Anda di halaman 1dari 32

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pertumbuhan ekonomi dapat diartikan sebagai berkembangnya kegiatan

dalam perekonomian yang menimbulkan produk-produk yang dihasilkan baik

barang ataupun jasa di dalam masyarakat bertambah. Pertumbuhan ekonomi

berdampak pada penduduk suatu negara serta berpengaruh terhadap

kesejahteraan masyarakat. Pada umumnya semakin maju tingkat perkembangan

perindustrian di suatu negara atau daerah, maka semakin banyak jumlah dan

macam industri. Pertumbuhan ekonomi di Indonesia yang semakin meningkat

telah mendorong dunia industri baik kelas kecil, menengah ataupun besar. Untuk

terus maju dan berkembang meningkatkan produktivitas, investasi dan

melakukan perluasan usaha guna dapat memenuhi kebutuhan pasar. Pesatnya

ekonomi global saat ini menimbulkan ketatnya persaingan usaha yang memiliki

keunggulan tersendiri. Perusahaan yang menerapkan prinsip - prinsip ekonomi,

umumnya tidak hanya berorientasi pada pencapaian laba maksimal, tetapi juga

berusaha meningkatkan nilai perusahaan.

Nilai perusahaan merupakan cerminan dari penambahan jumlah ekuitas

perusahaan dengan hutang perusahaan. Tujuan suatu perusahaan salah

satunya adalah untuk memaksimalisasikan kesejahteraan pemilik perusahaan

dengan cara meningkatkan nilai perusahaan yang tercermin pada harga

sahamnya (Debi dan Tri, 2016). Nilai perusahaan dijadikan fokus utama dalam

pengambilan keputusan oleh investor untuk berinvestasi pada sutau perusahaan

atau tidak. Nilai perusahaan tidak hanya mencerminkan bagaimana nilai intrinsik

pada saat ini tetapi juga mencerminkan prospek dan harapan akan kemampuan
perusahaan tersebut dalam meningkatkan nilai kekayaan dimasa depan (Aniela,

dkk, 2016). Kebanyakan dari investor sering memusatkan perhatiannya pada

informasi laba yang terdapat dalam laporan keuangan tanpa memperhatikan

prosedur yang digunakan untuk menghasilkan informasi tersebut. Para

pemegang saham juga akan melihat kinerja keuangan perusahaan dalam

mengelola keuangannya apakah medapatkan laba yang maksimal. Apabila

perusahaan mendapatkan laba yang maksimal maka akan meningkatkan nilai

perusahaan yang tercermin pada harga saham perusahaan tersebut.

Dalam menghasilkan laba guna meningkatkan kemakmuran pemilik atau

para pemegang saham melalui peningkatan nilai perusahaan yang mana dapat

menggambarkan keadaan perusahaan. Dengan semakin baiknya nilai

perusahaan, maka perusahaan tersebut akan dipandang semakin bernilai oleh

para calon investor. Nilai perusahaan yang meningkat akan mempengaruhi nilai

pemegang saham apabila peningkatan ditandai dengan tingkat pengembalian

investasi yang tinggi kepada pemegang saham. Nilai perusahaan pada dasarnya

dapat diukur melalui beberapa aspek, salah satunya adalah dengan harga pasar

saham perusahaan karena harga pasar saham perusahaan mencerminkan

penilaian investor secara keseluruhan atas setiap ekuitas yang dimiliki. Dalam

peneletian ini nilai perusahaan diukur menggunakan indikator Price to Book

Value (PBV) yang nantinya menyajikan penilaian tentang bagaimana investor

memandang kinerja perusahan. Rasio ini menunjukkan berapa besar nilai

perusahaan dari apa yang telah ditanamkan oleh pemilik perusahaan. Terdapat

banyak faktor yang dapat mempengaruhi nilai suatu perusahaan, dan

berdasarkan beberapa penelitian yang telah dilakukan sebelumnya nilai

perusahaan dapat dipengaruhi oleh profitabilitas (Hermuningsih 2013).


Menurut (Kasmir 2019:114) rasio profitabilitas merupakan rasio untuk

menilai kemampuan perusahaan dalam mencari keuntungan atau laba dalam

suatu periode tertentu. Hal ini menunjukkan bahwa perusahaan yang mempunyai

kemampuan yang tinggi dalam menghasilkan laba dimilikinya cenderung

mempunyai kas besar. Profitabilitas perusahaan yang tinggi menunjukan kinerja

perusahaan tersebut baik dan berprospek untuk jangka panjang, sehingga dapat

menarik investor untuk membeli saham. Dengan banyaknya permintan akan

saham yang tinggi, berakibat pada naiknya harga saham. Harga saham yang

naik secara tidak langsung akan meningkatkan nilai perusahaan.

Profitabilitas adalah rasio dari efektifitas manajemen berdasarkan hasil

pengembalian yang dihasilkan dari penjualan dan investasi. Rasio profitabilitas

terdiri atas profit margin, basic earning power, return on assets, dan return on

equity. Dalam penelitian ini rasio profitabilitas diukur dengan return on equity

(ROE). Return on equity (ROE) merupakan rasio yang menunjukkan kemampuan

perusahaan dalam menghasilkan laba bersih untuk pengembalian ekuitas

pemegang saham.

Selain profitabilitas, faktor yang mempengaruhi nilai perusahaan yaitu

ukuran perusahaan. Ukuran perusahaan merupakan seberapa besar suatu

perusahaan jika ditinjau dari aktiva, total penjualan, rata-rata total penjualan dan

total aktiva rata-rata (Sri, 2013). Total aktiva perusahaan yang semakin besar

dapat menggambarkan bahwa perusahaan tersebut sudah mencapai tahap

kedewasaanya. Perusahaan yang telah berada pada tahap kedewasaanya maka

perusahaan telah memiliki arus kas yang positif serta diperkirakan akan

mempunyai aspek menguntungkan dalam kurun waktu relatif lama. Menurut

Nur’aini (2015) menyatakan bahwa ukuran perusahaan menggambarkan besar


kecilnya suatu perusahaan yang dinyatakan dengan total aktiva atau total

penjualan bersih. Hal ini menunjukkan bahwa perusahaan yang memiliki ukuran

perusahaan yang besar, akses untuk mendapatkan pendanaan dari luar menjadi

lebih mudah, karena dilihat dari penjualan yang tinggi memiliki prospek usaha

yang lebih baik yang menandakan perusahaan tersebut dapat berkembang.

