Anda di halaman 1dari 25

Bab 2

Penilaian Kinerja Keuangan

A. Kinerja Keuangan
1. Pengertian Kinerja Keuangan
keuangan perusahaan pada suatu periode tertentu baik menyakut
aspek penghimpunan dana maupun penyaluran dana yang biasanya
diukur dengan indikator kecukupan modal, likuiditas dan profitabilitas..
Pengertian Kinerja Keuangan Menurut Para Ahli
Berikut ini terdapat beberapa pengertian kinerja keuangan menurut
para ahli, terdiri atas:
a. Sukhemi, 2007:23
Kinerja dapat diartikan sebagai prestasi yang dicapai perusahaan
dalam suatu periode tertentu yang mencerminkan tingkat kesehatan
perusahaan tersebut.
b. Fahmi, 2012:2
Kinerja keuangan merupakan gambaran dari pencapaian
keberhasilan perusahaan dapat diartikan sebagai hasil yang telah
dicapai atas berbagai aktivitas yang telah dilakukan. Dapat dijelaskan
bahwa kinerja keuangan adalah suatu analisis yang dilakukan untuk
melihat sejauh mana suatu perusahaan telah melaksanakan dengan
menggunakan aturan-aturan pelaksanaan keuangan secara baik dan
benar.
c. Sucipto (2003)
Kinerja keuangan yakni penentuan ukuran – ukuran tertentu yang
dapat mengukur keberhasilan suatu organisasi atau perusahaan dalam
menghasilkan laba.
d. IAI (2007)
Kinerja keuangan adalah kemampuan perusahaan dalam mengelola
dan mengendalikan sumberdaya yang dimilikiny
2. Tujuan Kinerja Keuangan
Berikut ini terdapat beberapa tujuan pengukuran kinerja keuangan,
terdiri atas:
a. Mengetahui tingkat likuiditas, yaitu kemampuan perusahaan dalam
memenuhi kewajiban keuangan yang harus segera diselesaikan pada
saat ditagih.
b. Mengetahui tingkat solvabilitas, yaitu kemampuan perusahaan untuk
memenuhi kewajiban keuangannya apabila perusahaan tersebut
dilikuidasi, kewajiban keuangan yang dimaksud mencakup keuangan
jangka pendek maupun jangka panjang.
c. Mengetahui tingkat profitabilitas atau rentabilitas, yaitu kemampuan
perusahaan dalam menghasilkan laba selama periode tertentu dengan
menggunakan aktiva atau modal secara produktif.
d. Mengetahui tingkat stabilitas, yaitu kemampuan perusahaan dalam
menjalankan dan mempertahankan usahanya sehingga tetap stabil.
Kemampuan yang dimaksud diukur dari kemampuan perusahaan
membayar pokok hutang dan beban bunga tepat pada waktunya.
3. Analisis Kinerja Keuangan
Kinerja keuangan dapat diniali dengan beberapa alat analisis,
berdasarkan tekniknya analisis keuangan dapat dibedakan menjadi
“Jumingan, 2006:242”:
a. Analisis Perbandingan Laporan Keuangan
Merupakan teknik analisis dengan cara membandingkan laporan
keuangan dua periode atau lebih dengan menunjukkan perubahan, baik
dalam jumlah “absolut” maupun dalam persentase “relatif”.
b. Analisis Tren “Tendensi Posisi”
Merupakan teknik analisis untuk mengetahui tendensi keadaan
keuangan apakah menunjukkan kenaikan atau penurunan.
c. Analisis Persentase Per-Komponen “Common Size”
Merupakan teknik analisis untuk mengetahui persentase investasi
pada masing-masing aktiva terhadap keseluruhan atau total aktiva
maupun utang.
d. Analisis Sumber Dan Penggunaan Modal Kerja
Merupakan teknik analisis untuk mengetahui besarnya sumber dana
penggunaan modal kerja melalui dua periode waktu yang
dibandingkan.
e. Analisis Sumber Penggunaan Kas
Merupakan teknik analisis untuk mengetahui kondisi kas disertai sebab
terjadinya perubahan kas pada suatu periode waktu tertentu.
f. Analisis Rasio Keuangan
Merupakan teknik analisis keuangan untuk mengetahui hubungan di
antara pos tertentu dalam neraca maupun laporan laba rugi baik
secara individu maupun secara simultan.
g. Analisis Perubahan Laba Kotor
erupakan teknik analisis untuk mengetahui posisi laba dan sebab-
sebab terjadinya perubahan laba.
h. Analisis Break Even
Merupakan teknik analisis untuk mengetahui tingkat penjualan yang
harus dicapai agar perusahaan tidak mengalami kerugian.
4. Rasio Kinerja Keuangan
Semakin baik kinerja keuangan yang dimiliki perusahaan tentu
akan diminati investor. Semakin banyak investor menanamkan
sahamnya pada perusahaan, maka harga saham akan meningkat. Jika
harga saham meningkat tentu nilai perusahaan akan meningkat.
Karena nilai saham dapat dilihat dari harga sahamnya.
a. Rasio profitabilitas
adalah rasio untuk menilai kemampuan perusahaan dalam mencari
keuntungan. Rasio ini menunjukkan gambaran tentang tingkat
efektivitas pengelolaan perusahaan dalam menghasilkan laba selama
periode tertentu. Perusahaan yang mempunyai laba atau keuntungan
yang tinggi dipastikan kinerja keuangannya baik. Hal ini dikarenakan
kemampuan perusahaan dalam menjual produk atau jasa dikurangi
biaya yang dihasilkan dalam aktivitas operasional perusahaan.
Sehingga dapat menaikkan nilai perusahaan.
b. Rasio aktivitas
Merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur efektivitas
perusahaan dalam menggunakan aktiva yang dimilikinya. Kinerja
keuangannya dikatakan baik jika dalam penggunakan aktiva seimbang
dengan aktivitas operasional perusaahn tersebut. Jika penggunaan
aktiva lebih banyak dibandingkan aktivitas operasionalnya, maka
kinerja keuangannya kurang baik. Hal ini juga menjadi salah satu
pertimbangan investor dalam pengambilan keputusan untuk
menanamkan sahamnya pada sebuah perusahaan.
c. Rasio Solvabilitas
Menurut Kasmir (2010, h151) rasio solvabilitas atau leverage
ratio merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur sejauh mana
aktiva perusahaan dibiayai dengan utang. Artinya seberapa besar
beban utang yang ditanggung perusahaan dibandingkan dengan
aktivanya. Walau dalam akuntansi utang dikatakan baik karena
menambah jumlah modal, tetapi jika pembelian aktiva atau
pembiayaan biaya operasional terlalu banyak menggunakan hutang
juga tidak baik. Maka dari itu rasio ini juga berpengaruh kepada
investor dalam pengambilan keputusan dalam berinvestasi pada suatu
perusahaan.
d. Rasio Likuiditas
Rasio likuiditas merupakan rasio yang menggambarkan
kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban (utang) jangka
pendek. Jika sebuah perusahaan mampu membayar kewajibannya
secara tepat dan tidak ada resiko gagal bayar maka kinerja
perusahaan tersebut dapat dikatakan baik. Seorang tentu tidak mau
berinvestasi pada perusahaan yang mempunyai resiko gagal bayar
yang tinggi. Seorang investor pasti hanya mau berinvestasi pada
perusahaan yang sehat dan going concern. Sehingga rasio ini juga
dapat.

