Anda di halaman 1dari 18

1.

 Metode Laporan Arus Kas / Laporan Cash Flow


Ada dua metode untuk membuat contoh laporan arus kas atau cash
flow adalah metode langsung (direct cash flow) dan metode tidak langsung
(indirect cashflow).
a. Metode Langsung

Pada rumus cash flow metode langsung merupakan metode membuat


laporan arus kas dengan mengelompokkan kegiatan operasi ke dalam
berbagai kategori.

Misalnya, aktivitas operasional dibedakan akunnya sendiri-sendiri seperti


akun beban penyusutan, beban amortisasi, keuntungan, dan kerugian,
utang, dan sebagainya.

Sehingga metode ini lebih mudah dimengerti dan dapat memberikan


informasi yang lengkap dalam pengambilan keputusan.

Untuk membuat arus kas metode langsung, Anda harus menyiapkan buku
kas bank dan buku kas kecil.

Selanjutnya Anda dapat memilih untuk melakukan pemeriksaan silang


antar buku kas bank, rekening koran, bonggol check atau buku kas kecil.
b. Metode Tidak Langsung

Berbeda dengan metode langsung, rumus cash flow metode tidak langsung
memusatkan perhatian pada perbedaan antara laba bersih dan arus kas dari
aktivitas operasi.

Metode tidak langsung menunjukan hubungan antara laporan keuangan


laba rugi, neraca dan arus kas ( cashflow ).

Nah karena datanya sudah tersedia langsung dalam perusahaan maka


metode ini lebih murah dibandingkan metode langsung.

Dalam metode ini arus kas operasi, arus kas investasi dan arus kas
pendanaan disusun berdasarkan laporan laba rugi dan neraca.
Cara Membuat Laporan Arus Kas atau Cash Flow
Di luar perbedaan antara rumus cash flow metode langsung dan tidak
langsung, umumnya ada 5 langkah untuk membuat cashflow.

Seetelah memahami apa itu cash flow artinya, sekarang beranjak ke cara
membuat cash flow pada laporan.

Anda bisa membuatnya secara manual, atau secara otomatis dengan


bantuan aplikasi seperti Aplikasi Akuntansi Jurnal By Mekari.

Mari kita simak contoh cash flow dan langkahnya berikut ini.
a. Menghitung Kenaikan atau Penurunan Kas

Langkah pertama untuk membuat cash flow adalah menghitung kenaikan


atau penurunan kas perusahaan.

Untuk menghitungnya Anda dapat melihat laporan arus kas dan neraca
pada akun kas.

Selain itu, Anda juga dapat menghitung kenaikan dan penurunan kas
dengan melihat buku kas bank dan buku kas kecil.
b. Menghitung & Melaporkan Kas Bersih yang Digunakan pada Aktivitas
Operasional

Dalam perjalanannya, kas digunakan untuk berbagai macam kegiatan.


Pada langkah kedua ini Anda harus memisahkan kas yang khusus untuk
kegiatan operasi.

Kemudian, hitunglah jumlahnya dan buatlah laporan kas bersih yang


digunakan untuk aktivitas operasional.
c. Menghitung & Melaporkan Kas Bersih yang Digunakan pada Aktivitas
Investasi Di Laporan Cash Flow / Arus Kas

Langkah ketiga ini sama dengan langkah kedua, hanya saja yang
membedakan jenis kegiatannya yakni kegiatan investasi.

Kegiatan investasi misalnya, pembelian/penjualan aktiva tetap atau


investasi jangka panjang lainnya.
Perhatikan kegiatan investasi yang dilakukan pada periode berjalan dan
hitunglah berapa jumlah kas bersih yang digunakan.
d. Menghitung & Melaporkan Kas Bersih yang Digunakan pada Aktivitas
Pendanaan

Konsep langkah keempat terkait rumus cash flow ini juga sama seperti
sebelumnya.