Menurut (Antwi, 2012), variabel ukuran perusahaan juga menjadi salah

satu indikator di dalam menilai suatu perusahaan serta menjadi alasan para

investor akan merespon positif pada perusahaan apabila ukuran perusahaan

meningkat. Besar atau kecilnya ukuran sebuah perusahaan bisa diukur melalui

jumlah penjualan, total modal, ataupun total aset milik perusahaan tersebut

(Yanti & Oktari, 2018). Perusahaan yang berukuran besar cenderung lebih

mudah untuk mendapat kepercayaan dari pihak kreditur untuk mendapatkan

sumber pendanaan sehingga dapat meningkatkan nilai perusahaan (Pramana

dan Mustanda, 2016).

Pada umumnya setiap perusahaan mempunyai strategi tersendiri yang

diterapkan guna mencapai tujuan tertentu. Perusahaan akan selalu menjaga

agar nilai perusahaannya terlihat baik di mata para stakeholdernya. Namun pada

kenyataannya, perusahaan seringkali dihadapkan pada berbagai kendala yang

bisa menyebabkan penurunan nilai perusahaan seperti penurunan kemampuan

perusahaan dalam memperoleh laba yang tentunya juga akan berpengaruh

terhadap ukuran perusahaan. Perusahaan akan menutupi kondisi tidak sehat

tersebut dari para stakeholdernya salah satunya dengan cara manajemen laba

(earning management) untuk meningkatkan nilai perusahaan.


Menurut (Wirakusuma, 2016), manajemen laba merupakan suatu proses

yang disengaja, dengan batasan standar akuntansi keuangan untuk

mengarahkan pelaporan laba pada tingkat tertentu. Manajemen laba ialah

kegiatan oportunistik manajemen dalam memilah kebijakan akuntansi dengan

tujuan menaikkan laba, mengurangi laba ataupun meratakan laba yang

dilaporkan dalam laporan keuangan. Manajemen laba dilakukan oleh manajer

dengan bermacam tujuan, tetapi tujuan utama dari manajemen laba adalah

mengelabui pengguna laporan keuangan (Pradipta, 2019:205). Salah satu

bentuk penyimpangan yang dilakukan oleh manajemen yaitu dalam proses

penyusunan laporan keuangan manajemen dapat memengaruhi tingkat laba

yang ditampilkan dalam laporan keuangan.

Manajemen yang nilai kinerjanya dilihat berdasarkan informasi laba

menyadari akan adanya kecenderungan untuk lebih memperhatikan laba. Hal

tersebut dapat menimbulkan perilaku menyimpang manajemen, salah satunya

adalah terjadinya aktivitas manajemen laba (Prasetya, 2015). Manajer sebagai

pengelola perusahaan lebih banyak mengetahui informasi internal dan prospek

perusahaan di masa yang akan datang dibanding pemilik (pemegang saham)

sehingga menimbulkan asimetri informasi. Asimetri antara manajemen dan

pemilik (pemegang saham) memberikan kesempatan pada manajer untuk

melakukan manajemen laba guna meningkatkan nilai perusahaan pada saat

tertentu.

Manajemen laba (earning management) dilakukan dengan

mempermainkan komponen akrual dalam laporan keuangan atau memanipulasi,

karena akrual adalah komponen yang mudah untuk dipermainkan sesuai

keinginan ataupun tujuan orang yang melakukan pencatatan laporan keuangan.


Dalam penelitian ini manajemen laba diproksikan berdasarkan rasio akrual modal

kerja. Pada dasarnya, rasio ini sangat penting untuk mengetahui kondisi

perusahaan. Model yang didasarkan pada kajian (McNichols) serta (Dechow &

Skinner) yang menyarankan agar riset manajemen laba menggunakan model

spesifik akrual. Rasio akrual modal kerja mampu memberi gambaran posisi

keuangan jangka pendek sehingga membantu perusahaan mengevaluasi dan

memantau seberapa besar efisiensi modal kerja yang nantinya dapat

meningkatkan nilai perusahaan pada perusahaan kontruksi bagunan yang

terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

Perusahaan konstruksi bangunan merupakan sektor industri yang tercatat

di Bursa Efek Indonesia (BEI). Salah satu dari indikator pertumbuhan ekonomi

suatu negara ditentukan oleh perkembangan sektor ini. Berinvestasi di bidang

konstruksi bangunan adalah hal yang menjanjikan untuk masa depan dan

menjadi pilihan yang aman untuk berinvestasi sebagai investor. Prospek cerah ini

tentunya tidak lepas dari kebutuhan masyarakat yang mereka anggap barang

yang dimiliki sebagai bagian dari kebutuhan pokok yang harus dipenuhi,

keberadaannya harus dipenuhi (Rizal dan Sahar, 2015). Tujuan dari perusahaan

adalah mendapatkan laba (profit) sebesar-besarnya dan mencegah resiko-resiko

kerugian di masa mendatang.

Perusahaan konstruksi bangunan di Indonesia terus mengalami

peningkatan maupun penurunan dari tahun ke tahun. Pada perusahaan kontruksi

bangunan jika dilihat dari laporan keuangan, kas operasional WIKA pada akhir

September 2018 tercatat minus 3,71 triliun. Pada periode yang sama, arus kas

operasi PTPP juga kurang dari Rp 1,82 triliun. Jika dilihat dari laporan keuangan

pada tahun 2018, kinerja keuangan pada perusahaan kontruksi bangunan masih
melemah dengan anggaran yang masih minus belum sesuai target. Pada tahun

2019 diharapkan nilai konstruksi bangunan meningkat diperkirakan sebesar Rp

147,77 miliar dan terus mengalami pertumbuhan di tahun 2020 mencapai Rp

168,20 miliar. Kontribusi terbesar terhadap pembangunan gedung berasal dari

sektor perumahan, yaitu sebesar Rp 56,75 miliar atau setara dengan 33,74%.

Antusiasme sektor konstruksi bangunan di tahun 2020 disebut-sebut turut

berkontribusi terhadap pertumbuhan sektor konstruksi bangunan di tanah air.

Pengembang optimistis sektor konstruksi bangunan akan mulai tumbuh tahun

depan setelah mengalami perlambatan dalam beberapa tahun terakhir.

