen (nilai tukar dan tingkat suku bunga) secara

bersama-sama tidak mempunyai pengaruh terhadap harga saham pada perusahaan

sektor perdagangan.

H03 : β1 ≠ β2 ≠ 0 variabel independen (nilai tukar dan tingkat suku bunga) secara

bersama-sama mempunyai pengaruh terhadap harga saham perusahaan sektor

perdagangan.

3. Pengujian koefisien determinan (R2)


Koefisien determinan (R2) berguna untuk mengukur seberapa besar peranan

variabel independen (nilai tukar dan tingkat suku bunga) secara bersama-sama

menjelaskan perubahan yang terjadi pada variabel dependen (harga saham).

DAFTAR PUSTAKA

Brigham, Eugene F. Dan J. F. Houston. 2010. Dasar-Dasar Manajemen

Keuangan. 11th ed. Jakarta: Salemba Empat.

Damuri, Yose Rizal. 2020. “Tepatkah Lockdown Dalam Menghadapi.”

(March):5.

Darmadji, Tjiptono dan Fakhruddin. 2012. Pasar Modal Di Indonesia. Tiga.

Jakarta: Salemba Empat.

Eduardus, Tandelilin. 2001. Analisis Investasi Dan Manajemen Risiko. Pertama.

Yogyakarta: BPFE.

Fabozzi, J. Frank. 2000. Manajemen Investasi. Buku 2. Jakarta: Salemba Empat.

Fahmi, Irham. 2014. Pengantar Manajemen Keuangan. Bandung: Alfabeta.


Fahmi, Irham. 2015. Pengantar Manajemen Keuangan Teori Dan Soal Jawab.

Bandung: Alfabeta.

Fahmi, Irham. 2017. Pengantar Pasar Modal. Bandung: Alfabeta.

Ghozali, Imam. 2005. Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program SPSS.

Tiga. Semarang: Universitas Diponegoro.

Ginting, Maria Ratna Marisa, Topowijono, and Sri Sulasmiyati. 2015. “( Studi

Pada Sub-Sektor Perbankan Di Bursa Efek Indonesia Periode 2011-2015 ).”

Jurnal Adminisrasi Bisnis 35(2):77–85.

Hadi, NOOR. 2015. Pasar Modal. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Halim, Abdul dan Mamduh M. Hanafi. 2009. Analisis Laporan Keuangan. Empat.

Yogyakarta: UPP STIM YKPN.

Jogiyanto. 2000. Teori Portofolio Dan Analisis Investasi. Yogyakarta: BPFE.

Jogiyanto. 2008. Teori Portofolio Dan Analisis Investasi. Lima. Yogyakarta:

BPFE.

Kartikaningsih, Dewi, Nugraha, and Sugiyanto. 2020. “Pengaruh Nilai Tukar

Terhadap Harga Saham Sektor Infrastruktur Pada Masa Pandemi Covid-19.”

Jurnal Akuntansi Dan Keuangan 3(1):53–60.

Kasmir. 2007. Dasar-Dasar Perbankan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Kasmir. 2012. Analisis Laporan Keuangan. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Luthfiana, Hilmia. 2018. “Pengaruh Nilai Tukar, Tingkat Suku Bunga Dan Inflasi
Terhadap Indeks Harga Saham Sektor Property Yang Terdaftar Di Bursa

Efek Indonesia.” (April).

Michael, Spence. 1973. Job Market Signaling. Vol. 87; N.

Mishkin, F. S. 2001. The Economic of Money Banking, and Financial Markets.

Sixth. Columbia: Addison Wesley Longman.

Ni Wayan Sri Asih Masithah Akbar. 2016. “Analisis Pengaruh Inflasi, Suku

Bunga, Nilai Tukar (Kurs) Dan Pertumbuhan Produk Domestik Bruto (Pdb)

Terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (Ihsg) Studi Kasus Pada

Perusahaan Properti Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia.” Jurnal

Manajemen Dan Akuntansi 17(1):43–52.

Nopirin. 2012. Pengantar Ilmu Ekonomi Mikro Makro. Yogyakarta: BPFE.

Nurlina. 2017. “Pengaruh Nilai Tukar Dan Suku Bunga Terhadap Harga Saham

PT. Bank Rakyat Indonesia Tbk.” Jurnal Samudra Ekonomika 1(1):33–41.

Putri, Lega. 2020. “Pengaruh Inflasi, Suku Bunga, Nilai Tukar, Ekspor, Dan

Impor Terhadap Indeks Harga Saham Di Kawasan Asia Tenggara.” 21(1):1–

9.

Qing, Yeoh Kai, and Suhal Kusairi. 2019. “The Effect of Money Supply,

Exchange Rate, and Interest Spread toward the Performance of Stock Market

in Malaysia.” Widyakala Journal 6(2):142. doi:

10.36262/widyakala.v6i2.217.

Sadono, Sukirno. 2010. Makroekonomi. Teori Pengantar. Tiga. Jakarta: PT. Raja
Grasindo Perseda.

Sadono, Sukirno. 2011. Makro Ekonomi Teori Pengantar. Jakarta: PT.

Rajagrafindo Persada.

Sapto, Rahardjo. 2006. Kiat Membangun Aset Kekayaan. Jakarta: Elex Media

Komputindo.

Sartono, Agus. 2012. Manajemen Keuangan Teori Dan Aplikasi. Empat.

Yogyakarta: BPFE.

Sihaloho, Estro Dariatno. 2020. “Dampak Covid-19 Terhadap Perekonomian

Indonesia Dampak Covid-19 Terhadap Perekonomian Indonesia.”

ResearchGate (April):1–6.

Singarimbun, M. dan Efendi. 2000. Metode Penelitian Survey. Jakarta: PT.

Pustaka LP3ES.

Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif Dan R&B. Bandung:

Alfabeta.

Sugiyono. 2014. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif,

Kualitatif, Dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Sunariyah. 2011. Pengantar Pasar Modal. Enam. Yogyakarta: UPP STIM YKPN.

Tambunan, Diana. 2020. “Investasi Saham Di Masa Pandemi COVID-19.” Widya

Cipta: Jurnal Sekretari Dan Manajemen 4(2):117–23. doi:

10.31294/widyacipta.v4i2.8564.
Weston, J. Fred &. Eugene F. Brigham. 2005. Dasar-Dasar Manajemen

Keuangan. Jakarta: Erlangga.

Widoatmojo, Sawidji. 2005. Cara Sehat Investasi Di Pasar Modal. Jakarta: PT

Elex Media Komputindo.

Anda mungkin juga menyukai