Anda di halaman 1dari 58

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Dunia bisnis di era modern saat ini perkembangan aktivitias ekonomi dan

keuangan syariah di Indonesia terus mengalami kemajuan. Kondisi ini menyebabkan

perusahaan dituntut untuk meningkatkan kinerjanya agar dapat bertahan dalam jangka

panjang. Untuk menghadapi persaingan yang ketat, perusahaan harus berbenah diri

dengan menerapkan manajemen modern dan strategi bersaing (Ilmiyono, 2019).

Melalui kinerja yang baik, perusahaan akan mampu menjaga dan meningkatkan

kepercayaan investor dengan menginvestasikan sahamnya sebanyak mungkin.

Penting bagi investor dalam berinverstasi untuk memiliki pertimbangan yang matang

melalui analisa yang mantap dalam mengukur dan menguji sejauh mana bobot

ketangguhan kinerja saham perusahaan yang dia akan curahkan kucuran dananya

dalam berinvestasi (Ananta, 2022).

Seorang investor yang ingin berinvestasi harus mempertimbangkan mengenai

tujuannya berinvestasi, dengan melihat dari kisaran lama jangka waktunya sampai

mengantisipasi risiko yang mungkin dapat terjadi seminimal mungkin. Sehingga hal

yang paling penting bagi investor adalah memahami instrumen investasi apa yang

cocok dan akan dipilih untuk digunakannya dalam berinvestasi, dan guna menggapai

tujuan dari investasi itu sendiri, yaitu perolehan keuntungan dimasa depan.
Dilihat dari sudut pandang investor, disarankan agar memiliki pengetahuan dan

kesadaran potensial tentang pergerakan pasar dan determinan dari pergerakan

tersebut. Para ahli mengaitkan beberapa faktor internal dan faktor eksternal sebagai

faktor yang mempengaruhi harga saham. Faktor internal utama adalah kinerja

perusahaan, tata kelola, aset dan posisi likuiditas, dividen dan pendapatan. Faktor

eksternal meliputi peraturan pemerintah, siklus bisnis, sikap investor, kondisi pasar,

bencana alam dan ketidakpastian politik seperti pemogokan, blokade, dan lain

sebagainya (Alam et al., 2016). Analisis Fundamental membantu investor untuk

menganalisis nilai sekarang perusahaan pada tahap keseimbangan di pasar dengan

menganalisis ekonomi, industri, dan factor-faktor yang terkait dengan perusahaan

(Venkata, 2020).

Terdapat beberapa jenis atau bentuk dalam melakukan investasi. Namun, secara

umum dapat dibagi menjadi dua, yaitu: Dapat dilihat dari jenis aset yang

diinvestasikan, yaitu investasi pada aset riil dan investasi pada aset finansial. Aset riil

merupakan aset yang memiliki wujud (misalnya: investasi pada tanah, emas, rumah,

dan logam mulia). Sedangkan aset finansial yaitu aset yang wujudnya tidak terlihat,

tetapi tetap memiliki nilai yang tinggi (misalnya: instrumen pasar uang, saham,

reksadana, dan obligasi) (Wasis, 2019).

Pasar modal di Indonesia yaitu ada Bursa Efek Indonesia sebagai wadah untuk

melakukan transaksi instrumen keuangan terutama untuk investasi saham. Saham


sebagai adanya tanda pada suatu perusahaan dari modal yang dimiliki oleh investor,

menariknya saham begitu digandrungi oleh penanam modal tentu saja dalam

melakukan investasi (Amaliana, 2022). Pasar modal tidak hanya berhubungan antara

perusahaan-perusahaan dengan para pengusaha saja, akan tetapi pasar modal juga

memberikan kesempatan bagi masyarakat untuk berpartisipasi dalam berinvestasi di

pasar modal dan berpartisipasi dalam perkembangan suatu perekonomian.

Bagi investor muslim, sangat didorong untuk memilih emiten yang terdaftar

dalam listing Indeks Saham Syariah sebagai instrumen keuangan syariah.

Perkembangan perekonomian syariah di Indonesia mendorong munculnya produk

investasi yang berbasis syariah. Salah satu produk investasi syariah yang mulai

menarik perhatian para investor yaitu saham syariah. Ada beberapa saham syariah

yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) seperti Indeks Saham Syariah Indonesia

dan Jakarta Islamic Index (JII). Pada tanggal 17 Mei 2018 BEI meluncurkan Indeks

saham terbaru dari JII yaitu JII 70. JII 70 merupakan indeks atas 70 saham syariah

yang memiliki kapitalisasi pasar dan likuiditas transaksi yang tinggi (Indonesia,

2019).

Sejak diluncurkan JII 70 mendapatkan respon positif oleh pasar. Analis

Binaartha Sekuritas mengatakan emiten berkapitalisasi besar dari sejumlah sektor

yang masuk dalam daftar indeks tersebut mendapatkan respon positif dari investor

karena sejumlah sentimen. Dari sektor pertambangan ada sejumlah emiten yang
mencatatkan kinerja positif beriringan dengan kenaikan komoditas dunia seperti

ADRO dan UNTR. Sektor agribisnis terdapat emiten seperti AALI yang mendaptkan

respon positif. Di sisi lain, emiten infrastruktur seperti TLKM juga dinilai prospektif

oleh investor (Andriani, 2018). Adapun perbandingan nilai JII 70 dapat dilihat pada

gambar di bawah ini:

Gambar 1.1
Perbandingan Nilai Indeks JII 70
Sumber : (Finance.yahoo, 2019)

Pada bulan November 2018 nilai JII 70 sebesar 216,55 dan mengalami

peningkatan yang cukup signifikan yaitu pada bulan Maret 2019 sebesar 234,80 atau

sebesar 8,43%. Salah satu faktor yang memotivasi investor dalam berinvestasi saham

adalah return. Besarnya tingkat return saham yang diperoleh investor ditentukan oleh

fluktuasi dari harga saham di pasar. Fluktuasi harga saham dipengaruhi oleh beberapa

faktor salah satunya adalah faktor fundamental atau faktor yang berasal dari dalam

perusahaan (Heni, 2020)


Saham merupakan pilihan produk utama dalam pasar modal, sehingga investor

wajib melihat dan melakukan analisa terlebih dahulu terhadap kondisi keuangan pada

perusahaan sebelum memutuskan untuk berinvestasi. Semakin meningkat keuntungan

perusahaan maka semakin meningkat harga sahamnya. Investor mendapatkan

keuntungan pembelian saham berasal dari pembagian dividen yang dilakukan oleh

perusahaan dan keuntungan perbedaan harga jual dan harga beli suatu saham. Saham

mempunyai karakteristik yaitu high risk-high return yang memiliki arti semakin

tinggi keuntungan yang didapatkan maka semakin tinggi pula kerugian yang

didapakan oleh investor (Darmawan 2018). Investor yang ingin meminimalkan risiko

harus dapat menganalisis dengan tepat dan cermat perusahaan mana yang menarik

untuk diinvestasikan dan akan memberikan keuntungan.

Seperti yang telah kita ketahui adanya wabah virus corona (Covid-19), penyakit

yang berasal pertama kalinya dari Wuhan China ini terjadi tanggal 31 Desember 2019

dengan secara perlahan penyebaran virus ini mulai meluas ke berbagai negara yang

lain termasuk Indonesia (Kemenkes, 2020). Penyakit ini disebabkan oleh korona

virus jenis baru yang diberi nama SARS-CoV-2 (Alexander, 2020). Pandemi

COVID-19 di Indonesia merupakan bagian dari pandemi penyakit koronavirus 2019

(COVID-19) yang sedang berlangsung di seluruh dunia. Kasus positif COVID-19 di

Indonesia pertama kali dideteksi pada tanggal 2 Maret 2020, ketika dua orang

terkonfirmasi tertular dari seorang warga negara Jepang (Rebeca, 2020). Pada tanggal
9 April, pandemi sudah menyebar ke 34 provinsi dengan DKI Jakarta, Jawa Timur

dan Jawa Tengah sebagai provinsi paling terpapar virus corona di Indonesia.

Kejadian luar biasa ini berdampak pada perekonomian Indonesia. Tidak hanya

kesehatan, sektor bisnis mengalami dampak yang serius akibat pandemik Covid-19.

Dampak pandemi COVID-19 menyebabkan rendahnya sentimen investor terhadap

pasar yang pada akhirnya membawa pasar ke arah cenderung negative (Nasution,

Erlina dan Muda, 2020). Pandemik ini juga berdampak pada pasar modal dan

pergerakkan saham perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Pergerakan

indeks saham gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia dipengaruhi oleh kondisi

internal dan eksternal. Secara internal, kondisi pandemi Covid-19 dan kebijakan

social distancing (WFH dan PSBB) di dalam negeri telah mempengaruhi dinamika

pasar saham (ditunjukkan dengan pergerakan indeks IHSG di Bursa Efek Indoensia)

(Junaedi dan Salistia, 2020). Adanya Pandemik Covid-19 membuat investor menarik

modalnya atau melakukan aksi jual saham yang menyebabkan IHSG mengalami

penurunan. Investor mengalami kepanikan dengan kejadian luar biasa ini sehingga

memilih untuk menjual saham yang dibelinya (Franky, 2020).

Berikut dapat dilihat perubahan-perubahan harga saham yang tidak menentu

dikarenakan berbagai faktor yang terjadi pada grafik di bawah ini:


Gambar 1.2
Grafik Indeks Harga Saham Gabungan
Sumber: Bursa Efek Indonesia (BEI)

Dari grafik di atas dapat dilihat bahwasanya harga saham pada tahun 2019

tidak terlalu mengalami banyak penurunan ataupun kenaikan yang terlalu jauh

seperti bulan-bulan yang lainnya. Akan tetapi sampai pada tahun 2020 dimulai pada

bulan januari grafik harga saham tersebutpun mengalami pergerakan ke bawah atau

menunjukkan penurunan harga saham. Dan pada bulan Maret 2020 grafik harga

saham tersebutpun turun sampai level sangat jauh, akan tetapi grafik tersebutpun

langsung menunjukkan pergerakan ke atas secara perlahan sampai pada bulan

Desember 2020. Pergerakan IHSG yang turun sampai level bawah pada bulan Maret

2020 hal tersebut karena dipengaruhi dari menyebarnya virus covid-19 di Indonesia.
Dari kasus tersebut, dalam melakukan investasi seorang investor harus

memiliki informasi berkaitan dengan dinamika harga saham agar dapat mengambil

keputusan tentang saham perusahaan yang layak untuk dipilih. Informasi yang tepat

akan kewajaran harga saham dapat membuat para investor terhindar dari kerugian

membuat keputusan dalam melakukan investasi saham.