Peningkatan dari 2020 menuju pada tahun 2021, diperkirakan sektor konstruksi

di Indonesia tumbuh positif sebesar 8,7%. Perkembagan dan pertumbuhan

signifikan sektor konstruksi tahun 2021 disebabkan oleh penerapan vaksinasi

Covid-19, serta dorongan penggunaan produk rumah tangga yang tinggi, serta

berbagai dukungan pembaruan di sektor infrastruktur oleh pemerintah. (Kompas,

2021).

Usaha konstruksi bangunan mempunyai peranan yang sangat penting

bagi sesuatu negara, konstruksi bangunan di Indonesia telah berkembang

dengan pesat yang berperan guna menunjang perkembangan serta

pertumbuhan berbagai bidang. Pertumbuhan jasa konstruksi di Indonesia yang

pesat memunculkan pengaruh pada persaingan antar industri. Serta tiap industri

mempunyai tujuan yang akan dicapai dalam usahanya tersebut. Dalam upaya

mencapai tujuan tersebut, maka industri jasa pelaksana konstruksi harus

mempunyai nilai perusahaan yang baik.

Penilitian terdahulu yang dilakukan oleh Darmawan (2020) hasil analisa

linear berganda membuktikan bahwa profitabilitas dan ukuran perusahaan


memiliki pengaruh positif terhadap nilai perusahaan. Menurut Lestari dan

Pamudji (2013), manajemen laba memiliki pengaruh negatif terhadap nilai

perusahaan, namun menurut hasil penelitian Utami (2017) manajemen laba

berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan. Sedangkan menurut penelitian

yang dilakukan oleh Selfiyan (2021) manajemen laba tidak dapat memediasi

antara profitabilitas dan ukuran perusahaan terhadap nilai perusahaan.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apakah profitabilitas berpengaruh terhadap manajemen laba pada

perusahaan konstruksi bangunan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia

Periode 2017-2021?

2. Apakah ukuran perusahaan berpengaruh terhadap manajemen laba pada

perusahaan konstruksi bangunan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia

Periode 2017-2021?

3. Apakah profitabilitas berpengaruh terhadap nilai perusahaan pada

perusahaan konstruksi bangunan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia

Periode 2017-2021?

4. Apakah ukuran perusahaan berpengaruh terhadap nilai perusahaan pada

perusahaan konstruksi bangunan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia

Periode 2017-2021?

5. Apakah manajemen laba berpengaruh terhadap nilai perusahaan pada

perusahaan konstruksi bangunan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia

Periode 2017-2021?

6. Apakah profitabilitas, ukuran perusahaan dan manajemen laba

berpengaruh secara simultan terhadap nilai perusahaan pada


perusahaan konstruksi bangunan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia

Periode 2017-2021?

7. Apakah profitabilitas berpengaruh terhadap nilai perusahaan dengan

manajemen laba sebagai variabel intervening pada perusahaan

konstruksi bangunan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode

2017-2021?

8. Apakah ukuran perusahaan berpengaruh terhadap nilai perusahaan

dengan manajemen laba sebagai variabel intervening pada perusahaan

konstruksi bangunan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode

2017-2021?

1.3 Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui dan menganalisis profitabilitas berpengaruh terhadap

manajemen laba pada perusahaan konstruksi bangunan yang terdaftar di

Bursa Efek Indonesia Periode 2017-2021.

2. Untuk mengetahui dan menganalisis ukuran perusahaan berpengaruh

terhadap manajemen laba pada perusahaan kontruksi bangunan yang

terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2017-2021.

3. Untuk mengetahui dan menganalisis profitabilitas berpengaruh terhadap

nilai perusahaan pada perusahaan kontruksi bangunan yang terdaftar di

Bursa Efek Indonesia Periode 2017-2021.

4. Untuk mengetahui dan menganalisis ukuran perusahaan berpengaruh

terhadap nilai perusahaan pada perusahaan kontruksi bangunan yang

terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2017-2021.


5. Untuk mengetahui dan menganalisis manajemen laba berpengaruh

terhadap nilai perusahaan pada perusahaan kontruksi bangunan yang

terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2017-2021.

6. Untuk mengetahui dan menganalisis profitabilitas, ukuran perusahaan

dan manajemen laba berpengaruh secara simultan terhadap Nilai

Perusahaan pada perusahaan kontruksi bangunan yang terdaftar di

Bursa Efek Indonesia Periode 2017-2021.

7. Untuk mengetahui dan menganalisis profitabilitas berpengaruh terhadap

nilai perusahaan dengan manajemen laba sebagai variabel intervening

pada perusahaan kontruksi bangunan yang terdaftar di Bursa Efek

Indonesia Periode 2017-2021.

8. Untuk mengetahui dan menganalisis ukuran perusahaan berpengaruh

terhadap nilai perusahaan dengan manajemen laba sebagai variabel

intervening pada perusahaan kontruksi bangunan yang terdaftar di Bursa

Efek Indonesia Periode 2017-2021.

1.4 Manfaat Penelitian

Hasil dari penelitian ini diharapkan bermanfaat sebagai berikut:

1. Bagi Calon Investor/Investor

Bagi investor yang akan memanamkan modal pada perusahaan

konstruksi bangunan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dapat

menggunakan penelitian ini sebagai bahan referensi dalam mengambil

keputusan untuk membeli saham pada perusahaan kontruksi bangunan

yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

2. Bagi Perusahaan
Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan bahan masukan

terhadap perusahaan tentang pentingnya tata kelola perusahaan

dengan baik yang nantinya dapat menggambarkan bagaimana usaha

manajemen mengelola aset dan modalnya agar menarik minat para

investor untuk menanamkan modal di perusahaan.

3. Bagi Peneliti

Sebagai pengamalan dalam menerapkan ilmu pengetahuan sekaligus

dapat menambah pengetahuan dan informasi tentang faktor-faktor yang

mempengaruhi nilai perusahaan

4. Bagi peneliti selanjutnya

Penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan penelitian sejenis, sebagai

pembanding hasil riset penelitian yang berkaitan dengan profitabilitas,

ukuran perusahaan dan manajemen laba yang diterapkan dalam suatu

perusahaan serta pengaruhnya terhadap nilai perusahaan dan sebagai

pengembangan penelitian lebih lanjut.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 LANDASAN TEORI

2.1.1 Teori Sinyal (Signalling Theory)

Teori sinyal atau signalling theory dikembangkan oleh Ros pada tahun

1997, menyatakan bahwa pihak eksekutif perusahaan memiliki informasi lebih

baik mengenai perusahaannya akan terdorong untuk menyampaikan informasi

tersebut kepada calon investor agar harga saham perusahaannya meningkat.

