Anda di halaman 1dari 61

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang.

Persaingan bisnis yang sangat ketat seperti saat ini, aset perusahaan

yang tinggi saja tidak cukup menjamin sebuah perusahaan untuk tetap

bertahan. Pada era globalisasi ini, menjadi sesuatu yang harus dihadapi

perusahaan apabila ingin tetap bertahan dan harus memiliki keunggulan

kompetitif untuk dapat bersaing di pasar global (Porter, 2008). Berdasarkan

kenyataan tersebut untuk mengantisipasi persaingan yang terjadi,

perusahaan harus mempertahankan dan meningkatkan kinerja sebagai upaya

menjaga kelangsungan usahanya. Laporan keuangan merupakan salah satu

bentuk nyata dari hasil kinerja perusahaan terutama manajemen dalam

mengelola suatu perusahaan. Informasi laporan keuangan ini akan

digunakan oleh pihak internal untuk mengevaluasi kinerja yang telah

dilakukan, untuk pihak eksternal laporan keuangan digunakan oleh para

investor untuk mengetahui kondisi perusahaan secara keseluruhan sebagai

pilihan untuk investasi

Perkembangan bursa yang semakin marak akan memberikan

peluang investasi yang semakin besar kepada para investor yang

menganggap bahwa pasar modal mampu memberikan manfaat sebagai

sarana pengalokasian dana yang produktif untuk jangka panjang. Semakin

maraknya investasi akan semakin memberikan peluang tersebut akan

1
2

menjadikan kebutuhan akan analisis sekuritas juga meningkat. Hal ini

disebabkan investor yang akan menginvestasikan dananya dipasar modal

semakin membutuhkan berbagai infomasi tentang sekuritas yang nantinya

berhubungan erat dengan tingkat pengembalian yang diharapkan dan resiko

yang dihadapi. Kenyataannya dalam praktik, banyak investor yang

menginginkan pengembalian yang tinggi dengan resiko yang rendah.

Pengembalian yang diharapkan dalam investasi dipengaruhi oleh informasi

untuk memperoleh tingkat pengembalian yang tinggi adalah dengan melihat

kinerja keuangan suatu perusahaan, hal ini dapat dilihat dari performance

perusahaan. Kinerja perusahaan akan berhubungan erat dengan tingkat

kepercayaan investor yang akan menanamkan dananya. (Kamaruddin,

2004:59)

Pasar modal Indonesia (BEI) berada dalam posisi yang sangat

atraktif bagi investor global. Pada saat posisi peringkat Indonesia saja masih

di bawah investment grade, ternyata indeks saham kita mengalami kinerja

sangat baik selama tujuh tahun terakhir ini. Bagaimanapun hal ini

mengindikasikan fundamental perekonomian Indonesia yang sangat baik

selain faktor mikro bursa, yaitu keseimbangan antara permintaan dan

penawaran saham secara keseluruhan di tiap bursa. Ketika bursa saham di

seluruh dunia mengalami turbulensi yang besar, bursa saham Indonesia

masih bisa menambah 25 emiten baru di 2011, termasuk emiten yang cukup

besar, yaitu perusahaan penerbangan Garuda. Tahun 2012 mendatang ini

direncanakan bursa saham Indonesia akan menambah lagi jumlah emiten


3

baru sebanyak 25 perusahaan. (Kinerja Bursa dan Kapitalisasi Perbankan.

Okezone.com. Senin, 02 Januari 2012)

Di pasar modal, investor dapat memperoleh keuntungan dari

investasi saham. Keuntungan dari investasi saham dapat berupa perubahan

harga saham pada suatu periode. Jika harga saham yang dijual lebih tinggi

dari harga saham ketika dibeli, maka pemegang saham memperoleh

keuntungan yang disebut dengan capital gain. Namun, keuntungan atas

investasi saham tidak hanya diukur dari capital gain saja, selain itu dividen

juga merupakan salah satu imbal hasil yang diharapkan oleh para investor

Kinerja keuangan perusahaan menggambarkan kondisi keuangan

dan perkembangan perusahaan dalam mencapai tujuan perusahaan (Fabozzi,

2000:775). Menurut Brigham dan Weston (1995) arti penting kinerja

keuangan adalah meliputi : (1) alat skrining awal dalam pemilihan investasi,

(2) alat perkiraan terhadap hasil dan kondisi keuangan perusahaan, (3) alat

diagnosis terhadap masalah manajerial, operasional, atau masalah-masalah

lainnya, dan (4) alat untuk menilai manajemen perusahaan. Hal ini

menunjukkan bahwa informasi kinerja keuangan merupakan indikator yang

dibutuhkan oleh pihak manajemen perusahaan untuk mengukur efektivitas

kinerja perusahaan. Selain itu informasi kinerja keuangan merupakan

indikator yang digunakan investor sebelum melakukan investasi

Melalui aspek keuangan perusahaan, dapat diperoleh informasi

mengenai kondisi keuangan perusahaan berupa laporan keuangan. Menurut

Hin (2008: 54), laporan keuangan yang dikeluarkan oleh perusahaan


4

merupakan salah satu pedoman yang penting bagi investor untuk menilai

kondisi perusahaan tersebut. Berdasarkan laporan keuangan, maka dapat

diukur kinerja keuangan perusahaan. Umumnya, dalam melakukan penilaian

kinerja keuangan perusahaan, laba selalu menjadi fokus utama. Perusahaan

yang mempunyai kinerja baik memiliki pertumbuhan laba positif yang dapat

diketahui dari semakin meningkatnya laba perusahaan pada periode

keuangan berikutnya

Untuk mengukur kinerja suatu perusahaan, investor biasanya

melihat kinerja keuangan yang tercermin dari berbagai macam rasio. Salah

satu indikator pengkuran kinerja keuangan yang sering digunakan adalah

profitabilitas perusahaan. Alat ukur profitabilitas perusahaan yang sering,

digunakan adalah Return On Assets (ROA), dan Return On Equity (ROE).

ROA menggambarkan kemampuan asset-asset yang dimiliki perusahaan

bisa menghasilkan laba, ROE menggambarkan sejauhmana kemampuan

perusahaan menghasilkan laba yang bisa diperoleh pemegang saham. ROE

mengukur kemampuan perusahaan dalam memperoleh return bagi investasi

yang dilakukan oleh investor, menunjukkan seberapa besar keuntungan yang

menjadi hak pemegang saham (Brigham dan Houston, dalam Raharjo,

2006;36).

Hasil penelitian Ganto et.al (2008) menunjukkan terdapat

hubungan positif antara ROE dan EPS dengan return saham. ROE yang

bermakna perusahaan akan mempunyai kemampuan untuk membagikan


5

deviden yang cukup tinggi sehingga dapat meningkatkan kepercayaan

investor terhadap nilai perusahaan.

Menurut Jogiyanto (2007:199), return saham merupakan hasil yang

diperoleh dari suatu investasi. Return dari investasi tergantung pada

instrumen investasinya Ada yang menjamin tingkat kembalian (return) yang

akan diterima misalnya sertifikasi deposito di bank yang memberikan bunga

dari prosentase tertentu yang positif, dan obligasi yang menjanjikan kupon

bunga yang akan dibayarkan secara periodik atau sekaligus dan pasti, tidak

tergantung pada keuntungan perusahaan. Lain halnya dengan saham, saham

tidak menjanjikan suatu return yang pasti bagi para pemodal. Namun

beberapa komponen return yang memungkinkan pemodal meraih

keuntungan deviden, saham bonus dan capital gain

Dalam membuat model peramalan harga, langkah yang penting

adalah mengidentifikasikan variabel-variabel yang diperkirakan akan

mempengaruhi harga atau return saham. Beberapa hal penting dan biasanya

merupakan pusat perhatian investor maupun para analis keuangan (financial

analyst) dalam menganalisis data historis keuangan meliputi: posisi

keuntungan kompetitif perusahaan, profit margin dan pertumbuhan laba

perusahaan, likuiditas aktiva perusahaan terutama berhubungan dengan

kemampuan keuangan perusahaan didalam memenuhi kewajiban jangka

pendeknya, tingkat leverage terhadap shareholder’s equity, serta komposisi

dan pertumbuhan operasional penjualan perusahaan. Berdasarkan laporan

keuangan historis tersebut, selanjutnya dapat diketahui kinerja keuangan


6

perusahaan dengan cara melakukan analisis laporan keuangan melalui

perhitungan rasio-rasio keuangan. Rasio merupakan perbandingan antara

dua elemen laporan keuangan yang menunjukkan indikator kesehatan

keuangan pada periode tertentu (Harianto dan Sudomo,2006)

Current ratio (CR) merupakan rasio likuiditas yang digunakan

sebagai alat ukur untuk menentukan kemampuan perusahaan dalam

memenuhi kewajiban jangka pendeknya. Syamsuddin:2004:65) Semakin

besar CR yang dimiliki menunjukkan besarnya kemampuan perusahaan

dalam memenuhi kebutuhan operasionalnya terutama modal kerja yang

sangat penting untuk menjaga performance kinerja perusahaan yang pada

akhirnya mempengaruhi harga saham. Hal ini dapat memberikan keyakinan

pada investor untuk memiliki saham perusahaan tersebut sehingga dapat

meningkatkan return saham. Hasil Penelitian Ulupui (2008), Ganesh (2012)

dan Sabalno (2010) menunjukkan bahwa ROA dan CR berpengaruh positif

signifikan terhadap return saham

Debt to equity ratio (DER) merupakan rasio solvabilitas yang

mengukur kemampuan modal sendiri perusahaan untuk dijadikan jaminan

semua hutang perusahaan (Syamsuddin,2004:71) DER yang tinggi

menunjukkan hutang semakin besar dibandingkan dengan ekuitasnya,

sehingga beban bunga dan ketergantungan modal perusahaan terhadap pihak

luar juga semakin besar. Hasil penelitian Suharli (2005), Yusi (2011) dan

Ganesh (2012) menunjukkan Debt to Equity Ratio (DER) berpengaruh

terhadap return saham.