Seorang investor yang akan menginvestasikan dananya pada suatu perusahaan

tertentu, hendaknya melakukan analisis kinerja dari perusahaan yang bersangkutan.

Kinerja keuangan perusahaan perlu untuk dianilisi terlebih dahulu agar investor tidak

salah dalam memilih saham dan terjebak dengan saham dalam kondisi keuangannya

yang sangat buruk. Semakin baik kinerja sebuah perusahaan maka semakin besar

pengaruhnya terhadap kenaikan harga saham. Begitu juga sebaliknya, semakin

menurun kinerja suatu perusahaan maka kemungkinan besar merosotnya harga

saham yang diterbitkan dan diperdagangkan. Keadaan perusahaan akan menjadi

tolak ukur seberapa besar risiko yang akan ditanggung oleh investor (Rahmania,

2016).
Berikut adalah kondisi harga saham beberapa perusahaan yang terdaftar di

Bursa Efek Indonesia (BEI) pada periode 2018-2021:

Tabel 1.1
Kondisi Harga Saham JII 70 2018-2021
N Harga Saham (Rp)
Nama Perusahaan
o 2018 2019 2020 2021

1 PT Astra Agro Lestari Tbk 11.825 14.575 12.325 9.500

2 PT AKR Corporindo Tbk 858 790 636 822

3 PT Aneka Tambang Tbk 765 840 1.935 2.250

4 PT Indofood CBP Sukses Makmur 10.450 11.150 9.575 8.700

5 PT Kimia Farma (Persero) Tbk 2.600 1.250 4.250 2.430

6 PT Kalbe Farma Tbk 1.520 1.620 1.480 1.615

Sumber: www.idx.co.id

Berdasarkan tabel di atas, kondisi harga saham beberapa perusahaan yang

terdaftar di Jakarta Islamic Index 70 (JII70) periode 2018-2021 cenderung

mengalami fluktuasi. Ada banyak faktor yang menyebabkan harga saham pada

perusahaa tersebut tidak stabil, baik itu dari faktor internal perusahaan ataupun faktor

eksternal perusahaan. Dikatakan berdampak positif apabila harga saham mengalami

peningkatan maka perusahaan dapat dikatakan baik karena mampu menjaga stabilitas

harga sahamnya, sehingga keadaan ini dapat menyebabkan investor semakin tertarik
untuk menginvestasikan dananya dan membeli saham perusahaan tersebut. Namu

dapat dikatakan juga berdampak negatif apabila harga mengalami penurunan, maka

keadaan ini akan menyebabkan kurangnya kepercayaan investor terhadap perusahaan

dan efek jangka panjangnya dapat menyebabkan kerugian.

Maka untuk meminimalisir resiko sehingga tidak akan menimbulkan kerugian

nantinya, investor sebaiknya melakukan penilaian saham terlebih dahulu, untuk

mempermudah investor dalam penilaian saham, terdapat analisis fundamental untuk

meminimalisir resiko tersebut. analisis fundamental adalah analisis yang

menggunakan informasi dalam maupun luar perusahaan, seperti kinerja, pesaing

usaha, industri bahkan ekonomi-mikro makro, serta informasi pasar (Octasylva &

Fachroji, 2020).

Analisis fundamental menggunakan data masa depan dan sekarang untuk

memperkirakan saham wajar pasar dan untuk memprediksi nilai masa depan (Zulfita,

2022). Analisis fundamental memudahkan investor dikarenakan termuat dalam

laporan keuangan yang menyajikan informasi kinerja keuangan melalui rasio-rasio

keuangan dan nilai perusahaan. Tujuan dari analisis tidak hanya untuk menemukan

sebuah perusahaan yang sukses; tujuannya adalah untuk menemukan perusahaan

yang bernilai lebih dari yang perkiraan investor. Analisis fundamental bukan jaminan

bahwa investor akan merealisasikan keuntungan tinggi atas saham, tetapi pasti

memiliki peran penting dalam mencapai tujuan ini (Zulfita, 2022).


Analisis fundamental yang mempengaruhi harga saham perusahaan di pasar

modal dapat dibedakan menjadi dua, yaitu fundamental internal dan eksternal.

Variabel eksternal (makro ekonomi) berasal dari luar perusahaan yang ikut

mempengaruhi harga saham seperti inflasi, tingkat pengangguran, tingkat suku

bunga, nilai tukar, gross domestic product (GDP) dan defisit anggaran. Sedangkan

variabel fundamental internal berasal dari dalam perusahaan, yaitu variabel yang

mencerminkan kondisi dan prestasi kinerja keuangan. Salah satu alat dalam analisis

fundamental adalah analisa laporan keuangan. Rasio yang digunakan untuk mengukur

kinerja keuangan perusahaan dapat dikelompokkan dalam lima kelompok, yaitu: rasio

likuiditas, rasio solvabilitas, rasio pasar, rasio aktivitas dan rasio profitabilitas (Arifin,

2018).

Dalam penelitian kali ini penulis mengunakan yang paling umum digunakan para

insvestor menjadi bahan pertimbangan analisis. Rasio keuangan yang digunakan

antara lain Return On Asset (ROA), Return On Equity (ROE), Current Ratio (CR),

Quick Ratio (QR), Debt to Asset Ratio (DAR), Debt to Equity Ratio (DER), rasio

pasar /nilai perusahaan yang digunakan dalam penelitian ini yang dapat dikaitkan

dengan harga saham adalah Book Value per share (PBV), Price Earning Ratio (PER),

dan model tobins Q. Mayoritas investor menggunakan analisis fundamental dalam

menentukan keputusan berinvestasi sebagai dasar awal untuk menentukan portofolio.


Penelitian yang dilakukan oleh Shelly (2020) yang menyebutkan bahwa salah

satu dampak terjadinya covid-19 ialah pada umumnya mampu menurunkan nilai

harga saham IHSG dan pada semua sektor pasar modal. Atas dasar uraian latar

belakang tersebut, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian. Analisis

Perbandingan fundamental Saham Sebelum dan Saat Pandemic Covid 19 (studi kasus

pada saham syariah yang terdaftar di Jakarta Islamic Index 70).

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan Latar Belakang Masalah diatas, maka penulis merumuskan masalah

sebagai berikut:

a. Investasi yang menurun akibat pandemi covid-19.

b. Pasar modal Indonesia turut serta mengalami tekanan akibat pandemi Covid-19 ini.

c. Rendahnya penilaian dari investor dan mempengaruhi keputusan investasi para

investor sehingga bursa saham global menjadi melemah.

e. Ketika wabah Covid-19 berlangsung mengakibatkan pergerakan indeks saham

syariah mencapai pertumbuhan negative dan penurunan diawal pandemi dan menurun

tajam pada bulan maret 2020


1.3. Pertanyaan Penelitian

1. Apakah terdapat perbedaan signifikan terhadap ROA sebelum dan saat pandemic

covid 19 pada perusahaan JII 70?

2. Apakah terdapat perbedaan signifikan terhadap ROE sebelum dan saat pandemic

covid 19 pada perusahaan JII 70?

3. Apakah terdapat perbedaan signifikan terhadap CR sebelum dan saat pandemic

covid 19 pada perusahaan JII 70?

4. Apakah terdapat perbedaan signifikan terhadap QR sebelum dan saat pandemic

covid 19 pada perusahaan JII 70?

5. Apakah terdapat perbedaan signifikan terhadap DAR sebelum dan saat pandemic

covid 19 pada perusahaan JII 70?

6. Apakah terdapat perbedaan signifikan terhadap DER sebelum dan saat pandemic

covid 19 pada perusahaan JII 70?

7. Apakah terdapat perbedaan signifikan terhadap PER sebelum dan saat pandemic

covid 19 pada perusahaan JII 70?

8. Apakah terdapat perbedaan signifikan terhadap Tobin’s Q sebelum dan saat

pandemic covid 19 pada perusahaan JII 70?

9. Apakah terdapat perbedaan signifikan terhadap PBV sebelum dan saat pandemic

covid 19 pada perusahaan JII 70?


1.4. Tujuan Penelitian

1. Untuk Mengetahui perbedaan signifikan terhadap antara ROA sebelum dan saat

pandemic covid 19 pada perusahaan JII 70

2. Untuk Mengetahui perbedaan signifikan terhadap ROE sebelum dan saat

pandemic covid 19 pada perusahaan JII 70

3. Untuk Mengetahui perbedaan signifikan terhadap CR sebelum dan saat pandemic

covid 19 pada perusahaan JII 70

4. Untuk Mengetahui perbedaan signifikan terhadap QR sebelum dan saat pandemic

covid 19 pada perusahaan JII 70

5. Untuk Mengetahui perbedaan signifikan terhadap DAR sebelum dan saat

pandemic covid 19 pada perusahaan JII 70

6. Untuk Mengetahui perbedaan signifikan terhadap DER sebelum dan saat

pandemic covid 19 pada perusahaan JII 70

7. Untuk Mengetahui perbedaan signifikan terhadap PER sebelum dan saat

pandemic covid 19 pada perusahaan JII 70

8. Untuk mengetahui perbedaan signifikan terhadap Tobin’s Q sebelum dan saat

pandemic covid 19 pada perusahaan JII 70

9. Untuk mengetuhui perbedaan signifikan terhadap PBV sebelum dan saat

pandemic covid 19 pada perusahaan JII 70


1.5. Manfaat Penelitian

1.5.1. Bagi Peneliti

Hasil dari penelitian yang telah dilakukan ini diharapkan dapat memberi

pengetahuan dan manfaat kepada penulis tentang pentingnya analisis fundamental

perusahaan terhadap kegiatan investasi jangka panjang.