Untuk menghitung Anda dapat memasukkan nilai penambahan atau


pengurangan kas yang berasal dari kewajiban jangka panjang dan ekuitas
pemilik.
e. Hitung & Jumlahkan Kas Bersih dari Ketiga Aktivitas Cashflow

Langkah terakhir yakni menghitung penggunaan dan penerimaan kas


bersih dari aktivitas operasi, investasi, dan pendanaan.

Jika langkah 2, 3, dan 4 sudah Anda lakukan, maka langkah terakhir akan
lebih mudah dilakukan.

Anda hanya perlu membuat laporannya saja. Jangan lupa untuk


memasukkan saldo kas awal periode pada perhitungannya.
2.

Pada bagian bawah halaman ini,terdapat keterangan saldo kas awal dan
saldo kas akhir.
Saldo pembuka adalah jumlah total dari saldo awal kas & bank Anda
sesuai dengan tanggal awal yang dipilih, seperti contoh di atas, saldo kas
awal diambil dari tanggal 1 Januari 2017.

Saldo penutupan adalah jumlah total dari saldo kas & bank setelah
mengalami pergerakan sampai periode terakhir yang dipilih, seperti contoh
di atas, saldo kas akhir diambil sampai tanggal 31 Desember 2017.
Analisis Rasio Laporan Keuangan Perusahaan

Analisa rasio keuangan yang biasa digunakan adalah:

1. Rasio Likuiditas
Rasio untuk mengukur kemampuan perusahaan untuk memenuhi kemampuan
finansialnya dalam jangka pendek.

Ada beberapa jenis rasio likuiditas antara lain :

a. Current Ratio, rasio untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam


membayar kewajiban finansial jangka pendek dengan mengunakan aktiva lancar.

Rumus menghitung Current Ratio:

Current Ratio = Aktiva Lancar / Hutang Lancar X 100%

b. Cash Ratio, rasio untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam membayar


kewajiban finansial jangka pendek dengan mengunakan kas yang tersedia dan
berikut surat berharga atau efek jangka pendek.

Rumus menghitung Cash Ratio:

Cash Ratio = Kas + Efek / Hutang Lancar X 100%

c. Quick Ratio atau Acid Test Ratio, rasio untuk mengukur kemampuan


perusahaan dalam membayar kewajiban finansial jangka pendek dengan
mengunakan aktiva lancar yang lebih likuid (Liquid Assets).

Rumus menghitung Quick Ratio:

Quick Ratio = Kas + Efek + Piutang / Hutang Lancar X 100%


  Catatan :  Nilai ideal dari ketiga analisa rasio likuiditas ini ini adalah
minimum sebesar 150%, semakin besar adalah semakin baik dan
perusahaan dalam kondisi sehat.

2. Rasio Profitabilitas atau Rentabilitas


Rasio untuk mengukur seberapa besar kemampuan perusahaan memperoleh laba
dalam hubungannya dengan nilai penjualan, aktiva, dan modal sendiri.

Ada beberapa jenis rasio profitabilitas antara lain :

a. Gross Profit Margin, rasio untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam


mendapatkan laba kotor dari penjualan.

Rumus menghitung Gross Profit Margin:

Gross Profit Margin = Penjualan Netto - HPP / Penjualan Netto X 100%

b. Operating Income Ratio, rasio untuk mengukur kemampuan perusahaan


dalam mendapatkan laba operasi sebelum bunga dan pajak dari penjualan.

Rumus menghitung Operating Income Ratio:

Operating Income Ratio = Penjualan Netto - HPP – Biaya Administrasi &


Umum (EBIT) / Penjualan Netto X 100%

c. Net Profit Margin, rasio untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam


mendapatkan laba bersih dari penjualan.

Rumus menghitung Net Profit Margin:

Net Profit Margin = Laba Bersih Setelah Pajak (EAT) / Penjualan Netto X
100%
d. Earning Power of Total Investment, rasio untuk mengukur kemampuan
perusahaan dalam mengelola modal yang dimiliki yang diinvestasikan dalam
keseluruhan aktiva untuk menghasilkan keuntungan bagi investor dan pemegang
saham.