Menurut Jogiyanto (2013), signalling theory menekankan kepada pentingnya

informasi yang dikeluarkan oleh perusahaan terhadap keputusan investasi pihak

di luar perusahaan. Informasi merupakan unsur penting bagi investor dan pelaku

bisnis karena informasi pada hakekatnya menyajikan keterangan, catatan atau

gambaran baik untuk keadaan masa lalu, saat ini maupun keadaan masa yang

akan datang bagi kelangsungan hidup suatu perusahaan. Informasi yang

lengkap, relevan, akurat dan tepat waktu sangat diperlukan oleh investor di pasar

modal sebagai alat analisis untuk mengambil keputusan apakah layak

berinvestasi pada perusahaan tersebut atau tidak.


Informasi yang dipublikasikan sebagai suatu pengumuman akan

memberikan signal bagi investor dalam pengambilan investasi. Pada saat

informasi diumumkan dan semua pelaku pasar sudah menerima informasi

tersebut, pelaku pasar terlebih dahulu akan menganalisis sebagai signal baik

(good news) atau signal buruk (bad news). Jika informasi tersebut bernilai positif

maka investor akan menilai secara positif dan mampu membedakan antara

perusahaan yang berkualitas atau tidak, sehingga harga saham akan semakin

tinggi dan nilai perusahaan meningkat. Namun, jika investor memberikan signal

negatif menandakan bahwa keinginan investor untuk berinvestasi semakin

menurun dimana akan mempengaruhi penurunan nilai perusahaan.

Hubungan signaling theory dengan nilai perusahaan yaitu nilai

perusahaan yang baik dapat menjadi signal positif dan sebaliknya nilai

perusahaan yang buruk dapat menjadi signal negatif. Hal ini disebabkan karena

motivasi investor melakukan investasi adalah untuk memperoleh keuntungan,

sehingga perusahaan yang bernilai tidak baik cenderung akan dihindari investor.

Dengan kata lain investor tidak akan menginvestasikan dananya pada

perusahaan yang bernilai tidak baik.

2.1.2. Nilai Perusahaan

Salah satu tujuan utama suatu perusahaan adalah memaksimumkan nilai

perusahaan, nilai perusahaan digunakan sebagai pengukur keberhasilan

perusahaan karena dengan meningkatnya nilai perusahaan menandakan

meningkatnya kemakmuran pemilik perusahaan atau pemegang saham. Nilai

perusahaan merupakan nilai pasar suatu perusahaan dimana jika harga saham

naik maka tingkat kesejahteraan para pemegang saham juga naik karena
pemegang saham telah memilih orang-orang yang kompeten di bidangnya untuk

mengelola perusahaan (Kusumawati dan Setiawan, 2019). Peningkatan nilai

perusahaan yang signifikan menandakan bahwa perusahaan mampu bertahan

dalam jangka panjang. Kondisi tersebut akan berdampak pada meningkatnya

aktivitas operasional dan kinerja keuangan perusahaan, sehingga tujuan

perusahaan untuk memaksimalkan laba dan mensejahterakan pemegang saham

dapat tercapai.

Menurut (Sunardi, 2017), nilai perusahaan merupakan kondisi tertentu

yang telah dicapai oleh suatu perusahaan dan nilai perusahaan sebagai

gambaran dari kepercayaan masyarakat terhadap perusahaan. Memaksimalkan

nilai perusahaan sangat penting artinya bagi keberlangsungan bisnis sebab hal

ini akan menjadi persepsi bagi investor terhadap tingkat keberhasilan

perusahaan yang sering dikaitkan dengan harga saham. Harga saham yang

tinggi membuat nilai perusahaan tinggi juga. Tingginya nilai saham dapat

meningkatkan kepercayaan pasar, tidak hanya terhadap kinerja perusahaan saat

ini namun juga pada prospek perusahaan di masa mendatang. Bagi perusahaan

yang terdaftar di bursa efek, kemakmuran para pemilik saham diperlihatkan

dalam wujud semakin tingginya harga saham, yang merupakan pencerminan dari

keputusan-keputusan investasi, pendanaan dan kebijakan dividen.

Suteja dan Gunardi (2016:3) berpendapat bahwa nilai perusahaan

semata-mata ditentukan oleh keputusan investasi. Pendapat tersebut dapat

diartikan bahwa keputusan investasi itu penting, karena untuk mencapai tujuan

perusahaan yaitu memaksimumkan kemakmuran pemegang saham hanya akan

dihasilkan melalui kegiatan investasi perusahaan. Dalam penelitian ini nilai


perusahaan akan diukur dengan PBV, karena dapat menggambarkan seberapa

besar pasar menghargai nilai buku saham suatu perusahaan.

1. Price to Book Value (PBV).

Price to book value (PBV) merupakan salah satu variable yang

dipertimbangkan seorang investor dalam menentukan saham mana

yang akan dibeli. Nilai perusahaan dapat memberikan keuntungan

pemegang saham secara maksimum apabila harga saham perusahaan

meningkat. Nilai perusahaan dapat memberikan keuntungan pemegang

saham secara maksimum apabila harga saham perusahaan meningkat.

Nilai perusahaan tidak hanya mencerminkan bagaimana nilai intrinsik

pada saat ini tetapi juga mencerminkan prospek dan harapan akan

kemampuan perusahaan tersebut dalam meningkatkan nilai kekayaan

dimasa depan (Silaban, 2013 dalam Aniela,dkk, 2016).

harga perlembar saham ……………………..(2.1)


PBV =
nilai buku saham biasa

Nilai buku dapat dihitung

total modal ……..(2.2)


Books value per share=
nilai buku sahambiasa

2.1.3 Profitabilitas
Profitabilitas merupakan kemampuan suatu perusahaan untuk

mendapatkan laba (keuntungan) dalam suatu periode tertentu (Rezeki, 2015).

Perusahaan dikatakan baik jika perusahaan tersebut mampu memperoleh laba

yang besar sesuai harapan pemilik perusahaan maupun investor. Perusahaan

yang memiliki laba besar sangat diminati oleh investor, karena diharapkan

mampu memberikan pengembalian laba (return) yang lebih besar bagi investor

apabila melihat dan menganalisa laporan keuangan terlebih dahulu. Laporan

keuangan dijadikan alat analisa sebelum mengambil keputusan untuk melakukan

investasi, sehingga bisa menghindari kerugian investasi (Suhartanto, 2015). Hal

ini berkaitan erat dengan perusahaan yang ingin menampilkan performa terbaik

untuk menarik para calon investor.