1.5.2. Pemerintah daerah

Dengan penelitian ini peneliti mengharapkan dapat memberi pengetahuan

tentang analisis fundamental perusahaan kepada para pelaku investasi yang akan

melakukan kegiatan pemberian modal kepada perusahaan pada saat masa pandemi

Covid-19.

1.5.3. Peneliti lanjutan

Peneliti mengharapkan hasil penelitian dapat menambah wawasan, dan

pengetahuan bagi seluruh pihak mengenai Fundamental perusahaan dimasa pandemi


1.6. Kerangka Pemikiran

Analisis Perbandingan Fundamental Saham Sebelum dan Saat


Pandemic Covid 19

Kinerja Keuangan 2018 dan 2019 Kinerja Keuangan 2020 dan 2021
(Sebelum Pnademic Covid 19) (Saat Pnademic Covid 19)
- ROA - ROA
- ROE - ROE
- CR - CR
- QR - QR
- DAR - DAR
- DER - DER
- PER - PER
- Tobin’s Q - Tobin’s Q
- PBV - PBV

Uji Beda
(Uji Paired Sampel T-test)

Tidak Terdapat Terdapat


Perbedaan Perbedaan
BAB II
LANDASAN TEORITIS DAN TELAAH

2.1. Tinjauan Teori

Tinjauan teori merupakan pendekatan teori yang digunakan oleh peneliti untuk

menjelaskan permasalahan dalam penelitian. Teori yang ada berasal dari rujukan dan

disusun sebagai langkah-langkah dalam menganalisis permasalahan. Tinjauan teori

sangat penting dalam penelitian, karena menjelaskan kerangka konseptual secara

terstruktur sehingga peneliti dapat memahami fenomena yang diteliti. Dalam

penelitian ini, teori dasar yang digunakan adalah signaling theory (teori sinyal).

2.1.1. Teori Sinyal (Signaling Theory)

Signaling theory diperkenalkan oleh Spence pada tahun 1973. Spence

melakukan penelitian yang berjudul "Job Market Signaling". Spence mengatakan

bahwa terdapat asimetri informasi dalam pasar ketenagakerjaan. Signaling

Theory (teori sinyal) mengemukakan bagaimana sebuah perusahaan harus

memberikan sinyal kepada pengguna laporan keuangan (Maryana & Ikhsan, 2019).

Sinyal ini dapat berbentuk informasi tentang apa yang telah dilakukan manajemen

untuk memenuhi keinginan pemilik.

Menurut teori sinyal, organisasi yang berkualitas baik akan dengan sengaja

mengirimkan sinyal ke pasar, dan pasar diharapkan dapat membedakan antara

perusahaan yang berkualitas baik dan buruk (Kartolo & Sugiyanto, 2019).
Informasi biasanya terjadi dikarenakan adanya perbedaan penerimaan

informasi yang dimiliki oleh pihak internal maupun eksternal perusahaan (Spence,

1973) Dalam penelitian kali ini, peneliti menggunakan laporan keuangan untuk

membantu pihak manajemen, lembaga keuangan, investor dan pemerintah untuk

membuat keputusan-keputusan bisnis. Teori sinyal memberikan pandangan bahwa

isyarat merupakan hal yang penting dalam melihat prospek perusahaan (Muhammad,

2022). Tujuan utama dari teori sinyal adalah mengkomunikasikan tindakan-tindakan

yang dilakukan oleh internal yang tidak dapat diamati secara langsung oleh pihak

luar.

Teori signal menunjukkan alasan perusahaan untuk memberikan informasi

laporan keuangan kepada pihak di luar perusahaan yang berkaitan dengan adanya

asimetri informasi antara pihak manajemen perusahaan dengan pihak luar.

Manajemen perusahaan memiliki lebih banyak pengetahuan dan menyadari potensi

perusahaan di masa depan (Maryana & Ikhsan, 2019).

Teori ini menjelaskan bahwa laporan keuangan yang baik merupakan sinyal

atau tanda bahwa perusahaan telah beroperasi dengan baik. Sinyal yang baik akan

direspon dengan baik oleh pihak lain. Menurut Zainudin dan Hartono (2010)

informasi yang dipublikasikan sebagai suatu pengumuman akan memberikan signal

bagi investor dalam pengambilan keputusan investasi. Jika pengumuman tersebut


mengandung nilai positif, maka diharapkan pasar akan bereaksi pada waktu

pengumuman tersebut diterima oleh pasar.

Signaling Theory ini digagas dalam ilmu ekonomi dan keuangan yang

menggambarkan informasi yang asimetris antara perusahaan dengan pihak luar

karena manajemen lebih mengetahui tentang prospek perusahaan dan peluang masa

depan dibandingkan pihak luar atau investor. Manajemen akan berusaha selalu untuk

mengungkapkan informasi privat yang menurut pertimbangannya sangat diminati

oleh calon investor dan pemegang saham khususnya jika informasi tersebut

merupakan berita baik (good news). Di samping itu, manajemen berminat

menyampaikan informasi yang dapat meningkatkan kredibilitasnya.

2.2. Analisis Fundamental

Menurut Zaimsyah et al., (2019: 114) analisis fundamental menyatakan bahwa

tiap instrumen investasi memiliki landasan yang kuat yakni nilai intrinsik yang bisa

ditentukan melalui sesuatu analisis yang sangat hati- hati terhadap keadaan pada saat

kini serta prospeknya pada waktu yang akan tiba. Dapat disimpulkan bahwa analisis

fundamental ialah analisis yang bertujuan untuk mengetahui kinerja perusahaan

melalui analisis laporan keuangan perusahaan.

Menurut Fauzia, 2017 ada beberapa tahapan untuk melakukan analisis

fundamental, yaitu:
a. Analisis ekonomi, yaitu bertujuan untuk mengetahui bisnis serta prospek

bisnis suatu perusahaan. Dalam analisis ekonomi terdapat variabel yang

bersifat makro antara lain pendapatan nasional, kebijakan moneter dan fisikal,

tingkat bunga dan sebagainya.

b. Analisis industri, yaitu bertujuan untuk mengetahui kelemahan dan kekuatan

jenis industri perusahaan yang bersangkutan. Hal-hal penting yang perlu

dipertimbangkan pemodal dan analisis saham misalnya penjualan dan laba

perusahaan, permanen industri, sikap dan kebijakan pemerintah terhadap

industri, kondisi persaingan dan harga saham perusahaan sejenis.

c. Analisis perusahaan, yaitu untuk mengetahui kinerja perusahaan. Para

penanam modal memerlukan informasi tentang perusahaan yang relevan

sebagai dasar pembuatan keputusan investasi. Informasi tersebut antara lain

tentang informasi laporan keuangan periode tertentu. Informasi yang penting

lagi adalah informasi yang bersifat ekspektasi yaitu informasi tentang

proyeksi keuangan atau forecasting. Hal itu mengingat bahwa kebutuhan

informasi didasarkan atas pertimbangan bahwa harga saham ditentukan oleh

kinerja perusahaan dimasa lalu dan ekspektasi dimasa yang akan datang.

Jadi, analisis fundamental adalah analisis yang bertujuan untuk mengetahui

kinerja perusahaan dengan melalui analisis laporan keuangan perusahaan, baik

dengan membandingkan laporan keuangan internal dan eksternal (perusahaan lain)


sehingga dapat diketahui perusahaan mana yang akan dipilih nantinya untuk

berinvestasi. Analisis fundamental menganalisis faktor-faktor makro ekonomi yang

mempengaruhi kinerja seluruh perusahaan, dilanjutkan dengan analisis industri, dan

pada akhirnya dilakukan analisis terhadap perusahaan yang mengeluarkan sekuritas

bersangkutan untuk menilai apakah sekuritas yang dikeluarkannya menguntungkan

atau merugikan bagi investor (Tandelilin 2010:338). Analisis fundamental

memudahkan investor dikarenakan termuat dalam laporan keuangan yang menyajikan

informasi kinerja keuangan melalui rasio rasio keuangan.

2.3. Analisis Rasio Keuangan

2.3.1. Pengertian Rasio Keuangan

Rasio keuangan merupakan suatu aktivitas dalam membandingkan angka -

angka yang terdapat di dalam laporan keuangan dengan cara membagi satu angka

dengan angka yang lainnya (Kasmir, 2019).

Sedangkan Menurut Pratama et al., (2021) Analisis rasio keuangan merupakan

analisis terhadap instrumen keuangan perusahaan dalam hal ini adalah laporan

keuangan perusahan dalam periode yang telah ditetapkan dengan tujuan untuk

menilai, mengukur dan juga memberikan gambaran berkaitan kinerja keuangan

perusahaan.
Berdasarkan beberapa pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa analisis rasio

keuangan merupakan suatu alat yang digunakan membandingkan antara dua angka

dari laporan keuangan perusahaan. rasio keuangan digunakan untuk memantau

kinerja perusahaan dan tolak ukur dalam evaluasi perkembangan bisnis. Pihak

investor menggunakan rasio keuangan untuk mengukur nilai investasi yang dilakukan

sehingga dapat diprediksi untung atau rugi ketika berinvestasi pada perusahaan

tersebut, Jika dilihat pada perbandingan rasio antara investasi dan bisnis maka

sebagai investor mampu menentukan investasi yang paling menguntungkan. Analisis

rasio keuangan dapat digunakan oleh beberapa pihak antara lain pihak manajemen,

kreditur, investor dan pemerintah.

2.3.2. Tujuan Analisis Rasio Keuangan

Kasmir (2016:68) menguraikan 6 tujuan dari analisis rasio keuangan, yaitu:

1) Untuk mengetahui posisi keuangan perusahaan dalam satu periode tertentu, baik

aset, kewajiban, ekuitas, maupun hasil usaha yang telah dicapai untuk beberapa

periode.

