Anda di halaman 1dari 8

BAB III

Kerangka dan Hipotesis Penelitian

3.1. Kerangaka Penelitian

Kerangka konseptual merupakan suatu bentuk kerangka berpikir yang dapat

digunakan sebagai pendekatan dalam memecahkan masalah. Secara umum kerangka

penelitian ini menggunakan pendekatan ilmiah dan memperlihatkan hubungan antar

variabel dalam proses analisisnya. Untuk memberikan gamaran yang jelas tentang

proses penelitian, kerangka konseptual untuk penelitian ini, seperti yang ditunjukkan

pada gambar berikut.

Debt Equity Ratio H1


(DER) (X1)

H5
Return on Asset H2
(ROA) (X2)
H6 Harga Saham Syariah
H3 H7 (Y)
Free Cash Flow
(FCF) (X3) H8

H4
Working Capital
Turnover
(WCT) (X4)
Earning Per Share
(EPS) (Z)

Gambar 3.1 Kerangka Konseptual


3.2. Hipotesis Penelitian

3.2.1. Pengaruh Debt Equity Ratio (DER) Terhadap Harga Saham Syariah

Debt to equity ratio (DER) adalah rasio yang digunakan untuk mengukur

tingkat penggunaan utang terhadap ekuitas yang dimiliki perusahaan. Rasio ini

menunjukkan persentase penyediaan dana oleh pemegang saham terhadap pemberi

pinjaman. Semakin tinggi rasio ini semakin rendah pendanaan perusahaan yang

disediakan oleh pemegang saham (Dwi Kurnis dan Dhea, 2020). Dari perspektif

kemampuan membayar kewajiban jangka panjang semakin rendah DER akan

berdampak pada peningkatan harga saham dan juga perusahaan akan semakin baik

dalam membayar kewajiban jangka panjang. Informasi peningkatan DER akan

diterima pasar sebagai sinyal buruk yang akan memberikan masukkan negatif bagi

investor dalam pengambilan keputusan membeli saham (Martina dan Arif, 2018).

Pernyataan tersebut didukung penelitian yang dilakukan Hartini (2017),

Cathelia dan Sampurno (2016) yang menyatakan bahwa DER berpengaruh terhadap

harga saham. Yang artinya semakin rendah nilai DER maka akan diikuti tingginya

harga saham pada perusahaan yang bersangkutan. Berdasarkan pendapat dan hiotesis

penelitian yang telah di jabarkan diatas, maka hipotesis penelitian ini adalah:

H1 : Debt to equity ratio (DER) berpengaruh negative terhadap harga saham syariah

pada perusahaan JII 70


3.2.2. Pengaruh Return On Asset (ROA) Terhadap Harga Saham Syariah

Return On Asset (ROA) merupakan bagian dari rasio profitabilitas yang

digunakan untuk menilai kemampuan perusahaan dalam mencari keuntungan.

Pengukuran kinerja keuangan perusahaannya dengan ROA menunjukkan akan

kemampuan atas modal yang bisa diinvestasikan dalam keseluruhan aktiva yang bisa

dimiliki untuk menghasilkan laba tersebut. Secara ekonomis, semakin tinggi tingkat

pengembalian yang diperoleh, semakin tinggi pula kemampuan perusahaan dalam

memanfaatkan aset-aset yang dimiliki guna memperoleh laba (Martina dan Arif,

2018).

Pernyataan ini didukung penelitian yang dilakukan Safitri (2016) yang

menyatakan bahwa ROA berpengaruh terhadap harga saham. Tetapi berbeda dengan

penelitian yang dilakuan oleh Olivia dan iman (2021) menunjukkan bahwa return on

asset (ROA) secara parsial variabel memiliki pengaruh signifikan negatif. Kondisi

ini, menggambarkan bahwa kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba dan

untuk mengendalikan seluruh biaya-biaya operasional maupun non oprasional sangat

rendah. Karena perusahaan lebih banyak memiliki total aktiva dibandingkan dengan

laba bersih, kemungkinan banyak aktiva yang menganggur akibatnya hanya sebagian

investor yang melirik dari segi profit assets. Sehingga berdasarkan pendapat dan

hiotesis penelitian yang telah di jabarkan diatas, maka hipotesis penelitian ini adalah:
H2 : return on asset (ROA) berpengaruh positif terhadap harga saham syariah pada

