BAB 6 RASIO PROFITABILITAS Dosen Pengampu: Rusliyawati S.E., M.Si., Ak
DI SUSUN OLEH :
Nama : Andrianto NIM : B1031171019 Kelas : Akuntansi A/Reg A
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS TANJUNGPURA 2020 1. Pengertian Rasio Profitabilitas Profitabilitas merupakan salah satu indikator yang penting untuk menilai suatu perusahaan. Profitabilitas selain digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba juga untuk mengetahui efektivitas perusahaan dalam mengelola sumber- sumber yang dimilikinya. Rasio Profitabilitas merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba dari aktivitas normal bisnisnya. Perusahaan adalah sebuah organisasi yang beroperasi dengan tujuan menghasilkan keuntungan dengan cara cara menjual produk barang atau jasa kepada para pelanggannya. tujuan operasional dari sebagian besar perusahaan adalah untuk memaksimalkan profit, baik profit jangka pendek maupun profit jangka panjang. Rasio profitabilitas dikenal juga sebagai rasio rentabilitas. Rasio ini juga bertujuan untuk mengukur tingkat efektivitas manajemen dalam menjalankan operasional perusahaan. Rasio profitabilitas merupakan rasio yang menggambarkan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba melalui semua kemampuan dan sumber daya yang dimilikinya, yaitu berasal dari kegiatan penjualan, penggunaan aset, maupun penggunaan modal. Rasio ini dapat digunakan sebagai alat untuk mengukur tingkat efektivitas kinerja manajemen. Kinerja yang baik akan ditunjukkan lewat keberhasilan manajemen dalam menghasilkan laba yang maksimal bagi perusahaan. Pengukuran rasio profitabilitas dapat dilakukan dengan membandingkan antara berbagai komponen yang ada di dalam laporan laba rugi atau neraca. Pengukuran dapat dilakukan untuk beberapa periode. Tujuannya yaitu untuk memonitor dan mengevaluasi tingkat perkembangan profitabilitas perusahaan dari waktu ke waktu. Dengan melakukan analisis rasio keuangan secara berkala memungkinkan bagi manajemen untuk secara efektif menetapkan langkah- langkah perbaikan dan efisiensi. Selain itu, juga dilakukan terhadap target yang telah ditetapkan sebelumnya, atau bisa juga dibandingkan dengan standar rasio rata-rata industri. Efektifitas dan efisiensi manajemen bisa dilihat dari laba yang dihasilkan terhadap penjualan dan investasi perusahaan yang dilihat dari unsur unsur laporan keuangan. Semakin tinggi nilai rasio maka kondisi perusahaan semakin baik berdasarkan rasio profitabilitas. Nilai yang tinggi melambangkan tingkat laba dan efisiensi perusahaan tinggi, yang bisa dilihat dari tingkat pendapatan dan arus kas. Rasio-rasio profitabilitas memaparkan informasi yang penting daripada rasio periode sebelumnya dan rasio pencapaian pesaing. Dengan demikian, analisis trend industri dibutuhkan untuk menarik kesimpulan yang berguna tentang tingkat laba (profitabilitas) sebuah perusahaan. Rasio profitabilitas mengungkapkan hasil akhir dari seluruh kebijakan keuangan dan keputusan operasional yang dilakukan oleh manajemen suatu perusahaan di mana sistem pencatatan kas kecil juga berpengaruh. 