2) Untuk mengetahui kelemahan-kelemahan apa saja yang menjadi kekurangan

perusahaan.

3) Untuk mengetahui kekuatan-kekuatan yang dimiliki.

4) Untuk mengetahui langkah-langkah perbaikan apa saja yang perlu dilakukan ke

depan berkaitan dengan posisi keuangan perusahaan saat ini.


5) Untuk melakukan penilaian kinerja manajemen ke depan apakah perlu penyegaran

atau tidak karena sudah dianggap berhasil atau gagal.

6) Dapat juga digunakan sebagai pembanding dengan perusahaan sejenis tentang

hasil yang mereka capai.

Sedangkan Astuti (2021:6) menjelaskan terdapat 4 tujuan utama analisis rasio

keuangan dilakukan yaitu:

1) Untuk penyaringan (screening). Analisis rasio keuangan ditujukan untuk

membaca, memahami, serta menyaring berbagai aktivitas bisnis yang akan

dilakukan di masa mendatang. Contoh aktivitasnya seperti merger, investasi, atau

lainnya.

2) Untuk peramalan (forecasting). Analisis rasio keuangan ditujukan untuk

memprediksi kira-kira kondisi keuangan perusahaan di masa depan seperti apa.

Selain itu, analisis ini juga bertujuan untuk mengetahui bagaimana kondisi

keuangan perusahaan di masa sekarang.

3) Untuk diagnosa (diagnosis). Analisis rasio keuangan ditujukan untuk melihat

kemungkinan terjadinya masalah dalam ruang lingkup bidang operasi dan

keuangan. Sehingga perusahaan atau pihak yang berkepentingan bisa membuat

strategi untuk mencegah permasalahan itu terjadi

4) Untuk penilaian (evaluation). Analisis rasio keuangan ditujukan untuk mengetahui

dan menilai prestasi manajemen, keuangan, operasi, dan lainnya. Penilaian ini juga
ditujukan untuk melihat kinerja karyawan dan melakukan perbaikan atas hal yang

dirasa kurang

2.3.3. Keunggulan dan Kelemahan Analisis Rasio Keuangan

Analisis rasio keuangan memiliki keunggulan dan kelemahan dalam

penggunaannya menurut harahap dalam (Dewi, 2017), Adapun keunggulan sebagai

berikut:

1. Rasio merupakan agka-angka atau ikhtisar statistik yang mudah unuk dibaca.

2. Informasi yang disajikan laporan keuangan yang rinci dan rumit.

3. Mengetahui posisi perusahaan ditengan industri lain.

4. Bermanfaat dalam mengisi model-model pengambilan keputusan dan model

prediksi.

5. Dapat menyesuaikan size perusahaan..

6. Mudah membandingkan perusahaan secara periodic atau time series.

7. Mudah dalam melakukan prediksi dimasa mendatang.

Adapun kelemahan analisis rasio keuangan menurut J Fred Weston dalam

(Dewi, 2017) sebagai berikut:

1. Data keuangan disusun dari fata akuntansi dan ditafsirkan dalam berbagai macam

cara.

2. Dalam prosedur pelaporan yang berbeda dapat mengakibatkan laba yang

dilaporkan berbeda tergantung prosedur pelaporan keuangan.


3. Adanya manipulasi data dalam penyusunan laporan keuangan, contonya tidak jujur

dalam memasukkan angka-angka sehingga hasil perhitungan rasio keuangan tidak

menunjukkan hasil sesungguhnya.

4. Perlakuan dalam pengeluaran biaya-biaya antara satu perusahaan dengan

perusahaan yang lain berbeda.

5. Penggunaan tahun fiskal dan pengaruh musiman dapat mengakibatkan perubahan

pada rasio komperatif

6. Dalam kesamaan rasio standar industri belum menjamin perusahaan berjalan

normal dan akan dikelola dengan baik

2.3.4. Manfaat Analisis Rasio Keuangan

Menurut Fahmi dalam (Dewi, 2017) menyatakan bahwa rasio

keuangan digunakan sebagai alat analisis rasio sehingga dapat

diperoleh manfaat sebagai berikut:

1. Sebagai alat untuk menilai kinerja dan prestasi perusahaan.

2. Dalam pihak manajemen sebagai rujukan untuk membuat perencanaan.

3. Sebagai alat mengevaluasi kondisi suatu perusahaan dari perspektif keuangan.

4. Bagi para kreditor digunakan untuk memperkirakan potensi risiko yang akan

dihadapi dengan adanya jaminan kelangsungan pembayaran bunga dan

pengembalian pokok pinjaman.

5. Sebagai penilaian bagi pihak stakeholder organisasi.


2.3.5. Jenis-Jenis Rasio Keuangan

Jenis-jenis rasio keuangan menurut (Kasmir, 2015) digunakan untuk menilai

kinerja manajemen, masing-masing dari rasio tersebut tergantung dari kebutuhan

perusahaan. Berikut ini adalah bentuk- bentuk rasio keuangan yaitu:

1) Rasio Likuiditas

Rasio likuiditas merupakan kemampuan perusahaan membayar

semua kewajiban jangka pendek pada saat jatuh tempo dengan

menggunakan aktiva lancar, berkenaan dengan keadaan keseluruhan keuangan

perusahaan yang berkaitan dengan kemampuan mengubah aktiva lancar menjadi uang

kas (Dewi, 2017).

Terdapat beberapa perusahaan yang mengalami kesulitan finansial sehingga tidak

dapat membiayai kegiatan operasional dan melakukan pembayaran utang,

kemampuan membiayai tedapat pada perusahaan yang finansialnya harus terpenuhi,

baik kegiatan operasional maupun pembayaran utang.

Adapun Jenis-jenis rasio likuiditas menurut (Kasmir, 2016) sebagai berikut:

1. Rasio lancar (current ratio), rasio yang menunjukkan perbandingan antara aktiva

lancar dan kewajiban lancar yang merupakan ukuran paling umum untuk mengetahui

kesanggupan suatu perusahaan memenuhi kewajiban jangka pendek.


2. Rasio cepat (quick ratio), rasio yang menunjukkan kemampuan perusahaan daalam

memenuhi kewajiban jangka pendek, pengukuran quick ratio mengurangkan aktiva

lancar dengan persediaan.

3. Rasio kas (cash ratio), yang menunjukkan posisi kas yang dapat menutupi hutang

lancar. Rasio ini menggambarkan kemampuan kas yang dimiliki dalam manajemen

kewajiban lancar pada tahun yang bersangkutan.

Namun, dalam penelitian ini penulis fokus pada rasio lancar

(current ratio) dan rasio cepat (quick ratio) sebagai proksi dari rasio likuiditas, dalam

hasil pengukuran rasio. Menurut (Budiman, 2017) apabila semakin kecil rasio maka

perusahaan kekurangan modal dalam membayar utang ataupun sebaliknya, tetapi

belum tentu kondisi perusahaan dapat dikatakan baik, hal ini terjadi karena terdapat

indikasi dana yang tidak digunakan secara efisien.

Rasio lancar (current ratio) menurut Kasmir (2016:135) dapat dihitung dengan

rumus:

Aset lancar
Current ratio= x 100
Huang lancar

Rasio cepat (quick ratio) menurut Kasmir (2016:138) dapat dihitung dengan

rumus:

Aset lancar−Persediaan
Quick ratio= x 100
Huang lancar

2) Rasio Solvabilitas
Rasio Solvabilitas merupakan rasio untuk mengukur sejauh mana aktivitas

perusahaan dibiayai dengan hutang (Kasmir, 2015). Menurut (Herlina dan Iryani,

2015) Solvabilitas menunjukkan kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban

keuangannya apabila perusahaan dilikuidasi baik kewajiban pada jangka pendek

maupun jangka panjang, serta dapat dikatakan solvable jika mempunyai aset yang

mampu membayar hutang.

Menurut Kasmir (2019) merupakan rasio yang digunakan untuk

mengukur sejauh mana aktiva perusahaan dibiayai dengan utang. Artinya yaitu

seberapa besar beban utang yang ditanggung perusahaan dibandingkan dengan

aktivanya. Dalam arti luas dikatakan bahwa rasio solvabilitas digunakan untuk

mengukur kemampuan perusahaan dalam membayar seluruh kewajibannya, baik itu

jangka pendek maupun jangka panjang apabila perusahaan dibubarkan.

Adapun tujuan perusahaan menggunakan rasio solvabilitas menurut Firdaus

(2020), yaitu:

1. Untuk mengetahui posisi perusahaan terhadap kewajiban kepada pihak lainnya

(kreditor).

2. Untuk menilai keseimbangan antara nilai aktiva tetap dengan modal

3. Untuk menilai kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban yang bersifat

tetap (contoh : angsuran pinjaman)

4. Untuk menilai seberapa besar aktiva perusahaan dibiayai oleh utang


5. Untuk menilai atau mengukur berapa bagian dari setiap rupiah modal sendiri yang

dijadikan jaminan utang jangka panjang

6. Untuk menilai Bagaimana pengaruh utang perusahaan terhadap pengelolaan aktiva

7. Untuk menilai berapa dana pinjaman yang segera akan ditagih, terdapat sekian

kalinya modal sendiri yang dimiliki.

Sementara itu, menurut Firdaus (2020) manfaat rasio solvabilitas adalah sebagai

berikut, yaitu:

1. Untuk menganalisis kemampuan posisi perusahaan terhadap kewajiban kepada

pihak lainnya.

2. Untuk menganalissis keseimbangan antara nilai aktiva khususnya aktiva tetap

dengan modal

3. Untuk menganalisis kemampuan perusahaan memenuhi kewajban yang bersifat

tetap (misalnya angsuran pinjaman)

4. Untuk menganalisis seberapa besar aktiva perusahaan dibiayai oleh utang

5. Untuk menganalisis atau mengukur berapa bagian dari setiap rupiah modal sendiri

dijadikan jaminan utang jangka panjang

6. Untuk meganalisis seberapa besar utang perusahaan berpengaruh terhadap

pengelolaan aktiva

7. Untuk menganalisis berapa dana pinjaman yang segera akan ditagih ada terdapat

sekian kalinya modal sendiri.