perusahaan JII 70

3.2.3. Pengaruh Free Cash Flow (FCF) Terhadap Harga Saham Syariah

Brigham dan Houston (2016:109) mendefinisikan arus kas bebas merupakan

arus kas yang benar-benar tersedia untuk dibayarkan kepada investor setelah

perusahaan melakukan investasi dalam produk baru, aset tetap, dan modal kerja yang

dibutuhkan untuk mempertahankan operasi yang sedang berjalan. Kas bebas dapat

memicu terjadinya tindakan curang oleh manajer. Adanya FCF dalam perusahaan

dapat memberikan peluang bagi manajer untuk berbuat curang dengan menggunakan

kas bebas untuk kepentingan dirinya sendiri. Oleh karena itu, diperlukan analisis FCF

untuk memeriksa fleksibilitas keuangan perusahaan.

Free cash flow mencerminkan kemampuan perusahaan dalam melakukan

pelunasan utang, investasi tambahan, membeli saham treasury atau menambah

likuiditas, sehingga FCF yang tinggi mengindikasikan kinerja perusahaan yang tinggi.

Perusahaan yang memiliki kinerja yang tinggi akan meningkatkan nilai pemegang

saham yang diwujudkan dalam bentuk pengembalian (return) yang tinggi melalui

dividen, laba ditahan atau harga saham untuk diinvestasikan di masa yang akan

mendatang. Jadi jika nilai FCF tinggi, maka nilai pemegang saham juga akan tinggi

(Arieska dan Gunawan, 2011). ). Informasi yang terkandung dalam free cash flow

memiliki nilai informasi yang dapat mempengaruhi pergerakan saham itu sendiri

sehingga berpengaruh terhadap harga saham (Oktaryani dkk., 2016). Sehingga


berdasarkan pendapat dan hiotesis penelitian yang telah di jabarkan diatas, maka

hipotesis penelitian ini adalah:

H3 : Free cash flow berpengaruh positif terhadap harga saham syariah pada

perusahaan JII 70

3.2.4. Pengaruh Working Capital Turnover (WCT) Tehadap Harga Saham

Syariah

Menurut Kasmir (2014) menyatakan bahwa “Rasio Perputaran Modal Kerja

(working capital turnover ratio) merupakan salah satu rasio yang digunakan untuk

mengukur serta menilai seberapa efektif modal kerja sebuah perusahaan selama

periode tertentu.” Apabila perputaran yang dihasilkannya tinggi maka akan semakin

bagus. Karena artinya perusahaan sudah memanfaatkan modal kerjanya dengan baik

dalam menghasilkan penjualan sehingga laba yang didapatkan juga tinggi (Melia dan

Gusganda, 2021).

Tingkat perputaran modal kerja yang tinggi menunjukkan bahwa perusahaan

mengelola modal kerjanya secara efektif, sedangkan jika perputaran modal kerja

rendah menandakan bahwa perusahaan kurang efektif dalam mengelola modal

kerjanya. Working capital turnover yang baik akan membuat kinerja manajemen

perusahaan akan berjalan dengan baik dan efektif, otomatis akan membuat laba

perusahaan meningkat dan membawa keuntungan.

Apabila working capital turnover rendah atau mengalami penurunan

diakibatkan perusahaan belum mampu mengalokasikan dana modal kerjanya.

Working capital turnover yang rendah, dapat diartikan perusahaan sedang kelebihan
modal kerja, Hal ini disebabkan karena rendahnya perputaran persediaan atau piutang

saldo kas yang terlalu besar (Kasmir,2005;182).

