Anda di halaman 1dari 24

Analisis Rasio Laporan Keuangan Perusahaan

Analisis Rasio Keuangan atau Financial Ratio adalah merupakan suatu alat analisa
yang digunakan oleh perusahaan untuk menilai kinerja keuangan berdasarkan data
perbandingan masing-masing pos yang terdapat di laporan keuangan seperti
Laporan Neraca, Rugi / Laba, dan Arus Kas dalam periode tertentu. 

Laporan Keuangan bertujuan untuk memberikan gambaran informasi mengenai


posisi keuangan dan kinerja perusahaan yang dapat dijadikan pedoman dalam
mengambil keputusan bisnis.

Analisis Data Laporan Keuangan dilakukan dengan menganalisa masing - masing


pos yang terdapat di dalam laporan keuangan dalam bentuk rasio posisi keuangan
dengan tujuan agar dapat memaksimalkan kinerja perusahaan untuk masa yang
akan datang.

Setiap tutup periode akhir bulan biasanya accounting menyiapakan dan menyusun
Laporan Keuangan yang terdiri dari Laporan Neraca, Rugi Laba, Arus Kas, Perubahan
Modal, dan Laporan tersebut diserahkan ke pimpinan perusahaan. Hal umum yang
biasa terjadi adalah mereka hanya fokus terhadap Laporan Laba Rugi, namun ada hal
yang lebih penting yang perlu disajikan dalam penyampaian laporan ini yaitu
mengenai Analisis Laporan Keuangan. 

Tujuan Analisis Laporan Keuangan Perusahaan

Tujuan utama analisis laporan keuangan adalah sebagai berikut:

1. Sebagai alat barometer untuk melakukan forecasting atau memproyeksikan


posisi keuangan dimasa yang akan datang.
2. Mereview kondisi perusahaan saat ini, permasalahan dalam manajemen,
operasional maupun, keuangan.
3. Alat ukur untuk melakukan efisiensi di semua departemen perusahaan. 
Metode dan Tehnik Analisis Rasio Keuangan Perusahaan

Dalam menganalisa laporan keuangan terdapat beberapa metode yang bisa


dijadikan tolak ukur untuk menilai posisi keuangan perusahaan antara lain:

1. Metode Analisa Pertumbuhan

Tehnik analisa yang disusun dengan membandingkan kenaikan atau penurunan


posisi laporan keuangan pada suatu periode tertentu dengan periode lainnya dari
masing-masing pos yang terdapat di dalam laporan keuangan tersebut dengan
menggunakan nilai persentase.

Data yang disajikan bisa dengan membandingkan kenaikan atau penurunan masing-
masing pos laporan keuangan bulan lalu dengan bulan sekarang, atau periode Year
to Date periode yang sama tahun lalu dengan sekarang.

2. Metode Trend dan Indeks

Teknik analisa hampir sama dengan Metode Analisa Pertumbuhan namun angka
pembanding adalah laporan keuangan periode tertentu yang dijadikan indeks dan
dipilih sebagai tahun dasar. Teknik tren ini sangat berguna untuk memproyeksikan
laporan keuangan di masa yang akan datang dengan menggunakan data historis.

3. Metode Analisis Rasio

Teknik analisis dengan membandingkan masing-masing pos laporan keuangan yang


relevan atau data yang signifikan.

Artikel Lainnya : Pengertian Fungsi dan Tujuan Manajemen Keuangan

Analisis Rasio Laporan Keuangan Perusahaan

Analisa rasio keuangan yang biasa digunakan adalah:


1. Rasio Likuiditas

Rasio untuk mengukur kemampuan perusahaan untuk memenuhi kemampuan


finansialnya dalam jangka pendek.

Ada beberapa jenis rasio likuiditas antara lain :

a. Current Ratio, rasio untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam membayar


kewajiban finansial jangka pendek dengan mengunakan aktiva lancar.

Rumus menghitung Current Ratio:


Current Ratio = Aktiva Lancar / Hutang Lancar X 100%

b. Cash Ratio, rasio untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam membayar


kewajiban finansial jangka pendek dengan mengunakan kas yang tersedia dan
berikut surat berharga atau efek jangka pendek.

Rumus menghitung Cash Ratio:


Cash Ratio = Kas + Efek / Hutang Lancar X 100%

c. Quick Ratio atau Acid Test Ratio, rasio untuk mengukur kemampuan
perusahaan dalam membayar kewajiban finansial jangka pendek dengan
mengunakan aktiva lancar yang lebih likuid (Liquid Assets).

Rumus menghitung Quick Ratio:


Quick Ratio = Kas + Efek + Piutang / Hutang Lancar X 100%

Catatan : Nilai ideal dari ketiga analisa rasio likuiditas ini ini adalah minimum
sebesar 150%, semakin besar adalah semakin baik dan perusahaan dalam
kondisi sehat.

2. Rasio Profitabilitas atau Rentabilitas

Rasio untuk mengukur seberapa besar kemampuan perusahaan memperoleh laba


dalam hubungannya dengan nilai penjualan, aktiva, dan modal sendiri.

Ada beberapa jenis rasio profitabilitas antara lain :


a. Gross Profit Margin, rasio untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam
mendapatkan laba kotor dari penjualan.

Rumus menghitung Gross Profit Margin:


Gross Profit Margin = Penjualan Netto - HPP / Penjualan Netto X 100%

b. Operating Income Ratio, rasio untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam


mendapatkan laba operasi sebelum bunga dan pajak dari penjualan.

Rumus menghitung Operating Income Ratio:


Operating Income Ratio = Penjualan Netto - HPP – Biaya Administrasi & Umum
(EBIT) / Penjualan Netto X 100%

c. Net Profit Margin, rasio untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam


mendapatkan laba bersih dari penjualan.

Rumus menghitung Net Profit Margin:


Net Profit Margin = Laba Bersih Setelah Pajak (EAT) / Penjualan Netto X 100%

d. Earning Power of Total Investment, rasio untuk mengukur kemampuan


perusahaan dalam mengelola modal yang dimiliki yang diinvestasikan dalam
keseluruhan aktiva untuk menghasilkan keuntungan bagi investor dan pemegang
saham.

Rumus menghitung Earning Power of Total Investment:


Earning Power of Total Investment = EBIT / Jumlah Aktiva X 100%

e. Rate of Return Investment (ROI) atau Net Earning Power Ratio, rasio untuk
mengukur kemampuan modal yang diinvestasikan dalam keseluruhan aktiva untuk
menghasilkan pendapatan bersih.

