Anda di halaman 1dari 3

Nama : Aurelia Anjani

NIM : 215154040
Kelas : 3B AC
Matkul : Analisis Laporan Keuangan

Rangkuman Kelompok 2 Bab 3

A. Definisi Analisis Laporan Keuangan


Menurut Harahap (2011:35), analisis laporan keuangan adalah menjelaskan pos-pos
laporan keuangan menjadi unit informasi yang lebih kecil dan melihat hubungannya yang
bersifat signifikan atau yang mempunyai makna antara satu dengan yang lain, baik antara
data kuantitatif maupun data non kuantitatif dengan tujuan untuk mengetahui kondisi
keuangan lebih dalam yang sangat penting dalam proses menghasilkan keputusan yang
tepat. Kegunaan analisis laporan keuangan adalah untuk menilai kewajaran laporan
keuangan yang disajikan.
B. Tujuan Analisis Laporan Keuangan
Menurut Kasmir (2014:68), tujuan dari analisis laporan keuangan:
• Untuk mengetahui posisi keuangan dalam satu periode tertentu, naik harta,
kewajiban, modal, maupun hasil usaha yang telah dicapai untuk beberapa periode.
• Untuk mengetahui kelemahan-kelemahan apa saja yang menjadi kekurangan
perusahaan.
• Untuk mengetahui kekuatan-kekuatan yang dimiliki.
• Untuk mengetahui langkah-langkah perbaikan apa saja yang perlu dilakukan ke
depan yang berkaitan dengan posisi keuangan perusahaan saat ini.
• Untuk melakukan penilaian kinerja manajemen ke depan apakah perlu penyegaran
atau tidak karena sudah dianggap berhasil atau gagal.
• Sebagai pembanding dengan perusahaan sejenis tentang hasil yang mereka capai.
C. Manfaat Analisis Laporan Keuangan
Berikut beberapa manfaat utama analisis laporan keuangan pada perusahaan.
• Membantu stakeholder internal dan eksternal untuk membuat keputusan yang tepat
mengenai investasi berdasarkan pendapatan perusahaan dan profitabilitas masa
depan.
• Memberikan pandangan yang objektif tentang solvabilitas dan kesehatan keuangan
perusahaan bagi lembaga keuangan untuk menentukan keputusan pinjaman.
• Sebagai penggambaran secara akurat mengenai efisiensi operasional dan kemajuan
yang dihasilkan perusahaan berdasarkan keputusan yang dibuat di masa lalu oleh
para pemangku kepentingan.
D. Rasio Keuangan Perusahaan
1) Rasio Keuangan Profabilitas
a. Gross Profit Margin
Menunjukkan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba kotor yang
dapat dicapai dari setiap penjualan. Gross profit margin merupakan
perbandingan laba kotor dan penjualan pada periode yang sama. Semakin
besar hasil perhitungan menandakan semakin baik kondisi keuangan
perusahaan.
Rumus : GPM = (Laba kotor Perusahaan/Pendapatan Perusahaan) x 100%
b. Operating Profit Margin
Menggambarkan laba bersih sebelum bunga dan pajak yang didapat dari
penjualan perusahaan.
Rumus: OPM = (Laba Operasi/Penjualan Bersih) x 100%
c. Net Profit Margin
Mengukur jumlah rupiah laba bersih yang dihasilkan oleh setiap satu
penjualan rupiah. Semakin tinggi rasio artinya semakin baik, karena
menunjukan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba.
Rumus: NPM = (Laba Bersih Perusahaan/Pendapatan Perusahaan) x 100%
d. Return on Assets
Menunjukkan kemampuan perusahaan menghasilkan after tax operating
profit dari otal aset yang dimiliki perusahaan. Laba yang dihitung adalah
laba sebelum bunga dan pajak atau EBIT (Earning Before Interest and Tax).
Rumus: ROA = (Laba sebelum Bunga dan Pajak/Total aset) x 100%