7

Hasil penbelitian Qabajeh et.al (2012) menunjukkan terdapat

hubungan positif yang signifikan antara laporan keuangan interim

Pengumuman dan pendapatan saham sekitar tanggal pengumuman. Kedua,

terdapat hubungan positif yang signifikan antara volume perdagangan dan

pendapatan saham sekitar tanggal pengumuman

Berdasarkan hasil penelitian terdahulu tentang pengaruh kinerja

keuangan terhadap return saham beserta variabel-variabel yang menjadi

determinannya, maka return sahan dipengaruhi oleh kinerja keuangan

perusahaan yaitu current ratio, debt to equity ratio, return on assets, return

on equity dan earning pershare

Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah perusahaan

Manufaktur yang terdaftar di BEI untuk periode tahun 2009-2011. Sampel

ini dipilih karena industri manufaktur di Indonesia tengah berkembang

pesat. Menurut data Kementerian Perindustrian RI, pada tahun 2012,

industri manufaktur tumbuh sebesar 6,4%. Dengan pertumbuhan tersebut,

industri ini menyumbang 20,8% atau sekitar Rp 1.714,3 triliun terhadap

pendapatan domestik bruto nasional sebesar Rp 8.241,9 triliun. Cabang-

cabang industri yang mengalami pertumbuhan tinggi dinikmati oleh sektor

pupuk, kimia, dan bahan dari karet dengan 10,25%, sektor semen dan

barang galian bukan logam dengan 7,85%, sektor makanan, minuman, dan

tembakau yang 7,74%, serta sektor alat angkut, mesin, dan peralatan sebesar

6,94 %. Pertumbuhan industri manufaktur ditopang oleh tingginya investasi

di sektor industri dan konsumsi di dalam negeri. Sektor ini berkontribusi


8

hingga 20,85% terhadap PDB nasional. Sementara itu, ekspor produk

manufaktur selama Januari-November 2012 berkontribusi hingga 60,02%

terhadap total ekspor nasional (Media Industri No.01.2013).

Penelitian ini merupakan pengembangan dari hasil penelitian

terdahulu yang dilakukan oleh Ganto et.al (2008), Ulupui (2008), Suharli

(2005), Ganesh et. al (2012) dan Qabajeh et.al (2012) yang menguji kinerja

keuangan perusahaan yang menjadi determinan terhadap return saham.

Pengembangan dalam penelitian ini dengan menggabungkan beberapa

variabel yang mempengaruhi return saham

1.2. Perumusan Masalah

Dari latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas, maka

masalah dapat dirumuskan sebagai berikut :

1. Apakah terdapat pengaruh antara current ratio (CR), debt to equity ratio

(DER), return on equity (ROE), dan Earning Price Rasio (EPS) secara

simultan dan parsial terhadap return saham pada Perusahaan Manufaktur

Yang Terdaftar di BEI?

2. Variabel manakah dari variabel current ratio (CR), debt to equity ratio

(DER), return on equity (ROE), dan Earning Price Rasio (EPS) yang

berpengaruh dominan terhadap return saham pada Perusahaan

Manufaktur Yang Terdaftar di BEI?

1.3. Tujuan Penelitian

1. Untuk menganalisis apakah terdapat pengaruh yang signifikan antara

current ratio (CR), debt to equity ratio (DER), return on equity


9

(ROE), dan Earning Price Rasio (EPS) secara simultan dan parsial

terhadap return saham pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar di

BEI

2. Untuk menganalisis variabel manakah dari variabel current ratio (CR),

debt to equity ratio (DER), return on equity (ROE), dan Earning Price

Rasio (EPS) yang berpengaruh dominan terhadap return saham pada

Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar di BEI

1.4. Manfaat Penelitian.

1. Manfaat Praktis

a. Bagi Investor dan calon investor hasil penelitian ini diharapkan dapat

menjadi salah satu pertimbangan dalam pengambilan keputusan

berinvestasi di Bursa Efek Jakarta

b. Bagi Perusahaan hasil penelitian ini diharapkan menjadi salah satu

pertimbangan pengambilan keputusan di bidang keuangan dalam

rangka mempertahankan dan meningkatkan kinerja perusahaan

2. Manfaat Teoritis

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai salah satu

bahan referensi untuk penelitian lebih lanjut, terutama untuk memprediksi

kinerja keuangan perusahaan masa berikutnya berdasarkan kinerja

perusahaan dan return saham


BAB II

TINJUAN PUSTAKA

2.1. Tinjauan Penelitian Terdahulu.

Hasil penelitian Ganto et.al (2008) menunjukkan terdapat

hubungan positif antara ROE dan EPS dengan return saham. ROE yang

bermakna perusahaan akan mempunyai kemampuan untuk membagikan

deviden yang cukup tinggi sehingga dapat meningkatkan kepercayaan

investor terhadap nilai perusahaan.

Suharli (2005) melakukan penelitian tentang Dua Faktor yang

Mempengaruhi Return Saham pada Industri Food & Beverages di Bursa

Efek Jakarta. Dua faktor yang diteliti meliputi Debt to Equity Ratio (DER)

dan Beta (β). Suharli menemukan bahwa kedua faktor tersebut tidak

berpengaruh terhadap return saham

Ulupui (2008) melakukan penelitian tentang pengaruh Rasio

Likuiditas, Leverage, Aktivitas, dan Profitabilitas terhadap Return Saham”.

Masing-masing rasio diwakili dengan 1 variabel, likuiditas diwakili Current

Ratio (CR), leverage diwakili DER, aktivitas diwakili Total Asset Turnover

(TATO), profitabilitas diwakili Return On Asset (ROA). Hasil penelitian

menunjukkan bahwa ROA dan CR berpengaruh positif signifikan terhadap

return saham sedangkan DER dan TATO tidak berpengaruh terhadap return

saham

10
11

Subalno (2010) melakukan penelitian Faktor Fundamental dan

Kondisi Ekonomi yang mempengaruhi Return Saham. Penelitian dilakukan

pada perusahaan otomotif yang terdaftar di BEI selama periode 2003- 2007.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa ketiga rasio (CR, DER, TATO) tidak

berpengaruh pada return saham, sedangkan nilai tukar dan ROA

berpengaruh positif signifikan terhadap return saham, dan suku bunga

berpengaruh negatif signifikan terhadap return saham

Yusi (2011) dalam penelitiannya memfokuskan pada faktor

Fundamental dan Risiko Sistematik Implikasinya terhadap Harga Saham”

menemukan bahwa DER, ROA, ROE, BVPS, dan Beta berpengaruh positif

signifikan terhadap return saham sedangkan Dividend Payout Ratio (DPR)

tidak berpengaruh terhadap return saham.

Penelitian Manaje (2012) menunjukkan hasil dari Korelasi Spearman

Rank untuk diungkapkan korelasi positif yang kuat dari EPS dengan harga

saham. ROA diungkapkan korelasi negatif yang lemah dengan harga saham.

Hasil regresi berganda menunjukkan bahwa model yang dipilih mampu

menjelaskan 73% dari rata-rata perubahan harga saham

Penelitian Abadi et al (2012) menunjukkan terdapat hubungan positif

signifikan antara dua variabel, hasil model regresi menunjukkan bahwa pada

tingkat kepercayaan 95% ada hubungan yang signifikan antara harga ROI

dan saham, hubungan ini adalah positif. Hipotesis kedua, penelitian ini

menguji pengaruh gross margin keuntungan pada saham harga. dalam


12

penelitian ini, uji statistik berdasarkan model regresi menunjukkan bahwa

tidak ada signifikan hubungan antara marjin laba kotor dan harga saham.

Penelitian Qabajeh et.al (2012) menunjukkan terdapat hubungan

positif yang signifikan antara laporan keuangan interim Pengumuman dan

pendapatan saham sekitar tanggal pengumuman. Kedua, terdapat hubungan

positif yang signifikan antara volume perdagangan dan pendapatan saham

sekitar tanggal pengumuman

Al-Qudah (2012) meneliti tentang Faktor yang mempengaruhi

pengembalian saham di Pasar Saham Amman. Hasil penelitian menunjukkan

Terdapat hubungan statistik yang signifikan antara pembayaran neraca dan

return saham. Tidak ada hubungan statistik yang signifikan antara tingkat

bunga dan return saham. Tidak ada hubungan statistik yang signifikan antara

defisit anggaran dan return saham. Tidak ada hubungan statistik yang

signifikan antara produk domestik bruto dan return saham. Tidak ada

hubungan statistik yang signifikan antara tingkat inflasi dan return saham

Ada hubungan statistik yang signifikan antara ukuran perusahaan dan Bursa

kembali

Ganesh et. al (2012) meneliti tentang Analisis Fundamental dan

Pengembalian Saham di India. Hasil Analisis menunjukkan terdapat

gubungan antara informasi laporan keuangan dan pengemablian saham.

Infoemasi laporan keuangan diadasarkan pada serangkaian informasi

akuntansi yang dirumuskan oleh Piotroski (2000). serangkaian informasi

akuntansi ini dianggap sebagai nilai komposit yang menggabungkan


13

informasi yang berkaitan dengan Profitabilitas, Likuiditas dan Operasi

efisiensi dari setiap perusahaan. Salah satu pengamatan yang mencolok rata-

rata pengembalian pasar disesuaikan dengan periode akuntansi. Hal ini

konsisten dengan pandangan bahwa pasar dengan cepat

mengintegrasikan informasi ke dalam harga saham Akhirnya dapat

disimpulkan bahwa semua informasi akuntansi memiliki korelasi positif

dengan pengembalian saham di masa depan pada signifikan pada 1% dan

tingkat signifikansi 5%.. Korelasi positif antara agregat sinyal fundamental

dan perusahaan skor tinggi mengidentifikasinya sebagai portofolio winner

memiliki realisasi produktif mendekati 300%.

Dari penelitian terdahulu, maka penelitian ini akan melakukan kajian

dengan Kinerja perusahaan dan Return Saham baik yang dikembangkan oleh

Wira (2012), Ganto et.al (2008), Dewi (2012). Secara variabel penelitian ini

memiliki kesamaan dengan penelitian terdahulu. Secara objek penelitian,

penelitian ini memiliki perbedaan yaitu objek yang dikaji adalah difokuska

perusahaaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI kurun waktu 2009 – 2011

Berdasarkan ringkasan hasil penelitian terdahulu yang terkait dengan

variabel-variabel dalam penelitian ini, maka dibuat ringkasan hasil penelitian

terdahulu pada Lampiran 1 .


14

2.2. Kajian Teoritis

2.2.1. Kinerja Keuangan

1. Pengertian Kinerja Keuangan

Dalam persaingan global, kondisi perusahaan yang sehat

merupakan suatu hal yang sangat penting untuk dapat bertahan dan

mengembangkan diri dalam menjalankan operasinya sehingga tujuan

yang ditetapkan tercapai. Salah satu cara untuk mengetahui perusahaan

dapat menjalankan operasinya sesuai dengan rencana dan tujuan yang

telah ditetapkan adalah dengan mengetahui kinerja perusahaan.

Kinerja keuangan dapat diukur melalui analisis laporan

keuangan sebab analisis laporan keuangan selain digunakan sebagai

alat untuk mengetahui tingkat profitabilitas juga digunakan sebagai

alat untuk mengetahui tingkat resiko atau kesehatan suatu perusahaan.