Rumus menghitung Rate of Return Investment (ROI):


Rate of Return Investment (ROI) = EAT / Jumlah Aktiva X 100%

f. Return on Equity (ROE), rasio untuk mengukur kemampuan equity untuk


menghasilkan pendapatan bersih.

Rumus menghitung Return on Equity (ROE):


Return on Equity (ROE) = EAT / Jumlah Equity X 100%
g. Rate of Return on Net Worth atau Rate of Return for the Owners, rasio untuk
mengukur kemampuan modal sendiri diinvestasikan dalam menghasilkan
pendapatan bagi pemegang saham.

Rumus menghitung Rate of Return on Net Worth:


Rate of Return on Net Worth = EAT / Jumlah Modal Sendiri X 100%

Catatan : Semakin tinggi nilai persentase Rasio Profitabilitas ini adalah adalah
semakin baik, sebaiknya Anda bisa membandingkannya dengan nilai rata-rata
dari industri sejenis di pasar. 

3. Rasio Solvabilitas atau Leverage Ratio

Rasio untuk mengukur seberapa besar kemampuan perusahaan memenuhi semua


kewajiban finansial jangka panjang.

Ada beberapa jenis rasio Solvabilitas antara lain :

a. Total Debt to Assets Ratio, rasio untuk mengukur kemampuan perusahaan


dalam menjamin hutang-hutangnya dengan sejumlah aktiva yang dimilikinya.

Rumus menghitung Total Debt to Assets Ratio:


Total Debt to Assets Ratio = Total Hutang / Total Aktiva X 100%

b. Total Debt to Equity Ratio, rasio untuk mengukur seberapa besar perusahaan
dibiayai oleh pihak kreditur dibandingkan dengan equity.

Rumus menghitung Total Debt to Equity Ratio:


Total Debt to Assets Ratio = Total Hutang / Modal Sendiri X 100%

Catatan : Semakin tinggi nilai persentase Rasio Solvabilitas ini adalah semakin
buruk kemampuan perusahaan untuk membayar kewajiban jangka
panjangnya, maksimal nilainya adalah 200%. 

4. Rasio Aktifitas atau Activity Ratio 

Rasio untuk mengukur seberapa efektif perusahaan dalam memanfaatkan sumber


daya yang dimilikinya. 
Ada beberapa jenis rasio Solvabilitas antara lain :

a. Total Assets Turn Over, rasio untuk mengukur tingkat perputaran total aktiva
terhadap penjualan.

Rumus menghitung Total Assets Turn Over Ratio:


Total Assets Turn Over Ratio = Penjualan  / Total Aktiva X 100%

b. Working Capital Turn Over, rasio untuk mengukur tingkat perputaran modal
kerja bersih (Aktiva Lancar-Hutang Lancar) terhadap penjualan selama suatu periode
siklus kas dari perusahaan.

Rumus menghitung Working Capital Turn Over Ratio:


Working Capital Turn Over Ratio = Penjualan  / Modal Kerja Bersih X 100%

c. Fixed Assets Turn Over, rasio untuk mengukur perbandingan antara aktiva tetap
yang dimiliki terhadap penjualan.

Rasio ini berguna untuk mengevaluasi seberapa besar tingkat kemampuan


perusahaan dalam memanfaatkan aktivatetap yang dimiliki secara efisien dalam
rangka meningkatkan pendapatan.

Rumus menghitung Fixed Assets Turn Over Ratio:


Fixed Assets Turn Over Ratio = Penjualan  / Aktiva Tetap X 100%

d. Inventory Turn Over, rasio untuk mengukur tingkat efisiensi pengelolaan


perputaran persediaan yang dimiliki terhadap penjualan.

Semakin tinggi rasio ini akan semakin baik dan menunjukkan pengelolaan
persediaan yang efisien.

Rumus menghitung Inventory Turn Over Ratio:


Inventory Turn Over Ratio = Penjualan  / Persediaan X 100%

e. Average Collection Period Ratio, rasio untuk mengukur  berapa lama waktu
yang dibutuhkan oleh perusahaan dalam menerima seluruh tagihan dari konsumen.

Rumus menghitung Average Collection Period Ratio:


Average Collection Period Ratio = Piutang X 365  / Penjualan  X 100%
f. Receivable Turn Over, rasio untuk mengukur tingkat perputaran piutang dengan
membagi nilai penjualan kredit terhadap piutang rata-rata.

Semakin tinggi rasio ini akan semakin baik dan menunjukan modal kerja yang
ditanamkan dalam piutang rendah.

Rumus menghitung Receivable Turn Over Ratio:


Receivable Turn Over Ratio = Penjualan  / Piutang Rata-Rata X 100%

           Untuk referensi berikut Contoh Analisis Laporan Keuangan Perusahaan


Catatan : Semakin tinggi nilai persentase Rasio Activity ini adalah semakin
baik, Anda bisa membandingkannya dengan nilai rata-rata dari industri
sejenis di pasar agar dapat menilai seberapa efisien Anda mengelola sumber
daya yang dimiliki.

Rasio finansial
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Artikel ini perlu dirapikan agar memenuhi standar Wikipedia


Merapikan artikel bisa berupa membagi artikel ke dalam paragraf atau wikifikasi artikel. Setelah
dirapikan, tolong hapus pesan ini.

Rasio Keuangan atau Financial Ratio merupakan alat analisis keuangan perusahaan untuk
menilai kinerja suatu perusahaan berdasarkan perbandingan data keuangan yang terdapat pada
pos laporan keuangan (neraca, laporan laba/rugi, laporan aliran kas). Rasio menggambarkan
suatu hubungan atau perimbangan (mathematical relationship) antara suatu jumlah tertentu
dengan jumlah yang lain.

Analisis rasio dapat digunakan untuk membimbing investor dan kreditor untuk membuat
keputusan atau pertimbangan tentang pencapaian perusahaan dan prospek pada masa datang.
Salah satu cara pemrosesan dan penginterpretasian informasi akuntansi, yang dinyatakan dalam
artian relatif maupun absolut untuk menjelaskan hubungan tertentu antara angka yang satu
dengan angka yang lain dari suatu laporan keuangan.

Analisis rasio keuangan menggunakan data laporan keuangan yang telah ada sebagai dasar
penilaiannya. Meskipun didasarkan pada data dan kondisi masa lalu, analisis rasio keuangan
dimaksudkan untuk menilai risiko dan peluang pada masa yang akan datang. Pengukuran dan
hubungan satu pos dengan pos lain dalam laporan keuangan yang tampak dalam rasio-rasio
keuangan dapat memberikan kesimpulan yang berarti dalam penentuan tingkat kesehatan
keuangan suatu perusahaan. Tetapi bila hanya memperhatikan satu alat rasio saja tidaklah cukup,
sehingga harus dilakukan pula analisis persaingan-persaingan yang sedang dihadapi oleh
manajemen perusahaan dalam industri yang lebih luas, dan dikombinasikan dengan analisis
kualitatif atas bisnis dan industri manufaktur, analisis kualitatif, serta penelitian-penelitian
industri.

