Anda di halaman 1dari 14

PENGARUH KINERJA KEUANGAN, PERUSAHAAN ARUS KAS OPERASI DAN UKURAN TERHADAP

EARNINGS PER SHARE SELAMA PANDEMI PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI
BURSA EFEK INDONESIA (BEI) PADA PERIODE 2020

Pada era perkembangan ekonomi global saat ini memberikan dampak yang besar perekonomian di setiap
negara. Perkembangan ini tentunya menimbulkan persaingan antar perusahaan di setiap industri
masingmasing. Karena persaingan yang ketat ini membuat aktivitas bisnis menjadi tidak berjalan mulus
bagi perusahaan. Pengelolaan usaha secara efisien sangat diperlukan dalam menghadapi persaingan
bisnis tersebut. Perusahaan yang memiliki manajemen efisiensi yang baik dapat bertahan dan terus
melanjutkan aktivitas bisnisnya. Sedangkan perusahaan yang memiliki manajemen efisiensi yang buruk
harus siap dengan kemungkinan terjadinya masalah berkelanjutan usahanya.

Pada awal tahun 2020 awal terjadi sebuah bencana wabah pandemi Covid-19 yang membuat beberapa
negara harus menutup pintu keluar masuk dari negara tersebut, ada yang melakukan lockdown dan juga
pembatasan keluar masuk. Hal ini jua berdampak bagi Indonesia dikarenakan Indonesia mengalami
peningkatan jumlah kasus terpapar Covid-19 yang sangat signifikan hingga menembus kasus sebanyak
kurang lebih satu juta tiga ratus kasus dengan penambahan kasus rata-rata 8.000 sampai 10.000 kasus
per hari . Kita lihat ini turun dibanding tahun sebelumnya itu kita pada tahun periode yang sama mencapai
19,87%. Berarti ada kontraksi penurunan terhadap PDB-nya. . Hal ini dikarenakan pembatasan sosial yang
dilakukan oleh pemerintah. Investor pasar saham diimbau tidak panik meskipun Purchasing Managers
Index manufaktur turun disertai dengan deflasi. Sejalan dengan penurunan PMI manufaktur, Indonesia
juga mengalami deflasi 0,05%. Deflasi disebabkan penurunan harga yang terlihat dari turunnya sejumlah
indeks kelompok pengeluaran, yaitu kelompok makanan, minuman, dan tembakau minus 0,37% dan
kelompok transportasi minus 0,33% .

Pada dasarnya tujuan utama perusahaan adalah untuk meningkatkan dan memaksimalkan keuntungan
para pemilik perusahaan. Keuntungan perusahaan tercermin dalam laba bersih perusahaan, sedangkan
keuntungan pemilik perusahaan tercermin dalam laba untuk para pemegang saham biasa atau yang sering
disebut dengan Earnings Per Share . EPS menunjukkan seberapa besar kemampuan perusahaan untuk
memberikan pengembalian kepada pemilik perusahaan. Oleh karena itu EPS menarik bagi para pemegang
saham karena merupakan indikator yang sering digunakan untuk mengukur keberhasilan suatu
perusahaan dalam mencapai keuntungan dari setiap lembar saham yang diinvestasikan. Keuntungan
perusahaan tercermin dalam laba bersih perusahaan, sedangkan keuntungan pemilik perusahaan
tercermin dalam laba untuk para pemegang saham biasa atau yang sering disebut dengan Earning Per
Share . Ulum mengemukakan bahwa semakin besar ukuran perusahaan, maka semakin banyak ia akan
mengungkapkan informasi di dalam laporan tahunannya, baik informasi keuangan maupun non-
keuangan, baik mandatory maupun voluntary. Serta menggunakan size sebagai pengukuran dalam
menilai ukuran perusahaan.

