Anda di halaman 1dari 12

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Dunia bisnis di era modern saat ini perkembangan aktivitias ekonomi dan

keuangan syariah di Indonesia terus mengalami kemajuan. Kondisi ini menyebabkan

perusahaan dituntut untuk meningkatkan kinerjanya agar dapat bertahan dalam jangka

panjang. Untuk menghadapi persaingan yang ketat, perusahaan harus berbenah diri

dengan menerapkan manajemen modern dan strategi bersaing Ilmiyono, A. F (2019).

Melalui kinerja yang baik, perusahaan akan mampu menjaga dan meningkatkan

kepercayaan investor dengan menginvestasikan sahamnya sebanyak mungkin.

Penting bagi investor dalam berinverstasi untuk memiliki pertimbangan yang matang

melalui analisa yang mantap dalam mengukur dan menguji sejauh mana bobot

ketangguhan kinerja saham perusahaan yang dia akan curahkan kucuran dananya

dalam berinvestasi (Vidada & Saridawati , 2022).

Seorang investor yang ingin berinvestasi harus mempertimbangkan tujuannya

berinvestasi, dengan cara melihat dari kisaran lama jangka waktunya sampai

mengantisipasi risiko yang mungkin dapat terjadi seminimal mungkin. Sehingga hal

yang paling penting bagi investor adalah memahami instrumen investasi apa yang

cocok dan akan dipilih untuk digunakannya dalam berinvestasi, dan guna menggapai

tujuan dari investasi itu sendiri, yaitu perolehan keuntungan dimasa depan.

1
2

Dilihat dari sudut pandang investor, disarankan agar memiliki pengetahuan dan

kesadaran potensial tentang pergerakan pasar dan determinan dari pergerakan

tersebut. Para ahli mengaitkan beberapa faktor internal dan faktor eksternal sebagai

faktor yang mempengaruhi harga saham. Faktor internal utama adalah kinerja

perusahaan, tata kelola, aset dan posisi likuiditas, dividen dan pendapatan. Faktor

eksternal meliputi peraturan pemerintah, siklus bisnis, sikap investor, kondisi pasar,

bencana alam dan ketidakpastian politik seperti pemogokan, blokade, dan lain

sebagainya (Alam, Miah, & Karim, 2016).

Terdapat beberapa jenis atau bentuk dalam melakukan investasi. Namun, secara

umum dapat dibagi menjadi dua, yaitu: Dapat dilihat dari jenis aset yang

diinvestasikan, yaitu investasi pada aset riil dan investasi pada aset finansial. Aset riil

merupakan aset yang memiliki wujud (misalnya: investasi pada tanah, emas, rumah,

dan logam mulia). Sedangkan aset finansial yaitu aset yang wujudnya tidak terlihat,

tetapi tetap memiliki nilai yang tinggi (misalnya: instrumen pasar uang, saham,

reksadana, dan obligasi) (Wasis, 2019).

Pasar modal di Indonesia yaitu ada Bursa Efek Indonesia sebagai wadah untuk

melakukan transaksi instrumen keuangan terutama untuk investasi saham. Saham

sebagai adanya tanda pada suatu perusahaan dari modal yang dimiliki oleh investor,

menariknya saham begitu digandrungi oleh penanam modal tentu saja dalam

melakukan investasi (Elsa, Dicky, & Deni , 2022). Pasar modal tidak hanya

berhubungan antara perusahaan-perusahaan dengan para pengusaha saja, akan tetapi

pasar modal juga memberikan kesempatan bagi masyarakat untuk berpartisipasi


3

dalam berinvestasi di pasar modal dan berpartisipasi dalam perkembangan suatu

perekonomian.

Bagi investor muslim, sangat didorong untuk memilih emiten yang terdaftar

dalam listing Indeks Saham Syariah sebagai instrumen keuangan syariah.

Perkembangan perekonomian syariah di Indonesia mendorong munculnya produk

investasi yang berbasis syariah. Salah satu produk investasi syariah yang mulai

menarik perhatian para investor yaitu saham syariah. Ada beberapa saham syariah

yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) seperti Indeks Saham Syariah Indonesia

dan Jakarta Islamic Index (JII). Pada tanggal 17 Mei 2018 BEI meluncurkan Indeks

saham terbaru dari JII yaitu JII 70. JII 70 merupakan indeks atas 70 saham syariah

yang memiliki kapitalisasi pasar dan likuiditas transaksi yang tinggi (Indonesia,

2019).