Jenis-jenis Rasio Keuangan


Secara umum rasio keuangan dapat diklasifikasikan sebagai berikut:

1. Rasio Profitabilitas/ Rentabilitas. Rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan


perusahaan dalam menghasilkan keuntungan bagi perusahaan. Rasio ini antara lain: GPM (Gross
Profit Margin), OPM(Operating Profit Margin), NPM (Net Profit Margin), ROA (Return to Total
Asset), ROE (Return On Equity).
2. Rasio Likuiditas. Rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam menjamin
kewajiban-kewajiban lancarnya. Rasio ini antara lain Rasio Kas (cash ratio), Rasio Cepat (quick
ratio), Rasio Lancar (current ratio)
3. Rasio Pengungkit/ Leverage/ Solvabilitas. Rasio ini digunakan untuk mengukur tingkat
pengelolaan sumber dana perusahaan. Beberapa rasio ini antara lain Rasio Total Hutang
terhadap Modal sendiri, Total Hutang terhadap Total Asset, TIE Time Interest Earned.
4. Rasio Aktivitas. Rasio yang menggambarkan aktivitas yang dilakukan perusahaan dalam
menjalankan operasinya baik dalam kegiatan penjualan, pembelian, dan kegiatan lainnya. ada
dua penilaian rasio aktivitas yaitu:
1. Rasio Nilai Pasar. Rasio yang mengukur harga pasar relatif terhadap Nilai Buku
perusahaan. Rasio ini antara lain: PER (Price Earning Ratio), Devidend Yield, Devideng
Payout Ratio, PBV (Price to Book Value)
2. Rasio Efesiensi/ Perputaran. Rasio perputaran digunakan untuk mengukur kemampuan
perusahaan dalam mengelola asset-assetnya sehingga memberikan aliran kas masuk
bagi perusahaan. Rasio ini antara lain Rasio Perputaran Persediaan, Perputaran Aktiva
Tetap, dan Total Asset Turnover.

Metode Pendekatan Analisis Rasio Keuangan


1. Pendekatan Lintas Seksi (Cross Sectional Approach). Yaitu cara mengevaluasi dengan jalan
membandingkan rasio-rasio antara perusahaan yang satu dengan perusahaan lainnya yang
sejenis pada saat bersamaan. Dengan cara ini dapat diketahui apakah perusahaan yang
bersangkutan berada di atas, berada pada rata-rata, atau berada dibawah rata-rata industri.
2. Pendekatan Runtut Waktu (Time Series Analysis) Yaitu cara mengevaluasi dengan jalan
membandingkan rasio-rasio finansial perusahaan dari satu periode ke periode lainnya. Dengan
membandingkan antara rasio-rasio yang dicapai saat ini dengan rasio-rasio dimasa lalu yang
dapat memperlihatkan apakah perusahaan mengalami kemajuan atau kemunduran.
Perkembangan perusahaan terlihat pada kecenderungan ''(trend)'' dari tahun ke tahunnya, dan
dengan melihat perkembangan ini perusahaan akan dapat membuat rencana untuk masa
depannya.

Keterbatasan Analisis Rasio Keuangan


1. Rasio tersebut dibentuk dari data akuntansi dan data ini dipengaruhi oleh cara penafsirannya
dan bahkan dapat dimanipulasi.
2. Seorang manajer keuangan harus berhati - hati dalam penilaian apakah suatu rasio tertentu baik
atau buruk dalam penilaian gabungan tentang sebuah perusahaan, berdasarkan suatu kumpulan
rasio - rasio.
3. Kecocokan dengan rasio gabungan industri bukan suatu jaminan bahwa perusahaan tersebut
sedang berjalan normal dan dipimpin dengan baik.
4. Dalam menganalisis setiap rasio, angka - angka yang diperoleh dan perhitungan tidak dapat
berdiri sendiri. Rasio tersebut akan berarti bila setidaknya satu dari dua hal ini dipenuhi
1)Adanya perbandingan dengan perusahaan sejenis yang mempunyai tingkat risiko yang hampir
sama; 2)Adanya analisis kecenderungan (trend) dari setiap rasio pada tahun – tahun
sebelumnya.
5. Pencapaian target sesuai dengan rata rata industri tidak menunjukkan Kinerja perusahaan yang
baik. Kebanyakan perusahaan justru menginginkan tingkat yang lebih baik dari rata - rata
industri. Oleh karena itu lebih tepat jika difokuskan pada industry leader's ratios..

Home » Kinerja Keuangan » Macam-Macam Rasio Keuangan dan Rumusnya

Kinerja Keuangan

Macam-Macam Rasio Keuangan dan Rumusnya

Macam-Macam Rasio Keuangan - Rasio keuangan menjelaskan suatu hubungan


antara suatu jumlah tertentu dengan jumlah yang lain dalam suatu laporan
keuangan. Tujuan analisis rasio keuangan dimaksudkan agar perbandingan-
perbandingan yang dilakukan terhadap pos-pos dalam laporan keuangan
merupakan suatu perbandingan yang logis, dengan menggunakan ukuran-ukuran
tertentu yang memang telah diakui mempunyai manfaat tertentu pula, sehingga
hasil analisisnya layak dipakai sebagai pedoman pengambilan keputusan.