B. Pengertian Analisa Rasio Keuangan


Menurut Harvarindo (2010:12), rasio adalah satu angka yang
dibandingkan dengan angka lain sebagai suatu hubungan. Jonathan
Golin, (2001) berpendapat bahwa rasio adalah suatu angka
digambarkan dalam suatu pola yang dibandingkan dengan pola lainnya
serta dinyatakan dalam persentase. Sedangkan keuangan adalah
sesuatu yang berhubungan dengan akuntansi seperti pengelolaan
keuangan dan laporan keuangan. Jadi rasio keuangan adalah indeks
yang menghubungkan dua angka akuntansi dan diperoleh dengan
membagi satu angka dengan angka lainnya (James c Van Horne
dikutip dari Kasmir, 2008:104).
Setelah mengetahui pengertian rasio keuangan, analisa adalah
suatu usaha dalam mengamati secara detail pada suatu hal atau
benda dengan cara menguraikan komponen-komponen pembentuknya
atau menyusun komponen tersebut untuk dikaji lebih lanjut. Analisa
juga bisa disebut sebagai proses untuk memecahkan sesuatu ke
dalam bagian-bagian yang lebih dalam dan menyatu satu dengan yang
lainnya. Jadi analisis rasio keuangan adalah proses pengamatan
indeks yang berhubungan dengan akuntansi pada laporan keuangan
seperti neraca, laporan laba rugi, dan laporan arus kas dengan tujuan
untuk menilai kinerja keuangan suatu perusahaan. Analisa ini
digunakan untuk memberikan gambaran informasi mengenai posisi
keuangan dan kinerja perusahaan yang dapat dijadikan sebagai
pedoman dalam mengambil keputusan bisnis.

Analisis rasio keuangan digunakan oleh dua pengguna utama,


yakni investor dan manajemen. Investor menggunakan rasio keuangan
untuk melihat apakah perusahaan itu investasi yang bagus atau tidak.
Dengan membandingkan rasio keuangan antar perusahaan dan antar
industri, investor dapat menentukan investasi mana yang paling baik.
Sedangkan manajemen menggunakan rasio keuangan untuk
menentukan seberapa baik kinerja perusahaan untuk mengevaluasi
kemana perusahaan dapat memperbaiki diri. Misalnya, jika
perusahaan memiliki margin kotor yang rendah, manajer dapat
mengevaluasi bagaimana meningkatkan margin kotor mereka.

a. Fungsi Analisis Rasio Keuangan


Fungsi umum analisis rasio keuangan adalah bermanfaat untuk
manajemen dan investor seperti yang telah disebutkan di atas. Tentu
saja fungsi tersebut tidak sesederhana itu. Untuk lebih mengerti fungsi
dari analisa rasio keuangan perusahaan Anda akan diperkenalkan
jenis-jenis rasio keuangan. Budi Raharjo dalam buku Keuangan Dan
Akuntansi (2007 : 104) mengelompokkan rasio keuangan perusahaan
menjadi lima, yaitu:
a. Rasio Likuiditas (Liquidity Ratio)
Rasio likuiditas adalah rasio yang mengukur kemampuan likuiditas
jangka pendek suatu perusahaan dengan melihat aktiva lancar
perusahaan relatif terhadap hutang lancarnya.

b. Rasio Perputaran Persediaan (Inventory turnover ratio)


Rasio perputaran persediaan mengukur aktivitas atau likuiditas
perusahaan dilihat dari ketersediaan barang. Rasio ini menunjukkan
efisiensi di mana perusahaan menggunakan seluruh aktivanya untuk
menghasilkan penjualan.
c. Rasio Aktivitas (Activity Ratio)
Rasio aktivitas menunjukkan tingkat efektivitas penggunaan aktiva
atau kekayaan perusahaan kepada Anda.
d. Rasio Profitabilitas dan Rentabilitas (Profitability Ratio)
Merupakan rasio yang menunjukkan tingkat imbalan atau perolehan
(keuntungan) dibanding penjualan atau aktiva.

b. Pengertian Analisa Rasio


Dalam kehidupan sehari-hari kita sering melakukan penilaian
terhadap sesuatu dengan menggunakan berbagai metode atau
standarisasi. Begitu juga untuk melakukan penilaian suatu perusahaan,
kita dapat melakukan penilaian dengan berbagai metode, salah satu
metode yang dikenal adalah analisa rasio (financial ratio).
Yang dimaksud dengan analisa rasio adalah suatu angka yang
menunjukkan hubungan antar unsur-unsur dalam laporan keuangan.
[1] Analisis ratio juga dapat diartikan sebagai suatu metode
perhitungan dan interpretasi rasio keuangan untuk menilai kinerja dan
status suatu perusahaan. Pengertian Analisis rasio keuanganadalah
membandingkan angka-angka yang ada dalam laporan keuangan
untuk mengetahui posisi keuangan suatu perusahaan serta menilai
kinerja manajemen dalam suatu periode tertentu. James C Van Horne
dikutip dari kasmir (2008:104) : definisi rasio keuangan merupakan
indeks yang menghubungkan dua angka akuntansi dan diperoleh
dengan membagi satu angka dengan angka lainnya.
c. Jenis-Jenis Rasio Keuangan
a. Rasio Likuiditas (Liquidity Ratio)
Rasio likuiditas (liquidity ratio) merupakan rasio yang menggambarkan
kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban (utang) jangka
pendek.oleh karena itu, rasio ini menjadi penting bagi pimpinan
perusahaan, manajer keuangan, bank atau para pemasok yang
meberikan kredit penjualan kepada perusahaan. Terdiri dari Current
ratio, quick ratio, dan cash flow ratio.
b. Current Ratio
Ratio ini digunakan untuk mengetahui sejauh mana aktiva lancar
perusahaan digunakan untuk melunasi hutang (kewajiban) lancar yang
akan jatuh tempo/ segera dibayar. Current ratio biasanya digunakan
untuk mengukur solvensi jangka pendek.