2. Tujuan Dan Manfaat Rasio Profitabilitas Sama seperti halnya dengan rasio-rasio lain yang sudah dibahas, rasio profitabilitas juga memberikan banyak manfaat bagi pihak pihak yang berkepentingan. Rasio profitabilitas tidak hanya berguna bagi perusahaan saja, melainkan juga pihak luar perusahaan. Dalam praktiknya, ada banyak manfaat yang dapat diperoleh dari rasio profitabilitas, baik bagi pihak pemilik perushaan, manajemen perusahaan, maupun para pemangku kepentingan lainnya yang berkaitan dengan perusahaan. Berikut ini adalah tujuan dan manfaat rasio profitabilitas secara keseluruhan yang biasa digunakan oleh perusahaan untuk menganalisis profit yang diperoleh: a) Mengetahui besarnya tingkat laba yang diperoleh perusahaan dalam satu periode. b) Mengetahui posisi laba perusahaan tahun sebelumnya dengan tahun sekarang. c) Untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba selama periode tertentu. d) Untuk menilai posisi laba perusahaan tahun sebelumnya dengan tahun sekarang. e) Untuk menilai perkembangan laba dari waktu ke waktu. f) Untuk mengukur seberapa besar jumlah laba bersih yang akan dihasilkan dari setiap rupiah dana yang tertanam dalam total aset. g) Untuk mengukur seberapa besar jumlah laba bersih yang akan dihasilkan dari setiap rupiah dana yang tertanam dalam total ekuitas. h) Untuk mengukur margin laba kotor atas penjualan bersih. i) Untuk mengukur margin laba operasional atas penjualan bersih. j) Untuk mengukur margin laba bersih atas penjualan bersih. 3. Jenis-jenis Rasio Profitabilitas Perusahaan dapat menggunakan rasio profitabilitas secara keseluruhan atau hanya sebagian saja dari jenis rasio profitabilitas yang ada. Penggunaan radio secara sebagian berarti bahwa perusahaan hanya menggunakan beberapa jenis rasio saja yang memang dianggap perlu untuk diketahui. Berikut ini adalah jenis-jenis rasio profitabilitas yang lazim digunakan dalam praktek untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba: a) Hasil Pengembalian atas Aset (Return On Assets/ROA) Hasil pengembalian atas aset atau return on asset merupakan rasio yang menunjukkan seberapa besar kontribusi aset dalam menciptakan laba bersih. Dengan kata lain, rasio ini digunakan untuk mengukur seberapa besar jumlah laba bersih yang akan dihasilkan dari setiap rupiah dana yang tertanam dalam total aset. Rasio ini dihitung dengan membagi laba bersih terhadap total aset. Semakin tinggi hasil pengembalian atas aset berarti semakin tinggi pula jumlah laba bersih yang dihasilkan dari setiap rupiah dana yang tertanam dalam total aset. Sebaliknya, semakin rendah