(Pahami pula: Pengertian dan Tujuan Laporan Keuangan)

Pada dasarnya rasio keuangan itu banyak macamnya dan dapat dibuat sesuai
kebutuhan penganalisis. Berdasarkan sumbernya, rasio keuangan digolongkan
menjadi tiga, yaitu:

1. Rasio-rasio neraca (Balance Sheet Ratio), yakni rasio-rasio yang disusun dari
data dalam neraca.
2. Rasio-rasio laporan rugi-laba (Income Statement Ratio), yakni rasio-rasio
yang disusun dari data dalam laporan rugi laba.
3. Rasio-rasio antar laporan (Intern Statement Ratio), yakni rasio-rasio yang
disusun dari data yang berasal dari neraca dan data lainnya yang berasal
dari laporan rugi laba.
Berdasarkan tujuan analisis angka-angka rasio dibagi menjadi 4 yakni: rasio
likuiditas, rasio solvabilitas, rasio rentabilitas, dan rasio aktivitas yang dapat
dijelaskan berikut ini:

A. Rasio Likuiditas

Rasio likuiditas adalah rasio yang menggambarkan kemampuan suatu perusahaan


untuk melunasi semua kewajiban yang harus segera dipenuhi (hutang jangka
pendeknya). Perusahaan yang mempunyai cukup kemampuan untuk membayar
hutang jangka pendek disebut perusahaan yang likuid sedang bila tidak disebut
ilikuid. Rasio likuiditas yang umum dipergunakan untuk mengukur tingkat likuiditas
suatu perusahaan antara lain:

1. Current Ratio

Rasio ini membandingkan aktiva lancar dengan hutang lancar. Current Ratio
memberikan informasi tentang kemampuan aktiva lancar untuk menutup hutang
lancar. Aktiva lancar meliputi kas, piutang dagang, efek, persediaan, dan aktiva
lainnya. Sedangkan hutang lancar meliputi hutang dagang, hutang wesel, hutang
bank, hutang gaji, dan hutang lainnya yang segera harus dibayar (Sutrisno,
2001:247). Rumus current ratio adalah:

Semakin besar perbandingan aktiva lancar dengan hutang lancar, semakin tinggi
kemampuan perusahaan menutupi kewajiban jangka pendeknya. Apabila rasio
lancar 1:1 atau 100% berarti bahwa aktiva lancar dapat menutupi semua hutang
lancar. Jadi dikatakan sehat jika rasionya berada di atas 1 atau diatas 100%.
Artinya aktiva lancar harus jauh di atas jumlah hutang lancar (Harahap, 2002:301)

2. Quick Ratio

Quick ratio disebut juga acid test ratio, merupakan perimbangan antara jumlah
aktiva lancar dikurangi persediaan, dengan jumlah hutang lancar. Persediaan tidak
dimasukkan dalam perhitungan quick ratio karena persediaan merupakan
komponen aktiva lancar yang paling kecil tingkat likuiditasnya. Quick ratio
memfokuskan komponen-komponen aktiva lancar yang lebih likuid yaitu: kas,
surat-surat berharga, dan piutang dihubungkan dengan hutang lancar atau hutang
jangka pendek (Martono, 2003:56). Jadi rumusnya:
Jika terjadi perbedaan yang sangat besar antara quick ratio dengan current ratio,
dimana current ratio meningkat sedangkan quick ratio menurun, berarti terjadi
investasi yang besar pada persediaan.

Rasio ini menunjukkan kemampuan aktiva lancar yang paling likuid mampu
menutupi hutang lancar. Semakin besar rasio ini semakin baik. Angka rasio ini tidak
harus 100% atau 1:1. Walaupun rasionya tidak mencapai 100% tapi mendekati
100% juga sudah dikatakan sehat (Harahap, 2002:302).

3. Cash Ratio

Rasio ini membandingkan antara kas dan aktiva lancar yang bisa segera menjadi
uang kas dengan hutang lancar. Kas yang dimaksud adalah uang perusahaan yang
disimpan di kantor dan di bank dalam bentuk rekening Koran. Sedangkan harta
setara kas (near cash) adalah harta lancar yang dengan mudah dan cepat dapat
diuangkan kembali, dapat dipengaruhi oleh kondisi ekonomi Negara yang menjadi
domisili perusahaan bersangkutan. Rumus untuk menghitung cash ratio adalah:

Rasio ini menunjukkan porsi jumlah kas + setara kas dibandingkan dengan total
aktiva lancar. Semakin besar rasionya semakin baik. Sama seperti Quick Ratio,
tidak harus mencapai 100% (Harahap, 2002:302).

B. Rasio Solvabilitas

Rasio solvabilitas adalah rasio yang menunjukkan kemampuan perusahaan dalam


memenuhi segala kewajibannya baik jangka pendek maupun jangka panjang
apabila perusahaan dilikuidasi. Perusahaan yang mempunyai aktiva/kekayaan yang
cukup untuk membayar semua hutang-hutangnya disebut perusahaan yang
solvable, sedang yang tidak disebut insolvable. Perusahaan yang solvabel belum
tentu ilikuid , demikian juga sebaliknya yang insolvable belum tentu ilikuid. Macam-
macam rasio keuangan berkaitan dengan rasio solvabilitas yang biasa digunakan
adalah:

1. Total Debt to Total Assets Ratio


Rasio yang biasa disebut dengan rasio hutang (debt ratio) ini mengukur prosentase
besarnya dana yang berasal dari hutang. Hutang yang dimaksud adalah semua
hutang yang dimiliki oleh perusahaan baik yang berjangka pendek maupun yang
berjangka panjang. Kreditor lebih menyukai debt ratio yang rendah sebab tingkat
keamanan dananya menjadi semakin baik (Sutrisno, 2001:249). Untuk mengukur
besarnya rasio hutang ini digunakan rumus:

Rasio ini menunjukkan sejauh mana hutang dapat ditutupi oleh aktiva. Semakin
kecil rasionya semakin aman (solvable). Porsi hutang terhadap aktiva harus lebih
kecil (Harahap, 2002:304).

2. Debt to Equity Ratio

Rasio hutang dengan modal sendiri (debt to equity ratio) adalah imbangan antara
hutang yang dimiliki perusahaan dengan modal sendiri. Semakin tinggi rasio ini
berarti modal sendiri semakin sedikit dibanding dengan hutangnya. Bagi
perusahaan sebaiknya, besarnya hutang tidak boleh melebihi modal sendiri agar
beban tetapnya tidak terlalu tinggi. Semakin kecil rasio ini semakin baik.
Maksudnya, semakin kecil porsi hutang terhadap modal, semakin aman.
Rumusnya:

C. Rasio Rentabilitas

Rasio rentabilitas atau profitabilitas adalah rasio yang digunakan untuk mengukur
kemampuan suatu perusahaan dalam mendapatkan laba (Baca pula: pengertian
dan analisis rasio profitabilitas). Perhatian ditekankan pada rasio ini karena hal ini
berkaitan erat dengan kelangsungan hidup perusahaan. Ada beberapa ukuran rasio
rentabilitas yang dipakai, yakni:

1. Profit Margin

Rasio ini menghitung sejauh mana kemampuan perusahaan menghasilkan laba


bersih pada tingkat penjualan tertentu. Rasio ini bisa dilihat langsung pada analisis
common size untuk laporan rugi laba (baris paling akhir). Rasio ini bisa
diintepretasikan juga sebagai kemampuan perusahaan menekan biaya-biaya
(ukuran efisiensi) di perusahaan pada periode tertentu (Hanafi dan Halim,
2000:84). Rasio profit margin bisa dihitung sebagai berikut: 

Rasio ini menunjukkan berapa besar persentase pendapatan bersih yang diperoleh
dari setiap penjualan. Semakin besar rasionya semakin baik, karena dianggap
kemampuan perusahaan dalam mendapatkan laba cukup tinggi (Harahap,
2002:304).

