Anda di halaman 1dari 10

MATERI TAMBAHAN KULIAH ONLINE

SEMESTER 11.4A.35
PERTEMUAN KE 5
MEMBAHAS : ANALISA RATIO
DOSEN : Hendra Lesmana S.Pd M.Ak

Mata Kuliah : ALK (617)


Pertemuan :5
Kelas : 11.4A.35
Jml Mhs Hadir : 17 ( 0 mahasiswa tidak hadir)

Analisis Rasio Laporan Keuangan Perusahaan

Analisa rasio keuangan yang biasa digunakan adalah:

1. Rasio Likuiditas

Rasio untuk mengukur kemampuan perusahaan untuk memenuhi kemampuan finansialnya


dalam jangka pendek.

Ada beberapa jenis rasio likuiditas antara lain :

a. Current Ratio, rasio untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam membayar


kewajiban finansial jangka pendek dengan mengunakan aktiva lancar.

Rumus menghitung Current Ratio:


Current Ratio = Aktiva Lancar / Hutang Lancar X 100%

b. Cash Ratio, rasio untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban
finansial jangka pendek dengan mengunakan kas yang tersedia dan berikut surat berharga
atau efek jangka pendek.

Rumus menghitung Cash Ratio:


Cash Ratio = Kas + Efek / Hutang Lancar X 100%

c. Quick Ratio atau Acid Test Ratio, rasio untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam
membayar kewajiban finansial jangka pendek dengan mengunakan aktiva lancar yang lebih
likuid (Liquid Assets).

Rumus menghitung Quick Ratio:


Quick Ratio = Kas + Efek + Piutang / Hutang Lancar X 100%
Catatan : Nilai ideal dari ketiga analisa rasio likuiditas ini ini adalah minimum sebesar
150%, semakin besar adalah semakin baik dan perusahaan dalam kondisi sehat.

2. Rasio Profitabilitas atau Rentabilitas

Rasio untuk mengukur seberapa besar kemampuan perusahaan memperoleh laba dalam
hubungannya dengan nilai penjualan, aktiva, dan modal sendiri.

Ada beberapa jenis rasio profitabilitas antara lain :

a. Gross Profit Margin, rasio untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam mendapatkan
laba kotor dari penjualan.

Rumus menghitung Gross Profit Margin:


Gross Profit Margin = Penjualan Netto - HPP / Penjualan Netto X 100%

b. Operating Income Ratio, rasio untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam


mendapatkan laba operasi sebelum bunga dan pajak dari penjualan.

Rumus menghitung Operating Income Ratio:


Operating Income Ratio = Penjualan Netto - HPP – Biaya Administrasi & Umum
(EBIT) / Penjualan Netto X 100%

c. Net Profit Margin, rasio untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam mendapatkan
laba bersih dari penjualan.

Rumus menghitung Net Profit Margin:


Net Profit Margin = Laba Bersih Setelah Pajak (EAT) / Penjualan Netto X 100%

d. Earning Power of Total Investment, rasio untuk mengukur kemampuan perusahaan


dalam mengelola modal yang dimiliki yang diinvestasikan dalam keseluruhan aktiva untuk
menghasilkan keuntungan bagi investor dan pemegang saham.

Rumus menghitung Earning Power of Total Investment:


Earning Power of Total Investment = EBIT / Jumlah Aktiva X 100%

e. Rate of Return Investment (ROI) atau Net Earning Power Ratio, rasio untuk
mengukur kemampuan modal yang diinvestasikan dalam keseluruhan aktiva untuk
menghasilkan pendapatan bersih.

Rumus menghitung Rate of Return Investment (ROI):


Rate of Return Investment (ROI) = EAT / Jumlah Aktiva X 100%

f. Return on Equity (ROE), rasio untuk mengukur kemampuan equity untuk menghasilkan
pendapatan bersih.
Rumus menghitung Return on Equity (ROE):
Return on Equity (ROE) = EAT / Jumlah Equity X 100%

g. Rate of Return on Net Worth atau Rate of Return for the Owners, rasio untuk
mengukur kemampuan modal sendiri diinvestasikan dalam menghasilkan pendapatan bagi
pemegang saham.

Rumus menghitung Rate of Return on Net Worth:


Rate of Return on Net Worth = EAT / Jumlah Modal Sendiri X 100%

Catatan : Semakin tinggi nilai persentase Rasio Profitabilitas ini adalah adalah semakin
baik, sebaiknya Anda bisa membandingkannya dengan nilai rata-rata dari industri sejenis
di pasar.