Menurut (Kasmir, 2015) ada beberapa jenis rasio solvabilitas secara umum terdiri

sebagai berikut:

1. Debt to Assets Ratio (DAR), rasio yang digunakan mengukur seberapa besar

aktiva dibiayai oleh hutang atau seberapa besar hutang berpengaruh dalam

pengelolaan aktiva.

2. Long Term Debt to Equity Ratio, rasio yang digunakan untuk mengukur modal

sendiri yang dijadikan jaminan jangka panjang dengan membandingkan utang

jangka panjang dengan modal yang tersedia di perusahaan.

3. Debt to Equity Ratio (DER), rasio yang digunakan untuk menilai utang dengan

ekuitas. Rasio ini berfungsi untuk mengetahui setiap rupiah modal sendiri yang

dijadikan jaminan hutang.

Namun, dalam penelitian ini penulis fokus pada Debt to equity

ratio (DER) dan Debt to Assets Ratio (DAR) sebagai proksi dari rasio solvabilitas.

Semakin besar rasio ini, artinya semakin tidak menguntungkan karena semakin beasar

resiko yang ditanggung atas kegagalan yang terjadi, kesempatan untuk memperoleh

tambahan pinjaman juga semakin sulit karena dikhawatirkan perusahaan tidak

mampu membayar utang yang digunakan.

Rasio Debt to Assets Ratio (DAR) menurut Kasmir (2016:156) dapat dihitung

dengan rumus:

Total hutang
DAR= x 100
Total aset
Rasio Debt to equity ratio (DER) menurut Kasmir (2016:158) dapat dihitung

dengan rumus:

Total hutang jangka panjang


DER= x 100
Total ekuitas

3) Rasio Prifitabilitas

Rasio Profitabilitas adalah rasio untuk menilai kemampuan perusahaan dalam

mencari keuntungan dan memberikan ukuran tingkat efektivitas manajemen suatu

perusahaan (Kasmir, 2015). Rasio Profitabilitas adalah rasio untuk mengukur

kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba dari aktivitas normal bisnisnya

(Hery, 2015). Salah satu Tujuan penggunaan rasio profitabilitas menurut (Kasmir,

2016) yaitu mengukur atau menghitung laba perusahaan dalam periode tertentu dan

menilai posisi laba perusahaan dari tahun sebelumnya ke tahun yang sekarang.

Tujuan penggunaan rasio profitabilitas bagi perusahaan maupun bagi pihak luar

perusahaan menurut Kasmir (2019: 199) yaitu :

1) Untuk mengukur atau menghitung laba yang diperoleh perusahaan dalam satu

periode tertentu.

2) Untuk menilai posisi laba perusahaan tahun sebelumnya dengan tahun sekarang.

3) Untuk menilai perkembangan laba dari waktu ke waktu.


4) Untuk menilai besarnya laba bersih sesudah pajak dengan modal sendiri.

5) Untuk mengukur produktivitas seluruh perusahaan yang digunakan baik modal

pinjaman maupun modal sendiri.

6) Untuk mengukur produktivitas dari seluruh dana perusahaan yang digunakan baik

modal sendiri.

Adapun jenis-jenis rasio profitabilitas yang dapat digunakan oleh perusahaan

menurut Kasmir (2019: 199) adalah sebagai berikut :

1) Margin Laba Bersih atau Net Profit Margin Margin merupakan ukuran keuntungan

dengan membandingkan antara laba setelah bunga dan pajak dibandingkan dengan

penjualan. Rasio ini menunjukkan pendapatan bersih perusahaan atas penjualan.

Rata-rata standar untuk industri Net Profit Margin yaitu 20%.

2) Return On Asset (ROA) Suatu perusahaan dikatakan memiliki kinerja yang baik

apabila memenuhi persyaratan tertentu, terutama terkait dengan kondisi

keuangannya. Jika seuatu perusahaan memiliki rasio keuangan yang baik, maka

kinerjanya dalam mengelola sumber daya yang dimiliki untuk mencapai

produktivitas tinggi dan menghasilkan keuntungan yang bisa dikatakan baik.

Banyak rasio keuangan yang dapat digunakan untuk mengukur kinerja

keuangan perusahaan, salah satunya adalah Return On Assets

(ROA).
3) Return on equity (ROE) Rasio ini digunakan mengukur laba bersih setelah pajak

dengan modal sendiri. Rasio ini juga menunjukkan efisiensi penggunaan modal

sendiri. Adapun semakin tinggi rasio ini maka semakin baik, yang artinya posisi

pemilik perusahaan semakin kuat, begitu sebaliknya. Rasio ini digunakan untuk

mengukur efektivitas dari keseluruhan operasional perusahaan (Kasmir, 2016).

Pada penelitian ini fokus dengan menggunakan Return on equity (ROE) dan

Return On Assets (ROA). Rasio Return on equity (ROE) dan Return On Assets

(ROA) menurut Kasmir (2016:202) dapat dihitung dengan rumus:

Laba bersih setelah pajak


ROA= x 100
Total aset

Lababersih
ROE= x 100
Total ekuitas
2.4. Nilai Perusahaan

2.4.1. Pengetian Nilai Perusahaan

Menurut Utari, dkk (2014, hal. 315) nilai ialah suatu yang dihargai, dijunjung

tinggi, dan diperjuangkan. Nilai perusahaan adalah hasil kerja perpaduan capital dan

tenaga kerja. Setiap kegiatan operasi perusahaan mengharapkan hasil. Dibalik hasil

itu terdapat resiko, jika hasil yang diharapkan itu tidak dapat diwujudkan.

Menurut (Hartaroe et al., 2016) nilai perusahaan adalah pandangan investor

terhadap tingkat keberhasilan perusahaan dan sering dikaitkan dengan harga saham.

Bila semakin tinggi sebuah harga saham, maka semakin tinggi pula nilai perusahaan.

Nilai perusahaan yang tinggi adalah keinginan para pemilik perusahaan.

Menurut (Muhammad Rivandi, 2022) nilai perusahaan adalah:

“persepsi investor terhadap tingkat keberhasilan perusahaan yang sering

dikaitakan dengan harga saham.

Menurut (Atmikasari et al., 2020) mendefinisikan bahwa:

“Nilai perusahaan merupakan kondisi tertentu yang telah dicapai oleh suatu

perusahaan sebagai gambaran dari kepercayaan masyarakat terhadap perusahaan

setealh melalui suatu proses kegiatan selama beberapa tahun, yaitu mulai dari

perusahaan tersebut didirikan sampai dengan saat ini.”

Berdasarkan kedua pendapat dari para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa

nilai perusahaan adalah sebuah gambaran bahwa perusahaan dengan kondisi dimana,
perusahaan tersebut telah mencapai target yang diinginkan oleh seorang manajer yang

telah dikelola yang nantinya dijadikan gambaran bagi masyarakat maupun investor

untuk berinvestasi pada perusahaan tersebut.

2.4.2. Tujuan Memaksimalkan Nilai Perusahaan

Dalam arti luas nilai perusahaan merupakan alat ukur yang digunakan para

investor untuk menanamkan modalnya keperusahaan yang dituju. Dalam hal ini

perusahaan harus memiliki tujuan yang baik bagi perusahaan, sehingga bisa menjadi

bahan pertimbangan bagi para investor.

Menurut (Sudana, 2015) teori-teori dibidang keuangan memiliki satu fokus,

yaitu memaksimalkan kemakmuran pemegang saham atau pemilik perusahaan

(wealth of the shareholders). Tujuan normatif ini dapat diwujudkan dengan

memaksimalkan nilai pasar perusahaan (market value of firm). Bagi perusahaan yang

sudah go public, memaksimalkan nilai perusahaan sama dengan memaksimalkan

harga pasar saham. Memaksimalkan nilai perusahaan dinilai lebih tepat sebagai

tujuan perusahaan karena:

1. Memaksimalkan nilai perusahaan berarti memaksimalkan nilai sekarang dari

semua keuntungan yang akan diterima oleh pemegang sham dimasa yang akan

datang atau berorientasi jangka panjang

2. Mempertimbangkan faktor risiko


3. Memaksimalkan nilai perusahaan lebih menekankan pada arus kas dari pada

sekedar laba menurut pengertian akuntansi

4. Memaksimalkan nilai perusahan tidak mengabaikan tanggung jawab sosial

2.4.3. Pengukuran Nilai Perusahaan

Nilai perusahaan dapat diukur dengan suatu rasio yang disebut rasio penilaian.

(Sutrisno, 2010) mendefinisikan rasio penilaian adalah suatu rasio untuk mengukur

kemampuan perusahaan dalam menciptakan nilai pada masyarakat (investor) atau

pada para pemegang saham.

(Brigham & Daves, 2019). Dengan demikian, semakin tinggi nilai perusahaan,

maka semakin tinggi keberhasilan perusahaan menurut investor. Sebaliknya, ketika

nilai perusahaan rendah, keberhasilan perusahaan dinilai rendah oleh investor.

Menurut Wahyudyatmika (2020), terdapat beberapa metode yang dapat digunakan

pada pengukuran nilai perusahaan, antara lain sebagai berikut.

1. Price-Earnings Ratio (PER)

Menurut Titman et al. (2018), metode ini menunjukkan besar keinginan investor

untuk membayar setiap 1 satuan mata uang, misal Rp1, atas earnings yang

dilaporkan. Menurut Sofyan (2010, hal. 311) menyatakan rasio ini menunjukkan

perbandingan antara harga saham dipasar atau harga perdana yang ditawarkan

dibandingkan dengan pendapatan yang diterima. PER yang tinggi menunjukkan

ekspetasi investor tentang prestasi perusahaan di masa yang akan datang cukup
tinggi. Lewat rasio ini, harga saham sebuah emiten dibandingkan dengan laba bersih

yang dihasilkan oleh emiten tersebut dalam setahun. Dengan mengetahui besaran

PER tersebut, calon investor potensial dapat mengetahui apakah harga sebuah saham

tergolong wajar atau tidak sesuai kondisi saat ini dan bukannya berdasarkan pada

perkiraan di masa mendatang (Rully, 2022). PER dapat diperoleh melalui perhitungan

berikut.