2. Gross Profit Margin

Gross Profit Margin merupakan perbandingan antara laba kotor yang diperoleh
perusahaan dengan tingkat penjualan yang dicapai pada periode yang sama. Rasio
ini mencerminkan atau menggambarkan laba kotor yang dapat dicapai setiap
rupiahpenjualan. Semakin besar rasionya berarti semakin baik kondisi keuangan
perusahaan (Munawir, 2001:89). Rasio ini dirumuskan sebagai berikut:

Rasio ini menunjukkan kemampuan perusahaan menghasilkan laba yang akan


menutupi biaya-biaya tetap atau biaya operasi lainnya. Dengan pengetahuan atas
rasio ini dapat mengontrol pengeluaran untuk biaya tetap atau biaya operasi
sehingga perusahaan dapat menikmati laba. Semakin besar rasionya semakin baik
(Harahap, 2002:306).

3. Net Profit Margin

Net Profit Margin atau Margin Laba Bersih digunakan untuk mengukur rupiah laba
bersih yang dihasilkan oleh setiap satu rupiah penjualan dan mengukur seluruh
efisien, baik produksi, administrasi, pemasaran, pendanaan, penentuan harga
maupun manajemen pajak. Semakin tinggi rasionya menunjukkan kemampuan
perusahaan menghasilkan laba yang tinggi pada tingkat penjualan tertentu.

Tetapi jika rasionya rendah menunjukkan penjualan yang terlalu rendah untuk
tingkat biaya tertentu, atau biaya yang terlalu tinggi untuk tingkat penjualan
tertentu, atau kombinasi dari kedua hal tersebut (Prastowo dan Juliaty, 2003:91).
Rasio ini dapat dihitung dengan rumus: 

Rasio ini mengukur jumlah rupiah laba bersih yang dihasilkan oleh setiap satu
rupiah penjualan. Semakin tinggi rasionya semakin baik, karena menunjukkan
kemampuan perusahaan menghasilkan laba yang tinggi pada tingkat penjualan
tertentu.

4. Return On Investment (ROI)


 

Return On Investment merupakan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan


keuntungan yang akan digunakan untuk menutup investasi yang dikeluarkan. Laba
yang digunakan untuk mengukur rasio ini adalah laba bersih setelah pajak atau EAT
(Sutrisno, 2001:255). Rasio ini dihitung dengan rumus: 

Rasio ini mengukur jumlah rupiah laba bersih (setelah pajak) yang dihasilkan oleh
setiap satu rupiah investasi yang dikeluarkan. Semakin besar rasionya semakin
baik (Sutrisno, 2001:255).

5. Return On Assets

Rasio ini disebut juga rentabilitas ekonomis, merupakan kemampuan perusahaan


dalam menghasilkan laba dengan semua aktiva yang dimiliki oleh perusahaan.
Dalam hal ini laba yang dihasilkan adalah laba sebelum bunga dan pajak atau EBIT
(Sutrisno, 2001:254).Rasio ini dihitung dengan rumus:

Rasio ini mengukur tingkat keuntungan (EBIT) dari aktiva yang digunakan.
Semakin besar rasionya semakin baik (Sutrisno, 2001:254).
D. Rasio Aktivitas

Rasio ini melihat pada beberapa asset kemudian menentukan berapa tingkat
aktivitas aktiva-aktiva tersebut pada tingkat kegiatan tertentu. Aktivitas yang
rendah pada tingkat penjualan tertentu akan mengakibatkan semakin besarnya
dana kelebihan yang tertanam padaaktiva-aktiva tersebut. Dana kelebihan tersebut
akan lebih baik bila ditanamkan pada aktiva lain yang lebih produktif. Beberapa
rasio aktivitas yang digunakan adalah:

1. Perputaran Piutang

Rasio ini mengukur berapa kali, secara rata-rata piutang yang dikumpulkan dalam
satu tahun. Rasio ini mengukur kualitas piutang dan efisiensi perusahaan dalam
pengumpulan piutang dan kebijakan kreditnya. Rasio ini biasanya digunakan dalam
hubungan dengan analisis terhadap modal kerja, karena memberi ukuran seberapa
cepat piutang perusahaan berputar menjadi kas. Angka jumlah hari piutang,
menggambarkan lamanya suat u piutang bisa ditagih (jangka waktu pelunasan).
Semakin lama jangka waktu pelunasannya,semakin besar pula resiko kemungkinan
tidak tertagihnya piutang (Prastowo dan Juliaty, 2003:82). Rasio ini dapat dihitung
dengan rumus: 

Rasio ini mengukur efektivitas peng elolaan piutang. Semakin tinggi tingkat
perputarannya semakin efektif pengelolaan piutangnya (Sutrisno, 2001:252).

2. Perputaran Persediaan

Seperti halnya perputaran piutang, rasio ini juga menggambarkan likuiditas


perusahaan, yaitu dengan cara mengukurefisiensi perusahaan dalam mengelola dan
menjual persediaan yang dimiliki oleh perusahaan.

Perputaran persediaan yang tinggi menandakan semakin tingginya persediaan


berputar dalam satu tahun. Hal ini menandakan efektivitas manajemen
persediaaan. Sebaliknya, jika perputaran persediaan rendah menunjukkan
pengendalian atas persediaan kurang efektif (Hanafi dan Halim, 2000:80). Rumus
perhitungannya adalah: 
Rasio ini mengukur efektivitas pengelolaan persediaan. Semakin tinggi tingkat
perputarannya semakin efektif pengelolaan persediaanya (Sutrisno, 2001:251).

3. Perputaran Aktiva Tetap

Rasio ini mengukur sejauh mana kemampuan perusahaan menghasilkan penjualan


berdasarkan aktiva tetap yang dimiliki perusahaan. Rasio ini memperlihatkan
sejauh mana efektivitas perusahaan menggunakan aktiva tetapnya. Semakin tinggi
rasio ini berarti semakin efektif proporsi aktiva tetap tersebut. Pada beberapa
industri seperti industri yang mempunyai proporsi aktiva tetap yang tinggi, rasio ini
cukup penting diperhatikan. Sedangkan pada beberapa industri yang lain seperti
industri jasa yang mempunyai proporsi aktiva tetap yang kecil, rasio ini barangkali
tidak begitu penting untuk diperhatikan (Hanafi dan Halim, 2000:81). Perputaran
aktiva tetap dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut: 

Rasio ini mengukur efektivitas penggunaan aktiva tetap dalam mendapatkan


penghasilan. Semakin tinggi tingkat perputarannya semakin efektif penggunaan
aktiva tetapnya (Sutrisno, 2001:253).