Menurut Munawir (2005:31) tujuan dan kinerja keuangan

adalah :

a. Untuk mengetahui likuiditas yaitu kemampuan perusahaan

untuk memenuhi kewajiban keuangan pada saat ditagih

b. Untuk mengetahui tingkat solvabilitas yaitu menunjukkan

kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangan

apabila perusahaan tersebut dilikuiditas,baik kewajban jangka

pendek maupun kewajiban jangka panjang.

c. Untuk mengetahui tingkat rentabilitas (profitabilitas) yaitu

menunjukan kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba

sebelum periode tertentu.


15

Untuk mengetahui stabilitas usaha yaitu kemampuan

perusahaan untuk melakukan usahanya dengan stabil yang diukur

dengan mempertimbangkan kemampuan perusahaan untuk membayar

deviden secara teratur kepada para pemegang saham tanpa mengalami

hambatan/krisis keuangan.

2. Pengukuran Kinerja keuangan

Munawir (2005:31) mengemukakan, bahwa tujuan

pengukuran kinerja perusahaan adalah untuk mengetahui tingkat

likuiditas, solvabilitas, profitabilitas dan stabilitas usaha. Tingkat

likuiditas dan solvabilitas digunakan untuk memenuhi kewajiban

keuangannya, hanya pada solvabilitas digunakan apabila perusahaan

dilikuidasi. Tingkat profitabilitas digunakan untuk mengetahui hasil

laba selama periode tertentu dan stabilitas usaha yaitu kemampuan

perusahaan untuk melakukan usahanya dengan stabil.

Dalam usaha, banyak kecenderungan besar mempengaruhi

bagaimana manajer memandang kinerja mereka. Gerakan mutu telah

membantu manajer memperoleh suatu pemahaman yang baru

mengenai hubungan antara pelanggan, proses usaha dan keberhasilan

keuangan. Suatu sistem pengukuran kinerja mempunyai banyak

peranan. Tiga dari yang paling penting adalah :

a. Sistem pengukuran kinerja (Performance Measurement System)

memungkinkan manajer memonitor bagaimana usaha dilakukan

dan untuk mengetahui aspek-aspek apa dari usaha yang perlu


16

mendapat perhatian.

b. Sebagai suatu alat komunikasi yang penting. Sistem pengukuran

kinerja merupakan suatu peringatan konstan bagi orang-orang

mengenai apa yang paling penting untuk orang tersebut capai.

c. Sistem pengukuran kinerja berlaku sebagai dasar untuk sistem

imbalan perusahaan.

3. Evaluasi Kinerja Keuangan Perusahaan

Sebuah perusahaan besar atau kecil memerlukan informasi

yang bisa dijadikan pertimbangan dalam pengambilan keputusan

mengenai dana dan strategi apa yang bisa digunakan untuk

memenangkan persaingan. Dalam hal ini perusahaan harus mampu

mengevaluasi prospek masa mendatang, pertumbuhan dan

kemampuan laba perusahaan dalam kaitannya dengan perekonomian

secara makro, ekonomi nasional,perkembangan dibidang industri

perusahaan dan kondisi perusahaan itu sendiri (Sitompul,2004;168).

Berdasarkan proyeksi ekonomi yang lengkap, menilai kinerja

suatu perusahaan dengan cara memproyeksikannya pada lingkungan

bisnis. Analisis ini mencakup evaluasi perusahaan mengenainya

(Sitompul,2004:170):

a. Kemampuan Manajemen Perusahaan

Keberhasilan suatu perusahaan dalam menjalankan usahanya

sangat ditentukan oleh kemampuan integritas dan profesionalisme

manajemen. Manajemen harus mampu menganalisis keadaan dan

perubahan yang terjadi serta mengambil langkah penyesuaian yang


17

tepat, penyesuaian perlu dilakukan untuk mengurangi

kemungkinan adanya kerugian karena perubahan keadaan tersebut.

Pengetahuan investor atas kemampuan manajemen perusahaan

sangat diperlukan mengingat dana yang ditanamkan mereka

nantinya akan dikelola oleh manajemen perusahaan.

b. Program Riset dan Pengembangan

Dalam bisnis perusahaan harus sering memperkenalkan

produk baru/servis baru, tapi sebelumnya perusahaan harus

mengetahui pengaruhnya bagi ukuran dan lingkup bisnis

perusahaan,dengan melihat investasi yang ditanamkan perusahaan

untuk program ini dan membandingkan investasi perusahaan lebih

besar atau lebih kecil dari pesaing.

c. Likuiditas

Likuiditas (Munawir, 2005:31) adalah kemampuan

perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangannya yang harus

segera dipenuhi. Perusahaan dapat dikatakan likuid apabila

perusahaan tersebut mempunyai alat pembayaran atau aktiva lancar

yang lebih besar dari pada hutang lancarnya.

Sebagaimana pentingnya likuiditas bagi perusahaan kebutuhan

akan likuiditas tersebut perlu diselaraskan dengan keinginan untuk

produktifitas. Idealnya perusahaan harus mampu menghasilkan

keuntungan yang lebih tinggi dari uang yang diinvestasikan dalam

bisnisnya dari pada uang tunai yang disediakan untuk investasi jangka

pendeknya. Hal ini mengharuskan agar perusahaan selalu menyediakan


18

uang sebagai cadangan kas. Setiap evaluasi yang dilakukan terhadap

perusahaan selalu mencakup analisis apakah likuiditas meningkat atau

menurun, dengan melakukan perhitungan ratio perusahaan untuk

beberapa tahun yang lalu,lalu dapat ditentukan apakah perusahaan

bertambah atau berkurang likuiditasnya.

Meningkatnya likuiditas perusahaan dan meningkatnya nilai

saham akan berpengaruh terhadap para pemegang saham dengan tidak

mengenyampingkan larangan-larangan dan pembatasan praktek pasar

tertentu, para pemegang saham dapat setiap waktu menjual sahamnya

dibursa, dengan demikian dapat mengganti invstasinya dengan uang

tunai. Saham yang dimiliki dapat digunakan sebagai jaminan untuk

pinjaman pribadi (Sitompul, 2005;17).

a.Keadaan Keuangan

Perusahaan membutuhkan uang atau modal untuk

operasional, modal yang dibutuhkan perusahaan didapat dari dua

sumber,saham dan hutang. Saham, uang yang di dapat dari menjual

kepemilikan perusahaan (Stock Offering),ditambah dengan laba

yang tidak dibagikan kepada pemilik perusahaan (dikenal dengan

retained earning/laba di tahan). Hutang, jumlah pinjaman jangka

panjang perusahaan (lebih dari satu tahun).

Salah satu keputusan yang penting,adalah bahwa manajemen

senior perusahaan harus berusaha membuat keseimbangan antara


19

konflik,tujuan untuk memperbesar keuntungan investor dengan

mempertahankan stabilitas perusahaan

b.Personalia

Ada bebarapa hal yang perlu diperhatikan antara lain

beberapa jumlah tenaga kerja di satu perusahaan itu yang tidak

tergabung dalam pelatihan. Masalah-masalah apa yang akan selalu

timbul dalam komunikasi antara pekerja dengan manajemen

perusahaan. Dalam hal ini perlu dipertimbangkan berapa tingkat

turn over pekerja dalam setahunnya, selain itu apakah gaji rata-

rata pegawai lebih tinggi atau lebih rendah dari perusahaan

pesaing.

c.Tingkat Efisiensi dan Kemampuan Laba

Faktor lain adalah tingkat efisieni dari operasional

perusahaan, apakah biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan bisa

dibanding dengan uang yang dihasilkan misalnya berapa banyak

biaya produksi yang dikeluarkan oleh perusahaan, apakah biaya

perusahaan tersebut lebih tinggi atau lebih rendah dibanding

dengan pesaingnya dari jenis usaha yang sama, apakah alat-alat

produksi cukup canggih atau sudah waktunya alat-alatnya diganti.

Hal ini menuntut perusahaan untuk menggunakan sistim

manajemen dan administrasi yang modern untuk meningkatkan

efisiensi dan mencapai tingkat kemampulabaan yang baik.


20

d.Prospek dan Perkembangan Perusahaan

Dalam menganalisa prospek dan perkembangan perusahaan,

investor harus mengetahui sejauh mana peranan perusahaan dalam

perekonomian nasional. Hal ini dapat dilakukan dengan melihat

sejauh mana produk perusahaan dalam persaingannya dengan

industri sejenis baik domestik dan asing mampu tumbuh dan

berkembang, selain itu perkembangan perusahaan juga ditentukan

oleh penguasaan market share yang ada. Dari informasi tersebut

investor akan mengetahui dimana posisi perusahaan dalam pasar

industri sejenis.

Faktor lain dapat dijadikan indikator apakah emiten telah

menyiapkan diri dalam perkembangan pasar yang semakin cepat

bila dikaitkan dengan daur hidup suatu produk, maka dapat

dikatakan bahwa teknologi memainkan peranan penting dalam

mempertahankan kelangsungan hidup suatu produk yang juga akan

mempengaruhi kelangsungan hidup perusahaan tersebut.

e.Good Wiil

Faktor-faktor yang dipertimbangkan sebagai berikut : apakah

perusahaan tersebut telah memenuhi program pengembangan dan

“Customer Support” yang cukup efektif, apakah hubungan antara

perusahaan dengan para pemasok cukup baik, apakah perusahaan

cukup punya “nama” diantara pesaingnya dan apakah perusahaan

termasuk kategori “Good Corporate Citizen”. Naik turunnya harga


21

saham perusahaan dimasa datang dipengaruhi oleh beberapa unsur

yaitu :

1. Kebijakan dividen perusahaan

2. Nilai buku dari asset dan bisnis perusahaan

3. Cash Flow

4. Tingkat laba yang dicapai perusahaan

Setelah melakukan proyeksi secara global, tahap berikutnya

adalah mengevaluasi lingkungan industri dimana perusahaan

berusaha tujuannya adalah untuk menemukan kelemahan-

kelemahan didalam kinerja keuangan perusahaan yang dapat

menyebabkan masalah-masalah dimasa mendatang dan untuk

menentukan kekuatan-kekuatan perusahaan yang dapat diandalkan.

Langkah selanjutnya adalah membuat estimasi tentang berapa

harga yang harus dibayar para investor terhadap saham perusahaan

itu dimasa mendatang.