Harga pasar per lembar


Per=
EPS

Keterangan :

PER = Price Earning Ratio

EPS = Earning Per Share atau Laba Per saham

2. Price-to-Book Value (PBV)

Menurut (Margaretha, 2011) Price Book Value (PBV) adalah sebagai berikut:

“Price Book Value menggambarkan seberapa besar menghargai nilai buku saham

suatu perusahaan”. Sedangkan (Fahmi, 2014) Price Book Value (PBV) adalah

sebagai berikut: “Price Book Value (PBV) merupakan rasio untuk mengukur

seberapa besar harga saham yang ada dipasar dibandingkan dengan nilai buku

sahamnya. Semakin rendah nilai PBV suatu saham maka saham tersebut
dikategorikan undervalued, dimana sangat baik untuk investasi jangka panjang

(Rully, 2022). Namun, rendahnya nilai PBV juga dapat mengindikasikan menurunnya

kualitas dan kinerja fundamental emiten. Oleh sebab itu, nilai PBV juga harus

dibandingkan dengan PBV saham emiten lain dalam industri yang saham. kapitalisasi

pasar suatu perusahaan dapat dijadikan indikator perkembangan suatu perusahaan.

Rasio ini berfungsi untuk melengkapi analisis book value. Jika pada analisis book

value, investor hanya dapat mengetahui kapasitas per lembar dari nilai saham, pada

rasio PBV investor juga dapat mengetahui langsung sudah berapa kali market value

suatu saham dihargai dari book valuenya. Metode ini dikenal juga sebagai market-to-

book ratio dengan formula perhitungan yang dijabarkan oleh Brealey et al. (2018)

sebagai berikut:

Harga per lembar saham


PBV =
Nilai buku per lembar saham

3. Tobin’s Q

Nilai perusahaan mencerminkan persepsi investor terhadap suatu perusahaan,

persepsi tersebut dapat terlihat dari nilai rasio Tobin’s Q (Ermad et al, 2020). Tobin’s

Q merupakan salah satu indikator guna mengukur kinerja perusahaan, terutama pada

pembahasan dan penelitian tentang nilai perusahaan, yang menunjukkan suatu

proforma manajemen dalam mengelola aktiva perusahaan (Sudiyatno dan Puspitasari,

2010). Tobin’s Q digunakan pada berbagai penelitian pada bidang ekonomi, terutama

mikroekonomi, keuangan dan studi investasi. Pada bidang ekonomi menggunakan Q


sebagai pengukur nilai tambah “Marginal Q” guna menjelaskan keputusan investasi

perusahaan, yang didasarkan pada margin laba (Sudiyatno dan Puspitasari, 2010).

Melalui rasio Tobin’s Q akan diketahui nilai perusahaan Bank Syariah yang sudah

go public, sehingga dapat memberikan gambaran serta suplemen informasi tentang

kontribusi Bank Syariah dalam memakmurkan para pemegang saham. pendek dan

hutang jangka panjang) yang dibagi dengan total asset (nilai buku ekuitas ditambah

nilai buku hutang). Menurut (Mediyanti, 2021) rumus Tobin’s Q merupakan

formulasi sebagai berikut :

' MVE+ D
Tobin n s q=
TA

Catatan :

MVE = Market Value Equity, total nilai pasar saham

D = Debt (total hutang), terdiri dari hutang lancar + hutang jangka panjang

TA = Total Asset

Setelah diperoleh hasil perhitungan rasio Tobin’s Q, tahap selanjutnya dilakukan

interpretasi. Menurut Sudiyatno & Puspitasari (2010), interpretasi rasio Tobin’s Q

dapat diakukan dengan menggunakan parameter sebagai berikut :

1. Tobin’s Q < 1, menggambarkan bahwa saham dalam kondisi undervalued.

Manajemen perusahaan telah gagal dalam mengelola aktiva perusahaan, terdapat

potensi pertumbuhan investasi rendah.


2. Tobin’s Q = 1, menggambarkan bahwa saham dalam kondisi average.

Manajemen perusahaan stagnan dalam mengelola aktiva, terdapat potensi

pertumbuhan investasi tidak berkembang.

3. Tobin’s Q > 1, menggambarkan bahwa saham dalam kondisi overvalued.

Manajemen berhasil dalam mengelola aktiva perusahaan, terdapat potensi

pertumbuhan investasi tinggi.

2.5. Jakarta Islamic Index 70 (JII 70)

Jakarta Islamic Index (JII) adalah indeks saham syariah yang pertama kali

diluncurkan di pasar modal indonesia pada tanggal 3 juli 2000. Konstituen JII hanya

terdiri dari 30 saham syariah paling likuid yang tercatat di BEI. Sama seperti ISSI,

review saham syariah yang menjadi konstituen JII dilakukan sebanyak dua kali dalam

setahun, Mei dan November mengikuti jadwal DES oleh OJK. BEI menentukan dan

melakukan seleksi saham syariah yang menjadi konstituen JII. Adapun kriteria

likuiditas yang digunakan dalam menyeleksi 30 saham syariah yang menjadi

konstituen JII adalah sebagai berikut (IHSS):

1. Saham syariah yang masuk dalam konstituen indeks saham syariah (ISSI) telah

tercatat selama 6 bulan terakhir.

2. Dipilih 60 saham berdasarkan urutan rata-rata kapitalisasi pasar tertinggi selama 1

tahun terakhir.
3. Dari 60 saham tersebut, kemudian dipilih 30 saham berdasarkan rata-rata nilai

transaksi harian di pasar regular tertinggi.

4. 30 saham yang tersisa merupakan saham terpilih.

Terdapat perbedaan antara JII dan JII70, yaitu:

1. Saham syariah yang masuk dalam konstituen indeks saham syariah (ISSI) telah

tercatat selama 6 bulan terakhir.

2. Dipilih 150 saham berdasarkan urutan rata-rata kapitalisasi pasar tertinggi selama

1 tahun terakhir.

3. Dari 150 saham tersebut, kemudian dipilih 70 saham berdasarkan rata-rata nilai

transaksi harian di pasar regular tertinggi.

4. 70 saham yang tersisa merupakan saham terpilih. Adapun daftar saham JII yang

telah diterbitkan BEI berdasarkan Daftar Efek Syariah.

2.6. Review Peneliti Terdahulu

Vatiabel yang
No Nama Peneliti Topik Hasil
di gunakan
1 Anik Malikah Comparison of rasio terdapat perbedaan rasio
(2021) Financial likuiditas, profitabilitas
Performance solvabilitas, perusahaan. Namun, itu
Before and rasio aktivitas, tidak memiliki efek yang
During rasio signifikan sebelum dan
COVID-19: profitabilitas selama COVID-19. Hal
Case Study of ini terlihat dari analisis
Hospitality rasio solvabilitas yang
Business, menunjukkan bahwa
Indonesia ketiga rasio yang
digunakan memiliki tren
yang menurun.
2 Hadi Comparisonal ROE, ROA, 1. dalam penelitian ini
Machbudiansyah, Analysis of CR, Rasio menunjukkan bahwa
Ardi Paminto, Financial Kas, kinerja keuangan
Yana Ulfah Performance perputaran selama periode
( 2021) before and investasi, Covid 19 lebih
During the periode rendah dibandingkan
Covid-19 penagihan, sebelum Covid 19.
Pandemic at the Biaya subsidi, 2. terdapat perbedaan
Blud of the perputaran kinerja
Atma Husada aaset keuangan yang
Mahakam tetap,BOPO diukur dengan
Regional menggunakan rasio
Mental Hospital berdasarkan
in Samarinda Peraturan Dirjen
Perbendaharaan
Nomor
PER-36/PB/2016
sebelum Pandemi
Covid 19 dan selama
Pandemi Covid
19.

3 Syamsidar, Analisis ROA, ROE, Hasil penelitian ini


Emmi Suryani Fundamental PER, EPS menunjukkan bahwa
Nasution, Nadia Saham Sebelum tidak ada perbedaan
Ulfa (2022) Dan Selama secara fundamental
Pandemi Covid- antara sebelum dengan
19 Pada selama pandemi covid-
Perusahaan 19 pada perusahaan
Sektor Industri sektor industri barang
Barang konsumsi yang terdaftar
Konsumsi Yang di Bursa Efek Indonesia
Terdaftar Di untuk periode 2019-
Bursa Efek 2020.
Indonesia
Periode 2019 –
2020
4 Trisna Analisis PER, DER, Hasil penelitian
AyuOktavia, Fundamental ROA, ROE, menunjukkan bahwa
Nova Maulud Saham Sebelum EPS secara keseluruhan
Widodo, Dan Sesudah perusahaan mengalami
Halleina Rejeki Pandemi Covid- kenaikan kinerja yang
Putri Hartono 19: Studi cukup baik dari periode
Empiris Di 2015 hingga 2019.
Bursa Efek Namun pada saat
Indonesia pandemic COVID19
terjadi, perusahaan
terdampak dan
mengalami penurunan
kinerja. Hal ini terlihat
pada penurunan PER,
EPS, ROA, ROE, dan
DER. Perusahaan yang
cukup baik dalam
mengatasi kondisi ini
adalah UNVR dan
INDF.
5 Viona Putri Ayu Analisis Current Ratio Tidak Terdapat
Dewanti, Perbandingan (CR), DAR, Perbedaan Signifikan
Mawar Ratih Kinerja NPM, Total Rasio Likuiditas berupa
Kusumawardani, Keuangan Asset Turn Current Ratio (CR), n
Taufik Akbar Sebelum Dan Over Rasio Solvabilitas
Saat Pandemi berupa Debt To Asset
Covid-19 Pada Ratio (DAR), Rasio
PT. Provident Profitabilitas berupa Net
Agro Tbk Profit Margin (NPM),
Periode Tahun Rasio Aktivitas berupa
2018-2021 Total Asset Turn Over
sebelum dan saat
pandemi covid-19
6 Zetha Hayuning Analisis Current Ratio Hasil dari penelitian ini
Pramesti, Perbedaan (CR) , Quick adalah tidak terdapat
Tri Utomo Kinerja Ratio (QR), perbedaan yang
Prasetyo ( 2022) Keuangan PT Debt To Total signifikan pada current
Darya-Varia Asset (DAR), ratio, quick ratio, debt to
Laboratoria Tbk Net Profit total asset, net profit
Sebelum dan Margin margin, return on asset,
Saat Covid-19 (NPM), total asset turnover dan
Return On fixed asset turnover pada
Asset (ROA), sebelum dan saat Covid-
Total Asset 19. Sedangkan terdapat
Turnover Dan perbedaan yang
Fixed Asset signifikan pada debt to
Turnover, total equity pada
Debt To Total sebelum dan saat Covid-
Equity (DER) 19.
7 Muhammad Analisis DAR, DER, . Dari hasil penelitian
Hidayat Perbandingan ROA, ROE, tidak terdapat perbedaan
Kinerja PER dan CR baik sebelum dan saat
Keuangan pandemi covid 19 pada
Sebelum Dan rasio DAR, DER, ROA,
Saat Pandemi ROE dan PER.
Covid 19 Pada Sedangkan Current
Perusahaan Ratio terdapat perbedaan
Farmasi Yang yang signifikan baik
Terdaftar Di sebelum dan saat
Bursa Efek pandemi covid 19.
Indonesia (2019
- 2020)