4. Perputaran Total Aktiva

Rasio yang terakhir untuk komponen rasio aktivitas adalah rasio perputaran total
aktiva. Sama seperti halnya rasio perputaran aktiva tetap, rasio ini menghitung
efektivitas penggunaan total aktiva. Rasio yang tinggi biasanya menunjukkan
manajemen yang baik, sebaliknya rasio yang rendah harus membuat manajemen
mengevaluasi strategi, pemasarannya, dan pengeluaran investasi atau modalnya
(Hanafi dan Halim, 2000:81). Rasio perputaran total aktiva menggunakan rumus: 

Rasio ini merupakan ukuran efektivitas pemanfaatan aktiva dalam menghasilkan


penjualan. Semakin tinggi tingkat perputarannya semakin efektif perusahaan
memanfaatkan aktivanya (Sutrisno, 2001:253).

Demikian uraian macam-macam rasio keuangan dan rumusnya. Semoga


memudahkan dalam membuat analisis rasio laporan keuangan.
Pengertian Macam-macam Rasio Analisis Laporan Keuangan
Perusahaan Beserta Rumusnya Lengkap
Untuk menganalisis laporan keuangan suatu perusahaan dibutuhkan macam-macam rasio, eperti rasio
likuiditas, rasio solvabilitas, rasio profitabilitas atau rasio rentabilitas dan raaio aktivitas. Sehingga dapat
diketahui tingkat efisiensi dalam penggunaan modal untuk mendapatkan laba dengan tingkat penjualan
tertentu. Dengan demikian analisis laporan keuangan perusahaan tersebut dapat diketahui mana yang
harus ditingkatkan dan mana yang harus dikurangi.

Rasio Keuangan Perusahaan


Pengertian rasio keuangan adalah sebagai alat yang digunakan sebagai pembanding angka-angka yang
tertera pada laporan keuangan, agar bisa membaca kondisi keuangan suatau prusahaan serta bisa
menilai kinerja manajemen pada perusahaan tersebut dalam satu priode.

Menurut James C Van Horne definisi dari rasio keuangan adalah merupakan indeks yang
menghubungkan dua angka akuntansi dan diperoleh dengan membagi satu angka dengan angka lainnya.

Analisis rasio keuangan

Analisis rasio merupan cara yang bisa digunakan untuk menganalisis laporan keuangan dari beberapa
cara yang ada. Cara menganalisisnya yaitu dengan cara menggunakan perhitungan perbandaingan
dengan data kuantitatif yang ditunjukan pada neraca maupun laba rugi.

Inti dari analisis tersebut yaitu tidak lain hanya ingin mengetahui kenerja keuangan perusahaan tahun
sebelumnya, saat ini dan kemungkinan yang akan datang.

Sedangkan menurut Irwati rasio keuangan adalah teknik analisis dalam bidang manajemen keuangan
yang dimanfaatkan sebagai alat ukur kondisi keuangan suatu perusahaan dalam periode tertentu,
ataupun hasil-hasil usaha dari suatau perusahaan pada satu periode tertentu dengan jalan
membandingkan dua buah variabel yang diambil dari laporan keuangan perusahaan, baik daftar neraca
maupun laba rugi.

Macam – macam rasio keuangan

a. Rasio Likuiditas

Pengertian rasio likuiditas adalah rasio yang menggambarkan kemampuan suatu perusahaan untuk
memnuhi semua kewajiban dalam jangka pendek (hutang jangka pendek).

Perusahaan yang mampu menyelsaikan hutang jangka pendeknya maka perusahaan itu disebut
perusahaan yang likuid sedangkan utuk perusahaan yang tidak mampu membayar hutang jangka
pendeknya maka perusahaan itu disebut perusahaan yang ilikuid.
Ada tiga rasio likuid yang digunakan perusahaan untuk mengukur tingkat likuiditas perusahaan, berikut
penjelasannya:

1. Rasio Lancar  (Current Ratio)

Rasio lancar adalah rasio yang digunakan untuk mengukur dan mengetahui kemampuan perusahaan
dalam kewajibannya membayar hutang jangka pendek atau utang yang segera jatuh tempo dengan
aktiva lancar yang tersedia.

Aktiva lancar meliputi kas, piutang dagang, efek, persediaan, dan aktiva lainnya. Sedangkan hutang
lancar meliputi hutang dagang, hutang wesel, hutang bank, hutang gaji, dan hutang lainnya yang segera
harus dibayar. Rumus rasio lancar yaitu:

                          Aktiva  Lancar


Current ratio = ----------------------- x 100%
                         Hutang  Lancar

Semakin besar perbandingan antara aktiva lancar dengan hutang lancar, maka semakin besar pula
kemampuan perusahaan untuk membayar hutang jangka pendeknya.

Ketika perbandingan rasio lancar 1:1 atau 100%, itu artinya aktiva lancar dapat menutupi semua hutang
lancar. Jadi sebuah perusahaan dikatakan sehat jika tingkat rasionya berada dia atas satu atau diatas 100
persen. Sedangkan untuk aktiva lancar harus jauh di atas jumlah hutang lancar.

2. Rasio Cepat  (Quick Rastio atau Acid Test Ratio)

Rasio cepat digunakan untuk menunjukan kemampuan suatu perusahaan dalam menyelesaikan
kewajibannya atau utang lancar dengan aktiva aktiva lancar dengan tidak memperhitungkan nilai
persediaan.

Persediaan tidak dimasukkan dalam perhitungan quick ratio karena persediaan merupakan komponen
aktiva lancar yang paling kecil tingkat likuiditasnya.

Quick ratio memfokuskan komponen-komponen aktiva lancar yang lebih likuid yaitu: kas, surat-surat
berharga, dan piutang dihubungkan dengan hutang lancar atau hutang jangka pendek.
Rumus rasio lancar

                        Aktiva  Lancar −Persediaan


Quick Ratio = ------------------------------------ x 
                               Hutang  Lancar
Ketika dijumpai adanya perbedaan antara quick ratio denan current ratio yang sangat besar, curret ratio
meloncak tinggi sedangkan quick ratio menurun, itu artinya telah terjadi investasi yang tinggi pada
persediaan.