Sejak diluncurkan JII 70 mendapatkan respon positif oleh pasar. Analis

Binaartha Sekuritas mengatakan emiten berkapitalisasi besar dari sejumlah sektor

yang masuk dalam daftar indeks tersebut mendapatkan respon positif dari investor

karena sejumlah sentimen. Dari sektor pertambangan ada sejumlah emiten yang

mencatatkan kinerja positif beriringan dengan kenaikan komoditas dunia seperti

ADRO dan UNTR. Sektor agribisnis terdapat emiten seperti AALI yang

mendapatkan respon positif. Di sisi lain, emiten infrastruktur seperti TLKM juga

dinilai prospektif oleh investor (Andriani, 2018). Adapun perbandingan nilai JII 70

dapat dilihat pada gambar di bawah ini:


4

Gambar 1.1

Perbandingan Nilai Indeks JII 70

Sumber : (Finance.yahoo, 2019)

Pada bulan November 2018 nilai JII 70 sebesar 216,55 dan mengalami

peningkatan yang cukup signifikan yaitu pada bulan Maret 2019 sebesar 234,80 atau

sebesar 8,43%. Salah satu faktor yang memotivasi investor dalam berinvestasi saham

adalah return. Besarnya tingkat return saham yang diperoleh investor ditentukan oleh

fluktuasi dari harga saham di pasar. Fluktuasi harga saham dipengaruhi oleh beberapa

faktor salah satunya adalah faktor fundamental atau faktor yang berasal dari dalam

perusahaan (Heni & Dedi, 2020).

Saham merupakan pilihan produk utama dalam pasar modal, sehingga investor

wajib melihat dan melakukan analisa terlebih dahulu terhadap kondisi keuangan pada

perusahaan sebelum memutuskan untuk berinvestasi. Semakin meningkat keuntungan

perusahaan maka semakin meningkat harga sahamnya. Investor mendapatkan

keuntungan pembelian saham berasal dari pembagian dividen yang dilakukan oleh
5

perusahaan dan keuntungan perbedaan harga jual dan harga beli suatu saham. Saham

mempunyai karakteristik yaitu high risk-high return yang memiliki arti semakin

tinggi keuntungan yang didapatkan maka semakin tinggi pula kerugian yang

didapakan oleh investor (Oktavia, Widodo, & Putri, 2021). Investor yang ingin

meminimalkan risiko harus dapat menganalisis dengan tepat dan cermat perusahaan

mana yang menarik untuk diinvestasikan dan akan memberikan keuntungan.

Maka untuk meminimalisir resiko sehingga tidak akan menimbulkan kerugian

nantinya, investor sebaiknya melakukan penilaian saham terlebih dahulu, untuk

mempermudah investor dalam penilaian saham, terdapat analisis fundamental untuk

meminimalisir resiko tersebut. analisis fundamental adalah analisis yang

menggunakan informasi dalam maupun luar perusahaan, seperti kinerja, pesaing

usaha, industri bahkan ekonomi-mikro makro, serta informasi pasar (Octasylva &

Fachroji, 2020).

Analisis fundamental menggunakan data masa depan dan sekarang untuk

memperkirakan saham wajar pasar dan untuk memprediksi nilai masa depan

(Christina & Halim, 2021). Analisis fundamental memudahkan investor dikarenakan

termuat dalam laporan keuangan yang menyajikan informasi kinerja keuangan

melalui rasio-rasio keuangan dan nilai perusahaan. Tujuan dari analisis tidak hanya

untuk menemukan sebuah perusahaan yang sukses; tujuannya adalah untuk

menemukan perusahaan yang bernilai lebih dari yang perkiraan investor. Analisis

fundamental bukan jaminan bahwa investor akan merealisasikan keuntungan tinggi


6

atas saham, tetapi pasti memiliki peran penting dalam mencapai tujuan ini (Christina

& Halim, 2021).

Analisis fundamental yang mempengaruhi harga saham perusahaan di pasar

modal dapat dibedakan menjadi dua, yaitu fundamental internal dan eksternal.

Variabel eksternal (makro ekonomi) berasal dari luar perusahaan yang ikut

mempengaruhi harga saham seperti inflasi, tingkat pengangguran, tingkat suku

bunga, nilai tukar, gross domestic product (GDP) dan defisit anggaran. Sedangkan

variabel fundamental internal berasal dari dalam perusahaan, yaitu variabel yang

mencerminkan kondisi dan prestasi kinerja keuangan. Salah satu alat dalam analisis

fundamental adalah analisa laporan keuangan. Rasio yang digunakan untuk mengukur

kinerja keuangan perusahaan dapat dikelompokkan dalam lima kelompok, yaitu: rasio

likuiditas, rasio solvabilitas, rasio pasar, rasio aktivitas dan rasio profitabilitas

(Puspita & Arifin, 2018).