Current ratio = Total Aktiva Lancar / Total Kewajiban Lancar

Jika perusahaan memiliki current ratio 1, 47 X artinya setiap Rp. 1,-


kewajiban lancar perusahaan dijamin pembayaran oleh Rp. 1, 47
aktiva lancar.
d. keterbatasan analisis rasio.
i. Rasio tersebut dibentuk dari data akuntansi dan data ini dipengaruhi
oleh cara penafsirannya dan bahkan dapat dimanipulasi.
ii. Seorang manajer keuangan harus berhati - hati dalam penilaian
apakah suatu rasio tertentu baik atau buruk dalam penilaian gabungan
tentang sebuah perusahaan, berdasarkan suatu kumpulan rasio -
rasio.
iii. Kecocokan dengan rasio gabungan industri bukan suatu jaminan
bahwa perusahaan tersebut sedang berjalan normal dan dipimpin
dengan baik.
iv. Dalam menganalisa setiap rasio, angka - angka yang diperoleh dan
perhitungan tidak dapat berdiri sendiri. Rasio tersebut akan berarti bila
setidaknya satu dari dua hal ini dipenuhi 1) Adanya perbandingan
dengan perusahaan sejenis yang mempunyai tingkat resiko yang
hampir sama; 2) Adanya analisa kecenderungan (trend) dari setiap
rasio pada tahun – tahun sebelumnya.
v. Pencapaian target sesuai dengan rata rata industri tidak
menunjukkan Kinerja Perusahaan yang baik. Kebanyakan perusahaan
justru menginginkan tingkat yang lebih baik dari rata - rata industri.
Oleh karena itu lebih tepat jika difokuskan pada industry leader's ratios.

e. Definisi Rasio keuangan


Rasio Keuangan merupakan suatu perhitungan rasio dengan
menggunakan laporan keuangan yang dapat berfungsi sebagai alat
ukur dalam menilai kinerja perusahaan. Menurut Harahap (1999 : 297)
“rasio keuangan adalah angka yang diperoleh dari hasil perbandingan
dari satu pos laporan keuangan dengan pos lainnya yang mempunyai
hubungan yang relevan dan signifikan atau berarti”.Rasio keuangan
dapat digunakan untuk mengetahui apakah telah terjadi penyimpangan
dalam melaksanakan aktivitas operasional perusahaan. Menurut Wild,
Subramanyam,dan Halsey (2005 : 36) “Rasio merupakan alat untuk
menyediakan pandangan terhadap kondisi yang mendasari. Rasio
merupakan salah satu titik awal, bukan titik akhir. Rasio yang
diinterpretasikan dengan tepat mengindikasikan area yang
memerlukan investigasi lebih lanjut”. Dari defenisi ini rasio dapat
digunakan untuk mengetahui apakah terdapat penyimpangan-
penyimpangan dengan cara membandingkan rasio keuangan dengan
tahun-tahun sebelumnya.
Rasio keuangan menunjukkan hubungan sistematis dalam
bentuk perbandingan antara perkiraan-perkiraan laporan keuangan.
Agar hasil perhitungan rasio keuangan dapat diinterpretasikan,
perkiraan-perkiraan yang dibandingka n harus mengarah pada
hubungan ekonomis yang penting. Contoh Pertama, untuk beberapa
pengecualian, tidak ada ketentuan-ketentuan baku dan cepat untuk
komputasi rasio. Kedua, dalam penghitungan banyak rasio, angka-
angka laporan laba rugi dibandingkan dengan angka-angka neraca.
Karena laporan laba rugi mengacu pada suatu periode waktu dan
neraca mengacu pada suatu titik waktu, maka dalam penghitungan
rasio-rasio adalah baik untuk menghitung rata-rata untuk angka-angka
neraca.
Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam
menggunakan rasio keuangan sebagai alat analisis. Hal-hal tersebut
akan membantu analis dalam menginterpretasikan hasil perhitungan
rasio keuangan sehingga dihasilkan kesimpulan yang lebih tepat.
Syamsuddin (2000 : 40) mengemukakan beberapa hal yang harus
diperhatikan dalam menggunakan rasio keuangan sebagai alat
analisis.
a. Sebuah rasio saja tidak dapat digunakan untuk menilai keseluruhan
operasi yang telah dilaksanakan. Untuk menilai keadaan perusahaan
secara keseluruhan sejumlah rasio haruslah dinilai secara bersama-
sama. Kalau sekiranya hanya satu aspek saja yang ingin dinilai, maka
satu atau dua rasio saja sudah cukup digunakan.
b. Pembandingan yang dilakukan haruslah dari perusahaan yang sejenis
dan pada saat yang sama. Tidaklah tepat kita membandingkan rasio
finansial perusahaan A pada tahun 19X0 dengan rasio finansial
perusahaan B pada tahun 19X1.
c. Sebaiknya perhitungan rasio finansial didasarkan pada data laporan
keuangan yang telah diaudit (diperiksa). Laporan keuangan yang
belum diaudit masih diragukan kebenarannya, sehingga rasio-rasio
yang dihitung juga kurang akurat.
d. Adalah sangat penting untuk diperhatikan bahwa pelaporan atau
akuntansi yang digunakan haruslah sama.

f. Analisis Rasio Keuangan


a. Definisi Analisis rasio keuangan
Analisi Rasio Keuangan merupakan bagian dari analisis
keuangan. Analisis rasio keuangan adalah analisis yang dilakukan
dengan menghubungkan berbagai perkiraan yang terdapat pada
laporan keuangan dalam bentuk rasio keuangan. Menurut Wild,
Subramanyam, dan Halsey (2005 : 36) “analisis rasio (ratio analysis)
dapat mengungkapkan hubungan penting dan menjadi dasar
perbandingan dalam menemukan kondisi dan tren yang sulit untuk
dideteksi dengan mempelajari masing-masing komponen yang
membentuk rasio”.Analisis rasio keuangan adalah analisis yang
menghubungkan perkiraan neraca dan laporan laba rugi terhadap satu
dengan lainnya, yang memberikan gambaran tentang sejarah
perusahaan serta penilaian terhadap keadaan suatu perusahaan
tertentu. Analisis rasio keuangan memungkinkan manajer keuangan
meramalkan reaksi para calon investor dan kreditur serta dapat
ditempuh untuk memperoleh tambahan dana. (Zaki Baridwan,
1997 :17) Suatu rasio tidak memiliki arti dalam dirinya sendiri,
melainkan harus diperbandingkan dengan rasio yang lain agar rasio
tersebut menjadi lebih sempurna dan untuk melakukan analisis ini
dapat dengan cara membandingkan prestasi suatu periode dengan
periode sebelumnya sehingga diketahui adanya kecenderungan selam
periode tertentu, selain itu dapat pula dilakukan dengan
membandingkan dengan perusahaan sejenis dalam industri itu
sehingga dapat diketahui bagaimana keuangan dalam industri.Dalam
mengadakan interpretasi dan analisis laporan keuangan suatu
perusahaan, seorang penganalisis memerlukan adanya ukuran atau
yardstick tertentu. Ukuran yang sering digunakan dalam analisis
keuangan adalah rasio. Pengertian rasio sebenarnya hanyalah alat
yang dinyatakan dalam “aritmatical terms” yang dapat digunakan untuk
menjelaskan hubungan antara dua macam data keuangan. Macamnya
rasio banyak sekali, karena dapat dibuat menurut kebutuhan
penganalisis.
Menurut Bambang Riyanto (1992 : 329), analisis rasio
keuangan adalah proses penentuan operasi yang penting dan
karakteristik keuangan dari sebuahperusahaan dari data akuntansi dan
laporan keuangan. Tujuan dari analisis ini adalah untuk menentukan
efisiensi kinerja dari manajer perusahaan yang diwujudkan dalam
catatan keuangan dan laporan keuangan. Dalam menggunakan
analisis rasio keuangan pada dasarnya dapat melakukannya dengan
dua macam perbandingan, yaitu :
1) § Membandingkan rasio sekarang (present ratio) dengan rasio-rasio
dari waktu yang telah lalu (histories ratio) atau dengan rasio-rasio yang
diperkirakan untuk waktu yang akan dating dari perusahaan yang
sama.
2) § Membandingkan rasio-rasio dari suatu perusahaan dengan rasio-
rasio sejenis dari perusahaan yang lain yang sejenis. Dengan demikian
manfaat suatu angka rasio sepenuhnya tegantung kepada
kemampuan / kecerdasan penganalisis data menginterprestasikan
data yang bersangkutan
.
g. Kegunaan Analisis Rasio Keuangan
Rasio keuangan dapat digunakan untuk mengevaluasi kondisi
keuangan perusahaan dan kinerjanya. Dengan membandingkan rasio
keuangan perusahaan dari tahun ke tahun dapat dipelajari komposisi
perubahan dan dapat ditentukan apakah terdapat kenaikan atau
penurunan kondisi dan kinerja perusahaan selama waktu tersebut.
Selain itu, dengan membandingkan rasio keuangan terhadap
perusahaan lainnya yang sejenis atau terhadap rata-rata industri dapat
membantu mengidentifikasi adanya penyimpangan.Analisis rasio
keuangan pada umumnya digunakan oleh tiga kelompok utama
pemakai laporan keuangan yaitu manajer perusahaan,analis kredit,
dan analis saham. Kegunaan rasio keuangan bagi ketiga kelompok
utama tersebut menurut Brigham dan Houston (2006 : 119) adalah
sebagai berikut:
1) Manajer, yang menerapkan rasio untuk membantu menganalisis,
mengendalikan, dan kemudian meningkatkan operasi perusahaan,
2) Analis kredit, termasuk petugas pinjaman bank dan analis peringkat
obligasi, yang menganalisis rasio-rasio untuk membantu memutuskan
kemampuan perusahaan untuk membayar utang-utangnya, dan
3) Analis saham, yang tertarik pada efisiensi, risiko, dan prospek
pertumbuhan perusahaan.