Profitabilitas dicerminkan sebagai gambaran dari kinerja manajemen

dalam mengelola perusahaannya. Pengukuran profitabilitas dapat menggunakan

beberapa indikator seperti laba operasi, laba bersih, tingkat pengembalian

investasi/aktiva, dan tingkat pengembalian ekuitas pemilik (Hermuningsih, 2014).

Kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba dalam kegiatan operasinya

merupakan fokus utama dalam penilaian prestasi perusahaan. Selain merupakan

indikator kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban bagi para

penyandang dananya, laba perusahaan juga merupakan elemen dalam

menentukan nilai perusahaan (Hermuningsih, 2014).

Hasil perhitungan rasio profitabilitas dapat digunakan untuk

memperkirakan kenaikan ataupun penurunan harga saham dan nilai perusahaan

suatu perusahaan di bursa saham. Dalam penelitian ini rasio profitabilitas

diwakilkan oleh Return On Equity (ROE) yang fungsinya untuk mengukur


kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba dengan bermodalkan ekuitas

yang sudah diinvestasikan oleh investor.

1. Return On Equity (ROE)

Return On Equity merupakan suatu pengukuran dari penghasilan

(income) yang tersedia bagi para pemilik perusahaan (baik pemegang

saham biasa maupun pemegang saham preferen) atas modal yang

mereka investasikan di dalam perusahaan (Syamsuddin, 2013:64). ROE

merupakan sebuah rasio keuangan yang menunjukkan kemampuan

perusahaan dalam menghasilkan laba bersih setelah pajak dengan

menggunakan modal sendiri yang dimiliki perusahaan. ROE sangat

pengting bagi para investor karena dapat mengetahui seberapa efektifitas

dan efisien sebuah perusahaan dalam mengelola aktivanya. Semakin

besar ROE artinya perusahaan menggunakan modal sendiri dengan baik

sehingga dapat menghasilkan laba yang besar. Hal tersebut dapat

menarik para investor untuk membeli saham perusahahan tersebut.

Besarnya nilai Return on Equity dapat dihitung dengan rumus sebagai

berikut :

laba bersih setelah pajak


ROE=
laba bersih setelah
modal pajak
sendiri ………………….(2.3)
ROE=
modal sendiri

2.1.4 Ukuran Perusahaan

Perusahaan memiliki dua jenis kategori, yaitu perusahaan berskala kecil

dan perusahaan berskala besar. Ukuran perusahaan dianggap mempengaruhi


nilai perusahaan karena semakin besar ukuran perusahaan maka semakin

mudah perusahaan memperoleh sumber pendanaan yang dapat dimanfaatkan

untuk mencapai tujuan. Perusahaan besar memiliki kontrol yang lebih baik

terhadap kondisi pasar, sehingga perusahaan tersebut mampu menghadapi

persaingan ekonomi, yang membuat perusahaan menjadi tidak rentan terhadap

terjadinya fluktuasi ekonomi. Selain itu, perusahaan - perusahaan besar memiliki

lebih banyak sumber daya untuk dapat meningkatkan nilai dari perusahaan,

karena perusahaan besar memiliki akses yang lebih baik terhadap sumber-

sumber informasi eksternal jika dibanding dengan perusahaan - perusahaan kecil

(Sari, 2005 dalam Karina dan Titik, 2016).

Menurut (Kosimpang et al., 2017), ukuran atau size suatu perusahaan

dapat ditunjukkan dengan menggunakan total aset, total penjualan bersih, rata-

rata tingkat penjualan dan rata-rata total aktiva. Semakin besar total aset

perusahaan maka semakin besar ukuran suatu perusahaan. Semakin banyak

penjualan maka semakin banyak juga perputaran uang dalam perusahaan. Dan

semakin besar total aktiva maka semakin besar modal yang akan ditanam

perusahaan. Sehingga dapat dikatakan bahwa ukuran perusahaan merupakan

besarnya aset kekayaan yang dimiliki oleh perusahaan.

Ukuran ¿
……………………(2.4)

2.1.5 Manajemen Laba


Manajemen laba merupakan tindakan manajer dalam merekayasa angka

angka laporan keuangan atau memanipulasi informasi laba yang diperoleh suatu
perusahaan (Ponto dan Rasyid, 2017). Manajer dapat menaikkan, menurunkan,

atau meratakan laba. Informasi laporan laba sangat penting bagi investor

sehingga memotivasi manajer untuk mempercantik laporan keuangan (window

dressing) demi mendapatkan tujuan yang diharapkan walaupun merugikan pihak

lain. Manajemen laba dilakukan sebagai upaya manajer untuk mengintervensi

atau mempengaruhi informasi – informasi yang disajikan dalam laporan

keuangan dengan tujuan untuk mengelabui stakeholder yang ingin mengetahui

kinerja dan kondisi perusahaan. Istilah intervensi dan mengelabui ini membuat

beberapa pihak menilai manajemen laba sebagai tindakan kecurangan. Namun,

pihak lainnya tetap menganggap bahwa manajemen laba bukanlah sebuah

kecurangan karena intervensi manajemen dalam kerangka standar akuntansi

yang masih menggunakan prosedur dan metode akuntansi yang dapat diterima

secara umum. Manajer melakukan praktik manajemen laba agar laporan

keuangan perusahaan terlihat lebih baik dengan mempercantik laporan

keuangan, khususnya pada angka yang berada di paling bawah yaitu laba

(Kodriyah dan Putri, 2019).

Manajemen laba merupakan cara yang digunakan oleh manajer untuk

mempengaruhi laba secara sistematis dan sengaja dengan cara memilih

kebijakan akuntansi dan prosedur akuntansi tertentu yang bertujuan untuk

memaksimalkan utilitas manajer atau nilai pasar dari perusahaan (Putri, 2012).

Manajemen laba menjadi salah satu faktor yang dapat mengurangi kredibilitas

laporan keuangan. Manajemen laba menambah bias dalam laporan keuangan

dan dapat menggangu pemakai laporan keuangan yang mempercayai angka

laba yang telah direkayasa (Putri, 2012).