Dalam pergerakan harga sebuah saham, kondisi ekternal berupa kondisi politik

suatu negara dan kondisi internal berupa kebijakan suatu perusahaan tersebut atau

kondisi keuangan perusahaan dapat dengan mudah mempengaruhi pergerakan harga

suatu saham. Adapun beberapa rasio keuangan untuk mempermudah para investor

memprediksi pergerakan harga saham seperti return on asset, return on equity, price

to bookkvalue, earning per share, priceeearning ratio dan banyak rasio lain lagi yang

dapat di pergunakan untuk memprediksi harga suatu saham.

Berdasarkan dari beberapa penelitian terdahulu yang dilakukan yang dilakukan

oleh saudara (Prayogo & Lestari, 2018) di dalam penelitiannya ia menggunakan


7

variabel return on asset, earning per share, price earning ratio. Kemudian hasill

penelitian beliau menunjukkan ternyata variabel ROA memiliki pengaruh negatif

yang tidak signifikan terhadap harga suatu saham, EPS memiliki pengaruh terhadap

harga saham, PER memiliki pengaruh terhadap harga saham. Dan secara simultan

variabel-variabel tersebut memiliki pengaruh terhadap harga saham.

Penelitian yang dilakukan oleh (Utami & Darmawan, 2019) menjelaskan bahwa

variabel DER, ROA, ROE tidak memiliki pengaruh terhadap harga saham, namun

berbeda dengan EPS, MVA yang memiliki pengaruh terhadap harga saham. Di dalam

penelitian Martina Rut Utami dan Arif Darmawan ini, mereka menganjurkan untuk

menambahkan variabel lain yang berupa variabel makro ekonomi.

Kemudian penelitian yang dilakukan oleh (Hatta & Dwiyanto, 2012) variabel

yang diteliti ialah EPS, PER, DER, CR, NPM, DPR, ROA. Pada penelitian ini

mereka menyarankan untuk menambahkan variabel independen lainnya seperti

variabel mikro dan makro ekonomi. Pada penelitian yang penulis lakukan ini penulis

mereplikasi penelitian (Hatta & Dwiyanto, 2012) dengan menambahkan beberapa

variabel berupa Free Cash Flow dan Working Capital Turnover.

Adapun beberapa penelitian yang telah mencoba menggunakan variabel

moderating berupa earning per share adalah sebagai berikut. Penelitian yang

dilakukan oleh (Saryanti, 2015) mengungkapkan bahwa dia memakai variabel

earning per share sebagai variabel moderating. Hal ini dibuktikan dengan

penelitiannya yang berjudul pengaruh return on equity terhadap harga saham dengan
8

earning per share sebagai variabel moderasi pada perusahaan manufaktur di bursa

efek Indonesia.

Tak hanya penelitian yang dilakukan oleh saudari Endang saja yang memakai

variabel earning per share sebagai variabel moderating. Penelitian lainnya yang

menggunakan earning per share sebagai variabel moderating adalah penelitian yang

dilakukan oleh (Novianti & Endraswati, 2015) mereka menggunakan variabel

moderating berupa earning per share.

Dari uraian penelitian terdahulu tersebut menunjukkan bahwasanya ada

perbedaan hasil penelitian terdahulu. Perbedaan hasil penelitian inilah yang kemudian

membuka peluang bagi penulis untuk meneliti kembali dengan metode, data, dan

dengan teori yang berbeda pula. Adanya perbedaan hasil penelitian ini membuat

penulis menduga adanya variabel yang dapat memperkuat atau memperlemah

(moderating) pengaruh dari rasio – rasio keuangan terhadap harga saham syariah.

Penggunaan EPS sebagai variable pemoderasi rasio – rasio keuangan terhadap harga

saham syariah di dasarkan pada Signaling Theory dan hasil penelitian terdahulu yang

dilakukan oleh saudara (Efrizon, 2019), (Sudangga & Suarjaya, 2016), (Rolensa,

2016). Hasil dari penelitian mereka menemukan bahwasanya variabel EPS

berpengaruh terhadap harga saham.