Pada dasarnya tujuan utama perusahaan adalah untuk meningkatkan dan memaksimalkan keuntungan
para pemilik perusahaan. Keuntungan perusahaan tercermin dalam laba bersih perusahaan, sedangkan
keuntungan pemilik perusahaan tercermin dalam laba untuk para pemegang saham biasa atau yang sering
disebut dengan Earnings Per Share . EPS menunjukkan seberapa besar kemampuan perusahaan untuk
memberikan pengembalian kepada pemilik perusahaan. Oleh karena itu EPS menarik bagi para pemegang
saham karena merupakan indikator yang sering digunakan untuk mengukur keberhasilan suatu
perusahaan dalam mencapai keuntungan dari setiap lembar saham yang diinvestasikan.
EPS dalam berinvestasi dijadikan sebagai indikator utama dalam melihat daya tarik suatu saham. Besarnya
EPS ini diharapkan akan mampu mempengaruhi tingkat kepercayaan para investor dalam berinvestasi.
Rahardjo mengatakan bahwa dalam berinvestasi, pembeli saham biasa umumnya lebih memperhatikan
penghasilan per lembar sahamnya karena EPS ini yang nantinya akan mempengaruhi harga saham di
pasaran untuk memperoleh capital gain. Sedangkan menurut Darminto , semakin besar laba yang tersedia
bagi pemegang saham maka pembayaran dividen kepada pemegang saham akan semakin besar pula.
Dengan begitu dapat dikatakan bahwa perilaku investor terhadap saham dipengaruhi oleh informasi
akuntansi yang dalam hal ini diwakili oleh EPS sebagai cerminan kinerja keuangan.

Berdasarkan hal–hal yang dikemukakan di atas, maka penelitian ini bermaksud untuk mengangkat judul
“Pengaruh Kinerja Keuangan, Arus Kas Operasi Dan Ukuran Perusahaan Terhadap Earnings Per Share
Selama Pandemi Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia (BEI) Pada Periode
2020”.

Berdasarkan latar belakang yang telah dijabarkan maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut:

1 Apakah Kinerja Keuangan berpengaruh terhadap Earnings Per Share pada perusahaan
manufaktur yang terdaftar di BEI?

2 Apakah Arus Kas Operasi berpengaruh terhadap Earnings Per Share pada perusahaan manufaktur
yang terdaftar di BEI?

3 Apakah Ukuran Perusahaan berpengaruh terhadap Earnings Per Share pada perusahaan
manufaktur yang terdaftar di BEI?

Tujuan penelitian merupakan jawaban atas rumusan masalah di atas sehingga berdasarkan rumusan
masalah di atas yang menjadi tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui:

1 Untuk mengetahui pengaruh Kinerja Keuangan terhadap Earnings Per Share.

2 Untuk mengetahui pengaruh Arus Kas Operasi terhadap Earnings Per Share.

3 Untuk mengetahui pengaruh ukuran perusahaan terhadap Earnings Per Share.


Kerangaka Pemikiran
Model penelitian ini digambarkan dalam bentuk kerangka pemikiran yang disusun sebagai
berikut:

Total Asset Turnover

Current Ratio

Debt Equity Ratio

Net Profit Margin


Earings Per Share

Return On Equty

Price Book Value

Arus Kas Operasi

Ukuran Perusahaan
Pengambangan Hipotesa
Pengaruh Total Asset Turnover Terhadap Earnings Per Share

Total Assets Turnover (TATO) merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur seberapa
efisiennya penggunaan seluruh aset perusahaan untuk menciptakan penjualan dalam kaitannya
untuk mendapatkan laba. Menurut Syamsuddin (2001), dengan jumlah aset yang sama
perusahaan dapat memperbesar volume penjualan apabila assets turnovernya ditingkatkan atau
diperbesar. TATO yang tinggi menunjukkan kinerja perusahaan yang semakin baik, yang berarti
bahwa aset dapat lebih cepat berputar dalam menghasilkan penjualan. Oleh karena itu assets
turnover yang tinggi menunjukkan kinerja manajemen yang optimal dalam memaksimalkan
keuntungan pemegang saham. Pernyataan tersebut didukung oleh penelitian Sutejo, dkk (2010)
yang menyatakan adanya hubungan positif antara TATO dengan EPS pada industri food and
baverages. Penelitian ini juga telah dilakukan oleh Winaro (2010) dimana meningkatnya
efektifitas perusahaan dalam menggunakan seluruh asetnya akan menghasilkan tingkat
pengembalian yang tinggi, sehingga laba tersedia bagi pemegang saham biasa juga akan
meningkat.
H1 : Total Asset Turnover memiliki pengaruh positif terhadap Earnings Per Share.

