Untuk membuat arus kas metode langsung, Anda harus menyiapkan buku
kas bank dan buku kas kecil.
Berbeda dengan metode langsung, rumus cash flow metode tidak langsung
memusatkan perhatian pada perbedaan antara laba bersih dan arus kas dari
aktivitas operasi.
Dalam metode ini arus kas operasi, arus kas investasi dan arus kas
pendanaan disusun berdasarkan laporan laba rugi dan neraca.
Cara Membuat Laporan Arus Kas atau Cash Flow
Di luar perbedaan antara rumus cash flow metode langsung dan tidak
langsung, umumnya ada 5 langkah untuk membuat cashflow.
Seetelah memahami apa itu cash flow artinya, sekarang beranjak ke cara
membuat cash flow pada laporan.
Mari kita simak contoh cash flow dan langkahnya berikut ini.
a. Menghitung Kenaikan atau Penurunan Kas
Untuk menghitungnya Anda dapat melihat laporan arus kas dan neraca
pada akun kas.
Selain itu, Anda juga dapat menghitung kenaikan dan penurunan kas
dengan melihat buku kas bank dan buku kas kecil.
b. Menghitung & Melaporkan Kas Bersih yang Digunakan pada Aktivitas
Operasional
Langkah ketiga ini sama dengan langkah kedua, hanya saja yang
membedakan jenis kegiatannya yakni kegiatan investasi.
Konsep langkah keempat terkait rumus cash flow ini juga sama seperti
sebelumnya.
Jika langkah 2, 3, dan 4 sudah Anda lakukan, maka langkah terakhir akan
lebih mudah dilakukan.
Pada bagian bawah halaman ini,terdapat keterangan saldo kas awal dan
saldo kas akhir.
Saldo pembuka adalah jumlah total dari saldo awal kas & bank Anda
sesuai dengan tanggal awal yang dipilih, seperti contoh di atas, saldo kas
awal diambil dari tanggal 1 Januari 2017.
Saldo penutupan adalah jumlah total dari saldo kas & bank setelah
mengalami pergerakan sampai periode terakhir yang dipilih, seperti contoh
di atas, saldo kas akhir diambil sampai tanggal 31 Desember 2017.
Analisis Rasio Laporan Keuangan Perusahaan
1. Rasio Likuiditas
Rasio untuk mengukur kemampuan perusahaan untuk memenuhi kemampuan
finansialnya dalam jangka pendek.
Net Profit Margin = Laba Bersih Setelah Pajak (EAT) / Penjualan Netto X
100%
d. Earning Power of Total Investment, rasio untuk mengukur kemampuan
perusahaan dalam mengelola modal yang dimiliki yang diinvestasikan dalam
keseluruhan aktiva untuk menghasilkan keuntungan bagi investor dan pemegang
saham.
e. Rate of Return Investment (ROI) atau Net Earning Power Ratio, rasio untuk
mengukur kemampuan modal yang diinvestasikan dalam keseluruhan aktiva
untuk menghasilkan pendapatan bersih.
g. Rate of Return on Net Worth atau Rate of Return for the Owners, rasio
untuk mengukur kemampuan modal sendiri diinvestasikan dalam menghasilkan
pendapatan bagi pemegang saham.
a. Total Assets Turn Over, rasio untuk mengukur tingkat perputaran total aktiva
terhadap penjualan.
Working Capital Turn Over Ratio = Penjualan / Modal Kerja Bersih X 100%
Semakin tinggi rasio ini akan semakin baik dan menunjukkan pengelolaan
persediaan yang efisien.
Rumus menghitung Inventory Turn Over Ratio:
Semakin tinggi rasio ini akan semakin baik dan menunjukan modal kerja yang
ditanamkan dalam piutang rendah.
Teknik analisa ini hampir sama dengan Metode Analisa Pertumbuhan namun
angka pembanding adalah suatu laporan keuangan periode tertentu yang
dijadikan indeks dan dipilih sebagai tahun dasar.
Quick Ratio atau Acid Test Ratio yaitu salah satu rasio untuk
mengukur kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban
finansial jangka pendek dengan mengunakan aktiva lancar yang lebih
likuid (Liquid Assets).
Ps : Nilai ideal dari ketiga analisa rasio likuiditas ini adalah sebesar minimum
sebesar 150%, semakin besar adalah semakin baik dan perusahaan dalam
kondisi sehat.
Net Profit Margin = Laba Bersih Setelah Pajak (EAT) / Penjualan Netto X
100%