h. Keunggulan dan Keterbatasan Analisis Rasio Keuangan


Analisis rasio keuangan merupakan analisis yang paling sering
dilakukan untuk menilai kondisi keuangan dan kinerja perusahaan
dibandingkan alat analisis keuangan lainnya. Analisis rasio keuangan
memiliki beberapa keunggulan sebagai alat analisis sebagaimana yang
dikemukakan oleh Harahap (2006 : 298).
a. Rasio merupakan angka-angka atau ikhtisar statistik yang lebih mudah
dibaca dan ditafsirkan.
b. Rasio merupakan pengganti yang sederhana dari informasi yang
disajikan laporan keuangan yang sangat rinci dan rumit.
c. Rasio mengetahui posisi perusahaan di tengah industri lain.
d. Rasio sangat bermanfaat untuk bahan dalam mengisi model-model
pengambilan keputusan dan model prediksi (z-score).
e. Rasio menstandarisir sizeperusahaan.
f. Dengan rasio lebih mudah memperbandingkan perusahaan dengan
perusahaan lain atau melihat perkembangan perusahaan secara
periodik atau time series.
g. Dengan rasio lebih mudah melihat tren perusahaan serta melakukan
prediksi di masa yang akan datang.

Sebagai alat analisis keuangan, analisis rasio keuangan juga


memiliki keterbatasan atau kelemahan. Menurut Syahyunan (2004 :
82-83) ada beberapa keterbatasan atau kelemahan analisis rasio
keuangan antara lain:
1) Kesulitan dalam mengidentifikasi kategori industri dari perusahaan
yang dianalisis apabila perusahaan tersebut bergerak di beberapa
bidang usaha.
2) Perbedaan metode akuntansi akan menghasilkan perhitungan yang
berbeda, misalnya perbedaan metode penyusutan atau metode
penilaian persediaan.
3) Rasio keuangan disusun dari data akuntansi dan data tersebut
dipengaruhi olehcara penafsiran yang berbeda bahkan bisa
merupakan hasil manipulasi.
4) Informasi rata == rata industri adalah data umum dan hanya
merupakan hasil manipulasi.
Keterbatasan utama dalam analisis rasio keuangan adalah sulit
membandingkan hasil perhitungan rasio keuangan suatu perusahaan
dengan rata-rata industri. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Kieso,
Weygandt, dan Warfield (2002 : 495) Kritik terbesar atas analisis rasio
ada lah sulitnya mencapai ko mparabilitas (comparability) yang tinggi di
antara perusahaan-perusahaan dalam industri tertentu.Untuk
mencapai komparabilitas di antara perusahaan-perusahaan
mengharuskan analis untuk (1) mengidentifikasi perbedaan mendasar
yang terdapat dalam prinsip dan prosedur akuntansi yang digunakan
dan (2) menyesuaikan saldo untuk mencapai komparabilitas.
Rasio keuangan merupakan alat yang sangat berguna, namun
mempunyai beberapa keterbatasan dan harus digunakan dengan hati-
hati. Rasio-rasio tersebut terbentuk dari penfsiran dengan cara
menggabungkan beberapa rasio yang ada menjadi suatu model
peramalan yang berarti yaitu model yang disebut analisis diskriminan.
Analisis diskriminan ini menghasilkan suatu index yang memungkinkan
penggolongan suatu observasi ke dalam satu kelompok yang telah
ditetapkan terlebih dahulu, sehingga dengan model ini dapat diukur
prospek sutu perusahaan.
i. Pemakai Rasio Keuangan
Analisis yang berbeda akan memilih jenis rasio yang berlainan,
tergantung pada siapa yang menggunakan rasio tersebut. Menurut
Budi Rahardjo (1992 : 12) menyatakan bahwa pengguna rasio
keuangan dapat dibedakan menjadi :
1) Intern, yaitu manajemen itu sendiri untuk mengetahui perkembangan
perusahaan maupun posisi relative terhadap perusahaan sejenis dlam
industry yang sama.
2) Ekstern, yaitu dapat dibedakan menjadi :
a. Kreditur yang memberikan pinjaman kepada perusahaan yang dapat
diklasifikasikan menjadi : krediturjangka pendek dan kreditur jangka
panjang. Kreditur jangka pendek merupakan orang atau lembaga
keuangan yang member pinjaman kepada perusahaan dalam jangka
pendek atau yang pinjam akan segera jatuh tempo (tahun ini). Kreditur
jangka pendek ini akan lebih menekankan pada kemampuan
perusahaan untuk memenuhi kewajiban jangka pendeknya atau lebih
tertarik pada likuiditas. Kreditur jangka panjang merupakan orang atau
lembaga keuangan yang memberikan pinjaman jangka panjang atau
memegang obligasi yang dikeluarkan perusahaan. Kreditur jangka
panjang akan menekankan pada kelangsungan pembayaran bunga
maupun pokok pinjaman. Mereka lebih menekannkan pada likuiditas,
solvabilitas dan profitabilitas.
b. Investor atau pemegang saham sebagai tambahan terhadap likuiditas.
Penanam modal (pemilik perusahaan) juga memperhitungkan
kebijakan perusahaan yang mempengaruhi harga saham perusahaan
tersebut di pasaran.
j. Penggunaan Rasio Keuangan
Pada dasarnya macam atau jumlah angka-angka rasio banyak
sekali karena rasio dapat dibuat menurut kebutuhan penganalisis.
Namun demikian angka-angka rasio yang pada dasarnya dapat
digolongkan menjadi dua kelompok (Munawir, 1992 : 68), yaitu :
a. Penggolonagn berdasarkan sumber data
1) Rasio-rasio neraca (balance sheet rasio), yaitu rasio-rasio yang
disususn dari data yang bersumber atau yang berasal dari neraca.
2) Rasio-rasio laporan laba rugi (income statement ratio), yaitu rasio yang
disusun dari data yang berasal dari laporan laba rugi.
3) Rasio-rasio antar laporan (intern statement ratio), yaitu rasio-rasio
yang disusun dari data yang berasal dari neraca dan data yang berasal
dari laporan laba rugi.
b. Penggolongan berdasarkan tujuan penganalisis adalah: Rasio
likuiditas, Rasio solvabilitas, Rasio rentabilitas, Dan rasio lain yang
sesuai dengan kebutuhan penganalisis.
Menurut Mahmud M.Hanadie Analisis rasio adalah
penggabungan yang menunjukkan hubungan antara suatu unsur
dengan unsur lainnya dalam laporan keuangan, hubungan antara
unsur laporan tersebut dinyatakan dalam bentuk matematis yang
sederhana. Analisis ratio merupakan bentuk atau cara umum yang
digunakan dalam analisis laporan keuangan dengan kata lain diantara
alat-alat analisis yang selalu digunakan untuk mengukur kekuatan atau
kelemahan suatu perusahaan di bidang keuangan adalah analisis ratio
keuangan (Financial Ratio Analysis). Dalam Keown dkk tujuan dari
analisis ratio adalah untuk membantu manager finansial memahami
apa yang perlu dilakukan oleh perusahaan, berdasarkan informasi
yang tersedia dan sifatnya terbatas.
Analisis ratio pada dasarnya tidak hanya berguna bagi
kepentingan intern perusahaan saja melainkan juga pihak luar dan ini
berbeda menurut kepentingan khusus dari analisis atau pihak yang
berkepentingan.Analisis ratio berguna bagi para analisis intern untuk
membantu manajemen membuat evaluasi mengenai hasil-hasil
operasinya, memperbaiki kesalahan-kesalahan dan menghindari
keadaan yang dapat menyebabkan kesultan keuangan.