Pengaruh Current Ratio Terhadap Earnings Per Share

Current Ratio (CR) merupakan salah satu indikator untuk mengukur tingkat likuiditas suatu
perusahaan. CR yang tinggi menunjukkan resiko yang rendah, namun belum tentu baik dari segi
profitabilas karena dapat menunjukkan penggunaan aset lancar secara tidak efisien. Hal ini sesuai
dengan teori yang disampaikan oleh Horne dan Wachowicz (2009) dimana likuiditas berbanding
terbalik dengan profitabilitas. Menurut Rahmawati (2011), CR yang terlalu tinggi menunjukkan
kelebihan aset lancar yang menganggur yang tidak baik bagi profitabilitas perusahaan. Penelitian
Sutejo, dkk (2010) mendukung teori tersebut, yang menunjukkan adanya pengaruh negatif
antara CR dengan EPS. Hal tersebut juga sejalan dengan pendapat Riyanto (2001) yang
menyatakan bahwa nilai likuiditas yang terlalu tinggi berdampak kurang baik terhadap earning
power karena menunjukkan kelebihan modal kerja yang dibutuhkan, kelebihan ini akan
menurunkan kesempatan memperoleh keuntungan. Dengan demikian, tingginya CR
menunjukkan kinerja manajemen yang tidak efisien dalam mengelola aset lancarnya sehingga
menurunkan laba yang tersedia bagi pemegang saham.
H2 : Current Ratio memiliki pengaruh negatif terhadap Earnings Per Share.
Pengaruh Debt Equity Ratio Terhadap Earnings Per Share

Debt Equity Ratio (DER) memperlihatkan besarnya pembiayaan perusahaan yang berasal dari
hutang. Menurut Taani dan Banykhaled (2011) perusahaan menggunakan pembiayaan utang
untuk mendukung pertumbuhan jangka panjang sehingga dapat meningkatkan keuntungan.
Penggunaan hutang yang terlalu tinggi memberikan risiko yang besar namun apabila perusahaan
mampu mengelola hutangnya dengan baik, maka penggunaan untang ini akan meningkatkan
keuntungan bagi pemegang saham. Hal tersebut sejalan dengan pendapat Walsh (2004) dimana
leverage yang tinggi dapat secara substansial meningkatkan EPS.
Menurut Riyanto (2001) perusahaan yang menggunakan dana dengan beban tetap dikatakan
menghasilkan leverage yang menguntungkan apabila pendapatan yang diterima dari
penggunaan dana lebih besar daripada beban tetap dari penggunaan dana tersebut. Dengan
demikian, DER yang tinggi dapat memberikan keuntungan yang besar bagi pemegang saham.
Penelitian Taani dan Banykhaled (2011) dan Sutejo, dkk (2010) mendukung pernyataan tersebut,
dimana menunjukkan adanya pengaruh positif yang signifikan dari DER dengan EPS.
H3 : Debt to Equity Ratio memiliki pengaruh positif terhadap Earnings Per Share

Pengaruh Net Profit Margin Terhadap Earnings Per Share

Net Profit Margin (NPM) mengukur sejauh mana kemampuan perusahaan menghasilkan laba
bersih dari setiap penjulan. NPM yang tinggi menandakan kinerja perusahaan yang semakin
produktif dan semakin baik kemampuan perusahaan untuk mendapatkan laba yang tinggi. Hal ini
dikarenakan NPM yang tinggi menunjukkan kemampuan perusahaan dalam menyisakan margin
yang tinggi atas kompensasi bagi pemilik yang telah menyediakan dananya untuk suatu resiko.
Dengan demikian NPM yang tinggi akan memberikan keuntungan yang tinggi bagi pemegang
saham. Penelitian yang dilakukan oleh Sutejo, dkk (2010) mendukung pernyataan tersebut.
Dalam penelitiannya disimpulkan bahwa NPM berpengaruh posiitif terhadap EPS.
H4 : Net Profit Margin memiliki pengaruh positif terhadap Earnings Per Share.