Adupun berdasarkan penelitian terdahulu diatas, penelitian dalam studi ini

akan memodifikasi penelitian yang sudah ada dan melakukan penelitian di tempat

yang berbeda dari penelitian terdahulu.

2.7. Hipotesis Penelitian

Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap tujuan penelitian yang

diturunkan dari kerangka pemikiran yang telah dibuat. Hipotesis merupakaan

pertayaan sementara tentang hubugan antara dua variabel atau lebih. Hipotesis
merupakan dugaan sementara dari jawaban rumusan masalah penelitian. Berdasarkan

penelitian terdahulu diatas, hipotesis dari penelitian ini adalah:

Ha : Terdapat perbedaan yang signifikan antara fundamental saham sebelum dan

sesudah masa pandemic covid 19 dilihat dari Rasio likuiditas, Rasio

solvabilitas, Rasio profitabilitas dan nilai perusahaan.

Ho : Tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara fundamental saham sebelum

dan sesudah masa pandemic covid 19 dilihat dari Rasio likuiditas, Rasio

solvabilitas, Rasio profitabilitas dan nilai perusahaan.


BAB III
KERANGKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian

Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode pendekatan analisis

komperatif serta deskriptif kuantitatif. Penelitian komparatif merupakan tipe

penelitian ex post facto yaitu tipe penelitian terhadap data yang dikumpulkan setelah

terjadinya suatu fakta atau peristiwa (Isworo, 2022). Analisis komparatif merupakan

penelitian yang bersifat membandingkan persamaan dan perbedaan 2 ataupun lebih

fakta-fakta serta sifat-sifat objek yang diteliti bersumber pada kerangka berfikir

(Martono, 2010). Tujuan dari analisis komperatif ini adalah untuk mengetahui apakah

terjadi perbedaan fundamental saham perusahaan-perusahaan JII 70 sebelum dan saat

pandemic covid 19 terjadi, yang nantinya akan diukur dengan menggunakan rasio-

rasio keuangan.

Penelitian kuantitatif menurut Sujawerni (2021:39) adalah jenis penelitian yang

menghasilkan penemuan-penemuan yang dapat dicapai dengan menggunakan

prosedur-prosedur statistik. Sedangkan menurut Kasiram (Sujarweni, 2021:39)

penelitian kuantitatif merupakan proses untuk menemukan pengetahuan yang

menggunakan data berupa angka sebagai alat untuk menganalisis keterangan

mengenai apa yang ingin diketahui. Menurut Bryman (Sujarweni, 2021:39) penelitian

kuantitatif adalah dimulai dari teori, hipotesis, desain penelitian, menganalisis data,
dan menuliskan kesimpulan. Menurut Sujarweni (2021:49) penelitian deskriptif

adalah suatu penelitian yang dilakukan dengan tujuan untuk mendapatkan gambaran

atau deskripsi tentang suatu keadaan secara objektif. Jadi, dalam penelitian deskriptif

kuantitatif dilakukan dengan mengumpulkan data yang berupa angka kemudian

diolah dan dianalisis untuk mendapat suatu informasi ilmiah dibalik angka-angka

tersebut.

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Bursa Efek Indonesia (BEI) yaitu dengan mengamati

perusahaan yang tergabung dalam Jakarta Islamic Index 70 (JII) periode 2018-2021.

Waktu penelitian dilakukan pada tanggal 27 Juli 2022 sampai selesai.

3.3. Populasi dan Sempel

Menurut Sugiyono (2012), populasi merupakan wilayah generalisasi yang tediri

dari objek atau subjek yang mempunyai karakteristik tertentu yang ditentukan peneliti

untuk dipelajari dan ditarik kesimpulannya .

Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan yang tergabung dalam Jakarta

Islamic Indeks 70 (JII 70) periode 2018-2021 sebanyak 120 perusahaan. Penelitian ini

dilakukan terhadap perusahaan yang tergabung dalam Jakarta Islamic Indeks 70 (JII

70) karena merupakan tolok ukur perusahaan yang menerbitkan saham syariah.

Sampel adalah bagian dari jumlah karakeristik yang dimiliki oleh populasi

tersebut, Sugiyono (2012). Dari perusahaan – perusahaan yang tergabung dalam


Jakarta Islamic Indeks 70 (JII 70), selanjutnya dilakukan pengambilan sampel dengan

purposive sampling yaitu teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu.

Bertolak dari pernyataan diatas, maka dari 120 perusahaan didapati sampel sebanyak

30, pengambilan sampel dilakukan secara purposive sampling dengan menetapkan

kriteria sebagai berikut:

1. Perusahaan yang terdaftar di BEI dan tergabung dalam Jakarta Islamic Indeks 70

(JII 70) periode 2018 – 2021

2. Perusahaan yang tidak delisting selama 2018 - 2021.

3. Perusahaan menggunakan mata uang rupiah, agar pengukuran pada setiap

pengamatan sama.

Tabel 3.1
Proses Purposive Sampling Penelitian

NO Purposive Sampling Jumlah

Perusahaan yang tergabung dalam Indeks JII 70 periode 2018-


1 120
2021

2 Perusahaan yang delisting selama 2018 – 2021 86

3 Perusahaan yang tidak menggunakan mata uang rupiah 4

Jumlah Sampel 30
Berdasarkan data kualifikasi diatas maka sampel yang diambil dalam penelitian

ini adalah sebanyak 30 Perusahaan. Adapun sampel dalam penelitian ini dapat dilihat

pada tabel sebagai berikut:

Tabel 3.2
Sampel Penelitian

No Kode Nama Emiten


1 AALI Astra Agro Lestari Tbk
2 ACES Ace Hardware Indonesia Tbk
3 ADHI Adhi Karya (Persero) Tbk
4 AKRA AKR Corporindo Tbk
5 ANTM Aneka Tambang Tbk
6 BMTR Global Mediacom Tbk
7 CPIN Charoen Pokphand Indonesia Tbk
8 CTRA Ciputra Development Tbk
9 DMAS Puradelta Lestari Tbk
10 EXCL XL Axiata Tbk
11 ICBP Indofood CBP Sukses Makmur Tbk
12 INDF Indofood Sukses Makmur Tbk
13 INTP Indocement Tunggal Prakasa Tbk
14 JPFA Japfa Comfeed Indonesia Tbk
15 KAEF Kimia Farma Tbk
16 KLBF Kalbe Farma Tbk
17 LINK Link Net Tbk
18 LSIP PP London Sumatera Indonesia Tbk
19 MAPI Mitra Adiperkasa Tbk
20 MIKA Mitra Keluarga Karyasehat Tbk
21 MNCN Media Nusantara Citra Tbk
22 PTBA Tmbang Batubara Bukit Asam Tbk
23 PTPP PP Persero Tbk
24 PWON Pakuwon Jati Tbk
25 SCMA Surya Citra Media Tbk
26 SMRA Summarecon Agung Tbk
27 TLKM elekomunikasi Indonesia (Persero) Tbk
28 UNTR United Tractors Tbk
29 UNVR Unilever Indonesia Tbk
30 WIKA Wijaya Karya Persero Tbk

3.4. Teknik Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data dalam penelitian ini di lakukan dengan dua tahap

yaitu :

1. Tahap pertama dilakukan melalui studi pustaka yaitu dengan pengumpulan data

pendukung berupa literatur, penelitian terdahulu, dan laporan-laporan yang

dipublikasikan untuk mendapat gambaran dari masalah yang akan diteliti.

2. Tahap kedua dilakukan melaui pengumpulan data sekunder yang diperlukan

berupa laporan-laporan yang dipublikasikan oleh Bursa Efek Indonesia.

3. Menghitung dan menganalisis rasio keuangan yaitu : rasio likuiditas yang

digunakan adalah Quick Ratio dan cash Ratio, rasio solvabilitas yang digunakan

adalah DER dan DER , rasio profitabilitas yang digunakan adalah ROA dan ROE,

dan nilai perusahaan yang digunakan adalah PER, PBV, Tobin’s q.

4. Menarik kesimpulan bahwa berdasarkan langkah-langkah yang dilakukan penulis

dapat menyimpulkan bahwa data laporan keuangan perusahaan harus jelas dan

akurat. Untuk bisa membandingkan fundamental saham pada sebelum dan sesaat

pandemi pada perusahaan Jakarta Islamic Index (JII) yang terdaftar di BEI dan

peneliti menjelaskan apakah pandemic covid 19 ini mempengaruhi kinerja


keuangan perusahaan Jakarta Islamic Index (JII) yang terdaftar di BEI

berdasarkan perbandingan rasio profitabilitas, likuiditas, dan solvabilitas dan nilai

perusahaan.