Rumus menghitung Earning Power of Total Investment:

Earning Power of Total Investment = EBIT / Jumlah Aktiva X 100%

e. Rate of Return Investment (ROI) atau Net Earning Power Ratio, rasio untuk
mengukur kemampuan modal yang diinvestasikan dalam keseluruhan aktiva
untuk menghasilkan pendapatan bersih.

Rumus menghitung Rate of Return Investment (ROI):

Rate of Return Investment (ROI) = EAT / Jumlah Aktiva X 100%

f. Return on Equity (ROE), rasio untuk mengukur kemampuan equity untuk


menghasilkan pendapatan bersih.

Rumus menghitung Return on Equity (ROE):

Return on Equity (ROE) = EAT / Jumlah Equity X 100%

g. Rate of Return on Net Worth atau Rate of Return for the Owners, rasio
untuk mengukur kemampuan modal sendiri diinvestasikan dalam menghasilkan
pendapatan bagi pemegang saham.

Rumus menghitung Rate of Return on Net Worth:

Rate of Return on Net Worth = EAT / Jumlah Modal Sendiri X 100%

  Catatan :  Semakin tinggi nilai persentase Rasio Profitabilitas ini adalah


adalah semakin baik, sebaiknya Anda bisa membandingkannya dengan
nilai rata-rata dari industri sejenis di pasar. 
3. Rasio Solvabilitas atau Leverage Ratio
Rasio untuk mengukur seberapa besar kemampuan perusahaan memenuhi
semua kewajiban finansial jangka panjang.

Ada beberapa jenis rasio Solvabilitas antara lain :

a. Total Debt to Assets Ratio, rasio untuk mengukur kemampuan perusahaan


dalam menjamin hutang-hutangnya dengan sejumlah aktiva yang dimilikinya.

Rumus menghitung Total Debt to Assets Ratio:

Total Debt to Assets Ratio = Total Hutang / Total Aktiva X 100%

b. Total Debt to Equity Ratio, rasio untuk mengukur seberapa besar perusahaan


dibiayai oleh pihak kreditur dibandingkan dengan equity.

Rumus menghitung Total Debt to Equity Ratio:

Total Debt to Assets Ratio = Total Hutang / Modal Sendiri X 100%

  Catatan :  Semakin tinggi nilai persentase Rasio Solvabilitas ini adalah


semakin buruk kemampuan perusahaan untuk membayar kewajiban jangka
panjangnya, maksimal nilainya adalah 200%. 

4.  Rasio Aktifitas atau  Activity Ratio 


Rasio untuk mengukur seberapa efektif perusahaan dalam memanfaatkan sumber
daya yang dimilikinya. 
Ada beberapa jenis rasio Solvabilitas antara lain :

a. Total Assets Turn Over, rasio untuk mengukur tingkat perputaran total aktiva
terhadap penjualan.

Rumus menghitung Total Assets Turn Over Ratio:

Total Assets Turn Over Ratio = Penjualan  / Total Aktiva X 100%

b. Working Capital Turn Over, rasio untuk mengukur tingkat perputaran modal


kerja bersih (Aktiva Lancar-Hutang Lancar) terhadap penjualan selama suatu
periode siklus kas dari perusahaan.

Rumus menghitung Working Capital Turn Over Ratio:

Working Capital Turn Over Ratio = Penjualan  / Modal Kerja Bersih X 100%

c. Fixed Assets Turn Over, rasio untuk mengukur perbandingan antara aktiva


tetap yang dimiliki terhadap penjualan.

Rasio ini berguna untuk mengevaluasi seberapa besar tingkat kemampuan


perusahaan dalam memanfaatkan aktivatetap yang dimiliki secara efisien dalam
rangka meningkatkan pendapatan.

Rumus menghitung Fixed Assets Turn Over Ratio:

Fixed Assets Turn Over Ratio = Penjualan  / Aktiva Tetap X 100%

d. Inventory Turn Over, rasio untuk mengukur tingkat efisiensi pengelolaan


perputaran persediaan yang dimiliki terhadap penjualan.