Pengaruh Return On Equty Terhadap Earnings Per Share

Return On Equity (ROE) merupakan rasio yang mengukur seberapa efektif ekuitas yang diberikan
oleh pemilik dikelola oleh pihak manajemen dalam beroperasi untuk menghasilkan keuntungan.
Rasio yang meningkat menunjukkan bahwa kinerja manajemen meningkat dalam mengelola
sumber dana pembiayaan operasional secara efektif untuk menghasilkan laba bersih. Dengan
begitu tingginya ROE akan meningkatkan besarnya laba yang tersedia bagi pemegang saham.
Penelitian Taani dan Banykhaled (2011) dan Sutejo, dkk (2010) menyatakan ROE memiliki
hubungan positif yang signifikan terhadap EPS. Taani dan Banykhaled (2011) menyatakan bahwa
para investor sangat memperhatikan ROE karena ROE yang tinggi menunjukkan efisiensi dalam
membelanjakan uang yang diinvestasikan oleh pemegang saham untuk mendapatkan
pertumbuhan laba.
H5 : Return On Equity memiliki pengaruh positif terhadap Earnings Per Share.

Pengaruh Price Book Value Terhadap Earnings Per Share

Price Book Value (PBV) menunjukkan seberapa besar nilai buku saham suatu perusahaan dihargai
oleh pasar. PBV yang tinggi menunjukkan semakin berhasil perusahaan menciptakan nilai bagi
pemegang saham. Hal ini menunjukkan kinerja manajemen yang semakin baik dalam
meningkatkan kesejahteraan pemilik. Dengan keberhasilannya ini maka pasar akan semakin
percaya akan prospek perusahaan, sehingga perusahaan dapat dengan mudah untuk
mendapatkan dana untuk pertumbuhan laba. Pernyataan tersebut didukung oleh penelitian
Sumekar (2003) yang menyatakan bahwa perusahaan yang memiliki PBV yang tinggi cenderung
mempunyai earning yang tinggi. Dengan begitu laba yang tersedia bagi pemegang saham juga
akan meningkat. Penelitian yang dilakukan Taani dan Banykhaled (2011) menunjukkan adanya
pengaruh yang signifikan antara PBV dengan EPS.
H6 : Price Book Value memiliki pengaruh positif terhadap Earnings Per Share.

Pengaruh Arus Kas Operasi Terhadap Earnings Per Share

Jumlah arus kas yang berasal dari aktivitas operasi (AO) ini merupakan tolak ukur yang
menunjukkan aktivitas dalam membuat keuntungan. Menurut Ervanto dan Sudarma (2004), arus
kas operasi yang positif menunjukkan kemampuan perusahaan menghasilkan kas dari aktivitas
penghasil pendapatan utama (primary revenueproducing activities). Jumlah arus kas bersih yang
berasal dari aktivitas operasi merupakan indikator yang menunjukkan apakah dari operasi utama
perusahaan dapat menghasilkan arus kas yang cukup untuk memelihara kemampuan operasi
perusahaan, melunasi pinjaman dan membayar dividen. Oleh sebab itu, arus kas yang tinggi
dapat menunjukkan adanya kemampuan perusahaan dalam mengelola operasinya sehingga
dapat menghasilkan laba yang besar untuk pemegang saham. Hasil penelitian Taani dan
Banykhaled (2011) dan Wibowo (2009) menunjukkan adanya pengaruh positif yang signifikan
dari informasi arus kas aktivitas operasi dengan EPS.
H7 : Arus Kas Operasi memiliki pengaruh positif terhadap Earnings Per Share.

Pengaruh Ukuran Perusahaan Terhadap Earnings Per Share

Faktor ukuran perusahaan (SIZE) yang menunjukkan besar kecilnya perusahaan merupakan
faktor penting dalam pembentukan laba. Secara umum, perusahaan yang memiliki total aset
yang relatif besar dapat beroperasi dengan tingkat efektivitas yang lebih tinggi dibandingkan
dengan perusahaan yang memiliki total aset yang lebih rendah. Perusahaan dengan total aset
yang memadai relatif lebih stabil dan lebih mampu mengolah total aset yang dimilikinya sehingga
mampu menghasilkan laba yang relatif besar. Dengan adanya total aset yang besar ini
menunjukkan kemampuan perusahaan dalam mengelola aset yang dimilikinya untuk
menciptakan keuntungan. Oleh karena itu perusahaan dengan total aset yang besar akan lebih
mampu untuk menghasilkan tingkat keuntungan yang tinggi, sehingga laba tersedia bagi
pemegang saham biasa juga akan meningkat. Penelitian yang dilakukan oleh Yuliandhari (2012)
mendukung pernyataan diatas dimana ukuran perusahaan mempengaruhi Earnings Per Share.
H8 : Ukuran Perusahaan memiliki pengaruh positif terhadap Earnings Per Share.