Rasio ini menunjukkan kemampuan aktiva lancar yang paling likuid mampu menutupi hutang lancar.
Semakin besar rasio ini semakin baik. Angka rasio ini tidak harus 100% atau 1:1. Walaupun rasionya tidak
mencapai 100% tapi mendekati 100% juga sudah dikatakan sehat.

3. Cash Ratio

Kas yang dimaksud adalah uang milik perusahaan yang tersimpan di kantor maupun di bank dalam
bentuk rekening Koran.

Sedangkan untuk harta yang mirip atau setara dengan kas adalah harta lancar yang mudah dicairkan
kembali, mudah dipengaruhi oleh perekonomian Negara yang menjadi fomisili perusahaan
bersangkutan.
     
                           Kas + Setara kas
Cash Ratio = --------------------------- x 100%
                             Hutang Lancar

 Semakin besar rasionya semakin baik. Sama seperti Quick Ratio, tidak harus mencapai 100%

Macam-macam rasio keuangan

b. Rasio solvabilitas

Rasio solvabilitas adalah rasio yang digunakan untuk mengetahui kemampuan suatu perusahaan dalam
menyelesaiannya semua kebutuhannya, baik itu jangka pendek atau panjang, jika terjadi likuidasi.
Solvable adalah sebutah untuk perusahaan yang memiliki aktiva atau kekayaan yang cukup banyak
sehingga mampu membayar hutang-hutangnya, sedangkan insolvable adalah perusahaan yang sangat
minim aktiva yang dimiliki sehingga kurang mampu membayar hutang-hutangnya.

Tapi hal tersebut tidak menup kemungkinan bahwa perusahaan yang solvable belum tentu likid, begitu
juga dengan insolvable belum tentu ilikuid. Jika perusahaan dilukuidasi, maka rasio yang digunakan
adalah:

1. Rasio Hutang Terhadap Aktiva (Total Debt to Asset Ratio) 

Rasio yang disebut denga rasio hutang (debt ratio) ini mengukur seberapa banyak aktiva perusahaan
dibiayai oleh utang atau seberapa besar hutang perusahaan berpengaruh terhadap pengelolaan aktiva,
atau mengukur prosentase berapa besar dana yang berasal dari hutang.

Hutang disini adalah hutang perusahaan baik itu hutang jangka panjang maupun hutang jangka pendek.
Rumus yang digunakan untuk menghitung rasio ini adalah:

                                               Total  hutang
Debt to assets ratio = ------------------------------------- x 100%
                                  Modal  Aktiva (total aktiva) 

Rasio ini menggambarkan seberapa jauh hutang dapat ditutupi oleh aktiva. Semakin rendah debt ratio
maka tingkat keamanan dananya menjadi semakin baik. Porsi hutang terhadap aktiva harus lebih kecil.

2. Rasio Hutang Terhadap Ekuitas (Total Debt to Equity Ratio) 

Rasio hutang dengan modal sendiri (debt to equity ratio) adalah rasio yang digunakan untuk
mengetahui hubungan antara utang jangka panjang dengan jumlah modal sendiri yang telah diberikan
oleh pemilik perusahaan, dengan maksud untuk mengetahui berapa jumlah dana yang disediakan
kreditor dengan pemilik perusahaan.

Jika semakin tinggi rasio maka semakin kecil modal sendiri dibanding hutangnya. Seharusnya kebijakan
perusahaan harus memiliki hutang yang tidak lebih besar dari modal yang dimiliknya.

Karna semakin kecil rasio ini maka akan memperbaik keadaan perusahaan, artinya semakin kecil hutang
yang dimiliki maka semakin aman. Rumus yang digunakan adalah:
              
                                       Total  hutang
Debt to equity ratio = ----------------------- x 100%
                                     Modal  Sendiri
c. Rasio Profitabilitas  atau Rasio Rentabilitas

Rasio Profitabilitas adalah rasio yang digunakan untuk mengetahui kemampuan perusahaan dalam
medapatkan laba (profit) dari semua kemampuan dan sumberdaya yang dimiliki perusahaan tersebut
seperti kegiatan penjualan, kas, modal, jumlah karyawan yang dipekerjakan, dan jumlah cabang yang
sudah dimilikinya.

Untuk mengetahui laba yang dihasilkan berikut rasio yang digunakan:

1. Margin Laba Kotor (Gross Profit Margin) 

Rasio ini digunakan untuk mengetahui perbandingan antara laba kotor yang diperoleh perusahaan
dengan tingkat penjualan yang dicapai pada periode yang sama.

Ukuran  persentase dari setiap hasil sisa penjualan sesudah semua biaya dan pengeluaran lain dikurangi
kecuali bunga dan pajak, atau laba bersih yang dihasilkan dari setiap rupiah penjualan. Semakin besar
rasionya berarti semakin baik kondisi keuangan perusahaan, berikut rumus yang digunakan:
                                       Laba  kotor 
Gross Profit Margin = ----------------------- x 100%
                                   Penjualan bersih 

Rasio ini digunakan untuk mengetahui tingkat laba yang dihasilkan perusahaan untuk menutupi biaya-
biaya operasi lainnya. Jika rasio pada perusahaan tersebut diketahui untuk biaya tetap sehingga
perusahaan bisa memperoleh laba.

2. Margin Laba Bersih (Net Profit Margin) 

Margin laba bersih adalah rasio yang digunakan untuk menghitung nilai rupiah dari setiap laba bersih
yang diperoleh dari setiap satu rupiah penjualan dan juga mengukur seluruh efesiensi baik produksi,
administrasi, marketing, pendanaa, penentuan harga maupun manajemen pajak.

Jadi semakin tinggi tingkat rasio yang dimiliki suatau perusahaan makan semakin tinggi juga tingkat laba
yang deperoleh perusahaan tersebut dari tingkat penjualan tertentu.

Atau bisa saja rasio yang rendah menunjukan tingkat penjualan yang rendah untuk tingkat biaya
tertentu. Atau dengan tingkat biaya yang tetlalu mahan untuk tingkat penjualan tertentu.
Berikut rumus yang digunakan:

                             Laba bersih  setelah  pajak


Net Profit Margin = ---------------------------------- x 100%
                                     Penjualan bersih 
Semakin tinggi rasio yang dimiliki perusahaan maka semakin baik laba yang dihasilkan, karna rasio
tersebut menunjukkan kemampuan perusahaan mendapatkan laba pada tingkat penjualan tertentu.