k. Jenis-jenis Rasio Keuangan


Dengan menggunakan rasio keuangan sebagai alat ukur untuk
menilai kinerja keuangan, Menurut Bambang Riyanto dalam bukunya
Dasar-dasar Pembelanjaan Perusahaan (BPFE Yogyakarta,
2001:331), pengelompokan rasio-rasio keuangan yaitu sebagai
berikut :
a. Rasio Likuiditas adalah rasio-rasio yang dimaksud untuk mengukur
likuiditas perusahaan (Current ratio, Acid test ratio dan lain
sebagainya ).
b. Rasio Leverage / solvabilitas adalah rasio-rasio yang dimaksudkan
untuk mengukur sampai berapa jauh aktiva perusahaan dibiayai
dengan hutang (Debt to total assets ratio, net worth to debt ratio dan
lain sebaginya).
c. Rasio-rasio Aktivitas, yaitu rasio-rasio yang dimaksudkan untuk
mengukur sampai berapa besar efektivitas perusahaan dalam
mengerjakan sumber-sumber dananya (Inventory turnover, average
collection period dan lain sebagainya).
d. Rasio-rasio Profitabilitas / Rentabilitas , yaitu rasio-rasio yang
menunjukkan hasil akhir dari sejumlah kebijaksanaan dan keputusan-
keputusan (profit margin on Sales, Return on total assets, Return on
net worth dan lain sebagainya).
Menurut Bambang Riyanto dalam bukunya Dasar-dasar
Pembelanjaan Perusahaan (BPFE Yogyakarta, 2001:331),
pengelompokan rasio-rasio keuangan yaitu sebagai berikut:
c. Rasio Likuiditas
Rasio-rasio yang digunakan untuk mengukur likuiditas
perusahaan, Yaitu kemampuan suatu perusahaan untuk memenuhi
kewajiban finansiilnya yang segera harus dipenuhi atau kemampuan
suatu perusahaan untuk dapat menyediakan alat-alat likuid sedemikian
rupa sehingga dapat memenuhi kewajiban finansiilnya pada saat
ditagih.
Rasio Untuk Mengukur kemampuan Perusahaan :
1) Memenuhi kewajiban tepat pada waktunya
2) Memelihara modal kerja yang cukup untuk operasi normal
3) Membayar bunga & dividen yang dibutuhkan
4) Memelihara tingkat kredit yang menguntungkan

Rasio Likuiditas terdiri dari :


a. Rasio Lancar (Current Ratio)
Yaitu Kemampuan untuk membayar utang yang segera harus
dipenuhi dengan aktiva lancar yang dimiliki. Menunjukan tingkat
keamanan ( Margin og safety) kreditor jangka pendek atau
kemampuan perusahaan membayar kewajiban jangka pendek
Rumus :

Aktiva lancar
Hutang X 100%
Lancar

Ratio lancar 200% kadang-kadang sudah memuaskan


bagi perusahaan, tetapi ratio 200% hanya merupakan
kebiasaan (rule of thumb) dan akan digunakan sbg titik tolak
untuk mengadakan analia lebih lanjut. Rasio lancar yang
tinggi belum teentu menjamin akan dapat dibayarnya hutang
perusahaan, misalnya : Jumlah persediaan yang relatif tinggi
dibandingkan taksiran tingkat penjualan sehingga tingkat
perputaran persediaan rendah dan menunjukan adanya over
investment dalam persediaan tersebut. Saldo piutang yang
besar yang mungkin sulit untuk ditagih.Rasio lancar yang
terlalu tinggi kemungkinan menunjukan kelebihan uang kas
atau aktiva lancar lainnya dibanding dengan yang dibutuhkan
Sekarang.
Analisa sebelum membuat kesimpulan yang akhir dari
analisa rasio lancar harus mempertimbangkan faktor-faktor
sebagai beerikut:
a. Distribusi atau proporsi daripada aktiva lancar;
b. Data trend daripada aktiva lancar dan hutang lancar,
untuk jangka waktu 5 tahun atau lebih dari waktu yang
lalu.
c. Syarat yang diberikan oleh kreditor ke perusahaan dalam
mengadakan pembelian maupun syarat kredit yang
diberikan oleh perusahaan dalam menjual barangnya.
d. Present value (nilai sesungguhnya) dari aktiva lancar,
sebab ada kemungkinan perusahaan mempunyai saldo
piutang yang cukup besar tetapi piutang tersebut sudah
lama teerjadi dan sulit ditagih sehingga nilai realisasinya
mungkin lebih kecil dibandingkan dengan yang
dulaporkan.
e. v Kemungkinan perubahan nilai aktiva lancar yang besar
(terutama diitunjukan dalam persediaan) maka tidak
menjamin likuid perusahaan.
f. Perubahan persediaan dalan hubungannya dengan volime
penjualan sekarang atau di masa yang akan datang, yang
mungkin adanya over investment dalam persediaan;
g. Kebutuhan jumlah modal kerja di masa mendatang
semakin besar, kebutuhan modal kerja di masa yang akan
datang maka dibutuhkan.
h. Type atau jenis perusahaan ( Memproduksi sendiri
barang yang dijual perdagangan atau perushaan jasa )

b. Rasio Kas ( cash ratio )