3. Rasio Solvabilitas atau Leverage Ratio

Rasio untuk mengukur seberapa besar kemampuan perusahaan memenuhi semua kewajiban
finansial jangka panjang.

Ada beberapa jenis rasio Solvabilitas antara lain :

a. Total Debt to Assets Ratio, rasio untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam
menjamin hutang-hutangnya dengan sejumlah aktiva yang dimilikinya.

Rumus menghitung Total Debt to Assets Ratio:


Total Debt to Assets Ratio = Total Hutang / Total Aktiva X 100%

b. Total Debt to Equity Ratio, rasio untuk mengukur seberapa besar perusahaan dibiayai
oleh pihak kreditur dibandingkan dengan equity.

Rumus menghitung Total Debt to Equity Ratio:


Total Debt to Assets Ratio = Total Hutang / Modal Sendiri X 100%

Catatan : Semakin tinggi nilai persentase Rasio Solvabilitas ini adalah semakin buruk
kemampuan perusahaan untuk membayar kewajiban jangka panjangnya, maksimal
nilainya adalah 200%.

4. Rasio Aktifitas atau Activity Ratio

Rasio untuk mengukur seberapa efektif perusahaan dalam memanfaatkan sumber daya yang
dimilikinya.

Ada beberapa jenis rasio Solvabilitas antara lain :


a. Total Assets Turn Over, rasio untuk mengukur tingkat perputaran total aktiva terhadap
penjualan.

Rumus menghitung Total Assets Turn Over Ratio:


Total Assets Turn Over Ratio = Penjualan / Total Aktiva X 100%

b. Working Capital Turn Over, rasio untuk mengukur tingkat perputaran modal kerja
bersih (Aktiva Lancar-Hutang Lancar) terhadap penjualan selama suatu periode siklus kas
dari perusahaan.

Rumus menghitung Working Capital Turn Over Ratio:


Working Capital Turn Over Ratio = Penjualan / Modal Kerja Bersih X 100%

c. Fixed Assets Turn Over, rasio untuk mengukur perbandingan antara aktiva tetap yang
dimiliki terhadap penjualan.

Rasio ini berguna untuk mengevaluasi seberapa besar tingkat kemampuan perusahaan dalam
memanfaatkan aktivatetap yang dimiliki secara efisien dalam rangka meningkatkan
pendapatan.

Rumus menghitung Fixed Assets Turn Over Ratio:


Fixed Assets Turn Over Ratio = Penjualan / Aktiva Tetap X 100%

d. Inventory Turn Over, rasio untuk mengukur tingkat efisiensi pengelolaan perputaran
persediaan yang dimiliki terhadap penjualan.

Semakin tinggi rasio ini akan semakin baik dan menunjukkan pengelolaan persediaan yang
efisien.

Rumus menghitung Inventory Turn Over Ratio:


Inventory Turn Over Ratio = Penjualan / Persediaan X 100%

e. Average Collection Period Ratio, rasio untuk mengukur berapa lama waktu yang
dibutuhkan oleh perusahaan dalam menerima seluruh tagihan dari konsumen.

Rumus menghitung Average Collection Period Ratio:


Average Collection Period Ratio = Piutang X 365 / Penjualan X 100%

f. Receivable Turn Over, rasio untuk mengukur tingkat perputaran piutang dengan membagi
nilai penjualan kredit terhadap piutang rata-rata.

Semakin tinggi rasio ini akan semakin baik dan menunjukan modal kerja yang ditanamkan
dalam piutang rendah.

Rumus menghitung Receivable Turn Over Ratio:


Receivable Turn Over Ratio = Penjualan / Piutang Rata-Rata X 100%
Catatan : Semakin tinggi nilai persentase Rasio Activity ini adalah semakin baik, Anda
bisa membandingkannya dengan nilai rata-rata dari industri sejenis di pasar agar dapat
menilai seberapa efisien Anda mengelola sumber daya yang dimiliki.

Likuiditas, Solvabilitas, Rentabilitas, Pengertian Rumus dan contoh

Kadang kadang suatu kredit itu tidak dijamin dengan harta tetap tetapi cukup dengan
kepercayaan dari kreditur terhadap perusahaan (debitur). Kepercayaan itu bisa diberikan
apabila kredit kredit yang lampau telah dilunasi dengan baik.

Untuk mengetahui seberapa jauh kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban


keuangannya, keditur dapat melihat pada neraca perusahaan. Alat yang pengukur yang
digunakan adalah: likuiditas dan solvabilitas.