Cara lain untuk mengetahui prestasi manajemen masa lalu

dan prospeknya dimasa datang adalah dengan menggunakan

analisis rasio keuangan (Financial ratio analisis), rasio keuangan

merupakan alat utama dalam analisis keuangan,karena dapat

dipergunakan untuk mengamati keadaan perusahaan dari waktu

kewaktu untuk mengamati kecenderungan yang terjadi dan bisa

digunakan sebagai alat perbandingan perusahaan satu dengan

perusahaan yang sejenis. Melalui cara ini akan dinilai keunggulan


22

dan kelemahan pengelolaan keuangan antara perusahaan satu

dengan perusahaan yang lain

Menurut Prastowo (2005:80) rasio keuangan merupakan

teknik analisis yang paling banyak digunakan untuk analisis yang

dapat memberikan jalan keluar dan menggambarkan gejala-gejala

yang tampak suatu keadaan. Rasio keuangan adalah ukuran yang

digunakan dalam interpretasi dan analisis laporan keuangan suatu

perusahaan. Hakikat pengertian rasio adalah alat yang dinyatakan

dalam “Aritmatikal Terms” yang dapat digunakan untuk

menjelaskan hubungan antara dua macam keuangan (Munawir,

2005:63).

Berdasarkan analisis prestasi keuangan, akan dapat dinilai

kemampuan manajer keuangan dalam merencanakan dan

mengimplementasikan tindakan secara konsisten dengan tujuan

memaksimalkan kemakmuran pemegang saham. Disamping itu

juga dapat dipergunakan oleh pihak lain seperti bank untuk menilai

apakah cukup beralasan (layak) untuk memberikan tambahan dana

atau kredit baru, calon investor untuk memproyeksikan prospek

dimasa datang (Sartono,2008;119)

Tujuan dari analisis ini adalah membantu manajer dalam

memahami apa yang perlu dilakukan oleh perusahaan berdasarkan

informasi yang tersedia yang sifatnya terbatas berasal dari financial

statement. Fokus analisis ini akan berbeda-beda menurut pihak-


23

pihak yang berkepentingan jangka pendek akan memperhatikan

harapan jangka pendek, sedangkan investor yang berorientasi pada

kepentingan jangka panjang dan kemampuan menghasilkan laba

(profitability) (Syarafudin, 2005;109)

2.2.2. Laporan Keuangan

a. Pengertian Laporan Keuangan

Laporan keuangan pada dasarnya adalah merupakan hasil dari

proses akuntansi. Laporan keuangan disusun untuk memberikan

informasi keuangan suatu badan usaha kepada pihak-pihak yang

membutuhkannya.

Laporan keuangan menggambarkan kondisi keuangan dari hasil

usaha suatu perusahaan pada saat tertentu atau jangka waktu tertentu.

Laporan keuangan merupakan media yang paling tepat untuk menilai

prestasi dari kondisi ekonomis suatu perusahaan. (Harahap. 2007;105.)

Laporan keuangan adalah dua daftar yang disusun oleh akuntan

pada akhir periode untuk suatu perusahaan. Kedua daftar tersebut

adalah daftar neraca atau daftar posisi keuangan dan daftar pendapatan

atau laba rugi. Pada waktu akhir-akhir ini sudah menjadi kebiasaan

bagi perseroan-perseroan untuk menambahkan daftar surplus atau

daftar laba yang tidak dibagikan (laba ditahan). (Munawir. 2005;5.)

Laporan keuangan merupakan bagian dari proses pelaporan

keuangan. Laporan keuangan yang lengkap terdiri dari: neraca, laporan


24

laba rugi, laporan perubahan ekuitas, laporan arus kas, dan catatan atas

laporan keuangan (PSAK, 2004:2).

Dari beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa laporan

keuangan adalah daftar yang memuat ringkasan secara kuantitatif dari

transaksi yang dilakukan oleh suatu perusahaan dalam suatu periode

akuntansi yang menunjukkan posisi keuangan serta pendapatan

perusahaan pada saat itu. Laporan berbentuk sebuah neraca, serta

sebuah daftar perhitungan laba rugi, dan ada kalanya dibuat pula daftar

tambahan apabila diperlukan yaitu daftar perubahan modal dan daftar

laba yang ditahan. Laporan tersebut disusun untuk memberikan

informasi keuangan kepada pihak-pihak yang mempunyai kepentingan

terhadap perkembangan suatu perusahaan. Melalui laporan keuangan

tersebut, pihak-pihak yang berkepentingan terhadap perusahaan dapat

mengetahui kondisi atau keadaan keuangan perusahaan.

Laporan keuangan pada dasarnya memberikan ikhtisar

keuangan yang terdiri dari:

1) Neraca

Neraca merupakan laporan yang menunjukkan keadaan

keuangan suatu perusahaan pada tanggal tertentu.

2) Laporan Laba Rugi

Laporan Laba Rugi merupakan laporan yang menunjukkan

hasil usaha dan biaya-biaya selama suatu periode akuntansi.


25

3) Laporan Perubahan Modal

Laporan Perubahan Modal merupakan laporan yang

menunjukkan sebab-sebab perubahan modal dari jumlah pada awal

periode menjadi jumlah pada akhir periode.

4) Laporan Perubahan Posisi Keuangan (Statement of Change in

Financial Position)

Laporan perubahan posisi keuangan (statement of change in

financial position), menunjukkan arus dana dan perubahan-

perubahan dalam posisi keuangan selama tahun buku yang

bersangkutan.

b. Analisis Laporan Keuangan.

Analisis laporan keuangan berasal dari dua kata yakni analisis

dan laporan keuangan. Analisis laporan keuangan adalah suatu proses

analisis terhadap laporan keuangan perusahaan dengan tujuan tertentu

sesuai dengan yang dibutuhkan.

Analisis laporan keuangan tidak lain merupakan suatu proses

yang penuh pertimbangan dalam rangka membantu mengevaluasi

posisi keuangan dan hasil operasi perusahaan pada masa sekarang dan

masa lalu, dengan tujuan utama untuk menentukan estimasi dan

prediksi yang paling mungkin mengenai kondisi dan kinerja

perusahaan pada masa mendatang. (Prastowo. 2005:30)

Analisis terhadap laporan keuangan suatu perusahaan pada

dasarnya karena ingin mengetahui tingkat profitabilitas (keuntungan)


26

dan tingkat risiko atau tingkat kesehatan suatu perusahaan. (Hanafi.

2007:5.)

Dari kedua pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa analisis

laporan keuangan adalah merupakan suatu kegiatan menelaah dan

mengevaluasi yang lebih tepat dan menyeluruh mengenai laporan

keuangan perusahaan untuk tujuan tertentu yakni mengetahui tingkat

keuntungan serta tingkat kesehatan perusahaan dimasa lalu dan

sekarang.

c. Tujuan Analisis Laporan Keuangan

Analisis laporan keuangan dilakukan dengan harapan dapat

mencapai beberapa tujuan dari perusahaan itu sendiri. Tujuan dari

adanya analisis laporan keuangan yakni sebagai alat pengendali

kondisi keuangan dan kinerja perusahaan baik sekarang dan masa

mendatang.

Tujuan analisis laporan keuangan adalah untuk mengurangi

ketergantungan para pengambil keputusan pada dugaan murni, terkaan,

dan intuisi; mengurangi dan mempersempit lingkup ketidakpastian

yang tidak bisa dielakkan pada setiap proses pengambilan keputusan.

(Prastowo. 2005:31.)

Dengan adanya analisis laporan keuangan ini juga dapat

dijadikan suatu tolak ukur bagi manajemen untuk mengatasi masalah-

masalah yang terjadi serta mengevaluasi kinerja perusahaan secara

keseluruhan serta dapat memberikan dasar pertimbangan ekonomi bagi


27

pihak manajemen mengenai potensi keberhasilan perusahaan di masa

mendatang.

d. Prosedur dan Teknik Analisis

Dalam menganalisis laporan keuangan diperlukan suatu

prosedur atau tata cara tentang langkah-langkah yang harus ditempuh.

Langkah-langkah yang harus ditempuh daalm menganalisis laporan

keuangan adalah sebagai berikut : (Prastowo. 2005:32)

1) Memahami latar belakang data keuangan perusahaan.

2) Memahami kondisi-kondisi yang berpengaruh pada

perusahaan.

3) Mempelajari dan mereview laporan keuangan.

4) Menganalisis laporan keuangan.

Setelah mengetahui prosedur analisis laporan keuangan, dapat

dilakukan kegiatan menganalisis dengan menggunakan teknik tertentu

sesuai dengan kebutuhan. Analisis rasio merupakan teknik yang paling

banyak dipakai di dalam praktek ini. Hal ini dikarenakan dalam

analisis ini yang difokuskan adalah arti dan kegunaan angka-angka

dari hasil perhitungan rasio. Dengan analisis rasio keuangan dapat

dilihat pertumbuhan perusahaan dari tahun ke tahun dan dapat pula

menjadi pertimbangan ekonomi bagi manajemen dalam mengambil

keputusan di masa mendatang.


28

e. Metode Analisis Rasio Keuangan

Dalam mengadakan analisis rasio keuangan pada dasarnya ada

dua macam metode perbandingan yaitu : (Riyanto. 2007:29)

1) Time Series Analysis

Yaitu suatu cara membandingkan rasio sekarang dengan

rasio dari waktu yang lalu atau yang akan datang pada perusahaan

yang sama. Perbandingan rasio tersebut akan memperlihatkan

apakah perusahaan mengalami kemunduran atau kemajuan.

Perkembangan perusahaan dapat dilihat pada trend dari tahun ke

tahun, sehingga perusahaan dapat membuat rencana-rencana untuk

masa depannya.

2) Cross Sectional Approach

Yaitu suatu cara membandingkan rasio-rasio dari suatu

perusahaan dengan rasio yang sama dari perusahaan lain yang

sejenis untuk waktu yang sama. Dengan membandingkan rasio

perusahaan dengan rasio industri akan dapat diketahui apakah

perusahaan yang bersangkutan aspek keuangan tertentu berada di

atas rata–rata industri (Above Average), pada rata–rata (Average)

atau terletak di bawah rata–rata (Below Average).

Dalam penelitian ini menggunakan metode analisis rasio

time series dengan trend untuk mengetahui perkembangan usaha.

Trend merupakan pergerakan time series dalam jangka periode

lebih dari tiga tahun. Data yang digunakan yakni dari neraca dan
29

laporan sisa hasil usaha. Analisis time series ini membandingkan

rasio sekarang dengan rasio waktu yang lalu pada satu badan usaha

saja.

2.2.3. Klasifikasi Rasio Keuangan Perusahaan

a. Rasio likuiditas

Rasio likuiditas mengukur kemampuan perusahaan dalam

memenuhi kewajiban jangka pendeknya dengan melihat aktiva lancar

perusahaan relative terhadap hutang lancarnya (hutang dalam hal ini

merupakan kewajiban perusahaan). Likuiditas adalah kemampuan

suatu perusahaan untuk memenuhi kewajiban finansialnya, yaitu

kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka

pendeknya (Hanafi, 2007:75).