e. Return on Invenstment
Menunjukkan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan keuntungan
yang akan digunakan untuk menutup investasi yang dikeluarkan. Laba yang
digunakan untuk menghitung rasio ini adalah laba setelah pajak/Earning
After Tax (EAT). Semakin besar hasilnya maka semakin baik.
Rumus: ROI = (Laba setelah Pajak/Biaya Investasi) x 100%
2) Rasio Keuangan Likuiditas
Rasio likuiditas menunjukan kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban
finansial jangka pendek seperti membayar gaji, utang yang jatuh tempo, biaya
operasional, dan biaya lainnya. Secara tidak langsung, rasio likuiditas bisa
mempengaruhi kredibilitas perusahaan dan peringkat kredit perusahaan. Sebab,
rasio likuiditas ini memegang peran penting dalam menjaga kestabilan keuangan
setiap bisnis. Terdapat 2 rasio, yaitu:
a. Current Ratio
Rasio ini menunjukkan perbandingan aset lancar dengan kewajiban
lancar. Semakin tinggi rasionya maka semakin tinggi kemampuan
perusahaan untuk menutupi kewajiban jangka pendeknya. Dikatakan sehat
jika rasionya berada di atas 1 atau diatas 100% atau artinya aktiva lancar
harus jauh di atas jumlah utang lancar.
Rumus: Current Ratio = (Current Assets/Current Liabilities) x 100%
b. Quick Ratio
Quick ratio menunjukkan perbandingan antara (kas + sekuritas jangka
pendek + piutang) dengan kewajiban lancar. Quick ratio disebut juga
dengan acid test ratio. Persediaan tidak dimasukan dalam perhitungan rasio
ini karena persediaan merupakan aktiva lancar yang memiliki tingkat
likuiditas yang kecil. Semakin tinggi hasilnya, semakin baik likuiditasnya.
Rumus: Quick Ratio = ((Current Assets - Inventory)/Current liabilities) x
100%
c. Rasio Modal Kerja
Semakin besar perbedaan antara aset yang dimiliki dengan hutang jangka
pendek yang harus dibayarkan, maka semakin sehat pula kondisi keuangan
perusahaan tersebut.
Rumus: Rasio Modal Kerja = Aset Lancar − Kewajiban Lancar
3) Rasio Keuangan Solvabilitas
Rasio solvabilitas menunjukkan kemampuan perusahaan untuk memenuhi semua
kewajibannya baik jangka panjang maupun jangka pendek. Perusahaan yang tidak
mempunyai aktiva yang cukup untuk membayar utang biasanya disebut dengan
perusahaan yang unsolvable. Terdapat 2 rasio, yaitu:
a. Total Debt to Total Assets Ratio (Debt Ratio)
Rasio yang mengukur besarnya dana yang berasal dari utang. Rasio ini
menunjukkan sejauh mana utang dapat ditutupi oleh aktiva perusahaan.
Semakin kecil rasionya maka semakin aman (solvable).
Rumus: DAR = Total Utang/Aset x 100%
b. Debt to Equity Rasio
Rasio ini digunakan untuk mengukur utang yang dimiliki dengan modal
sendiri. Sebaiknya utang perusahaan tidak melebihi modal perusahaan
sendiri.
Rumus: DER = Total Utang/Ekuitas (Modal) x 100%
4) Rasio Keuangan Aktivitas
a. Rasio Keuangan Perputaran Piutang (Accounts Receivable Ratio)
Rasio ini mengukur efektivitas pengelolaan piutang. Semakin tinggi
perputarannya maka semakin efektif pengelolaannya.
Rumus: Perputaran Piutang Usaha = Penjualan Bersih/Piutang Usaha Rata-
rata.
b. Rasio Perputaran Persediaan (Inventory Turnover Ratio)
Rasio ini menunjukan likuiditas perusahaan dalam pengelolaan
persediaanya. Semakin tinggi perputarannya maka semakin baik.
Rumus: Rasio Perputaran Persediaan = Penjualan/Rata-rata persediaan

Anda mungkin juga menyukai