Gunny (2010) dalam Majid, dkk (2020) mengklasifikasikan manajemen

laba menjadi dua kategori, yaitu:

1. Manajemen Laba Akrual

Manajemen laba akrual dilakukan dengan merekayasa komponen akrual

dalam laporan keuangan, sebab akrual adalah komponen yang mudah

untuk direkayasa sesuai dengan keinginan pribadi. Alasannya, komponen

akrual merupakan komponen yang tidak memerlukan bukti kas secara

fisik sehingga upaya merekayasa besar kecilnya komponen akrual tidak

harus disertai dengan kas yang diterima atau dikeluarkan perusahaan.

Sebagai contoh, untuk memperbesar laba, perusahaan dapat mengakui

barang yang dititipkan sebagai barang konsinyasi atau barang yang

dikeluarkan sebagai barang terjual. Atau sebaliknya, untuk memperkecil

laba, perusahaan dapat menunda mengakui pendapatan periode berjalan

menjadi pendapatan periode berikutnya. Selain itu, perusahaan juga

dapat mengakui laba periode berjalan menjadi lebih kecil atau besar dari

laba yang sesungguhnya dengan cara mengatur besar kecilnya suatu

biaya.

2. Manajemen Laba Riil

Manajemen laba melalui aktivitas riil merujuk pada rekayasa angka laba

yang dilakukan melalui aktivitas-aktivitas yang berasal dari kegiatan bisnis

normal atau yang berhubungan dengan kegiatan operasional, misalnya

menunda kegiatan promosi produk atau mempercepat penjualan dengan

memberikan diskon besar – besaran.

Pola Manajemen Laba


Sebagai proses perekayasa laba atau laporan keuangan, praktik

manajemen laba umumnya dilakukan dengan tujuan untuk mempercantik

memodifikasi laporan keuangan yang akan dihasilkan sebagai hasil kinerja

keuangan perusahaan pada periode tertentu. Modifikasi laporan keuangan

ditujukan untuk menunjukkan laba pada angka tertentu sesuai dengan keinginan

para manajer. Proses modifikasi laporan keuangan tersebut umumnya dilakukan

ke dalam empat pola, Putri (2012) yaitu:

1) Taking a Bath

Taking a bath adalah pola yang paling ekstrim yang digunakan dalam

praktik manajemen laba. Pola ini dilakukan dengan cara menjadikan laba

perusahaan pada periode berjalan menjadi sangat rendah (bahkan rugi)

atau sangat tinggi dibanding laba pada periode sebelum atau

sesudahnya, cara ini umumnya dilakukan pada saat pergantian CEO.

2) Minimisasi Laba (Income Minimization)

Minimisasi laba adalah pola manajemen laba yang dilakukan dengan cara

menjadikan laba pada laporan keuangan periode berjalan lebih rendah

daripada laba sesungguhnya. Pola ini dilakukan pada saat profitabilitas

perusahaan pada periode berjalan sangat tinggi dan berusaha dialirkan

ke periode mendatang, yang diprediksikan memiliki profitabilitas lebih

rendah, sehingga jika dibandingkan dua periode tersebut tidak

menunjukkan fluktuasi yang tajam.

3) Maksimasi Laba

Maksimisasi laba adalah pola manajemen laba yang dilakukan dengan

cara menjadikan laba pada laporan keuangan periode berjalan lebih tinggi

daripada sesungguhnya. Cara ini dilakukan umumnya karena motivasi


bonus bagi manajer. Bonus atas kinerja tersebut umumnya didasarkan

atas perolehan laba perusahaan, manajer dapat memperoleh bonus yang

tinggi dari pemegang saham

4) Perataan Laba (Income Smoothing)

Peraatan laba merupakn pola manajemen yang paling popular dan sering

dilakukan. Perataan laba juga dapat didefinisikan sebagai upaya yang

sengaja dilakukan untuk memperkecil fluktuasi pada tingkat earnings

yang

dianggap normal bagi perusahaan.

Teknik Manajemen Laba

Dalam melakukan perekayasaan atas laporan keuangan, terdapat

beberapa teknik yang mungkin di lakukan. Teknik- teknik ini di dasarkan atas

beberapa peluang dan pola-pola menajemen laba di atas yang memungkinkan

bagi manajer untuk mempengaruhi pelaporan keuangan, sehingga dapat

menghasilkan angka laba sesuai dengan yang di inginkan. Menurut Aryes (1994)

dalam Putri (2012), teknik-teknik tersebut adalah sebagai berikut:

1) Manajemen Akrual (accrual management)

Manajemen akrual biasanya di kaitkan dengan segala aktivitas yang

dapat mempengaruhi aliran kas dan keuntungan secara pribadi….

2) Penerapan Kebijaksanaan Akuntansi Wajib (adaption of mandaroty

accounting changes)

Manajemen perusahaan memiliki dua pilihan untuk menerapkannya lebih

awal dari waktu yang ditetapkan atau menundanya sampai saat

berlakunya kebijaksanaan tersebut. Biasanya untuk suatu kebijaksanaan


akuntansi baru yang wajib (mandatory accounting policy), badan

akuntansi yang ada memberikan kesempatan yang ada kepada

perusahaan untuk menerapkan lebih awal. Para manajer tentunya lebih

memilih untuk menerapkan suatu kebijaksanaan akuntansi yang baru bila

dengan penerapan tersebut akan mempengaruhi aliran kas maupun

keuntungan perusahaaan.

3) Perubahan Akuntansi secara Sukarela (Voluntary Accounting Changes)

Perubahan metode akuntansi secara sukarela biasanya berkaitan dengan

upaya manajer untuk mengganti atau merubah suatau metode akuntansi

tertentu diantara sekian banyak metode yang sesuai dengan Prinsip -

prinsip Akuntansi Berterima Umum (PABU).

Berikut adalah langkah-langkah perhitungan untuk mencari nilai

discretionary accrual :

Rumus Nondiscretionary Accruals (NDACC)

a. Menghitung nilai total akrual dengan menggunakan pendekatan arus kas

(cash flow approach)

TACC ¿= EBXT ¿-OCF ¿

b. Mencari nilai koefisien dari regresi total akrual

Untuk mencari nilai koefisien α1, α2 dan α3 dilakukan dengan teknik

regresi. Regresi ini adalah untuk mendeteksi adanya discretionary accrual

dan non discretionary accrual. Discretionary accrual merupakan

perbedaan antara total akrual dengan non discretionary accrual.