Jenis dan Sumber Data


Penelitian ini menggunakan jenis data sekunder, data sekunder adalah data yang diperoleh peneliti dari
sumber yang sudah ada.Penelitian ini menggunakan laporan keuangan yang diambil dari situs resmi Bursa
Efek Indonesia (www.idx.co.id). Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif. Penelitian kuantitatif
merupakan proses menemukan pengetahuan yang menggunakan data berupa angka sebagai alat
menganalisis keterangan mengenai apa yang ingin diketahui.

Populasi dan Sampel


Obyek penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah perusahaan di industri manufaktur yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2020. Sample dalam penelitian ini dilakukan dengan
menggunakan metode purposive sampling. Metode purposive sampling adalah sampel berdasarkan
populasi yang sesuai dengan bermacam kriteria yang diinginkan oleh peneliti, penentuan kriteria ini
diperlukan untuk menghindari kesalahan dalam menentukan spesifikasi sampel selanjutnya, dimana hal
itu akan mempengaruhi hasil penelitian (Azhar 2015).

Kriteria yang digunakan untuk memilih sampel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

Perusahaan manufaktur yang konsisten terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) dari tahun 2020.

Perusahaan manufaktur yang memiliki laporan keuangan yang berakhir pada periode fiskal setiap 31
Desember.

Perusahaan manufaktur yang menggunakan mata uang Rupiah (Rp) dalam penyusunan laporan
keuangannya.

Sumber Data
Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data yang
digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder, yaitu laporan keuangan periode 2020 yang
dipublikasikan oleh Bursa Efek Indonesia (BEI) melalui www.idx.co.id.
Operasional Variabel
Variabel Dependen
Earnings Per Share

EPS mengambarkan profitabilitas perusahaan yang tergambar pada setiap lembar saham. Makin
tinggi nilai EPS tentu saja mengembirakan pemegang saham karena makin besar laba yang
disediakan untuk pemegang saham dan kemungkinan ada peningkatan jumlah deviden yang akan
diterima oleh pemegang saham (Darmadji and Fakhruddin 2012). EPS dapat dihitung dengan rumus
sebagai berikut:
EPS = (Laba bersih – Deviden pilihan) / Rata-rata saham biasa yang beredar.
Atau dapat juga dihitung dengan rumus:
EPS = (Laba bersih – Deviden pilihan) / Rata-rata tertimbang saham yang beredar
Rumus pertama, menggunakan total saham beredar untuk menghitung EPS, namun dalam
praktiknya, para analis dapat pula menggunakan rata-rata tertimbang saham yang beredar.

Variabel Independen
Kinerja Keuangan

Kinerja Keuangan adalah merupakan kejadian yang terjadi saat kondisi perusahaan sedang mengalami
kesulitan keuangan atau laporan keuangan yang tidak dalam kondisi baik sehingga dikhawatirkan akan
bangkrut (Susanto 2018). Variabel Arus kinerja keuangan diukur dengan menggunakan rasio-rasio
keuangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah rasio profitabilitas yaitu return on assets (ROE),
rasio likuiditas yaitu current rasio (CR) dan rasio solvabilitas yaitu Debt to Equity Ratio (DER).

Arus Kas Operasi

Indikator arus kas operasi dapat diukur dengan mengetahui jumlah arus kas operasi yang masuk
lalu dikurangi dengan jumlah pengeluaran arus kas operasi keluar. Semakin tinggi nilai arus kas
operasi, menujukan perusahaan mampu menghasilkan kas dari kegiatan operasi nya:
(Ingga, 2017)

Arus Kas Operasi = Arus Kas Masuk – Arus Kas Keluar


Client Company Size

Menurut Munawir (2010), dalam melakukan pengukuran ukuran perusahaan sebagai berikut
secara umum, biasanya ukuran menggunakan total aset. Dimana semakin besar total aset,
menunjukanns semakin besar pula ukuran perusahaan. Hal tersebut menujukan kemampuan
manajemen dalam mengelola aspek perusahaan dengan baik. Karena total aset merupakan
satuan yang besar dari variabel yang lain, maka dalam mengukur ukuran perusahaaan dapat
diperkecil menjadi:

Ukuran Perusahan = Ln (Total Aset)

(Munawir, 2010)

3.1 Metode Analisis Data


1. Metode Analisis Data
Analisis data adalah cara untuk penyederhanaan data kedalam bentuk yang lebih mudah
dipahami oleh pengguna informasi. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif. Diharapkan
penelitian ini dapat memperoleh hasil yang akurat mengenai respon yang didapatkan oleh
responden, sehingga data dapat diolah dengan menggunakan metode statistic.