1. Likuiditas

Pengertian secara umu tentang likuiditas itu dapat dilihat defenisinya sebagai berikut:

Likuiditas adalah, kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban financialnya setiap


saat.

Pada pokoknya, kewajiban kewajiban yang harus dapat dipenuhi oleh perusahaan ada dua
yaitu:

a. Mampu membayar utang-utangnya pada setiap saat ditagih, kemampuan ini disebut
likuiditas badan usaha
b. Mampu membiayai operasi perusahaan sehari-hari. Kemampua ini disebut likuiditas
perusahaan.

Untuk menentukan likuiditas dapatlah digunakan dua rumus berikut dengan mencari current
ratio dan quick ratio.

Current ratio = Aktiva lancar/Utang lancara

Quick ratio = Aktiva lancar – persediaan / utang lancar


Aktiva lancar adalah aktiva keuangan perusahaan yang dapat dengan segera dicarikan dalam
bentuk uang tunai. Termasuk dalam kategori aktiva lancar berikut ini:

 Kas
 Bank
 Surat –surat berharga
 Piutang
 Persedian barang

Utang lancar adalah semua utang jangka pendek perusahaan. Tujuan dari quick ratio adalah
untuk mengetahui jumlah kekayaan yang dapat dengan cepat dicairkan dalam bentuk uang
tunai. oleh karena itulah persedian tidak diperhitungkan di dalam menghitung quick ratio ini
karena persediaan dianggap memerlukan waktu yang cukup lama bilaman hendak dicairkan
dalam bentuk uang tunai.

Persahaan yang dapat memenuhi semua kewajibannya (baik terhadap utang maupun
kewajibannya sehari hari) dikatakan dalam keadaan likuid. Sedangkan perusahaan yang tidak
mampu dikaitkan dalam keadaan likuid.

2. Solvabilas

Yang dimaksud dengan solvabilatas adalah kemampuan perusahaan untuk membayar semua
utang – utangnya pada saat perusahaan dilikuidasi atau dibubarkan. Untuk menentukan
solvabilitas dapatlah digunakan rumus sebagai berikut:

Solvabilitas = Total aktiva / Total Utang

Utang perusahaan yang dimaksud dalam rumus tersebut adalah meliputi baik utang jangka
pendek (utang lancar) maupun utang jangka panjang. Sedangkan total aktiva adalah semua
kekayaan perusahaan, meliputi aktiva lancar dan aktiva tetap. Ini dapat dilihat dalam neraca
sisi debet.

Apabila perusahaan mampu memenuhi semua kewajibannya ada saat dibubarkan, berarti
perusahaan tersebut dalam keadaan solvabel. Sedangkan kalau perusahaan tidak mampu
memenuhinya, dikaitakan dengan in solvabel.

Dengan demikian dari likuidatas dan solvabilitas perusahaan mempunyai beberapa


kemungkinan

 Solvabel --- Likuid


 Invsolvabel ---Likuid
 Selvabel --- Ilikuid
 Insolvabel --- Inlikuiid

Contoh

Perusahaan “XYZ” mempunyai neraca pada tanggal 31 Desember 19 A sebagai berikut:


Perusahaan “XYZ”
Neraca per 31 Desember 1981
Aktiva Lancar Utang Lancar
 Kas Rp.500.000 Utang wesel Rp.1.000.000
 Bank Rp.1.250.000 Utang jangka pendek
 Piutang Rp.2.500.000 Bank 2.250.000
 Surat berharga Rp.1.100.000 Utang jangka
 Persediaan Rp.2.000.000 panjang 13.500.000
Rp.7.350.000 Utang Bank Rp.16..750.000

Aktiva Tetap Modal Rp.10.000.000


 Inventaris Rp.2.000.000
 kendaraan Rp.4.000.000
 Tanah Rp.8.000.000 Laba ditahan Rp.6.600.000
 Gedung Rp.12.000.000
Rp.26.000.000
Total Aktiva Rp.33.350.000 Total Passiva Rp.33.350.000

Likuiditas Perusahaan “XYZ” tersebut adalah:

1. Current ratio = Aktiva lancar / utang lancar = Rp.7.350.000/Rp.3.250.000 = 2,26


2. Acid Test Ratio = Aktiva lancar – Persediaan / Utang lancar
= Rp.7.350.000 – Rp.2.000.000 / 3.250.000 = 1,65

3. Solvabilitas Perusahaan “XYZ” tersebut adalah


Solvabilitas = Total aktiva / Total Utang = 33.350.000 / 16.750.000 = 1,99

Rentabilitas

Secara umum, rentabilitas ini dapat dikaitkan sebagai kemampuan perusahaan untuk
menghasilkan laba dari sejumlah dana yang dipakai untuk menghasilkan laba tersebut.