hasil pengembalian atas aset berarti semakin rendah pula jumlah laba bersih yang dihasilkan dari setiap rupiah dana yang tertanam dalam total aset. Tingkat pengembalian terhadap aset (ROA) yang rendah tidak selalu buruk terhadap perusahaan. Hal itu bisa terjadi karena keputusan manajemen perusahaan sengaja memakai utang dalam jumlah besar dengan beban bunga yang tinggi sehingga laba bersih menjadi lebih rendah. Penyebab rendahnya ROA perusahaan tersebut adalah utang. Penilaian kinerja suatu perusahaan harus menggunakan berbagai alternatif terbaik karena setiap rasio bersifat relatif. Dengan memakai beberapa rasio maka kondisi perusahaan bisa dilihat secara keseluruhan dengan lebih bijaksana. Berikut ini adalah rumus yang digunakan untuk menghitung hasil pengembalian atas aset atau return on asset (ROA) yaitu: 𝐿𝑎𝑏𝑎 𝐵𝑒𝑟𝑠𝑖ℎ (𝑁𝑒𝑡 𝑃𝑟𝑜𝑓𝑖𝑡 ) 𝑅𝑒𝑡𝑢𝑟𝑛 𝑂𝑛 𝐴𝑠𝑠𝑒𝑡𝑠 (𝑅𝑂𝐴) = 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐴𝑠𝑒𝑡 (𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐴𝑠𝑠𝑒𝑡𝑠) Contoh perhitungan ROA dengan memakai data laporan keuangan sebuah perusahaan. Diketahui laba bersih perusahaan sebesar $117,5 dan total asset $ 2.000 maka hitunglah ROA perusahaan. ROA = $117,5/$2.000 x 100% = 5,9% Jadi Return on Assets sebuah perusahaan tersebut sebesar 5,9%. Dalam menganalisis apakah ROA perusahaan ini baik atau buruk tergantung pada suatu perusahaan, karena setiap perusahaan memiliki versinya masing-masing. b) Hasil Pengembalian atas Ekuitas (Return On Equity/ROE) Hasil pengembalian atas ekuitas atau return on equity (ROE) merupakan rasio yang menunjukkan seberapa besar kontribusi ekuitas dalam menciptakan laba bersih. Dengan kata lain, rasio ini digunakan untuk mengukur seberapa besar jumlah laba bersih yang akan dihasilkan dari setiap rupiah dana yang tertanam dalam total ekuitas. rasio ini dihitung dengan membagi laba bersih terhadap ekuitas. Semakin tinggi hasil pengembalian atas ekuitas berarti semakin tinggi pula jumlah laba bersih yang dihasilkan dari setiap rupiah dana yang tertanam dalam ekuitas. Sebaliknya, semakin rendah hasil pengembalian atas ekuitas berarti semakin rendah pula jumlah laba bersih yang dihasilkan dari setiap rupiah dana yang tertanam dalam ekuitas. Return on equity menunjukkan seberapa berhasil perusahaan mengelola modalnya (net worth) sehingga tingkat keuntungan diukur dari investasi pemilik modal atau pemegang saham perusahaan. Berikut ini adalah rumus yang digunakan untuk menghitung hasil pengembalian atas ekuitas atau return on equity yaitu: 𝐿𝑎𝑏𝑎 𝐵𝑒𝑟𝑠𝑖ℎ 𝑆𝑒𝑡𝑒𝑙𝑎ℎ 𝑃𝑎𝑗𝑎𝑘 𝑅𝑒𝑡𝑢𝑟𝑛 𝑂𝑛 𝐸𝑞𝑢𝑖𝑡𝑦 (𝑅𝑂𝐸) = 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐸𝑘𝑢𝑖𝑡𝑎𝑠 (𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐸𝑞𝑢𝑖𝑡𝑦) Contoh perhitungan ROE dengan memakai data laporan keuangan sebuah perusahaan. Diketahui laba bersih setelah pajak perusahaan sebesar $1.600 