Likuiditas perusahaan menunjukkan kemampuan perusahaan

dalam mendanai operasional perusahaan dan melunasi kewajiban

jangka pendeknya. Oleh karena itu, perusahaan yang memiliki

likuiditas baik maka memungkinkan melakukan pembayaran dividen

lebih baik pula. Menurut Suharli, 2005 semakin baik likuiditas

perusahaan akan mengakibatkan semakin besar pula tingkat

pengmbalian investasi berupa dividen. Likuiditas perusahaan di

asumsikan mampu menjadi alat prediksi tingkat pengembalian

investasi berupa dividen bagi investor. Sehingga pada penelitian ini

menggunakan Current Ratio, karena rasio ini sering kali dijadikan

sebagai ukuran likuiditas perusahaan. Rasio Likuiditas terdiri dari


30

1. Current Ratio

Current ratio menunjukkan kemampuan suatu perusahaan

memenuhi kewajibankewajiban keuangannya yang segera harus

dibayar dengan menggunakan liabilitas lancar. Current ratio ini

dapat dihitung dengan cara membagi aset lancar (current asset),

dengan liabilitas lancar (current liabilitas) Hanafi (2007:76).

Menurut Horne (2005:206) rasio lancar adalah untuk menghitung

kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban jangka

pendek dengan aktiva lancar yang tersedia

dan formulanya adalah sebagai berikut:

Aktiva Lancar
x100 %
= Kewajiban Lancar

2. Acid-Test Ratio/Quick Ratio

Dengan quick ratio berarti likuiditas perusahaan diukur

dengan menggunakan unsurunsur aset lancar yang likuid, dengan

cara tidak mempertimbangkan yang kurang likuid seperti

persediaan Hanafi (2007:76).. Quick ratio dapat dihitung dengan

menggunakan formula sebagai

berikut:

Aktiva Lancar-Persediaan
x 100 %
= Kewajiban Lancar

3. Cash Ratio

Rasio likuiditas yang paling menjamin pembayaran

liabilitas jangka pendek adalah cash ratio, sebab yang menjadi


31

penjaminnya hanyalah kas dan surat berharga. Hanafi (2007:76).

Cash ratio dapat dihitung dengan cara berikut

Kas+Bank
x100 %
= Hutang Lancar

b. Rasio profatibilitas

Rasio profitabilitas/profitability ratio merupakan rasio yang

menilai kemampuan perusahaan di dalam mencari keuntungan

(Kasmir, 2008:196). Menurut Brigham dan Houston (2001:89)

profitabilitas adalah hasil bersih dari serangkaian kebijakan dan

keputusan. Profitabilitas dalam hubungannya dengan investasi adalah

dimana kategori rasio-rasio profitabilitas ini mengukur besar kecilnya

laba perusahaan dalam kaitannya dengan jumlah dana yang telah

diinvestasikan untuk mendatangkan laba tersebut. Rasio ini sangat

berguna untuk menaksir efektivitas manajeman perusahaan secara

keseluruhan.

Menurut Sartono (2008:130) profitabilitas adalah kemampuan

perusahaan memperoleh laba dalam hubungannya dengan penjualan,

total aktiva, maupun modal sendiri. Jumlah laba bersih kerap

dibandingkan dengan ukuran kegiatan atau kondisi keuangan lainnya

seperti penjualan, aktiva, ekuitas pemegang saham untuk menilai

kinerja sebagai suatu persentase dari beberapa tingkat aktivitas atau

investasi.
32

Berikut ini adalah beberapa rasio yang digunakan untuk

mengukur profitabilitas adalah sebagai berikut :

1. Gross Profit Margin

Rasio gross profit margin atau margin keuntungan kotor

berguna untuk mengetahui keuntungan kotor perusahaan dari setiap

barang yang dijual. Formulasi dari gross profit margin atau GPM

adalah sebagai berikut :

Penjualan- Harga Pokok Penjualan


x 100%
GPM = Penjualan bersih

(Varn Horne, 2005:147)

2. Net Profit Margin

Net Profit Margin (NPM) menggambarkan besarnya laba

bersih yang diperoleh perusahaan pada setiap penjualan yang

dilakukan. Dengan kata lain ratio ini mengukur laba bersih setelah

pajak terhadap penjualan. Formulasi dari net profit margin adalah

sebagai berikut:

Laba bersih setelah pajak


x 100%
NPM = Penjualan bersih

(Varn Horne, 2005:147)

3. Return on Investment

Return on Investment atau return on assets menunjukkan

kemampuan perusahaan menghasilkan laba dari aktiva yang

dipergunakan. Dengan mengetahui rasio ini, akan dapat diketahui

apakah perusahaan efisien dalam memanfaatkan aktivanya dalam


33

kegiatan operasional perusahaan. Formulasi dari return on

investment atau ROI adalah sebagai berikut:

Laba bersih setelah pajak


x 100%
ROI = Total aktiva (Varn Horne, 1997:148)

4. Return on Equity

Return on equity atau return on net worth mengukur

kemampuan perusahaan memperoleh laba yang tersedia bagi

pemegang saham perusahaan atau untuk mengetahui besarnya

kembalian yang diberikan oleh perusahaan untuk setiap rupiah

modal dari pemilik. Rasio ini dipengaruhi oleh besar kecilnya

utang perusahaan, apabila proporsi utang makin besar maka rasio

ini juga akan makin besar. Formulasi dari return on equity atau

ROE adalah sebagai berikut:

Laba bersih setelah pajak


x 100%
ROE = Ekuitas pemegang saham

(Varn Horne, 2005:149)

5. Earning Per Share

Rasio-rasio nilai pasar (market value ratio) merupakan Rasio

yang menghubungkan harga saham perusahaan dengan pendapatan

dan nilai buku per lembar saham. Rasio-rasio ini memberikan

kepada manajemen suatu indikasi tentang apa yang dipikirkan oleh

para investor ekuitas tentang kinerja masa lalu perusahaan dan

prospeknya di masa yang akan datang. Jika rasio likuiditas,

aktivitas, dan profitabilitas perusahaan baik semuanya, maka rasio


34

nilai pasarnya menjadi tinggi, dan kemungkinan harga sahamnya

yang tinggi dapat diperkirakan (Warsono, 2003:38)

Berdasarkan Indonesian Capital Market Directory rasio nilai

pasar bagi perusahaan-perusahaan yang tercatat di Bursa Efek

Jakarta dikelompokkan menjadi dua macam ukuran, yaitu data per

lembar saham (per share data) dan rasio-rasio keuangan. Kedua

kelompok rasio keuangan tersebut dapat diperinci menjadi tUjuh

rasio, yaitu: laba per lembar saham, ekuitas per lembar, dividen per

lembar saham, rasio harga/laba, rasio harga/nilai buku, rasio

pembayaran dividen, dan yield dividen.

Laba per lembar saham (earnings per share/EPS) merupakan

perbandingan antara laba yang tersedia bagi para pemegang saham

biasa (earning available for common stockholders/EACS) dengan

jumlah saham biasa yang beredar (number of outstanding common

stock/NOCS). Secara matematis, EPS dapat diformulakan sebagai

berikut:

Laba yang Tersedia bagi Para Pemegang Saham BIasa


EPS = Jumlah Saham Biasa yang Beredar

c. Rasio solvabilitas

Rasio solvabilitas mengukur sejauh mana kemampuan

perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka panjangnya.

Perusahaan yang tidak solvable adalah perusahaan yang total

hutangnya lebih besar dibandingkan total assetnya. (Hanafi. 2007:75)


35

Menurut Kasmir (2008:150) rasio solvabilitas atau leverage

ratio merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur sejauh mana

aktiva perusahaan dibiayai dengan utang. Artinya berapa besar beban

utang yang ditanggung perusahaan dibandingkan dengan aktivanya.

Dalam arti luas dikatakan bahwa rasio solvabilitas digunakan untuk

mengukur kemampuan perusahaan untuk membayar seluruh

kewajibannya, baik jangka pendek maupun jangka panjang apabila

perusahaan dibubarkan (dilikuidasi). Menurut Kasmir (2008:156)

rasio-rasio yang digunakan adalah:

1. Debt to Asset Ratio (DAR)

Debt to Asset Ratio merupakan rasio utang yang digunakan

untuk mengukur perbandingan antara total utang dengan total

aktiva. Dengan kata lain, seberapa besar aktiva perusahaan dibiayai

oleh utang atau seberapa besar utang perusahaan berpengaruh

terhadap pengelolaan aktiva. Dari hasil pengukuran, apabila

rasionya tinggi, artinya pendanaan dengan utang semakin banyak,

maka semakin sulit bagi perusahaan untuk memperoleh tambahan

pinjaman karena dikhawatirkan perusahaan tidak mampu menutupi

utang-utangnya dengan aktiva yang dimilikinya. Demikian pula

apabila rasionya rendah, semakin kecil perusahaan dibiayai dengan

utang.

Total Hutang
x 100 %
Debt to Asset Ratio (DAR) = Total Aktiva
36

2. Debt to Equity Ratio (DER)

Debt to Equity Ratiomerupakan rasio yang digunakan untuk

menilai utang dengan ekuitas. Rasio ini dicari dengan cara

membandingkan antara seluruh utang, termasuk utang lancar

dengan seluruh ekuitas. Rasio ini berguna untuk mengetahui

jumlah dana yang disediakan peminjam (kreditor) dengan pemilik

perusahaan. Dengan kata lain, rasio ini berfungsi untuk mengetahui

setiap rupiah modal sendiri yang dijadikan untuk jaminan utang

Total Hutang
x 100 %
Debt to Equity Ratio (DER) = Total Ekuitas

3. Long Term Debt to Equity Ratio (LTDtER)

Long Term Debt to Equity Ratio (LTDtER) merupakan rasio

antara utang jangka panjang dengan modal sendiri. Tujuannya

adalah untuk mengukur berapa bagian dari setiap rupiah modal

sendiri yang dijadikan jaminan utang jangka panjang dengan cara

membandingkan antara utang jangka panjang dengan modal sendiri

yang disediakan oleh perusahaan

Total Hutang Jangka Panjang


x 100 %
LTDtER = Total Ekuitas

2.2.4. Saham

Saham merupakan surat berharga yang dikeluarkan oeh

perusahaan yang berbentuk perseroan terbatas (PT) atau biasa disebut


37

emiten,biasanya keuntungan tersebut akan ditanamkan kembali dalam

peusahaan atau dibagikan kepada para pemegang saham dalam bentuk kas

maupun non kas,pemegang saham biasa akan memperoleh deviden

(Sunariyah,2004;88).