Semakin tinggi rasio ini akan semakin baik dan menunjukkan pengelolaan
persediaan yang efisien.
Rumus menghitung Inventory Turn Over Ratio:

Inventory Turn Over Ratio = Penjualan  / Persediaan X 100%

e. Average Collection Period Ratio, rasio untuk mengukur  berapa lama waktu


yang dibutuhkan oleh perusahaan dalam menerima seluruh tagihan dari
konsumen.

Rumus menghitung Average Collection Period Ratio:

Average Collection Period Ratio = Piutang X 365  / Penjualan  X 100%

f. Receivable Turn Over, rasio untuk mengukur tingkat perputaran piutang


dengan membagi nilai penjualan kredit terhadap piutang rata-rata.

Semakin tinggi rasio ini akan semakin baik dan menunjukan modal kerja yang
ditanamkan dalam piutang rendah.

Rumus menghitung Receivable Turn Over Ratio:

Receivable Turn Over Ratio = Penjualan  / Piutang Rata-Rata X 100%


Tugas 2

Metode dan Tehnik Analisis Rasio Keuangan


1. Metode Analisa Pertumbuhan

Sebuah tehnik analisa yang juga dapat disusun dengan membandingkan


kenaikan atau penurunan posisi laporan keuangan pada suatu periode
tertentu dengan periode lainnya dari masing-masing pos yang terdapat di
dalam laporan keuangan tersebut dengan menggunakan nilai persentase.

2. Metode Trend dan Indeks

Teknik analisa ini hampir sama dengan Metode Analisa Pertumbuhan namun
angka pembanding adalah suatu laporan keuangan periode tertentu yang
dijadikan indeks dan dipilih sebagai tahun dasar.

Teknik tren ini sangat berguna untuk dapat memproyeksikan laporan


keuangan di masa yang akan datang dengan menggunakan data historis.

3. Metode Analisis Rasio

Teknik analisis dengan membandingkan masing-masing pos laporan


keuangan yang sangat relevan atau data yang signifikan.

Penggolongan Rasio Keuangan


1. Rasio Neraca (Balance Sheet Ratio) yakni rasio-rasio yang disusun
dari suatu data dalam neraca.
2. Rasio Laporan Rugi-Laba (Income Statement Ratio) yakni rasio-
rasio yang disusun dari suatu data dalam laporan rugi laba.
3. Rasio Antar Laporan (Intern Statement Ratio) yaitu rasio-rasio yang
disusun dari suatu data yang berasal dari neraca dan data lainnya yang
berasal dari laporan rugi laba.
Rumus – Rumus Rasio Keuangan
1. Rasio Likuiditas

Rasio untuk dapat mengukur kemampuan perusahaan untuk memenuhi


kemampuan finansialnya dalam jangka pendek.

Ada beberapa jenis rasio likuiditas antara lain sebagai berikut :

 Current Ratio yakni salah satu rasio untuk mengukur kemampuan


perusahaan dalam membayar kewajiban finansial jangka pendek
dengan mengunakan aktiva lancar.

Rumus menghitung Current Ratio yaitu :

Current Ratio = Aktiva Lancar / Hutang Lancar X 100%

 Cash Ratio yaitu salah satu rasio untuk mengukur kemampuan


perusahaan dalam membayar kewajiban finansial jangka pendek
dengan mengunakan kas yang tersedia dan berikut surat berharga atau
efek jangka pendek.

Rumus menghitung Cash Ratio yaitu :

Cash Ratio = Kas + Efek / Hutang Lancar X 100%

 Quick Ratio atau Acid Test Ratio yaitu salah satu rasio untuk
mengukur kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban
finansial jangka pendek dengan mengunakan aktiva lancar yang lebih
likuid (Liquid Assets).

Rumus menghitung Quick Ratio yakni :

Quick Ratio = Kas + Efek + Piutang / Hutang Lancar X 100%

Ps : Nilai ideal dari ketiga analisa rasio likuiditas ini adalah sebesar minimum
sebesar 150%, semakin besar adalah semakin baik dan perusahaan dalam
kondisi sehat.