dan total ekuitas $8.000 maka hitunglah ROE perusahaan. ROE = $1.600/$8.000 x 100% = 20% Jadi Return on Equity sebuah perusahaan tersebut sebesar 20%. Artinya, setiap $1 ekuitas turut berkontribusi menciptakan $0,2 laba bersih. c) Margin Laba Kotor (Gross Profit Margin) Margin laba kotor (gross profit margin) merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur besarnya persentase laba kotor atas penjualan bersih. Rasio ini dihitung dengan membagi laba kotor terhadap penjualan bersih. Laba kotor sendiri dihitung sebagai hasil pengurangan antara penjualan bersih dengan harga pokok penjualan, yang dimaksud dengan penjualan bersih yaitu penjualan (tunai maupun kredit) dikurangi retur dan penyesuaian harga jual serta potongan penjualan. Semakin tinggi margin laba kotor berarti semakin tinggi pula laba kotor yang dihasilkan dari penjualan bersih. Hal ini dapat disebabkan karena tingginya harga jual dan/atau rendahnya harga pokok penjualan. Sebaliknya, semakin rendah margin laba kotor berarti semakin rendah pula laba kotor yang dihasilkan dari penjualan bersih. Hal ini dapat disebabkan karena rendahnya harga jual dan atau tingginya harga pokok penjualan. Berikut ini adalah rumus yang digunakan untuk menghitung margin laba kotor (gross profit margin) sebagai berikut: 𝑃𝑒𝑛𝑗𝑢𝑎𝑙𝑎𝑛 − 𝐻𝑎𝑟𝑔𝑎 𝑃𝑜𝑘𝑜𝑘 𝑃𝑒𝑛𝑗𝑢𝑎𝑙𝑎𝑛 Margin Laba Kotor (Gross Profit Margin) = 𝑃𝑒𝑛𝑗𝑢𝑎𝑙𝑎𝑛 𝐵𝑒𝑟𝑠𝑖ℎ(𝑁𝑒𝑡 𝑆𝑎𝑙𝑒𝑠) Contoh perhitungan Gross Profit Margin dengan memakai data laporan keuangan sebuah perusahaan. Diketahui pendapatan penjualan perusahaan sebesar $19.800, Harga pokok penjualan $14.700, maka hitunglah GPM perusahaan. GPM = $19.800 - $14.700 = $ 5.100 (Penjualan bersih) GPM = $19.800 - $14.700/$5.100 x 100% = 25,8% Jadi Gross Profit Margin sebuah perusahaan tersebut sebesar 25,8%. Artinya, besarnya HPP yaitu 74,2% dari total penjualan bersih. Setiap $1 penjualan bersih memuat $0,742 harga pokok penjualan dan turut berkontribusi menciptakan $0,258 laba kotor. d) Margin Laba Operasional (Operating Profit Margin) Margin laba operasional merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur besarnya persentase laba operasional atas penjualan bersih. rasio ini dihitung dengan membagi laba operasional terhadap penjualan bersih. Laba operasional sendiri dihitung sebagai hasil pengurangan antara laba kotor dengan beban operasional. Beban operasional disini terdiri atas beban penjualan maupun beban umum dan administrasi. Semakin tinggi margin laba operasional berarti semakin tinggi pula laba operasional yang dihasilkan dari penjualan bersih. Hal ini dapat disebabkan karena tingginya laba kotor dan atau rendahnya beban operasional. Sebaliknya, semakin rendah margin laba operasional berarti semakin rendah pula laba operasional yang dihasilkan dari penjualan bersih. Hal ini dapat disebabkan karena rendahnya laba kotor