Saham (Stock) terdiri dari dua jenis yaitu saham biasa (Common

Stock) dan saham preferent (Preferred Stock). Saham biasa adalah saham

yang mewakili jumlah kepemilikan dalam suatu perusahaan. Secara

hukum perusahaan yang berbentuk perseroan terbatas (incorporation)

berkewajiban dalam mencantumkan dalam akte pendiriannya jumlah

saham yang ditetapkan sebagai modal dasar ditujukan untuk melindungi

pemegang saham dari dilution yang tidak menentu (Sitompul,2005;181)

Saham biasa (Comon stock) menurut Kamaruddin (2004:74)

memiliki cirri-ciri sebagai berikut :

1. Pemiliknya mempunyai tanggung jawab yang terbatas terhadap

perusahaan,tanggung jawab tersebut adalah senilai dengan jumlah

saham yan dimilikinya karena perusahaan terbatas merupakan badan

hukum terdiri maka meskipun perusahaannya bangkrut para pemegang

saham tidak akan dituntut sampai kepada harta pibadinya.

2. Mempunyai hak suara pada rapat umum penegang saham, hal ini

dikenal dengan istilah one share-one vote yaitu satu saham satu suara.

Dalam prakteknya direkturlah yang bertindak mewakili para pemegang

saham dalam menjalankan perusahaan sehari-hari dan para komisaris

sebagai pengawas jalannya kepengurusan para direktur tersebut.


38

3. Adanya hak menuntut bila terjadi kebangkrutan perusahaan ,bila

perusahaan mengalami kepailitan maka pemegang saham dapat

menuntut pembayaran atas sahamnya setelah semua kewajiban

perusahaan terhadap pihak lain dipenuhi.

4. Hak atas pembagian deviden,pembagian deviden ditetapkan dalam

rapat umum para pemegang saham. Setiap pemegang saham akan

mendapatkan bagian deviden sesuai dengan jumlah saham yang

dimilikinya.

Saham Preferent menurut Fakhruddin (2001:12) adalah saham

yang memiliki karaketeristik gabungan antara obligasi dan saham biasa,

karena bisa menghasilkan pendapatan tetap, tetapi juga bisa tidak

mendatangkan hasil yang dikehendaki investor.

Dengan saham preferent pemegang saham mendapatkan bayaran

yang tetap setiap tahun,bedanya dengan obligasi adalah pemegang saham

preferent ini tetap merupakan milik perusahaan bukan kreditur. Dan juga

bila terjadi kepailitan maka pemegang obligasi didahulukan pemenuhan

haknya dari pada pemegang saham preferent.

2.2.5. Return Saham

Return Saham adalah pendapatan ataupun hasil pengembalian yang

berhak diperoleh investor karena menginvestasikan dana dalam bentuk

saham. Return saham terdiri dari dua komponen, yaitu capital gain dan

dividen.
39

Capital gain adalah kelebihan harga jual diatas harga beli yang

keduanya terjadi di pasar sekunder, dimana kelebihan dana yang ada

diperoleh oleh investor penjual (Widiatmodjo, 2009:48). Sedangkan

dividen adalah bagian laba yang diberikan emiten kepada para pemegang

sahamnya.

Tingkat pengembalian merupakan salah satu faktor yang

memotivasi investor berinvestasi dan juga merupakan imbalan atas

keberanian investor menanggung risiko atas investasi yang dilakukannya

(Tandelilin, 2010:47). Tingkat pengembalian atau keuntungan yang minus

berarti investasi tersebut mengalami kerugian, sedangkan tingkat

pengembalian yang positif berarti untung. Apabila dilakukan suatu

pengamatan, maka akan tampak bahwa pada saat pasar membaik yang

ditunjukka oleh indeks pasar yaitu indeks harga saham-saham individual

juga meningkat, demikian pula sebaliknya pada saat harga saham-saham

turun. Hal ini menunjukkan tingkat keuntungan suatu saham nampaknya

berkorelasi dengan perubahan pasar, perubahan pasar dapat dinyatakan

sebagai tingkat indeks pasar atau IHSG. (Husnan dan Pujdiati, 2005:84)

Return saham dapat berupa return realisasi yang sudah terjadi dan

berupa return ekspektasi yang belum terjadi tetapi yang diharapkan akan

terjadi di masa yang akan datang. Investor melakukan investasi return

yang berupa penerimaan kas atau kenaikan nilai investasinya

(Jogiyanto ,2007:85) Secara sistematis penghasilan atau return yang


40

diperoleh dari adanya kenaikan harga saham perusahaan i pada periode t,

sebagai berikut :

Pi, t −Pi , t−1


Ri, t =
Pi ,t−1

Dimana :

Ri,t = Return sekuritas perusahaan ke-i pada periode-t


Pi,t = Harga sekuritas perusahaan ke-i pada periode peristiwa ke-t
Pi,t−1 = Harga sekuritas perusahaan ke-i pada periode peristiwa yang lalu.
Pengembalian diharapkan berkaitan dengan perkiraan/pengharapan

dari investor secara subyektif tentang pengembalian yang akan diperoleh

dari investasinya dimasa yang akan datang. Perkiraan tentang

pengembalian ini biasanya didasarkan pada faktor-faktor yang

mempengaruhi,terutama kondisi baik atau buruk, sehingga pada setiap

kondisi investor mempunyai perkiraan profitabilitas subyektif sendiri-

sendiri. Apabila ada perbedaan dalam tingkat pengembalian yang

diharapkan,maka hal ini merupakan keharusan untuk menggunakan suatu

pengukuran variablitas relative untuk mengindikasikan resiko perunit dari

pengembalian yang diharakan.

Bagi para pemodal keuntungan yang diharapkan dari pembelian

saham perusahaan adalah (Sitompul,2005;18) :

a. Deviden adalah bagian laba yang diberikan emiten kepada para

pemegang saham, Jadi bila bisnis yang dijalankan perusahaan baik dan
41

menghasilan keuntungan maka para pemegang saham akan mendapat

bagian keuntungan.

b. Capital gain (nilai lebih modal,keuntungan modal),keuntungan yang

diperoleh dari penjualan aktiva modal yang telah dimilikinya selama

dua belas bulan atau lebih.

Untuk mengetahui tngkat pengembalian saham dapat dirumuskan

sebagai berikut (Widoatmodjo,2009;63) :

D1 + P1 -P0
R= P0

Keterangan :

R = Rate of return

D1 = Deviden

P1 = Harga pasar pada tahun pertama

P0 = Harga pasar saham pada saat pembelian (Harga Perolehan)

2.2.6. Hubungan Kinerja Perusahaan dengan Return Saham

Kinerja keuangan suatu perusahaan dikatakan cukup baik jika tingkat

pengembalian saham dan tingkat keuntungan yang dihasilkan sesuai dengan

resiko yang harus ditanggung. Perusahaan akan mampu membagikan

deviden yang makin besar jika perusahaan memperoleh laba yang makin

besar, tetapi tidak sama laba harus dibagikan sebagai deviden jika perusahaan

bisa menggunakan laba tersebut dengan menguntungkan. Meningkatnya

kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba, akan mempengaruhi


42

tingkat pengmbalian saham itu sendiri terhadap kineja keuangan dalam suatu

perusahaan

Ada beberapa tujuan yang ingin dicapai investor dalam melakukan

investasi, salah satu tujuan tersebut adalah untuk meningkatkan kemakmuran

investor di masa depan. Tujuan tersebut dalam praktek investasi dapat juga

diterjemahkan sebagai tujuan untuk memaksimalkan return investasi.

Harapan keuntungan tersebut sering disebut return. Return merupakan salah

satu faktor yang bisa memotivasi investor berinvestasi dan juga merupakan

imbalan atas keberanian investor menanggung risiko atas investasi yang

dilakukan. Menurut pendekatan ini, struktur modal disusun sedemikian rupa

untuk mengurangi konflik antar berbagai kelompok kepentingan. Sebagai

contoh, pemegang saham dengan pemegang utang akan mempunyai konflik

kepentingan, jika utang mencapai jumlah yang signifikan dibandingkan

dengan saham, maka pemegang saham akan tergoda melakukan subtitusi

aset.

Investasi pada saham merupakan suatu investasi yang beresiko tinggi,

sehingga memerlukan kemampuan untuk mengetahui saham-saham

perusahaan yang mempunyai prospek atau memberikan keuntungan. Untuk

itu diperlukan adanya suatu informasi mnegenai kondisi perusahaan yang

memperdagangkan shamya di pasar modal. Informasi ini biasanya berupa

laporan keuangan tentang prestasi dan kondisi perusahaan tersebut yang

nantinya dapat digunakan untuk menilai kewajaran harga saham.


43

Pengambilan keputusan dalam ketidakpastian adalah menentukan

berapa banyak hasil pengembalian ekstra yang dibutuhkan untuk menerima

suatu tingkat risiko yang terukur. Investor yang memilih kesempatan

investasi berisiko rendah akan menerima return rendah atau dikenal sebagai

risk aversion, sebaliknya investor yang memilih kesempatan investasi

berisiko tinggi akan menerima return tinggi yang dikenal sebagai risk seeker.

Dan satu lagi sikap investor terhadap risiko yaitu investor yang netral

terhadap risiko (risk neutral) merupakan investor yang akan meminta

kenaikan tingkat pengembalian yang sama untuk setiap kenaikan risiko.

Investor jenis ini umumnya cukup fleksibel dan bersikap hati-hati (prudent)

dalam mengambil keputusan investasi.


BAB III

KERANGKA KONSEP PENELITIAN

3.1 Kerangka Konsep

Informasi akuntansi dalam bentuk laporan keuangan banyak

memberikan manfaat kepada pengguna terutama para investor sebagai bahan

pertimbangan dan membuat keputusan investasi. Faktor yang menjadi

pertimbangan investor adalah kemampuan emiten dalam menghasilkan laba.

Investor dalam melakukan investasi saham akan memilih perusahaan yang

memiliki tingkat pengembalian return yang tinggi. Perusahaan yang memiliki

tingkat pengembalian return yang tinggi dianggap sebagai perusahaan yang

memiliki kinerja yang bagus. Untuk menganalisis kinerja keuangan suatu

perusahaan diperlukan ukuran-ukuran tertentu. Analisis kinerja perusahaan

antara lain dapat diamati melalui serangkaian analisis terhadap laporan keuangan

yaitu dengan menggunakan rasio keuangan.

Laporan keuangan yang diterbitkan perusahaan setiap satu kali

periode akuntansi dapat memberikan banyak informasi bagi calon-calon

investor yang akan berinvestasi di pasar modal. Informasi tersebut kemudian

dapat dijadikan sebagai acuan dan dasar dalam pengambilan keputusan bagi

investor untuk berinvestasi, sehingga investasi yang akan ditanamkan dalam

suatu perusahaan akan tepat sasaran sesuai dengan harapan di masa

mendatang

Laporan keuangan seperti neraca, laporan laba rugi, laporan

perubahan ekuitas dan arus kas serta catatan atas laporan keuangan dapat

44
45

dijadikan alat analisis untuk menilai kinerja keuangan suatu perusahaan.