3.5. Definisi Operasional Variabel

Agar penelitian ini dapat terlaksana sesuai yang diinginkan penulis, maka

penting untuk memahami beberapa faktor yang terdapat dalam operasional variabel

penelitian ini. Definisi opersional variable pada penelitian ini adalah analisis

fundamental yang terdiri dari rasio keuangan dan nilai perusahaan.

Analisis rasio merupakan suatu alat analisis keuangan yang sangat populer dan

banyak digunakan. Rasio Keuangan merupakan alat untuk menyatakan pandangan

terhadap kondisi yang mendasar, dalam hal ini adalah kondisi financial perusahaan.

Rasio yang diinterpretasikan dengan tepat mengidentifikasikan area yang

memerlukan investigasi lebih lanjut (Setiawan, H. & Amboningtyas, 2018).

Menurut (Hartaroe et al., 2016) nilai perusahaan adalah pandangan investor

terhadap tingkat keberhasilan perusahaan dan sering dikaitkan dengan harga saham.

Bila semakin tinggi sebuah harga saham, maka semakin tinggi pula nilai perusahaan.

Nilai perusahaan yang tinggi adalah keinginan para pemilik perusahaan.

Variabel penelitian merupakan sesuatu hal yang berbentuk apa saja yang

ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal
tersebut , dan kemudian ditarik kesimpulan. Berikut dijelaskan operasional variabel

penelitian yaitu :

Tabel 3.3
Operasional Variabel

Variabel
No Definisi Variabel Indikator
Penelitian
Rasio untuk mengukur keefektifan
manajemen perusahaan dalam
menghasilkan laba dengan aset EAT
1 ROA x 100 %
yang tersedia. ROA di ukur dengan Total Aktiva
menggunakan rasio (Syamsidar,
2022)
Rasio untuk mengukur kemampuan
Laba bersih
perusahaan dalam menciptakan laba x 100
yang tersedia bagi pemegang saham Total ekuitas
 2
 ROE (Syamsidar, 2022)
Rasio yang digunakan untuk
mengukur kemampuan perusahaan
Aset Lancar
dalam memenuhi kewajiban jangka x 100
pendeknya yang segera jatuh tempo Hutang Lancar
dengan menggunakan total asset
 3
 CR lancar yang tersedia (Rully, 2022).
4 QR Menilai kesanggupan perusahaan
dalam membayar utang lancar
Aset Lancar − persesiaan
dengan aktiva yang lebih likuid
Hutang Lancar
(Syamsuddin, 2016). Rasio ini
menunjukkan kemampuan x 100
perusahaan daalam memenuhi
kewajiban jangka pendek,
pengukuran quick ratio
mengurangkan aktiva lancar dengan
persediaan.
Menilai total aset perusahaan yang Total Hutang
5 DAR dibiayai oleh total utang x 100
Total Aset
(Syamsuddin, 2016)
Rasio hutang untuk mengukur
tingkat pinjaman dari keuangan
perusahaan dan dikalkulasi Total Hutang
6 DER x 100
berdasarkan perbandingan jumlah Total Ekuitas
total liabilitas dibanding dengan
jumlah total ekuitas (Rully, 2022).
Rasio yang menunjukkan hasil
perbandingan antara harga pasar Price Per Share
7 PER EPS
perlembar saham dengan laba per
lembar saham (Rully, 2022).
Merupakan rasio yang
menunjukkan hasil perbandingan
antara harga pasar per lembar
saham dengan nilai buku per lembar Price Per Share
8 PBV Nilai buku per share
saham. Rasio ini digunakan untuk
mengukur tingkat harga saham
apakah overvalued atau
undervalued (Rully, 2022).
Pada bidang ekonomi menggunakan
Q sebagai pengukur nilai tambah
“Marginal Q” guna menjelaskan MVE+ D
9 Tobin’s q TA
keputusan investasi perusahaan,
yang didasarkan pada margin laba
(Sudiyatno dan Puspitasari, 2010).

3.6. Teknik Analisis Data

Metode analisis yang digunakan untuk menjawab setiap rumusan masalah

dalam penelitian ini adalah tekni analisis deskriptif kuantitatif. Analisis deskriptif

kuantitatif yaitu suatu teknik analisis terlebih dahulu, mengumpulkan data,

mengklasifikasikan, dan menganalisis data sehingga dapat memberikan gambaran


yang jelas mengenai masalah yang diteliti. Pengelolaan data dalam penelitian ini juga

mengguanakan teknik statistik yang berupa uji Paired sample t-test. Tujuan dari

pengujian ini untuk menerima atau menolak hipotesis yang telah dibuat. Dimana uji

paired sample t-test ini dapat digunakan pada dua data berpasangan. Uji ini dilakukan

untuk melihat apakah ada perbedaan rata-rata antara dua sampel yang saling

berpasangan atau berhubungan. Variabel yang ada dibandingkan sebelum dan

sesudah pandemi Covid-19. Teknik analisis didalam penelitian ini mencangkup tiga

langkah yaitu statistik deskriptif, uji normalitas, uji Hipotesis. Data penelitian ini

diolah menggunakan Statistical Package For Social Science (SPSS) 24. Agar

mempermudah dalam mengolah data dan menganalisis data. Adapun uji yang

dilakukan dalam menganalisis data yaitu:

3.6.1. Statistik Deskriptif

Statistijk deskriptif merupakan metode analisis data untuk mengetahui deskripsi

atau gambaran atas variabel penelitian yang digunakan.. penyajian statistik deskriptif

dalam penelitian ini dalam perhitungan minimum, maksimum, rata-rata, dan standar

deviasi (Hidayat, 2021). Dalam analisi ini, peneliti ingin mengetahui rata-rata nilai

saham dan jumlah saham yang diperjual belikan, nilai saham terendah dan jumlah

saham yang diperjual belikan terendah, nilai saham tinggi dan jumlah jumlah saham

yang diperjualbelikan tinggi, rasio keuangan dan nilai perusahaan.


3.6.2. Uji Normalitas Data

Uji normalitas adalah uji yang dilakukan sebagai persyaratan untuk melakukan

analisis data, untuk mengetahui apakah yang akan dilakukan setelahnya. Tujuan dari

uji normalitas adalah untuk mendeteksi distribusi data dalam satu variable. Data dapat

dikatakan baik apabila data tersebut berdistribusi normal. Ujinormal yang dilakukan

dalam penelitian ini adalah Kolmogorov –Smirnov.

Uji normalitas dengan Kolmogorov –Smirnov diolah dengan menggunakan

SPSS-24. Menurut Sugiyono (2013:257) data dikatakan normal, apabila nilai

signifikan lebih besar 0,05 pada (P>0,05). Sebaliknya, apabila nilai signifikan lebih

kecil dari 0,05 pada (P<0,05) maka dikatakan tidak normal. Jika data normal

selanjutnya akan dilakukan uji paired sample t-test, jika data tidak normal akan

dilakukan uji Wilcoxon signed rank.

3.6.3. Uji Hipotesis

Uji hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji beda. Apabila data

berdistribusi normal akan dilakukan uji paired sample t-test, jika data tidak normal

akan dilakukan uji Wilcoxon signed rank.

3.6.3.1. Uji Paired Sample T-test

Uji Paired Sample T Test adalah pengujian yang digunakan untuk

membandingkan selisih dua mean dari dua sampel yang berpasangan dengan asumsi
data berdistribusi normal. Sampel berpasangan berasal dari subjek yang sama, setiap

variabel diambil saat situasi dan keadaan yang berbeda.

Rumus yang digunakan untuk sampel berpasangan (paired) adalah :

X 1− X 2
t=

√ ( )( √Sn22 )
2 2
S1 S2 S1
+ −2 r
n1 n2 √n 1
Keterangan :

X1 = Rata-rata sempel 1

X2 = Rata-rata sempel 2

S1 = Simpangan baku sempel 1

S2 = Simpangan baku sempel 2

S12 = Varians sempel 1

S22 = Varians sempel 2

Syarat untuk uji Independent Sample T-Test yaitu:

1. Data berbentuk interval atau rasio.

2. Data sampel berasal dari populasi yang terdistribusi normal

3. Variansi antara dua sampel yang dibandingkan tidak berbeda secara

signifikan (homogen)

4. Data berasal dari dua sampel yang berbeda

Kriteria pengujian hipotesisnya adalah sebagai berikut :


1. Jika ± thitung < ± ttabel, maka H0 diterima dan Ha ditolak

2. Jika ± thitung > ± ttabel, maka H0 ditolak dan Ha diterima.

atau menggunakan, pengambilan keputusan juga dapat dilihat dari taraf signifikan p

(Sig(2-tailed)) :

1. Jika p > 0,05 maka H0 diterima

2. jika p < 0,05 maka H0 ditolak (Morenly, 2020).

3.6.3.2. Uji Wilcoxon Signed Rank Test

Pengujian wilcoxon signed rank test dilakukan apabila data penelitian tidak

berdistribusi normal. Sama halnya dengan paired sample t-test, pengujian ini juga

untuk mengetahui perbedaan pada suatu penelitian yang berbeda perlakuan atau

keadaan.

Rumus :

Z=
T−
( 1
4 N (N +1) )
√ 1
24 N (N +1)(2 N + 1)

Keterangan :

N = Banyak data berubah setelah diberikan perlakuan berbeda

T = Jumlah ranking dari nilai selisih yang negative (apabila banyaknya selisih

yang positif lebih banyak dari banyaknya selisih negative ) sama dengan jumlah
ranking dari nilai selisih yang positif (apabila banyaknya selisih ang negative >

banyaknya selisih yang positif)

Menurut Utama dikutip oleh Retnani, 2017, hal. 10) kriteria pengujian

wilcoxon signed rank test yaitu:

1. Taraf nyata yang digunakan adalah α = 5% (0,05)

2. Jika nilai Asymp. Sig. (2-tailed) kurang dari 0,05, maka terdapat perbedaan.

3. Jika nilai Asymp. Sig. (2-tailed) lebih dari 0,05, maka tidak terdapat

perbedaan.

Anda mungkin juga menyukai