Membayar kewajiban dengan setara kas yang tersedia
Rumus :
Kas + Surat Berharga
X 100 %
Hutang lancar

c. Rasio cepat ( quick ratio )


Membayar kewajiban dengan aktiva lancar yang lebih
likuid
Rumus :
Aktiva Lancar - Persediaan
X 100 %
Kewajiban Lancar
Contoh Soal :

TAVI SPORT

Neraca Saldo

31-Des-08

KETERANGAN NO BUKTI D K

Kas 24.010.170

Piutang dagang 162.500.000

Piutang lain-lain 5.500.000

Persediaan barang dagang 27.500.000

Perlengkapan Usaha 1.500.000

Tanah 150.000.000

Peralatan 5.250.000

Kendaraan 140.000.000

Ak. Penyusutan Kendaraan 4.200.000

Bangunan 275.000.000

Ak. Penyusutan bangunan 8.300.000

Hutang dagang 78.000.000

Hutang sewa 500.000

Hutang bank 30.000.000

Hutang lain-lain 53.166.000

Modal 563.500.000

Penjualan 242.000.000

Retur penjualan 2.000.000

Potongan penjualan 315.000

Pembelian 53.300.000

By Angkut Pembelian 250.000

Retur Pembelian

Potongan Pembelian 750.000


Biaya Promosi 14.000.000 150.000

Biaya Gaji 104.500.000

Biaya Listrik & telp 11.600.000

Biaya Bunga 3.340.830

TOTAL 980.566.000 980.566.000

TAVI SPORT

Laporan Laba Rugi

31 Desember 2008

LAPORAN LABA RUGI

Penjualan 242.000.000

Retur Penjualan 2.000.000

Pot.Penjualan 315.000 +

2.315.000 _

Penjualan Bersih 239.685.000

HPP

PBD awal 27.500.000

Pembelian 53.300.000

BAP 250.000 +

53.550.000

Retur pembelian 750.000

Pot. {embelian 150.000 +

900.000 _
Pembelian Bersih 52.650.000 +

80.150.000

PBD Akhir 22.800.000 _

HPP 57.350.000 _

Laba Kotor 182.335.000

Biaya Operasional

By Promosi 14.000.000

By Gaji 104.500.000

By Listrik & Telp 11.600.000

By Peny Peralatan 65.625

By perlengkapan 400.000

By Peny kendaraan 14.000.000

By Peny Bangunan 27.500.000 +

Total By Operasional 172.065.625 _

Laba Bersih Di luar Usaha 10.269.375

By Bunga 4.090.830 _

Laba Bersih setelah Biaya Diluar Usaha 6.178.545

a. Current Ratio
Aktiva lancar
Hutang X 100%
Lancar

Aktiva Lancar = Kas+Piutang dagang+Piutang Lain-


Lain+Persediaan+Per.Usaha
=
24.010.170+162.500.000+5.500.000+27.500.000+1.500.000
= 221.010.170
Hutang lancar = 78.000.000+500.000+30.000.000+53.166.000 =
161.666.000
221.010.170 / 161.666.000 x 100 % = 137 %
= 1,37 X
( Artinya setiap Rp 1 hutang lancar dijamin dengan Rp
1,37 Aktiva lancar )

b. Quick Ratio
Aktiva Lancar – Persediaan
X 100 %
Kewajiban Lancar

221.010.170 - X 100 %
27.500.000
161.666.000

= 119,69 % = 120 %
= 1,20 X
(Artinya kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban lancar
dengan aktiva adalah setiap Rp 1 hutang lancar dengan Rp 1,20 aktiva
lancar yang likuid)

2. Rasio Solvabilitas
Menggambarkan kemampuan perusahaan dalam membayar
kewajiban jangka panjangnya. Kondisi keuangan yang baik dalam
jangka pendek tidak menjamin adanya kondisi keuangan yang baik
juga dalam jangka panjang. Hal-hal yang menguntungkan dalam
jangka pendek dengan mudah dapat digoyahkan dengan pos-pos
jangka panjang, Misalnya :
a. Adanya Understated ( dicatat terlau kecil ) atas penyusutan
mengakibatkan laba dalam tahun pertama besar, karena biaya
depresiasi yang kecil, income overstated, tetapi dalam jangka
panjang perusahaan tidak dapat memperoleh kembali aktiva
tetapnya, kondisi ini merupakan penurunan kapasitas yang sangat
membahyakan kelangsungan usaha, karena aktiva belum habis
disusut tetpai sudah tidak dapat digunakan .
b. Jatuh tempo hutang jangka panjang tidak direncanakan dengan
baik, sehingga pada saat jatuh tempo perusahaan mengalami
kesulitan keuangan.
c. Struktur modal yang tidak baik, misalnya jumlah hutang lebih besar
daripada modal sendiri.
d. Pada waktu terjadi tendensi inflasi perusahaan menggunakan
perhitungan harga pokok historis ( dengan metode FIFO ),
sehingga harga pokok penjualan kelihatan sangat rendah, padahal
harga jual meningkat sehingga mengakibatkan profit margin
kelihatan tinggi. Hal ini menyebabkan aktiv alancar ( terutama
persediaan ) semakin turun karena dengan jumlah uang yang sama
tidak dapat memperoleh jumlah kuantitas persediaan yang sama
seperti jumlah sebelumnya

Rasio Solavabilitas terdiri dari :


a. Rasio Modal dengan Total Aktiva
Menunjukan tingkat solvabilitas perusahaan dengan
anggapan bahwa semua aktiva akan dapat direalisir sesua dengan
yang dilaporkan di Neraca.
Rumus :