TACC ¿/TA i , t−1=α 1 (1/TA i ,t −1)+α 2 ¿ ¿

c. Menghitung Nondiscretionary Accrual (NDACC)


Perhitungan NDACC dihitung dengan memasukkan kembali koefisien α1,

α2, α3 kepersamaan berikut ini:

NDACC ¿ = α 1(1/TA i , t−1)+(TA i , t−1 +α 3 (PPE¿ /TA i ,t −1)

d. Menentukan discretionary accrual

Setelah didapatkan nilai nondiscretionary accrual, menghitung discretionary

accrual dapat dilakukan menggunakan persamaan berikut :

DACC ¿ = TACC ¿/TA i , t−1−NDACC ¿

Keterangan :

DACC ¿ = Discretionary accrual perusahaan i pada tahun ke

NDACC ¿ = Non discretionary accrual perusahaan i pada periode ke t

TACC ¿ = Total akrual perusahaan i pada periode ke t

EBXT ¿ = Earning before extraodinary item perusahaan i pada

periode ke t

OCF ¿ = Aliran kas dari aktivitas operasi perusahaan i pada

periode

ke t

TA i , t−1 = Total aktiva perusahaan i pada periode ke t-1

∆ REV ¿ = Perubahan pendapatan perusahaan i pada

periode ke t

PPE ¿ = Aktiva tetap perusahaan i pada periode ke t

∆ REC ¿ = Perubahan piutang perusahaan i pada periode ke

𝑒 = error

2.2 Pengaruh Variabel Penelitian


2.2.1 Pengaruh profitabilitas terhadap manajemen laba

Terdapat banyak faktor yang menjadi motivasi manajer dalam

melakukan manajemen laba, diantaranya adalah profitabilitas. Profitabiltas

menggambarkan kemampuan perusahaan dalam pengelolaan asset untuk

menghasilkan laba. Menurut (Kasmir, 2014), profitabilitas adalah kemampuan

perusahaan dalam mencari keuntungan, rasio ini juga memberikan ukuran

tingkat efektivitas manajemen suatu perusahaan. Keterkaitan antara profitabilitas

dengan manajemen laba adalah ketika profitabilitas yang diperoleh

perusahaan kecil pada periode waktu tertentu akan memicu perusahaan

untuk melakukan manajemen laba dengan cara meningkatkan pendapatan

yang diperoleh sehingga akan memperlihatkan saham dan mempertahankan

investor yang ada.

2.2.2 Pengaruh ukuran perusahaan terhadap manajemen laba

Ukuran perusahaan secara positif mempunyai keterkaitan dengan

manajemen laba, karena perusahaan yang besar selalu memiliki lebih banyak

aktivitas operasional yang kompleks daripada perusahaan kecil. Perusahaan

yang besar dapat menjaga reputasi mereka dengan melakukan manajemen laba

atau memanipulasi pendapatan. Moses (1987) dalam Wuryani (2012),

menyatakan bahwa perusahaan besar lebih cenderung memiliki niat untuk

melakukan perataan laba. Hal itu dilakukan mereka mempunyai biaya politik

yang lebih besar, biaya politik timbul karena ukuran perusahaan yang besar dan

dapat menarik perhatian media serta investor.

2.2.3 Pengaruh profitabilitas terhadap nilai perusahaan

Menurut Rizqia dkk (2013), perusahaan yang dapat menjaga kestabilan

dan meningkatkan laba dilihat sebagai sinyal positif oleh investor berkaitan
dengan kinerja perusahaan. Hal tersebut terjadi disebabkan perusahaan yang

mengalami peningkatan laba mencerminkan bahwa perusahaan mempunyai

kinerja yang baik, sehingga menimbulkan sentimen positif dari investor dan dapat

membuat harga saham mengalami peningkatan (Wijaya dan Sedana, 2015).

Artinya, semakin baik pertumbuhan profitabilitas perusahaan maka kinerja

perusahaan dianggap baik, berarti semakin baik pula prospek perusahaan di

masa yang akan datang sehingga semakin baik nilai perusahaan di mata

investor.

2.2.4 Pengaruh ukuran perusahaan terhadap nilai perusahaan

Ukuran perusahaan mempunyai pengaruh yang berbeda terhadap nilai

perusahaan. Dalam hal ini skala perusahaan dilihat dari total aset yang dimiliki

perusahaan yang dapat dipergunakan untuk kegiatan operasi perusahaan. Jika

perusahaan memiliki total aset yang besar, pihak manajemen lebih leluasa dalam

mempergunakan aset yang ada di perusahaan tersebut. Kebebasan yang dimiliki

pihak manajemen ini sebanding dengan kekhawatiran yang dirasakan oleh

pemilik atas aset. Jumlah aset yang besar akan menurunkan nilai perusahaan

jika dilihat dari pemilik perusahaan, akan tetapi jika dilihat dari sisi manajemen,

kemudahan yang dimilikinya dalam mengendalikan perusahaan akan

meningkatkan nilai perusahaan (Haryadi, 2016).

Menurut teori sinyal, ukuran perusahaan yang besar akan memberikan

sinyal positif kepada investor atau kreditur dalam pengambilan keputusan untuk

berinvetasi. Perusahaan besar lebih mudah mengakses pasar modal dalam

memperoleh pendanaan. Kemudahan tersebut maka berarti perusahaan memiliki

fleksibilitas dan kemampuan untuk mendapatkan dana sehingga perusahaan


dengan ukuran yang lebih besar memiliki prospek masa depan yang lebih

menjanjikan (Ernawati dan Widyawanti, 2015).

2.2.5 Pengaruh manajemen laba terhadap nilai perusahaan

Manajer sebagai pengelola perusahaan lebih banyak mengetahui

informasi internal dan prospek perusahaan dibanding pemilik (pemegang

saham). Pemisahan peran dan perbedaan kepentingan antara manajer dan

pemegang saham ini menjadi pemicu tindakan untuk memaksimalkan

kesejahteraan pihak tersentu, seperti melakukan tindakan manajemen laba

(Kamil, 2014). Manajer diwajibkan memberikan sinyal mengenai kondisi

perusahaan kepada pemilik. Sinyal yang diberikan merupakan cerminan nilai

perusahaan melalui pengungkapan informasi akuntansi seperti laporan

keuangan. Laporan keuangan tersebut penting bagi pengguna eksternal

perusahaan, karena kelompok itu berada dalam kondisi yang paling tidak tingkat-

tingkat kepastiannya. (Ali, 2002; dalam Lestari dan Pamudji, 2013). Manajemen

laba dapat berpengaruh terhadap nilai perusahaan, tapi terbatas pada periode

tertentu dan tidak akan meningkatkan nilai perusahaan dalam jangka panjang.