3. Return On investment (ROI) 

Return On Investment adalah rasio yang digunakan untuk mengetahui kemampuan perusahaan dalam
menghasilkan laba yang akan digunakan untuk menutup investasi yang dikeluarkan. Laba yang
dimaksuda adalah laba bersih setelah pajak atau EAT. Rasio ini dihitung dengan rumus:

 EAT
ROI = --------------- x 100%
            Investasi
 
Semakin tinggi rasio yang dimiliki oleh perusahaan tersebut maka semakin baik. Rasio ini berfungsi
untuk mengetahui jumlah rupiah  laba bersih dari setiap rupiah yang dikeluarkan untuk investasi.

4. Return On Assets

Rasio yang juga disebut rentabilitas ekonomis ini digunakan untuk mengetahui seberapa besar
perusahaan dalam mendapatkan laba dengan semua aktivitas yang dimiliki oleh perusahaan. Tapi laba
disini adalah laba sebelum bunga dan pajak atau EBIT. Rumus yang digunakan adalah:

                                       EBIT
Return On Assets = ------------------ x 100%
                               Total Aktiva

Rasio ini digunakan untuk mengetahui keuntungan (EBIT) dari total aktiva yang digunakan, semakin tingi
tasio yang dimiliki perusahaan maka semakin baik.

5. Profit Margin

Rasio ini digunakan untuk mengetahui kemampuan perusahaan dalam mengahasilkan laba bersih
dengan tingkat penjualan tertentu. Kita bisa mengetahui seraca langsung rasio ini di analisis common
size untuk laporan rugi laba (baris paling akhir).

Rasio ini juga bisa diartikan sebagai penekan biaya-biaya (ukuran efisiensi) di perusahaan pada periode
tertentu. Rumus yang digunakan sebagai berikut:

                           Laba Bersih
Profit Margin = ------------------------ x 100%
                           Penjualan
Rasio ini digunakan untuk mengukur seberapa besar kemampuan perusahaan dalam mendapatkan laba
dari setiap penjualan tertentu. Semakin besar tingkat rasio yang digunakan maka semakin baik.

d. Rasio Aktivitas 

Rasio ini digunakan untuk mengetahui seberapa besar tingkat rasio yang digunakan untuk mengukur
efisiensi atau efektivitas suatu perusahaan dalam memakai aktiva yang dimilikinya.

Rasio aktivitas yang rendah pada tingkat penjualan tertentu akan mengakibatkan semakin besarnya
dana kelebihan yang tertenam pada aktiva lain yang lebih produktif. Rasio yang digunakan adalah;

1. Rasio Perputaran Persediaan (Inventory turnover ratio) 

Rasio perputaran persediaan digunakan untuk mengukur aktivitas atau likuiditas dari persediaan
perusahaan. Maksudnya yaitu mengukur tingkat efisiensi suatu perusahaan dalam mengelola dan
menjual persediaan yang dimiliki oleh perusahaan.

Efektifitas manajemen persediaan ditunjukan oleh tingginya perputaran persediaan dalam satu tahun.
Sedangkan pengendalian atas perediaan yang kurang efektif ditunjukan dengan rendahnya perputaran
persediaan dalam satu tahun. Rumus yang digunakan adalah:

                                                                              Harga  Pokok  Penjualan


Inventory Turn-over (perputaran persediaan)  = --------------------------------------- x 1 kali
                                                                              Rata-rata Persediaan

Rasio ini digunakan untuk mengetahui seberapa tingkat efektivitas perusahaan dalam mengelola
persediaannya. Semakin tinggi tingka perputarannya maka semakin efektif juga pengelolaan
pesediaannya.

2. Perputaran aktiva tetap

Rasio ini digunakan untuk mengetahui seberapa besar suatau perusahaan dalam menghasilkan laba
dalam penjualannya berdasarkan aktiva tetap yang dimiliki perusahaan.

Rasio ini digunakan untuk mengetahui seberapa efektivitas suatu perusahaan dalam menggunakan
aktiva tetap tersebut. Semakin tinggi rasio ini berarti semakin efektif proporsi aktiva tetap tersebut.

Mungkin tingkat penilayai setiap industry berbeda-beda, ada yang mengangap bahwa rasio ini penting
untuk diperhatikan sehingga perusahaan tersebut memiliki aktiva tetap yang tinggi.

Sedangkan ada beberapa industri jasa yang menilai bahwa rasio tersebut tidak terlalu penting untuk
diperhatikan, sehingga perusahaan tersebut memiliki proporsi aktiva tetap yang kecil. Untuk
menghitung perputaran aktiva tetap dapat menggunakan rumus sebagai berikut:

                                            Penjualan
Perputaran Aktiva Tetap = ----------------------
                                          Aktiva Tetap

Rasio ini digunakan untuk mengetahui efektivitas perusahaan dalam penggunaak aktiva tetap untuk
menghasilkan laba. Sehingga semakin tingkat perputarannya maka semakin efektif penggunaan aktiva
tetapnya.

3. Rasio Perputaran Total Aktiva (Total Asset Turn Over Ratio) 

Sama halnya dengan rasio perputaran aktiva tetap, rasio ini menghitung efektivitas penggunaan total
aktiva tetap. Perputaran total aktiva menunjukkan efisiensi dimana perusahaan menggunakan seluruh
aktivanya untuk menghasilkan penjualan.

Tingkat rasio yang tinggi menunjukan bahwa perusahaan tersebut memiliki manajemen yang baik,
begitu sebaliknya tingkat rasio yang rendah menunjukan perusahaan tersebut memiliki tingkat
manajerial yang rendah juga, dan seharusnya perusahaan tersebut harus membentuk manajemen
mengevaluasi strategi, pemasarannya, dan pengeluaran investasi atau modalnya.
Rumus yang digunakan adalah:
             
                                           Penjualan 
Total Asset Turn-over = ----------------------- x 1 kali
                                         Modal  Aktiva

Rasio ini digunakan untuk mengukur efektivitas pemanfaatan aktiva dalam memperoleh penjualan. Jadi
semakin tinggi tingkat perputarannya maka semakin efektif perusahaan dalam memanfaatkan aktivanya.

4. Perputaran piutang

Rasio ini digunakan untuk mengetahui berapa rata-rata piutang yang terkumpul dalam satu tahun. Rasio
ini digunakan untuk mengetahui tingkat efissiensi dan kualitas utang suatu perusahaan dalam
mengumpulkan piutang dan kebijakan kreditnya.

Semakin lama jangka waktu pelunasannya,semakin besar pula resiko kemungkinan tidak tertagihnya
piutang. Rumus yang digunakan adalah:
   
                                          Penjualan Bersih
Perputaran Piutang = -----------------------------------
                                   Rata-rata Piutang Dagang

Anda mungkin juga menyukai