2. Analisis Statistik Deskriptif


Statistik yang memiliki fungsi untuk menggambarkan objek yang akan diteliti dari populasi
atau sampel yang ada. Analisis statistik deskriptif dilakukan untuk memberi gambaran tentang
responden dan untuk mendeskripsikan variabel- variabel dalam penelitian yaitu independensi,
pengalaman audit, akuntabilitas, due professional care, dan integritas laporan keuangan.

3. Uji Kualitas Data


Kualitas data yang berasal dari penggunaan instrumen penelitian yang dapat dievaluasi
melalui uji validitas dan uji reabilitas. Jika alat yang digunakan dalam proses pengumpulan data
tidak andal atau tidak dapat dipercaya, maka hasil penelitian yang diperoleh tidak valid. Oleh
karena itu, dalam penelitian ini diperlukan uji validitas dan uji reliabilitas.

a) Uji Validitas
Validitas merupakan suatu ukuran yang menunjukan sesuatu yang valid (kevalidan)
suatu instrumen. Instrumen valid merupakan alat untuk memperoleh data yang valid.
Perhitungan dilakukan dengan menggunakan program STATA . Validitas data diukur
dengan membandingkan r hitung dengan r tabel, di mana:

Apabila r hitung > r tabel (pada taraf signifikansi 5%), maka dapat dikatakan kuesioner
valid.

Apabila r hitung < r tabel (pada taraf signifikansi 5%), maka dapat dikatakan kuesioner
tidak valid.

b) Uji Reliabilitas
Uji reliabilitas dimaksudkan untuk menguji konsistensi kuesioner dalam mengukur
stabilitas kuesioner jika digunakan dari waktu ke waktu (Ghozali, 2011). Untuk
mengetahui reliabel atau tidaknya suatu variabel, dilakukan uji statistik dengan
melihat Cronbach’s Alpha. Kriteria yang digunakan adalah:

Jika nilai Alpha > 0,70 maka pertanyaan-pertanyaan yang digunakan untuk mengukur
variabel tersebut adalah reliable.

Jika nilai Alpha < 0,70 maka pertanyaan-pertanyaan yang digunakan untuk mengukur
variabel tersebut adalah tidak reliable.

4. Uji Asumsi Klasik


a) Uji Normalitas
Dalam mendeteksi apakah residual berdistribusi normal atau tidak, terdapat dua cara
dalam uji normalitas yaitu;
Analisis grafik dimana distribusi normal akan membentuk satu garis lurus diagonal, dan
ploting data residual akan dibandingkan dengan garis normal.

Uji statistik non-parametrik Kolmogorov-Smirnov jika nilai prob>z (2 tailed) lebih dari
0,05, maka H0 diterima. Hal ini berarti data residual berdistribusi normal (Ghozali,
2012).

H0 : Data berdistribusi normal.

H1 : Data tidak berdistribusi normal.

b) Uji Multikolinieritas
Uji Multikolinearitas mempunyai tujuan untuk menguji apakah model regresi
ditemukan adanya korelasi antar variabel independen. model regresi yang baik
seharusnya tidak terjadi korelasi di antara variabel independen. Untuk mendeteksi ada
atau tidaknya multikolinearitas di dalam model regresi adalah sebagai berikut :

Menganalisis nilai tolerance dan Varian Information Factors (VIF). Apabila nilai
tolerance > 0,10 dan nilai VIF < 10 maka dapat dikatakan bahwa tidak terdapat
multikolinieritas begitupun sebaliknya apabila tolerance < 0,10 dan nilai VIF > 10 maka
terdapat multikolinieritas.