Hal ini terjadi karena manajemen laba merupakan tindakan memodifikasi laporan

keuangan, seperti menaikkan atau menurunkan laba yang dilakukan dengan

cara memilih kebijakan akuntansi oleh manajemen yang bersifat subjektif, yang

sesuai dengan kepentingan manajemen (Utami, 2017).

2.2.6 Pengaruh profitabilitas terhadap nilai perusahaan dengan manajemen

laba sebagai variabel intervening

Adanya rasio profitabilitas menunjukkan bagaimana kemampuan suatu

perusahaan dalam menghasilkan laba dapat menjadi faktor adanya metode

manajemen laba. Menurut Herawaty (2008:97) dalam Ramashar (2016) nilai


perusahaan pada saat tertentu juga dapat ditingkatkan melalui manajemen laba,

dimana dalam proses penyusunan laporan keuangan manajemen dapat

mempengaruhi tingkat laba yang dihasilkan. Salah satu cara yang dilakukan

manajemen dalam proses penyusunan laporan keuangan yang dapat

mempengaruhi tingkat laba yang ditampilkan adalah earnings management yang

diharapkan dapat meningkatkan nilai perusahaan pada saat tertentu. Namun

demikian, ketika terjadi perilaku manajemen laba maka kualitas laba yang

disajikan dalam laporan keuangan menjadi rendah dan tidak akurat, hal ini

tentunya akan mengganggu keputusan investor di periode berikutnya dan dapat

menurunkan nilai perusahaan pada periode berikutnya.

2.2.7 Pengaruh ukuran perusahaan terhadap nilai perusahaan dengan

manajemen laba sebagai variabel intervening

Besar kecilnya ukuran perusahaan berpengaruh atau menunjukkan baik

buruknya nilai perusahaan. Ukuran perusahaan dapat dilihat dari total aset, yang

dimana pihak manajemen dapat mengelola atau mempergunakan aset

perusahaan untuk mempertahankan atau meningkatkan nilai perusahan yang

nantinya disajikan pada laporan keuangan. Dengan alasan meningkatkan nilai

perusahaan, manajemen melakukan tindakan opotunis dengan melakukan

manajemen laba yang bertujuan untuk mengelabuhi pihak lain yang ingin

mengetahui dan menilai kinerja dan kondisi perusahaan. Upaya manajerial itu

merupakan tindakan-tindakan yang disengaja untuk mengelabuhi pihak lain yang

menyebabkan pihak lain bersangkutan kehilangan kekayaan. Hingga

keberhasilan manajemen laba dinilai ketika seorang manajer berhasil

mengelabuhi pihak lain dalam menilai perusahaan yang dikelolanya (Utami,

2017).
2.3 Penelitian Terdahulu

Kosimpang, dkk (2017) meneliti tentang “Pengaruh Profitabilitas, Ukuran

Perusahaan terhadap Nilai Perusahaan dengan Variabel Struktur Modal sebagai

Variabel Intervening pada Perusahaan Pertambangan yang Terdaftar di BEI

Periode 2012-2016” pengelolaan data dilakukan dengan metode regresi

berganda (multiple regression) untuk memperlihatkan bagaimana variabel

independen mempengaruhi variabel dependen. Hasil penelitian ini menunjukan

terdapat pengaruh yang signifikan profitabilitas terhadap struktur modal,

sedangkan ukuran perusahaan (size) tidak berpengaruh terhadap struktur modal,

dan struktur modal tidak berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan.

Penelitian Selfiyan (2021) dengan judul “Pengaruh Profitabilitas,

Leverage, Ukuran Perusahaan terhadap Nilai Perusahaan dengan Manajemen

Laba sebagai Variabel Intervening (Studi Empiris pada Perusahaan Makanan

dan Minuman yang Terdaftar di BEI Periode 2016-2019)” menggunakan metode

analisis linear berganda yang memperoleh hasil Profitabilitas memiliki pengaruh

signifikan terhadap manajemen laba, Leverage tak memiliki pengaruh terhadap

manajemen laba, ukuran perusahaan memiliki pengaruh signifikan terhadap

manajemen laba, profitabilitas tidak memiliki pengaruh terhadap nilai

perusahaan, leverage tidak berpengaruh terhadap nilai perusahaan, ukuran

perusahaan tidak memiliki pengaruh terhadap nilai perusahaan, manajemen laba

tidak bisa memediasi profitabilitas terhadap nilai perusahaan, manajemen laba

tidak bisa memediasi leverage terhadap nilai perusahaan dan manejemen laba

tidak bisa memediasi ukuran perusahaan terhadap nilai perusahaan.


Lestari dan Wukandari (2019) melakukan penelitian dengan judul

“PENGARUH PROFITABILITAS TERHADAP MANAJEMEN LABA (STUDI

KASUS PADA BANK YANG TERDAFTAR DI BEI TAHUN 2016-2018). Metode

analisis data dalam penelitian ini dilakukan dengan beberapa tahap, yaitu analisis

deskriptif, kemudian analisis regresi yang diawali dengan uji asumsi klasik. Hasil

penelitian menyatakan bahwa profitabilitas dengan pengukuran rasio Return of

Asset (ROA) dan Return of Equity (ROE) berpengaruh positif terhadap

manajemen

laba pada perusahaan perbankan dan Net Profit Margin (NPM) terbukti

berpengaruh negatif terhadap penghindaran pajak pada perusahaan perbankan.


N Nama & Judul Persamaan Perbedaan Hasil

o Tahun Variabel Variabel Penelitian

Penelitia

1 Kosimpan Pengaruh - Variabel - Variabel Hasil

g, dkk Profitabilitas, independen intervening penelitian

(2017) Ukuran menggunak menggunak menunjukk

Perusahaan an an struktur an

terhadap Nilai profitabilitas modal profitabilita

Perusahaan dan ukuran - Objek s

dengan perusahaan observasi berpengaru

Variabel - Variabel - Tahun h signifikan

Struktur Modal dependen observasi terhadap

sebagai menggunak struktur

Variabel an nilai modal,

Intervening perusahaan sedangkan

pada ukuran

Perusahaan perusahaa

Pertambangan n (size)

yang Terdaftar tidak

di BEI Periode berpengaru

2012-2016 h terhadap

struktur

modal, dan

struktur

modal tidak

berpengaru

h signifikan

terhadap

nilai

perusahaa

n.

2. Selfiyan Pengaruh - Variabel - Terdapat Profitabilita

Anda mungkin juga menyukai