2. Rasio Profitabilitas atau Rentabilitas

Rasio untuk dapat mengukur seberapa besar kemampuan perusahaan


memperoleh laba dalam hubungannya dengan nilai penjualan, aktiva, dan
modal sendiri.

Ada beberapa jenis rasio profitabilitas antara lain sebagai berikut :


 Gross Profit Margin yaitu salah satu rasio untuk mengukur
kemampuan perusahaan dalam mendapatkan laba kotor dari penjualan.

Rumus menghitung Gross Profit Margin yaitu :

Gross Profit Margin = Penjualan Netto – HPP / Penjualan Netto X 100%

 Operating Income Ratio yakni salah satu rasio untuk mengukur


kemampuan perusahaan dalam mendapatkan laba operasi sebelum
bunga dan pajak dari penjualan.

Rumus menghitung Operating Income Ratio yaitu :

Operating Income Ratio = Penjualan Netto – HPP – Biaya Administrasi &


Umum (EBIT) / Penjualan Netto X 100%

 Net Profit Margin yaitu salah satu rasio untuk mengukur kemampuan


perusahaan dalam mendapatkan laba bersih dari penjualan.

Rumus menghitung Net Profit Margin yaitu :

Net Profit Margin = Laba Bersih Setelah Pajak (EAT) / Penjualan Netto X
100%

 Earning Power of Total Investment yaitu salah satu rasio untuk dapat


mengukur kemampuan perusahaan dalam mengelola modal yang
dimiliki yang diinvestasikan dalam keseluruhan aktiva untuk
menghasilkan keuntungan bagi investor dan pemegang saham.

Rumus menghitung Earning Power of Total Investment yakni :

Earning Power of Total Investment = EBIT / Jumlah Aktiva X 100%

 Rate of Return Investment (ROI) atau Net Earning Power Ratio ialah


salah satu rasio untuk mengukur kemampuan modal yang
diinvestasikan dalam keseluruhan aktiva untuk menghasilkan
pendapatan bersih.
Rumus menghitung Rate of Return Investment (ROI) yaitu :

Rate of Return Investment (ROI) = EAT / Jumlah Aktiva X 100%

 Return on Equity (ROE) ialah salah satu rasio untuk mengukur


kemampuan equity untuk menghasilkan pendapatan bersih.

Rumus menghitung Return on Equity (ROE) yakni :

Return on Equity (ROE) = EAT / Jumlah Equity X 100%

 Rate of Return on Net Worth atau Rate of Return for the


Owners ialah salah satu rasio untuk mengukur kemampuan modal
sendiri diinvestasikan dalam menghasilkan pendapatan bagi pemegang
saham.

Rumus menghitung Rate of Return on Net Worth yakni :

Rate of Return on Net Worth = EAT / Jumlah Modal Sendiri X 100%

Ps : Semakin tinggi nilai persentase Rasio Profitabilitas ini adalah akan


semakin baik, sebaiknya Anda bisa membandingkannya dengan nilai rata-
rata dari industri sejenis di pasar.

3. Rasio Solvabilitas atau Leverage Ratio

Rasio untuk dapat mengukur seberapa besar kemampuan perusahaan


memenuhi semua kewajiban finansial jangka panjang.

Ada beberapa jenis rasio Solvabilitas antara lain sebagai berikut :

 Total Debt to Assets Ratio ialah salah satu rasio untuk mengukur


kemampuan perusahaan dalam menjamin hutang-hutangnya dengan
sejumlah aktiva yang dimilikinya.

Rumus menghitung Total Debt to Assets Ratio yaitu :


Total Debt to Assets Ratio = Total Hutang / Total Aktiva X 100%

 Total Debt to Equity Ratio yaitu salah satu rasio untuk mengukur


seberapa besar perusahaan dibiayai oleh pihak kreditur dibandingkan
dengan equity.

Rumus menghitung Total Debt to Equity Ratio yakni :

Total Debt to Assets Ratio = Total Hutang / Modal Sendiri X 100%

Ps : Semakin tinggi nilai persentase Rasio Solvabilitas ini adalah akan


semakin buruk kemampuan perusahaan untuk membayar kewajiban jangka
panjangnya, maksimal nilainya adalah 200%.