Modal X 100
Total Aktiva %

Semakin tinggi rasio ini berarti semakin kecil jumlah modal


pinjaman yang digunakan untuk membiayai aktiva perusahaan.
Bila membandingkan ratio ini dari tahun ke tahun atau antara
perusahaan yang sejenis dalam waktu yang sama mungkin terjadi
berbagai perbedaan yang disebabkan :
a. Perbedaan kebijkasanaa di dalam metode
penyusutan.Misalnya dua perusahaan yang emmpunyai modal
dengan komponen yang sama, tetapi antara perusahaan
tersebut menggunakan metode penyusutan yang berbeda.
b. Perbedaan dalam penggantian / penghentian aktiva tetap.
Misalnya suatu perusahaan mempertahankan suatu aktiva
yang sudah out of date, sednag lainnya segera mengganti
aktiva, maka penyusutan aktiva akan berbeda dan
kemungkinan ada rugi-laba karena prnggantian.
c. Perubahan tingkat harga. Dalam keadaan inflasi maka harga
riil lebih besar dari nilai buku. Kalau yang satu menyesuakin
dengan kenaikan harga atau mengadakan revaluasi dan yang
lain tetap mencatat at coast
d. Kebijaksanaan dalam hubungannya dengan devidend. Dua
perusahaan dengan struktur nodal yang sama dan tingkat
keuntungan yang sama, tetapi yang satu likuid untuk
membayar deviden yang besar sedang lainnya likuid sehingga
deviden yang dibagi kecil atau bahkan dengan stobk devidend,
maka ini akan berakibat pada proprietory ratio yang berbeda.
e. Perbedaan dalam kebijaksanaan pembiayaan aktiva dan
sebagainya.
rasio ini >100 % berarti aktiva tetap seluruhnya dibiayai
modal sendiri. Kalau rasio ini <100 % maka sebagian aktiva
tetap dibiayai dengan modal pinjaman sedang aktiva lancar
dibiayai dengan seluruh modal pinjaman

b. Rasio Modal Sendiri Dengan Aktiva Tetap


Menunjukan berapa besar aktiva tetap dibiayai modal sendiri
Rumus :

Modal Sendiri
X 100 %
Nilai Buku Aktiva Tetap

c. Rasio Aktiva Tetap dengan Hutang Jangka Panjang


Menunjukan tingkat keamanan yang dimiliki
kreditor atau kemampuan perusahaan untuk memperoleh
pinjaman dengan jaminan aktiva tetap
Rumus :

Aktiva Tetap
X 100 %
Hutang Jangka Panjang

d. Rasio Nilai Buku Per saham


Menunjukan jumlah rupiah yang akan dibayarkan untuk
setiap lembar saham apabila perusahaan pada saat itu dibubarkan
dengan anggapan semua aktiva pada direalisasi dengan harga
yang sama dengan nilai bukunya
Rumus :

Jumlah Modal
X 100 %
Saham Beredar ( Lbr )

e. Rasio Aktiva Tetap dengan Hutang Tetap


Menunjukan tingkat keamanan yang dimiliki kreditor atau
kemampuan perusahaan untuk memperoleh pinjaman dengan
jaminan aktiva tetap
Rumus :

Nilai Buku Aktiva Tetap


X 100 %
Hutang Tetap

f. Rasio Total Hutang dengan Total Aktiva


Bagian dari setiap rupiah aktiva digunakan untuk menjamin total
hutang
Rumus :

Total Hutang
X 100 %
Total Aktiva
Contoh Soal :
a. Rasio Modal Sendiri dengan Aktiva Tetap
Modal Sendiri X 100
Nilai Buku Total Aktiva %

563.500.000 / 778.760.170 X 100 %


= 72,4 %
= 0,724 X
( Artinya setiap Rp 1 total aktiva dibiayai dengan Rp
0,724 modal, sedangkan Rp 0,276 dari pinjaman / hutang )
b. Rasio Modal dengan Aktiva Tetap
Modal X 100
Total Aktiva %

563.500.000 / 557.750.000 x 100 %


= 101,03 %
= 1.01 X
( Artinya keseluruhan aktiva tetap dibiayai dengan modal )

c. Rasio Aktiva Tetap Dengan Hutang Jangka Panjang


Aktiva Tetap
X 100 %
Hutang Jangka Panjang

Tavi Sport tidak memiliki hutang jangka panjang makak


kemampuan perusahaan untuk memperoleh pinjaman dengan
jaminan keseluruhan aktiva tetap

3. Rasio Aktivitas
Rasio Aktivitas terdir dari :
a. Perputaran piutang
kemampuan dana yang tertanam dalam piutang berputar
dalam periode tertentu
Rumus :

Penjualan Kredit
=........X
Piutang rata-rata

Semakin tinggi perputaran menunjukan modal kerja yang


tertanam dalam piutang semakin rendah, sebaliknya rasio semakin
rendah berarti ada over investment dalam piutang. Penurunan rasio
ini dapat di sebabkan oleh faktor sebagai berikut :
a. Turunnya penjualan dan naiknya piutang
b. Turunnya piutang diikuti turunnya penjualan dalam jumlah lebih
besar.
c. Naiknya penjualan diikuti naIknya piutang dalam jumlah yang
lebih besar.
d. Turunnya penjualan dengan piutang yang tetap
e. Naiknya piutang sedangkan penjualan tidak berubah

b. Days of Receivable
Periode rata-rata yang diperlukan untuk mengumpulkan piutang
Rumus :

Piutang rata-rata x 360 hari


=........X
Penjualan kredit

Semakin besar periode rata-rata, maka semakin besar


resiko kemungkinan tidak tertagihnya piutang
4. Rasio Rentabilitas
Yaitu Kemampuan suatu perusahaan untuk menghasilkan laba selama
periode tertentu.
Rasio rentabilitas terdiri dari :
a. Rasio Laba Usaha dengan Total aktiva
Mengukur kemampuan perusahaan memperoleh keuntungan
dengan aktiva yang digunakan untuk menghasilkan keuntungan tersebut
Rumus :

Laba Usaha
=........X
Total Aktiva
Aktiva Usaha : Seluruh aktiva kecuali investasi jangka panjang dan aktiva
lain yang tidak digunakan dalam kegiatan untuk memperoleh penghasilan
pokok perusahaan.
Manfaat Rasio ini : dapat digunakan untuk membandingkan 2 atau lebih
perusahaan yang memiliki struktur permodalan yang berbeda atau untuk
membandingkan perusahaan yang sama untuk dua periode yang berbeda.
Ratio yang rendah menunjukan kemungkinan-kemungkinan sebagai berikut :
a. Adanya over investmen dalam aktiva yang digunakan untuk operasi
dalam hubungannya dengan volume penjualan yang diperoleh
dengan aktiva tersebut.
b. Merupakan cermin rendahnya volume penjualan dibandingkan
dengan ongkos-ongkos yang diperlukan.
c. Adanya inefisiensi baik dalam produksi, pembelian maupun
pemasaran
d. Adanya kegiatan ekonomi yang menurun
b. Perputaran Total Aktiva
Mengukur tentang kemampuan sampai berapa jauh aktivva telah digunakan
dalam kegiatan usaha atau berapa kali operating assets berputar dalam satu
periode
Rumus :

Penjualan
=........X
Total Aktiva

c. Gross Profit margin


mengukur kemampuan memperoleh laba kotor atau setiap satu rupiah
penjualan menghasilkan laba kotor sekian rupiah
Rumus :

Laba Kotor =........X


Penjualan

d. Rentabilitas Modal
Rumus :

Laba Bersih
=........X
Modal
e. Net Margin Ratio
Rumus :