Dari uraian latar belakang diatas dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan

penelitian terdahulu dan variabel yang penulis angkat ialah Earning per share (EPS),

Return on Asset (ROA), Debt Equity Ratio (DER), Free Cash Flow (FCF), Working

Capital Turnover (WCT) terhadap harga saham syariah. Mayoritas investor


9

menggunakan analisis fundamental dalam menentukan keputusan berinvestasi

sebagai dasar awal untuk menentukan portofolio. kemudian peneliti menitik-beratkan

perhatian pada masalah ini dan penulis tertarik untuk melakukan penelitian lebih

lanjut dalam bentuk tesis berjudul “Pengaruh Fundamental Perusahaan Terhadap

Harga Saham Syariah Dengan Earning Per Share Sebagai Variabel Moderating

Di Jakarta Islamic Index 70 Periode 2018-2021”.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang masalah diatas, masalah dalam penelitian ini

dapat diidentifikasi secara spesifik bagaimanakah moderasi Earning per share (EPS)

atas pengaruh, Return on Asset (ROA), Debt Equity Ratio (DER), Free Cash Flow

(FCF), Working Capital Turnover (WCT) terhadap harga saham syariah di Jakarta

Islamic Index 70 (JII 70).

1.3. Pertanyaan Penelitian

1. Apakah Return on Asset (ROA) berpengaruh terhadap harga saham syariah di

Jakarta Islamic Index 70 (JII 70)?

2. Apakah Debt Equity Ratio (DER) berpengaruh terhadap harga saham syariah di

Jakarta Islamic Index 70 (JII 70)?

3. Apakah Free Cash Flow (FCF) berpengaruh terhadap harga saham syariah di

Jakarta Islamic Index 70 (JII 70)?

4. Apakah Working Capital Turnover (WCT) berpengaruhhterhadap harga saham

syariah di Jakarta Islamic Index 70 (JII 70)?


10

5. Apakah Earning per share (EPS) memoderasi hubungan antara Return on Asset

(ROA), Debt Equity Ratio (DER), Free Cash Flow (FCF), Working Capital

Turnover (WCT), terhadap harga saham syariah di Jakarta Islamic Index 70 (JII

70)?

1.4. Tujuan Penelitian

Dari uraian pertanyaan penelitian diatas, penelitian ini memiliki tujuan untuk

menguji dan menganalisis:

1. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh Return on Asset (ROA) terhadap harga

saham syariah di Jakarta Islamic Index 70 (JII 70).

2. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh Debt Equity Ratio (DER) terhadap harga

saham syariah di Jakarta Islamic Index 70 (JII 70).

3. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh Free Cash Flow (FCF) terhadap harga

saham syariah di Jakarta Islamic Index 70 (JII 70).

4. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh Working Capital Turnover (WCT)

terhadap harga saham syariah di Jakarta Islamic Index 70 (JII 70).

5. Untuk mengetahui hubungan Earning per share (EPS) dalam memoderasi

hubungan antara Return on Asset (ROA), Debt Equity Ratio (DER), Free Cash

Flow (FCF), Working Capital Turnover (WCT) terhadap harga saham syariah di

Jakarta Islamic Index 70 (JII 70).

1.5. Manfaat Penelitian

Adapun hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat:


11

1. Secara Teoritis

Dapat berkotribusi dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan memperdalamnya

dan juga sebagai pembahasan topik baru dalam bidang saham syariah.

2. Secara Praktis

Diharapkan hasil penelitian ini dapat menjadi bahan pembelajaran bagi dunia

pendidikan khususnya dalam bidang saham syariah dan menjadi sumber rujukan

untuk penelitian di masa yang akan datang.

1.6. Ruang Lingkup dan Batasan Penelitian

Ruang lingkup dan batasan penelitian membuat asumsi-asumsi yang digunakan

dalam penelitian dan merupakan penegasan dari batasan masalah. Ruang lingkup

penelitian ini hanya terbatas pada perusahaan Jakarta Islamic Index 70 (JII 70) selama

tahun 2018-2021 yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Agar penelitian yang

dilakukan ini tetap terarah, maka berdasarkan uraian diatas penulis memberikan

batasan masalah penelitian ini tentang Return on Asset (ROA), Debt Equity Ratio

(DER), Free Cash Flow (FCF), Working Capital Turnover (WCT) terhadap harga

saham syariah dengan Earning per share (EPS) sebagai variabel moderating di

Jakarta Islamic Index 70 (JII 70).


12

Anda mungkin juga menyukai