4. Rasio Aktifitas atau Activity Ratio

Rasio untuk dapat mengukur seberapa efektif perusahaan dalam


memanfaatkan sumber daya yang dimilikinya.

Ada beberapa jenis rasio Solvabilitas antara lain sebagai berikut :

 Total Assets Turn Over merupakan salah satu rasio untuk mengukur


tingkat perputaran total aktiva terhadap penjualan.

Rumus menghitung Total Assets Turn Over Ratio yaitu :

Total Assets Turn Over Ratio = Penjualan / Total Aktiva X 100%

 Working Capital Turn Over yaitu salah satu rasio untuk mengukur


tingkat perputaran modal kerja bersih (Aktiva Lancar-Hutang Lancar)
terhadap penjualan selama suatu periode siklus kas dari perusahaan.

Rumus menghitung Working Capital Turn Over Ratio yakni :

Working Capital Turn Over Ratio = Penjualan / Modal Kerja Bersih X


100%
 Fixed Assets Turn Over yaitu salah satu rasio untuk mengukur
perbandingan antara aktiva tetap yang dimiliki terhadap penjualan.
Rasio ini juga berfungsi untuk dapat mengevaluasi seberapa besar
tingkat kemampuan perusahaan dalam memanfaatkan aktivatetap yang
dimiliki secara efisien dalam rangka meningkatkan pendapatan.

Rumus menghitung Fixed Assets Turn Over Ratio ialah :

Fixed Assets Turn Over Ratio = Penjualan / Aktiva Tetap X 100%

 Inventory Turn Over merupakan salah satu rasio untuk mengukur


tingkat efisiensi pengelolaan perputaran persediaan yang dimiliki
terhadap penjualan. Semakin tinggi rasio ini akan semakin baik juga
dan dapat menunjukkan pengelolaan persediaan yang efisien.

Rumus menghitung Inventory Turn Over Ratio ialah :

Inventory Turn Over Ratio = Penjualan / Persediaan X 100%

 Average Collection Period Ratio adalah salah satu rasio untuk


mengukur berapa lama waktu yang dibutuhkan oleh perusahaan dalam
menerima seluruh tagihan dari konsumen.

Rumus menghitung Average Collection Period Ratio yaitu :

Average Collection Period Ratio = Piutang X 365 / Penjualan X 100%

 Receivable Turn Over ialah salah satu rasio untuk mengukur tingkat


perputaran piutang dengan membagi nilai penjualan kredit terhadap
piutang rata-rata. Semakin tinggi rasio ini akan semakin baik juga dan
menunjukan modal kerja yang ditanamkan dalam piutang rendah.

Rumus menghitung Receivable Turn Over Ratio yaitu :

Receivable Turn Over Ratio = Penjualan / Piutang Rata-Rata X 100%


Ps : Semakin tinggi nilai persentase Rasio Activity ini adalah akan semakin
baik, Anda bisa membandingkannya dengan nilai rata-rata dari industri
sejenis di pasar supaya dapat menilai seberapa efisien Anda mengelola
sumber daya yang dimiliki.

5. Rasio Investasi (Investment Ratios)

Rasio Investasi merupakan suatu kemampuan perusahaan untuk


menghasilkan keuntungan yang akan digunakan untuk menutup investasi
yang dikeluarkan. Laba yang digunakan untuk dapat mengukur rasio ini
adalah laba bersih setelah pajak atau EAT.

Rasio ini dihitung dengan rumus seperti berikut :

Return On Investment = (EAT : Investasi) x 100%

Manfaat Analisis Rasio Keuangan


 Membantu untuk menganalisis tren kinerja sebuah perusahaan.
 Membantu para stakeholder untuk dapat membandingkan hasil
keuangan suatu perusahaan dengan pesaingnya.
 Membantu Manajemen, kreditur dan investor untuk mengambil suatu
keputusan.
 Dapat menunjukan suatu letak permasalahan keuangan perusahaan
serta kekuatan dan kelemahannya.

Anda mungkin juga menyukai