Analisis yang dilakukan dengan menggunakan data keuangan perusahaan

sering disebut dengan analisis fundamental atau analisis perusahaan. Analisis

ini sudah banyak memperoleh perhatian yang cukup besar dari para investor

yang menanamkan modal investasinya di pasar modal karena analisis

fundamental ini mencoba memperkirakan harga saham di masa yang akan

datang dengan mengestimasi nilai faktor-faktor fundamental yang

mempengaruhi harga saham dan menerapkan hubungan variabel-variabel

tersebut sehingga diperoleh taksiran harga saham yang kemudian digunakan

untuk menghitung perkiraan return yang akan di dapatkan dimasa yang akan

datang

Rasio keuangan yang terkandung dalam laporan keuangan dapat

digunakan sebagai variabel-variabel dalam melakukan analisis fundamental.

Rasio keuangan tersebut dapat berupa rasio leverage, rasio profitabilitas,

rasio likuiditas dan rasio aktivitas. Keempat rasio keuangan tersebut dapat

digunakan oleh untuk menilai atau meramalkan pengembalian investasi atau

return yang di harapkan oleh investor di masa mendatang

Harapan-harapan atas investasi yang ditanamkan oleh investor dalam

sebuah perusahaan di masa mendatang berupa return saham. Tandelilin

(2007:49) mengemukakan bahwa return merupakan salah satu faktor yang

memotivasi dan juga merupakan imbalan atas keberanian investor

menanggung resiko atas investasi yang dilakukannya. Sedangkan Menurut

Jogiyanto (2007:195), return merupakan hasil yang diperoleh dari investasi


46

Penelitian dari Ganto et.al (2008) menunjukkan terdapat hubungan

positif antara ROE dan EPS dengan return saham. ROE yang bermakna

perusahaan akan mempunyai kemampuan untuk membagikan deviden yang

cukup tinggi sehingga dapat meningkatkan kepercayaan investor terhadap

nilai perusahaan.

Hasil Penelitian Ulupui (2008), Ganesh (2012) dan Sabalno (2010)

menunjukkan bahwa ROA dan CR berpengaruh positif signifikan terhadap

return saham. Hasil penelitian Ganto et.al (2008) menunjukkan terdapat

hubungan positif antara ROE dan EPS dengan return saham. ROE yang

bermakna perusahaan akan mempunyai kemampuan untuk membagikan

deviden yang cukup tinggi sehingga dapat meningkatkan kepercayaan

investor terhadap nilai perusahaan. Hasil penelitian Suharli (2005), Yusi

(2011) dan Ganesh (2012) menunjukkan Debt to Equity Ratio (DER)

berpengaruh terhadap return saham

Berdasarkan pendapat dan hasil temuan riset di atas, maka dapat

disusun kerangka konsep penelitian seperti terlihat dalam gambar 3.1 berikut:
47

Investor

Investasi Saham

Perusahan Manufaktur Yang terdaftar di BEI

Kinerja Keuangan

Analisis Rasio Laporan Keuangan

Current ratio Debt Equity Ratio ROE EPS


Ulupui (2008), Ganesh (2012)Suharli
dan Sabalno
(2005),(2010
Yusi (2011) dan Ganesh (2012)
Ganto et.al (2008) Ganto et.al (2008

Return Saham

Gambar 3.1 Kerangka Konsep Penelitian


48

3.2 Model Hipotesis Penelitian

Berdasarkan kerangka konsep penelitian ini, maka ada dua hipotesis

yang diajukan dalam penelitian ini. Lebih jelasnya kajian yang akan

dilakukan nanti, maka kerangka konseptual dan model hipotesis penelitian

ini seperti yang terlihat pada gambar 3.2.


H2

Knerja Perusahaan (X)

H1

Current Ratio(X1)

H1

DER (X2)

H1
Return Saham
ROE (X3) (Y)

H1

EPS (X4)

Gambar 3.2 Model Hipotesis Penelitian

Keterangan:

: Pengaruh Parsial

: Pengaruh Simultan

Berdasarkan pada gambar 3.2., dapat dikemukakan dan diajukan

pernyataan hipotesis dalam penelitian ini adalah:


49

H1 : Current Ratio, DER, ROE dan EPA secara parsial berpengaruh terhadap

Return Saham Perusahaan Manufaktur .

H2 : Current Ratio, DER, ROE dan EPS secara simultan berpengaruh terhadap

Return Saham Perusahaan Manufaktur

3.3 Definisi Operasional Variabel.

Agar variabel yang digunakan dapat diukur secara empiris serta

menghindarkan terjadinya kesalahan dalam penafsiran makna yang berbeda,

maka variabel-variabel akan didefinisikan sebagai berikut:

1. Kinerja Keuangan

Kinerja Keuangan merupakan ukuran prestasi kerja keuangan yang

dicapai perusahaan pada periode tertentu Kinerja Keuangan pada

pelitian ini merupakan hasil modifikasi dari penelitian Ganto et.al

(2008), Ulupui (2008), Suharli (2005), Ganesh et. al (2012) dan Qabajeh

et.al (2012) yaitu :

a. Rasio Lancar (Current Ratio X1)

Rasio Lancar merupakan perbandingan aktivas lancar yang dimiliki

perusahaan dengan kewajiban lancar perusahaan. Rasio ini

menunjukkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban

jangka pendeknya dengan menggunakan aktiva lancarnya.

Aktiva lancar
×100 %
Rasio Lancar = Kewajiban Lancar

Peneliti menggunakan Rasio Lancar untuk menilai likuiditas karena

rasio menunjukkan sampai sejauh mana tagihan-tagihan jangka pendek


50

dari para kreditor dapat dipenuhi dengan aktiva lancar atau kas dalam

waktu dekat. Pada Rasio lancar elemen-elemen aktiva lancar dianggap

paling likuid untuk menjamin pembayaran hutang pada saat jatuh

tempo sehingga kreditur akan memperhatikan rasio ini dalam

memberikan kreditnya (Sartono, 2008:122)

b. Rasio Hutang (X2)

Debt to Equity Ratio (DER) adalah perbandingan jumlah hutang yang

ditanggung perusahaan dengan modal sendiri yang dimiliki

perusahaan. Debt Equity Ratio adalah instrumen untuk mengetahui

kemampuan akuitas atau aktiva bersih suatu perusahaan untuk

melunasi seluruh kewajibannya.

Total Hutang
=
Debt to Equity Ratio (DER) Modal Sendiri

Pengukuran rasio ini diperlukan mengingat kondisi keuangan jangka

pendek tidak selalu paralel dengan posisi keuangan jangka panjang,

sehingga dibutuhkan pengukuran semua kondisi keuangan jangka

pendek maupun jangka panjang. Dengan demikian penilaian rasio ini

akan menggambarkan apakah perusahaan sudah mneggunakan secara

menguntungkan keseimbangan antara modal yang berasal dari

pinjaman jangka pendek maupun panjang dengan seluruh aktiva yang

dimiliki. (Husnan dan Pudjiastuti 2005;70)

c. ROE (X3)
51

ROE merupakan perbandingan laba bersih perusahaan dalam kurun

waktu tertentu dengan modal sendiri. rasio untuk mengukur

kemampuan manajemen bank dalam mengelola modal yang ada untuk

mendapatkan net income

Laba Bersih
Return On Equity (ROE) = Equitas pemegang saham x 100%

Peneliti menggunakan ROE sebagai variabel untuk menilai profitabilitas

karena rasio ini merupakan ukuran profitabilitas dari sudut pandang

pemegang saham. Rasio ini sangat diperhatikan oleh para pemegang

saham karena menggambarkan keberhasilan perusahaan dalam

mengahsilkan keuntungan bagi mereka. (Sartono, 2008;122)

d. EPS (X4)

EPS merupakan perbandingan laba yang diperoleh perusahaan dengan

jumlah saham berdear. Rasio ini menggambarkan jumlah rupiah yang

diperoleh untuk setiap lembar saham biasa.

Rumus yang digunakan:


Earning Available From Common Stock
Earning per Share = Number of Share of commont stock outstanding

Laba per lembar saham atau Earnings per Share (EPS) adalah rasio

antara laba bersih dengan jumlah saham biasa yang beredar. Rasio ini

sering digunakan oleh investor untuk menganalisis kemampuan

perusahaan mencetak laba berdasarkan saham yang dimiliki (Sartono,

2008;122)
52

2. Return Saham (Y)

Variabel terikat (dependent variable) yaitu variable yang dipengaruhi oleh

variable lain, yang termasuk terikat adalah tingkat pengembalian saham

yang merupakan pendapatan yang diperoleh oleh pemegang saham

sebagai hasil dari investasinya di suatu perusahaan (Y) menggunakan

satuan (%). Rumus yang digunakan untuk mengukur tingkat

pengembalian saham adalah : (Jogiyanto, 2007:197)

D1 + P1 - P0
×100 %
- R = P0

Dimana

R = Rate of return

D1 = Deviden

P1 = Harga pasar pada tahun pertama

P0 = Harga pasar saham pada saat pembelian (Harga Perolehan)


BAB IV

METODE PENELITIAN

4.1 Tipe Penelitian

Sesuai dengan tujuan yang akan dicapai dalam penelitian ini, yaitu

menjelaskan hubungan dan pengaruh beberapa variabel penelitian serta

menguji hipotesis yang telah ditetapkan sebelumnya, maka jenis penelitian

yang digunakan adalah penelitian penjelasan (explanatory reseach)

(Singarimbun dan Effendi, 2005).

Pendekatan yang dipergunakan adalah pendekatan survey, yaitu

dengan mengkaji populasi (atau universe) yang besar maupun yang kecil

dengan menyeleksi serta mengkaji sampel yang dipilih dari populasi itu,

untuk menemukan insidensi, distribusi dan interelasi relatif dari variabel-

variabel yang diteliti, khususnya yang berkenaan dengan kepercayaan,

pendapat, sikap, motivasi serta perilaku manusia (Kerlinger, 2004).

4.2 Populasi Dan Sample

“Populasi adalah keseluruhan subyek penelitian. Apabila seseorang

ingin meneliti semua elemen yang ada dalam wilayah penelitian, maka

penelitiannya merupakan penelitian populasi” (Arikunto, 2005). Menurut

Sugiyono (2005) “populasi adalah obyek atau subyek yang mempunyai

kualitas dan karakteristik tertentu yang diterapkan oleh peneliti untuk

dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya”. Sedangkan Singarimbun

53
54

(2005) menyatakan bahwa: “populasi adalah jumlah keseluruhan dari unit

analisa yang ciri-cirinya akan diduga”.