Pernyataan tersebut didukung oleh hasil penelitian Belah Arista (2017)

menunjukkan bahwa Working Capital Turnover berpengaruh negatif atau tidak

signifikan terhadap harga saham. Disimpulkan bahwa working capital turnover pada

perusahaan food and beverage rendah karena perusahaan tidak mampu

mengalokasikan data yang dimiliki perusahaan. Sehingga berdasarkan pendapat dan

hiotesis penelitian yang telah di jabarkan diatas, maka hipotesis penelitian ini adalah:

H4 : working capital turnover berpengaruh negative terhadap harga saham syariah

pada perusahaan JII 70

3.2.5. Erning Per Share (EPS) Memoderasi Pengaruh Debt Equity Ratio, Return

On Asset (ROA), Free Cash Flow (FCF), Working Capital Turnover

(WCT) Terhadap Harga Saham Syariah

Variabel EPS sebagai variabel pemoderasi didasarkan pada

Signaling Theory dan hasil penelitian sebelumnya pengaruh EPS terhadap harga

saham. Earning Per Share (EPS) atau laba per saham merupakan tingkat keuntungan

bersih perusahaan untuk tiap lembar sahamnya yang mampu diraih oleh perusahaan

tersebut pada saat menjalankan operasinya. EPS adalah tolak ukur profitabilitas

modal yang telah ditanamkan oleh pemegang saham (Ircham dkk., 2014). Menurut

(Tandelilin, 2010), komponen terpenting yang harus diperhatikan dalam analisis

fundamental adalah Earning per Share (EPS) atau yang sering disebut dengan laba

per lembar saham.


kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba untuk per lembar saham

yang beredar dapat dilihat dalam rasio Earning Per Share (EPS). Dalam berbagai

literatur penelitian faktor yang paling menonjol yang mempengaruhi harga saham

salah satunya adalah EPS. Calon investor potensial menggunakan informasi EPS

untuk menetapkan keputusan investasinya di antara berbagai alternatif yang ada

(Munggaran, Mukaram, & Sarah, 2017). EPS sendiri merupakan market ratio (rasio

pasar) yang menunjukkan laba yang diperoleh untuk setiap lembar saham yang akan

dibagikan kepada para pemegang saham selama periode tertentu (Rahmadewi &

Abundanti, 2018a).

EPS juga dapat digunakan untuk mengukur keberhasilan manajemen dalam

mencapai keuntungan bagi para pemilik perusahaan. EPS dapat digunakan investor

untuk mengetahui perbandingan nilai intrinsik saham perusahaan dengan harga saham

perusahaan tersebut, berdasarkan perbandingan tersebut investor dapat membuat

keputusan untuk membeli atau menjual saham tersebut. Semakin besar EPS

menandakan kemampuan perusahaan yang lebih besar dalam menghasilkan

keuntungan bersih bagi pemegang saham sehingga meningkatkan harga suatu saham

(Choiriah dkk., 2017).

Hikama dan any (2015) menyatakan bahwa ada dua pendekatan yang

dilakukan dalam melakukan analisis sekuritas yaitu analisis fundamental dan analisis

teknikal. Analisis fundamental didasarkan pada dua model yaitu: multiplier earning

dan asset values. Analisis fundamental lebih sering menggunakan rasio keuangan dan
rasio pasar. Analisis teknikal lebih fokus pada perubahan volume dan harga pasar

saham.

Rasio EPS dapat memperkuat atau memperlemah pengaruh factor

fundamental perusahaan melalui rasio keuangan pada harga saham. Berdasarkan hasil

penelitian sebelumnya ditemukan bahwa EPS berpengaruh positif terhadap harga

saham. Rasio EPS memberikan sinyal pada investor tentang kondisi profitabilitas

pada tiap lembar saham (Hikama dan any, 2015). Berdasarkan signaling theory dan

hasil penelitian sebelumnya, maka rumusan hipotesis dalam penelitian ini adalah:

H5 : Earning Per Share (EPS) memoderasi pengaruh Debt to equity ratio terhadap

harga saham syariah pada perusahaan JII 70

H6 : Earning Per Share (EPS) memoderasi pengaruh Return On Asset terhadap harga

saham syariah pada perusahaan JII 70

H7 : Earning Per Share (EPS) memoderasi pengaruh Free cash flow terhadap harga

saham syariah pada perusahaan JII 70

H8 : Earning Per Share (EPS) memoderasi pengaruh working capital turnover

terhadap harga saham syariah pada perusahaan JII 70

Anda mungkin juga menyukai