dan tingginya beban operasional. Berikut ini adalah rumus yang digunakan untuk menghitung margin laba operasional (operating profit margin) sebagai berikut: 𝐿𝑎𝑏𝑎 𝑂𝑝𝑒𝑟𝑎𝑠𝑖𝑜𝑛𝑎𝑙 Margin Laba Operasional (𝑂𝑝𝑒𝑟𝑎𝑡𝑖𝑛𝑔 𝑃𝑟𝑜𝑓𝑖𝑡 𝑀𝑎𝑟𝑔𝑖𝑛) = 𝑃𝑒𝑛𝑗𝑢𝑎𝑙𝑎𝑛 𝐵𝑒𝑟𝑠𝑖ℎ Contoh perhitungan Operating Profit Margin dengan memakai data laporan keuangan sebuah perusahaan. Diketahui laba operasional pada satu perusahaan sebesar $2.710 dan pendapatan penjualan $19.800, maka hitunglah OPM perusahaan. OPM = $2.710/$19.800 x 100% = 13,7% Jadi Operating Profit Margin sebuah perusahaan tersebut sebesar 13,7%. Artinya, besarnya laba bersih yaitu 13,7% dari total penjualan bersih. Setiap $1 penjualan bersih turut berkontribusi menciptakan $0,137 laba operasional. e) Margin Laba Bersih (Net Profit Margin) Margin laba bersih (net profit margin) merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur besarnya persentase laba bersih atas penjualan bersih. Rasio ini dihitung dengan membagi laba bersih terhadap penjualan bersih. Laba bersih sendiri dihitung sebagai hasil pengurangan antara laba sebelum pajak penghasilan dengan beban pajak penghasilan, yang dimaksud dengan laba sebelum pajak penghasilan yaitu laba operasional ditambah pendapatan dan keuntungan lain-lain, lalu dikurangi dengan beban dan kerugian lain-lain. Semakin tinggi margin laba bersih berarti semakin tinggi pula laba bersih yang dihasilkan dari penjualan bersih. Hal ini dapat disebabkan karena tingginya laba sebelum pajak penghasilan. Sebaliknya, semakin rendah margin laba bersih berarti semakin rendah pula laba bersih yang dihasilkan dari penjualan bersih. hal dapat disebabkan karena rendahnya laba sebelum pajak penghasilan. Berikut ini adalah rumus yang digunakan untuk menghitung margin laba bersih (net profit margin): 𝐿𝑎𝑏𝑎 𝐵𝑒𝑟𝑠𝑖ℎ 𝑠𝑒𝑡𝑒𝑙𝑎ℎ 𝑃𝑎𝑗𝑎𝑘 Margin Laba Bersih (𝑁𝑒𝑡 𝑃𝑟𝑜𝑓𝑖𝑡 𝑀𝑎𝑟𝑔𝑖𝑛) = 𝑃𝑒𝑛𝑗𝑢𝑎𝑙𝑎𝑛 𝐵𝑒𝑟𝑠𝑖ℎ Contoh perhitungan Net Profit Margin dengan memakai data laporan keuangan sebuah perusahaan. Diketahui laba bersih setelah pajak pada satu perusahaan sebesar $1.600 dan pendapatan penjualan $19.800, maka hitunglah NPM perusahaan. NPM = $1.600/$19.800 x 100% = 8,1% Jadi Net Profit Margin sebuah perusahaan tersebut sebesar 8,1%. Artinya, besarnya laba bersih yaitu 8,1% dari total penjualan bersih. Setiap $1 penjualan bersih turut berkontribusi menciptakan $0,081 laba bersih. f) Rasio Pengembalian Penjualan (Return On Sales Ratio) Return on Sales merupakan rasio profitabilitas yang menampilkan tingkat keuntungan perusahaan setelah pembayaran biaya-biaya variabel produksi seperti upah pekerja, bahan baku dan lain-lain sebelum dikurangi pajak dan bunga. Rasio ini menunjukan tingkat keuntungan yang diperoleh dari setiap rupiah penjualan yang juga disebut Margin Operasional (Operating Margin) atau Margin Pendapatan Operasional (Operating Income Marjin). Berikut