Rentabilitas ini dapat dipakai sebagai alat pengukur untuk mengambil keputusan tentang
masalah financial leverage, yaitu masalah apakah dalam memenuhi kebutuhan dana
perusahaan akan menggunakan modal asing (kredit) ataukan modal sendiri. Ada dua macam
rentabilitas, yaitu:

1. Rentabilitas Ekonomis
Rentabilitas ekonomis adalah kemampuan untuk menghasilkan laba dari keseluruhan modal,
baik modal asing maupun modal sendiri, yang digunakan untuk menghasilkan laba tersebut.

Untuk mencari besarnya rentabilitas ekonomis dapatlah digunakan rumus sebagai berikut:

RE = Lk / MA + MS x 100%

Ket:

RE = Rentabilitas

Lk = Laba kotor

MA = Modal asing

MS = Modal Sendiri

2. Rentabilital Modal Sendiri

Rentabilitas modal sendiri adalah kemampuan untuk menghasilkan laba dari sejumlah modal
sendiri yang digunakan untuk menghasilkan laba tersebut.

Rentabilitas modal sendiri dapat dicari dengan menggunakan rumus:

RMS = Lb / MS x 100%

Keterangan:

RMS = Rentabilitas Modal Sendiri

Lb = Laba bersih (sesudah bunga dan pajak)

MS = Modal Sendiri (Modal Saham)

Rentabilitas ekonomis dan Rentabilitas modal sendiri mempunyai kaitan yang sangat erat,
dan saling mempengaruhi dalam setiap keputusan yang diambil. Beberapa kriteria yang dapat
dipakai untuk mengambil keputusan adalah:

a. Apabila rentabilitas lebih kecil dari tingkat bunga modal asing, lebih baik
menggunakan modal sendiri, sebab rentabilitas modal sendiri akan lebih besar
dibandingkan dengan apabila digunakan modal asing.
b. Apabila rentabilitas ekonomis lebih besar dibanding dengan tingkat bunga modal
asing, maka akan lebih baik digunakan modal asing, sebab rentabilitas modal sendiri
akan lebih besar dibandingkan apabila menggunakan modal asing.

Rentabilitas modal sendiri selalu diusahakan besar karena dengan makin besarnya rentabilitas
modal sendiri, maka deviden akan semakin besar pula.
Contoh 1.

PT RITA pada tahun 1979 telah memiliki modal sebesar Rp.20.000.000 yang terdiri atas
Rp.10.000.000, sebagai modal sendiri dan Rp.10,000.000 sebagai modal asing. Tahun 1980
perusahaan merencanakan akan memperluas usahanya. Untuk itu diperlukan modal tambahan
sebesar Rp.10.000.000 dengan harapan laba dapat meningkat menjadi Rp.4.500.00

Pertanyaan :

Dari sumber manakah tambahan modal akan di ambil bilmana diketahui bunga modal asing
12% dan panjak perseroan sebesar 45%

Jawab :

Rentabilitas Ekonomis = Lk / MA + MS x 100%

= 4.500.000 / 30.000.000 =x 100%

= 15%

Rentabilitas ekonomi (15%) lebih besar daripada 12%, sehingga lebih baik digunakan modal
asing.

Rentabilitas modal sendir dapat dihitung dengan cara sebagai berikut:

Tambahan dengan modal Tambahan dengan modal


asing sendiri
Laba kotor 4.500.000 4.500.000
Bunga 12% 2.400.000 1.200.000
2.100.000 3.300.000
Pajak 45% 945.000 1.485.000
Laba bersih 1.155.000 1.815.000

RMS 1.155.000/10.000.000 x 1.815.000/20.000.000 x 100%


100% = 11,5% = 9,075%
Contoh 2

Misalkan tingkat bunga 18% pertahun dan data lainnya sama seperti pada contoh 1 . dalam
hal ini akan lebih baik apabila digunakan modal sendiri, sebab rentabilitas modal sendiriya
akan lebih besar.

Tambahan dengan modal Tambahan dengan modal


asing sendiri
Laba kotor 4.500.000 4.500.000
Bunga 12% 3.600.000 1.800.000
900.000 2.700.000
Pajak 45% 405.000 1.215.000
Laba bersih 495.000 1.485.000
RMS 495.000/10.000.000 x 100% 1.485.000/20.000.000 x 100%
= 4,95% = 7,425%

Anda mungkin juga menyukai