c) Uji Heteroskedastisitas
Tujuan dari uji heteroskedastisitas adalah menguji apakah dalam model regresi terjadi
ketidaksamaan variance dari suatu residual suatu pengamatan ke pengamatan yang
lain. Dikatakan homoskedastisitas apabila variance dari residual suatu pengamatan ke
pengamatan lain tetap. Sedangkan dikatakan heteroskedastisitas apabila variance
residual dari suatu pengamatan ke pengamatan lain berbeda. Untuk menunjukan
model regresi yang baik maka harus terjadi homoskedastisitas atau tidak terjadi
heteroskedastisitas (Ghozali, 2011). Dasar pengambilan keputusannya adalah dengan
melihat grafik plot antara prediksi variabel dependen dengan residunya. Dengan
analisis apabila ada pola tertentu seperti titik- titik yang membentuk suatu pola
tertentu yang teratur, maka dapat dikatakan terjadi heteroskedastisitas. apabila tidak
ada pola yang jelas serta titik-titik menyebar diatas dan di bawah angka 0 pada sumbu
Y maka terjadi homoskedastisitas (Ghozali, 2011).

5. Metode Regresi Linear Berganda


Regresi linear digunakan untuk memperkirakan pengaruh dari variabel dependen. Analisis
regresi yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi berganda. Dimana variabel
dependen (Y) dihubungkan dengan lebih dari 1 variable independent (X1, X2, X3, X4, …. Xn)

Rumus analisis regresi adalah sebagai berikut: PA=𝖰𝟎+Q1TAT+Q2CR+Q3DER+


Q4NPM+Q5ROE+Q6PBV+Q7AKO+Q8UP +𝗌 Keterangan :

PA = Earnings Per Share( Y)

𝖰𝟎 =Konstanta

𝖰𝟏, 𝖰𝟐, 𝖰𝟑= Koefisien masing-masing variabel

TAT = TOTAL ASSET TURNOVER (X1)

CR = CURRENT RATIO(X2)

DER = DEBT EQUITY RATIO (X3)

NPM = NET PROFIT MARGIN(X4)

ROE = RETURN ON EQUITY(X5)

PBV = PRICE BOOK VALUE(X6)

AKO = Arus Kas Operasi (X7)

UP = Ukuran Perusahaan (X8)

𝗌 = Error Term
6. Pengujian Hipotesis
a) Koefisien Determinasi (R2)
Koefisien Determinasi (R2) digunakan untuk mengetahui seberapa besar persentase
variabel bebas terhadap variabel terikat. Dari sini dapat diketahui seberapa besar
variabel bebas akan mampu menjelaskan variabel terikatnya sedangkan sisanya dapat
dijelaskan oleh variabel lain nya (variabel lain yang tidak digunakan di dalam
persamaan). Nilai R2 yang kecil berarti dapat disimpulkan bahwa kemampuan variabel-
variabel bebas dalam menjelaskan variabel terikat sangat terbatas. Nilai R2 yang
mendekati 1 berarti variabel-variabel bebas memberikan hampir semua informasi yang
dibutuhkan untuk memprediksi variabel terikat.

b) Uji Signifikansi Simultan (uji f)


Uji global bertujuan untuk mengetahui apakah seluruh variabel independen secara
bersama-sama (simultan) berpengaruh terhadap variabel dependen. Dapat dilihat dari
prob > F. Dasar pengambilan keputusannya adalah apabila nilai (prob > F) < 0.05 maka
seruluh variabel independen secara simultan berpengaruh terhadap variabel
dependen.

c) Uji Signifikansi Parameter Individual (uji t)


Uji t digunakan untuk mengetahui pengaruh variabel X (independensi, pengalaman
audit, akuntabilitas, dan due professional care) secara parsial terhadap variabel Y
(integritas laporan keuangan).

.Pengujian ini dilakukan dengan hipotesis sebagai berikut:

H0 : β1 = 0, artinya tidak ada pengaruh yang signifikan dari variabel bebas terhadap
variabel terikat.
Ha : β1 ≠ 0, artinya ada pengaruh yang signifikan dari variabel bebas terhadap variabel
terikat.

Kriteria pengujian yang digunakan sebagai berikut:

H0 diterima dan Ha ditolak jika nilai p-value pada kolom sig > 5% atau 0,05. Artinya
variabel bebas tidak berpengaruh secara parsial terhadap variabel terikat.

H0 ditolak dan Ha diterima jika p-value pada kolom sig. < 5% atau 0,05. Artinya variabel
bebas berpengaruh secara parsial terhadap variabel terikat.

Anda mungkin juga menyukai