ini rumus untuk menghitung Return on Sales (ROS): 𝐿𝑎𝑏𝑎 𝑆𝑒𝑏𝑒𝑙𝑢𝑚 𝑃𝑎𝑗𝑎𝑘 𝑑𝑎𝑛 𝐵𝑢𝑛𝑔𝑎 𝑅𝑒𝑡𝑢𝑟𝑛 𝑂𝑛 𝑆𝑎𝑙𝑒𝑠 (𝑅𝑂𝑆) = 𝑃𝑒𝑛𝑗𝑢𝑎𝑙𝑎𝑛 g) Pengembalian Modal yang digunakan (Return On Capital Employed) Return on Capital Employed (ROCE) merupakan rasio profitabilitas yang mengukur keuntungan perusahaan dari modal yang dipakai dalam bentuk persentase (%). Modal yang dimaksud adalah Ekuitas suatu perusahaan ditambah kewajiban tidak lancar atau total asset dikurangi kewajiban lancar. ROCE mencerminkan efisiensi dan profitabilitas modal atau investasi perusahaan. Laba sebelum pengurangan pajak dan bunga dikenal dengan istilah ”EBIT” yaitu Earning Before Interest and Tax. Berikut ini 2 rumus Roce yang sering digunakan: 𝐿𝑎𝑏𝑎 𝑆𝑒𝑏𝑒𝑙𝑢𝑚 𝑃𝑎𝑗𝑎𝑘 𝑑𝑎𝑛 𝐵𝑢𝑛𝑔𝑎 𝑅𝑒𝑡𝑢𝑟𝑛 𝑂𝑛 𝐶𝑎𝑝𝑖𝑡𝑎𝑙 𝐸𝑚𝑝𝑙𝑜𝑦𝑒𝑑 (𝑅𝑂𝐶𝐸) = 𝑀𝑜𝑑𝑎𝑙 𝐾𝑒𝑟𝑗𝑎 Atau 𝐿𝑎𝑏𝑎 𝑆𝑒𝑏𝑒𝑙𝑢𝑚 𝑃𝑎𝑗𝑎𝑘 𝑑𝑎𝑛 𝐵𝑢𝑛𝑔𝑎 𝑅𝑒𝑡𝑢𝑟𝑛 𝑂𝑛 𝐶𝑎𝑝𝑖𝑡𝑎𝑙 𝐸𝑚𝑝𝑙𝑜𝑦𝑒𝑑 (𝑅𝑂𝐶𝐸) = (𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐴𝑠𝑒𝑡 − 𝐾𝑒𝑤𝑎𝑗𝑖𝑏𝑎𝑛) h) Hasil Pengembalian atas Investasi (Return On Investment/ROI) Return on investment merupakan rasio profitabilitas yang dihitung dari laba bersih setelah dikurangi pajak terhadap total aktiva. Return on investment berguna untuk mengukur kemampuan perusahaan secara keseluruhan dalam menghasilkan keuntungan terhadap jumlah aktiva secara keseluruhan yang tersedia pad perusahaan. Semakin tinggi rasio ini berarti semakin baik kondisi suatu perusahaan. Rumus Return on Investment berikut ini. 𝐿𝑎𝑏𝑎 𝑆𝑒𝑡𝑒𝑙𝑎ℎ 𝑃𝑎𝑗𝑎𝑘 𝑅𝑒𝑡𝑢𝑟𝑛 𝑂𝑛 𝐼𝑛𝑣𝑒𝑠𝑡𝑚𝑒𝑛𝑡 (𝑅𝑂𝐼) = 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐴𝑠𝑒𝑡 i) Earning Per Share (EPS) Earning per share merupakan rasio profitabilitas yang menilai tingkat kemampuan per lembar saham dalam menghasilkan laba untuk perusahaan. Manajemen perusahaan, pemegang saham biasa dan calon pemegang saham sangat memperhatikan earning per share karena menjadi indikator keberhasilan perusahaan. Rumus earning per share sebagai berikut. 𝐿𝑎𝑏𝑎 𝑆𝑒𝑡𝑒𝑙𝑎ℎ 𝑃𝑎𝑗𝑎𝑘 − 𝐷𝑖𝑣𝑖𝑑𝑒𝑛 𝑆𝑎ℎ𝑎𝑚 𝑃𝑟𝑒𝑓𝑒𝑟𝑒𝑛 𝐸𝑎𝑟𝑛𝑖𝑛𝑔 𝑃𝑒𝑟 𝑆ℎ𝑎𝑟𝑒 (𝐸𝑃𝑆) = 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑆𝑎ℎ𝑎𝑚 𝐵𝑖𝑎𝑠𝑎 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝐵𝑒𝑟𝑒𝑑𝑎𝑟 DAFTAR PUSTAKA Hery. 2016. Analaisis Laporan Keuangan (Integrated and Comprehensive Edition). Jakarta: PT Grasindo. Kusuma Ayu, Retno (2017, 30 Desember). Rasio Profitabilitas – Pengertian, Jenis, Rumus dan Contoh. Diakses pada 03 Oktober 2020 Pukul 17.09 WIB, dari https://dosenakuntansi.com/rasio-profitabilitas Subramanyam, K.R & John J. Wild. 2011. Analisis Laporan Keuangan (Jilid 2). Jakarta: Salemba Empat
Pendekatan sederhana untuk investasi ekuitas: Panduan pengantar investasi ekuitas untuk memahami apa itu investasi ekuitas, bagaimana cara kerjanya, dan apa strategi utamanya
Analisis Dampak Lingkungan Sosial Ekonomi Sektor Pertanian Terhadap Pengelolaan Lingkungan Hidup Di Pontianak Kalimantan Barat - PKM P - Riki Air Son Sena