Laba Bersih
=........X
Penjualan
f. Operating Ratio
Biaya operasi per rupiah penjualan
Rumus :

Laba Usaha
=........X
Penjualan
Contoh Soal :
a. Rasio Laba Usaha dengan Total Aktiva
Laba Usaha
=........X
Total Aktiva

6.178.545.000 / 778.760.170
= 0.00079 X
b. Perputaran Total Aktiva
Penjualan
=........X
Total Aktiva
239.685.000 / 778.760.170
= 0.3 X
( Artinya total aktiva digunakan untuk meningkatkan penjualan efisiensi
hanya sebesar 0.3 X )

c. Gross Profit Margin


Laba Kotor =........X
Penjualan
= 0.760 X
182.335.000 / 239.685.000
= 76 % ( Artinya perusahaan dapat mencapai laba kotor 76 % dari
penjualan )
d. Net Margin Ratio
Laba Bersih
=........X
Penjualan
6.178.545 / 239.685.000
= 0.026
= 2.6 % ( Artinya Rp 1 Penjualan Menghasilkan laba bersih 0.03 )

e. Operating Margin Ratio


Laba Usaha
=........X
Penjualan
6.178.545 / 239.685.000
= 0.026
= 2.6 % ( Artinya Setiap Rp 1 Penjualan menghasilkan Rp 0.03 )
f. Rentabilitas Modal
Laba Bersih
=........X
Modal

6.178.545 / 563.500.000
9o = 0.0109 X
= 1.01 % ( Artinya Rp 1 modal menghasilkan laba bersih Rp 0.0109 )

C. Evaluasi Kinerja Keuangan


Evaluasi atau penilaian kinerja keuangan ini penting dilakukan karena
membantu pihak perusahaan menentukan langkah perusahaan selanjutnya.
Dengan adanya penilaian atau evaluasi kinerja, pengelolaan perusahaan
menjadi lebih mudah dilakukan karena perusahaan bisa menetapkan
tindakan kebijaksanaan perusahaan berdasarkan data yang telah dievaluasi
dai kinerja perusahaan.
1. Tujuan Evaluasi Kinerja Keuangan
Munawir menyatakan bahwa tujuan dari pengukuran kinerja keuangan
perusahaan adalah sebagai berikut:
a. Mengetahui tingkat likuiditas
Likuiditas menunjukkan kemampuan suatu perusahaan untuk memenuhi
kewajiban keuangan yang harus segera diselesaikan pada saat ditagih.
b. Me ngetahui tingkat solvabilitas
Solvabilitas menunjukkan kemampuan perusahaan untuk memenuhi
kewajiban keuangannya apabila perusahaan tersebut dilikuidasi, baik
keuangan jangka pendek maupun jangka panjang.
c. Mengetahui tingkat rentabilitas
Rentabilitas atau yang sering disebut dengan profitabilitas menunjukkan
kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba selama periode tertentu.
d. Mengetahui tingkat stabilitas
Stabilitas menunjukkan kemampuan perusahaan untuk melakukan usahanya
dengan stabil yang diukur dengan mempertimbangkan kemampuan
perusahaan untuk membayar utang-utangnya serta membayar beban bunga
atas utang-utangnya tepat pada waktunya.
Analisis Evaluasi Kinerja Keuangan
Kinerja keuangan dapat dinilai dengan beberapa alat analisis. Berdasarkan
tekniknya menurut Jumingan (2006), analisis keuangan dapat dibedakan
menjadi:
a. Analisis perbandingan laporan keuangan
Teknik analisis dengan cara membandingkan laporan keuangan dua periode
atau lebih dengan menunjukkan perubahan, baik dalam jumlah (absolut)
maupun dalam persentase (relatif).
b. Analisis tren (tendensi posisi)
Teknik analisis untuk mengetahui tendensi keadaan keuangan apakah
menunjukkan kenaikan atau penurunan.
c. Analisis persentase perkomponen (common size)
Teknik analisis untuk mengetahui persentase investasi pada masing-masing
aktiva terhadap keseluruhan atau total aktiva maupun utang.
d. Analisis sumber & penggunaan modal kerja
Teknik analisis untuk mengetahui besarnya sumber dan penggunaan modal
kerja melalui dua periode waktu yang dibandingkan.
e. Analisis sumber dan penggunaan kas
Teknik analisis untuk mengetahui kondisi kas disertai sebab terjadinya
perubahan kas pada suatu periode waktu tertentu.
Setelah data-data yang diperlukan telah siap, maka penilaian performa
karyawan menjadi agenda berikutnya. Dalam tahap ini, penting bagi setiap
penilai untuk melakukan evaluasi dengan objektif dan tidak mengada-ngada.
Para penilai juga harus mampu menyampaikan kritik serta saran terhadap
setiap karyawan yang dinilai untuk peningkatan performa mereka. Terakhir,
para penilai juga harus menampung aspirasi karyawan untuk kemajuan
perusahaan.
Evaluasi kinerja keuangan bagi sebuah perusahaaan baik untuk tujuan
internal maupun eksternal sangatlah penting. Bagi investor, manfaat
informasi tentang kinerja keuangan yaitu untuk melihat apakah investor akan
mempertahankan investasi pada perusahaan tersebut atau mencari alternatif
lain. Jika kinerja perusahaan baik, nilai usaha akan tinggi. Dengan nilai
usaha yang tinggi membuat para investor melirik perusahaan tersebut untuk
menanamkan modal sehingga akan terjadi kenaikan harga saham.
Karena pentingnya evaluasi kinerja keuangan tersebut, maka tidak ada
salahnya jika sedari awal, perusahaan selalu membiasakan untuk memiliki
pencatatan keuangan yang baik tertib. Jurnal software akuntansi online
merupakan sebuah solusi untuk memiliki pencatatan keuangan yang baik
sejak awal usaha. Dengan Jurnal, dapatkan kemudahan untuk membuat
evaluasi kinerja keuangan. Informasi lebih lanjut tentang Jurnal, bisa Anda
dapatkan

DAFTAR PUSTAKA

Riyanto, Bambang, 2008. Dasar-dasar Pembelajaran Perusahaan,


BPFE,Yogyakarta.
Sawir, Agnes, 2009. Analisa Kinerja Keuangan dan Perencanaan
keauangan Perusahaan, PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Syamsuddin, Lukman, 2001. Manajemen Keuangan Perusahaan, PT. Raja
Grafindo Persada, Jakarta.
Wild, John J, dkk. 2005. Analisis Laporan Keuangan. Edisi 8. Jakarta :
Salemba Empat
Stickney, Clyde P., Financial Reporting and Statement Analysis : A Strategic
Perspective, 3rd ed, (1996).
Sugiono, Arif dan Edy Untung. Panduan Praktis Dasar Analisa Laporan
Keuangan.Jakarta : Atma Jaya, 2008.
Kuswadi. Memahami Rasio-rasio Keuangan. Jakarta : Elex Media
Komputindo, 2008.
Arifin, Johar dan Muhammad Syukri. Bisnis Perbankan Terapan. Jakarta :
PT Elex Media Komputindo, 2006.

Anda mungkin juga menyukai