Populasi penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar

di Bursa Efek Indonesia (BEI) yang memenuhi kriteria sample sebagai

berikut:

1. Perusahaan harus berjenis industri manufaktur, sesuai dengan

pengklasifikasian dari Indonesian Capital Market Directory. Hal ini

dilakukan dengan tujuan untuk menghindari adanya bias yang disebabkan

oleh perbedaan industri (industry effect).

2. Perusahaan yang tidak pernah disuspen sahamnya

3. Perusahaan yang membagikan deviden kepada pemilik saham

4. Perusahaan yang telah mempublikasikan laporan keuangan secara terus-

menerus selama periode penelitian yaitu tahun 2009 sampai dengan tahun

2011.

5. Perusahaan manufaktur yang memiliki kelengkapan data yang cukup

untuk diolah dalam penelitian ini

Prosedur pemilihan sampel memerlukan beberapa tahap yaitu

mengidentifikasi populasi sasaran (target), memilih kerangka pemilihan

sampel, menentukan metode pemilihan sampel, merencanakan prosedur

penentuan unit sampel, menentukan ukuran sampel dan menentukan unit

sampel. Pemilihan dan penentuan sampel dalam penelitian ini dilakukan

berdasarkan metode Purposive Sampling dimana peneliti mempunyai tujuan

atau target tertentu, umumnya disesuaikan dengan tujuan atau masalah


55

penelitian. (Indriantoro dan Supomo, 1999 :131). Berdasarkan kriteria yang

telah ditentukan maka jumlah sampel perusahaan Manufaktur yang

memenuhi kreiteria sebanyak 71 perusahaan. Jumlah Sampel dalam masing-

masing strata atau jumlah perusahaan manufaktur per sektor industri

dijelaskan pada Lampiran 2.

4.3 Sumber Data dan Pengumpulan Data

Penelitian ini menggunakan sumber data sekunder yaitu data

penelitian yang diperoleh secara tidak langsung melalui media perantara atau

yang diperoleh dan dicatat oleh pihak lain yang telah disusun dan di

publikasikan. Data yang digunakan dalam penelitian ini berupa laporan

keuangan, saham, serta data harga saham harian masing-masing perusahaan

Manufaktur yang terdacatat di Pojok BEI dan ICMD. Metode pengumpulan

data yang digunakan adalah metode dokumenter

4.4 Teknik Analisis Data

4.4.1 Asumsi Klasik

Untuk menghindari adanya penyimpangan-penyimpangan dipakai

asumsi klasik dengan metode regresi ordinary least square (OLS). Dalam

ekonometrika dapat dijadikan alat estimasi adanya penyimpangan atau bias.

Ada 4 (tiga) bias atau penyimpangan utama yang harus disembuhkan apabila

menggunakan OLS, yaitu:

- Uji Multikolinearitas

Dalam Ghozali (2009:51) dijelaskan bahwa uji multikolinearitas

bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya


56

korelasi linear antara variabel bebas. Model regresi yang baik

seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel bebas. Untuk

mengetahui ada atau tidaknya multikolinearitas didalam model regresi

dapat dilihat dari tiga kondisi yang harus dipenuhi yaitu sebagai berikut

a. Nilai R2 yang dihasilkan oleh suatu estimasi model regresi empiris sangat

tinggi, tetapi secara individual variabel-variabel bebas banyak yang tidak

signifikan mempengaruhi variabel terikat.

b. Menganalisis matrik korelasi variabel-variabel bebas. Jika antar variabel bebas

ada korelasi yang cukup tinggi (umumnya diatas 0,90), maka hal ini

merupakan indikasi adanya multikolinearitas. Tidak adanya korelasi yang

tinggi antar variabel bebas tidak berarti bebas dari multikolinearitas.

Multikolinearitas dapat disebabkan karena adanya efek kombinasi dua atau

lebih variabel bebas.

c. Multikolinearitas dapat juga dilihat dari (1) nilai tolerance dan lawannya (2)

variance inflation factor (VIF). Tolerance mengukur variabilitas variabel

bebas yang terpilih yang tidak dapat dijelaskan oleh variabel bebas lainnya.

Jadi nilai tolerance yang rendah sama dengan nilai VIF tinggi dan

menunjukkan adanya kolonieritas yang tinggi. Nilai cutoff yang umum dipakai

adalah nilai tolerance 0,10 atau sama dengan nilai VIF diatas 10. (Imam

Ghozali, 2001).

- Uji Heteroskedastisitas

Dalam ghozali (2009:70) dijelaskan bahwa uji heteroskedastisitas

bertujuan menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan


57

variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika

variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain tetap,

maka disebut homoskedastisitas dan jika berbeda disebut

eteroskedastisitas.

Model regresi yang baik adalah yang homoskedastisitas atau tidak

terjadi Heteroskedastisitas.

Untuk mendeteksi ada atau tidaknya heteroskedastisitas dapat

dilakukan dengan melihat grafik plot antara nilai prediksi variabel

terikat (ZPRED) dengan residualnya (SRESID). Deteksi ada tidaknya

heteroskedastisitas dapat dilakukan dengan melihat ada tidaknya pola

tertentu pada grafik scatterplot antara SRESID dan ZPRED dimana

sumbu Y adalah Y yang telah diprediksi, dan sumbu X adalah residual

(Y prediksi – Y sesungguhnya) yang telah di studentized.

Dasar analisisnya adalah :

a. Jika ada pola tertentu, seperti titik-titik yang ada membentuk pola tertentu

yang teratur (bergelombang, melebar kemudian menyempit), maka

mengindikasikan telah terjadi heteroskedastisias.

b. Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik menyebar diatas dan di bawah

angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas.

- Uji Normalitas

Dalam Ghozali (2001) dijelaskan bahwa uji normalitas bertujuan

untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel terikat dan

variabel bebas, keduanya mempunyai distribusi normal ataukah tidak.


58

Model regresi yang baik adalah memiliki distribusi data normal atau

mendekati normal. Untuk menguji apakah distribusi data normal atau

tidak dapat dilakukan dengan cara analisis grafik, yaitu dengan melihat

normal probability plot yang membandingkan distribusi kumulatif dari

data sesungguhnya dengan distribusi kumulatif dari distribusi normal.

Distribusi normal akan membentuk satu garis lurus diagonal, dan

ploting data akan dibandingkan dengan garis diagonal. Jika distribusi

data adalah normal, maka garis yang menggambarkan data

sesungguhnya akan mengikuti garis diagonalnya.

Pada prinsipnya normalitas dapat dideteksi dengan melihat

penyebaran data (titik) pada sumbu diagonal dari grafik. Dasar

pengambilan keputusannya adalah :

1. Jika data menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal

menunjukkan pola distribusi normal, maka model regresi memenuhi asumsi

normalitas.

2. Jika data menyebar jauh dari garis diagonal dan/atau tidak mengikuti arah

garis diagonal tidak menunjukkan pola distribusi normal, maka model regresi

tidak memenuhi asumsi normalitas.

4.4.2 Model Regresi linier berganda

Untuk mengetahui besarnya pengaruh X (variabel bebas)terhadap Y

(Variabel terikat) digunakan regresi linier berganda dengan rumus :

Y = a + β 1x1 + β 2x2 + β 3x3 + β 4x4 + e

Keterangan :
59

Y = Tingkat pengembalian saham

a = Konstanta

x1 = Current Ratio

x2 = DER

x3 = ROE

x4 = EPS

β 1, β 2, β 3, β 4 = Koefisien regresi variable bebas

4.4.3 Uji Statistik

a. Uji Statistik Simultan (F-Test)

Uji statistik F pada dasarnya menunjukkan apakah semua variabel

bebas yang dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh secara

bersama-sama terhadap variabel terikat. Untuk menguji hipotesis yang

sudah dikemukakan, yaitu variabel bebas, ….(X1) dan ….(X2)

terhadap variabel terikat Kinerja (Y), dengan rumus sebagai berikut:

b1  x1 y  b2  x 2 y  ....  bk  x k y
Ry (1,2,....k ) 
 y²
(Djarwanto dan Subagyo, 2006)

Keterangan:

ry(1,2,…k) = koefisien korelasi antara y dengan x1, x2, ….xk

b1, b2, …..bk = koefisien prediktor x1, x2, ….xk

x1,y x2,y, … xky = jumlah produksi antara x1, x2, … xk dengan y


60

Untuk mengetahui koefisien korelasi berganda tersebut merupakan

korelasi yang signifikan atau tidak, maka dapat dihitung dengan

rumus:

R²/k
hF hit = _______________
(1 – R²) / (n-k-1)
Keterangan:
F = pendekatan distribusi probabilitas Fischer
k = banyaknya variabel bebas
R2 = koefisien diterminasi ganda
n = jumlah sampel

Dari rumus diatas dapat diambil ketentuan antara diterima atau ditolak

dan berpengaruh atau tidak.

Dari analisa data diatas dapat ditarik hipotesis sebagai berikut:

Ho : Rxi ; Y = 0 (semua variabel bebas tidak mempunyai

hubungan yang bermakna)

Ho : Rxi ; Y > 0 (semua variabel bebas mempunyai hubungan

yang bermakna)

Dengan kriteria apabila:

F hitung < F tabel, maka Ho diterima

F hitung > F tabel, maka Ho ditolak dan Ha diterima

b. Uji Statistik Parsial (t-test)

Uji statistik ini pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh

pengaruh satu variabel bebas secara individual terhadap variabel

terikat. Hipotesis nol dan hipotesis alternatif yang akan diuji pada uji

statistik t adalah sebagai berikut :


61

a. H0 = Variabel bebas secara individual tidak berpengaruh signifikan terhadap

variabel terikat.

b. H1 = Variabel bebas secara individual berpengaruh signifikan terhadap

variabel terikat.

Sedangkan hipotesis diterima atau ditolak dengan cara

membandingkan nilai t hitung dengan nilai t tabel. Nilai t hitung dapat

diperoleh dengan rumus sebagai berikut :

bi
thit = s e (bi )

Keterangan :

b = penduga bagi bi

Se(bi) = standar error bagi bi

Nilai t tabel dapat dilihat dengan mengetahui tingkat signifikansi

(a) dan derajat bebas sebesar n-k-1 (dimana n = jumlah observasi, k =

jumlah variabel bebas).

Adapun ketentuan dari uji ini adalah :

- H0 akan ditolak jika nilai t-hitung > t-tabel

- H0 akan diterima jika nilai t-hitung < t-tabel

Anda mungkin juga menyukai