Anda di halaman 1dari 5

Nama : Valencia Rachel

NIM : 043518935
Prodi : Akuntansi
TUGAS 2
EKSI4204
1. Pengertian rasio keuangan menurut James C. Van Horne, merupakan indeks yang
menghubungkan dua angka akuntansi dan diperoleh dengan membagi satu angka
dengan angka lainnya. Rasio keuangan digunakan untuk mengevaluasi kondisi
keuangan dan kinerja Perusahaan. Dari hasil rasio keuangan ini, akan terlihat kondisi
Kesehatan Perusahaan yang bersangkutan.
Hasil keuangan rasio ini digunakan untuk menilai kinerja manajemen dalam
suatu periode, apakah mencapai target seperti yang telah ditetapkan. Kemudian, juga
dapat dinilai kemampuan manajemen dalam memberdayakan sumber daya Perusahaan
secara efektif. Kinerja yang dihasilkan ini juga dapat dijadikan sebagai evaluasi hal-hal
yang perlu diperlakukan ke depan agar kinerja manajemen dapat ditingkatkan atau
dipertahankan sesuai dengan target Perusahaan. Lalu, kebijakan harus diambil oleh
pemilik Perusahaan untuk melakukan perubahan terhadap orang-orang yang duduk
dalam manajemen kedepan.

Jenis – jenis rasio keuangan :


a. Rasio Likuiditas
Rasio likuiditas atau sering juga disebut dengan nama rasio modal kerja merupakan
rasio yang digunakan untuk mengukur seberapa likuidnya suatu perusahaan.
Caranya adalah dengan membandingkan komponen yang ada dineraca, yaitu total
aktiva lancar dengan total passiva lancar (utang jangka pendek). Penilaian dapat
dilakukan untuk beberapa periode sehingga terlihat perkembangan likuiditas
perusahaan dari waktu ke waktu.
Terdapat dua macam hasil penelitian terhadap pengukuran rasio ini, yaitu:
1) Apabila perusahaan mampu memenuhi kewajibannya, dikatakan perusahaan
tersebut likuid,
2) Sebaliknya apabila perusahaan tidak mampu memenuhi kewajiban tersebut atau
tidak mampu, dikatakan tidak likuid.

Jenis rasio likuiditas dalam penelitian ini:


a) Current Ratio (CR)
Rasio lancar atau current ratio merupakan rasio untuk mengukur kemampuan
perusahaan dalam membayar kewajiban jangka pendek atau utang yang segera
jatuh tempo pada saat ditagih secara keseluruhan. Dengan kata lain, seberapa
banyak aktiva lancar yang tersedia untuk menutupi kewajiban jangka pendek
atau utang yang segera jatuh tempo.
b. Rasio Aktivitas
Rasio aktivitas (activity ratio) merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur
efektivitas perusahaan dalam menggunakan aktiva yang dimilikinya. Atau dapat
pula dikatakan rasio ini digunakan untuk mengukur tingkat efisiensi (efektivitas)
pemanfaatan sumber daya Perusahaan.

Jenis rasio aktivitas dalam penelitian ini, sebagai berikut:


a) Total Assets Turnover (TAT)
Total assets turnover mengukur efektivitas penggunaan seluruh aktiva dalam
menghasilkan penjualan. Semakin besar rasio ini berarti semakin efektif
pengelolaan seluruh aktiva yang dimiliki Perusahaan.

c. Rasio Profitabilitas
Rasio profitabilitas merupakan rasio untuk menilai kemampuan perusahaan dalam
mencari keuntungan. Rasio ini juga memberikan ukuran tingkat efektivitas
manajemen suatu perusahaan. Hal ini ditunjukkan oleh laba yang dihasilkan dari
penjualan dan pendapatan investasi. Intinya adalah penggunaan rasio ini
menunjukkan efisiensi Perusahaan.
Menurut I Made (2011:22) dalam bukunya, rasio profitabilitas merupakan rasio
untuk mengukur kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba dengan
menggunakan sumber-sumber yang dimiliki perusahaan, seperti aktiva, modal, dan
penjualan perusahaan. Jenis rasio profitabilitas dalam penelitian ini, sebagai
berikut:
a) Net Profit Margin (NPM)
Rasio ini merupakan ukuran keuntungan dengan membandingkan antara laba
setelah pajak dibandingkan dengan penjualan. Rasio ini menunjukkan
pendapatan bersih perusahaan atas penjualan.
b) Return on Assets (ROA)
ROA menunjukkan kemampuan perusahaan dengan menggunakan seluruh
aktiva yang dimiliki untuk menghasilkan laba setelah pajak. Rasio ini penting
bagi pihak manajemen untuk mengevaluasi efektivitas dan efisiensi manajemen
perusahaan dalam mengelola seluruh aktiva perusahaan. Semakin besar ROA,
berarti semakin efisien penggunaan aktiva perusahaan atau dengan kata lain
dengan jumlah aktiva yang sama bisa dihasilkan laba yang lebih besar dan
sebaliknya.

d. Rasio Leverage
Rasio leverage mengukur seberapa besar perusahaan dibiayai dengan utang.
Perusahaan dengan leverage ratio yang rendah, memiliki risiko kecil apabila
kondisi perekonomian menurun, tetapi sebaliknya apabila kondisi perekonomian
sedang naik perusahaan akan kehilangan kesempatan untuk memperoleh
keuntungan yang relative besar. Keputusan tentang penggunaan leverage harus
diperhitungkan dengan seksama antara kemungkinan risiko dengan tingkat
keuntungan yang akan diperoleh.

Dalam praktiknya, walaupun rasio keuangan yang digunakan memiliki fungsi dan
kegunaan yang cukup banyak bagi perusahaan dalam mengambil keputusan, bukan berarti
rasio keuangan yang dibuat sudah menjamin 100% kondisi dan posisi keuangan yang
sesunggguhnya. Artinya kondisi sesungguhnya terjadi seperti hasil perhitungan yang dibuat.
Memang dengan hasil rasio yang diperoleh, paling tidak dapat diperoleh gambaran yang
seolah-olah sesungguhnya terjadi. Namun, belum bisa dipastikan menjamin kondisi dan posisi
keuangan yang sebenarnya. Mengapa? Karena rasio-rasio keuangan digunakan memiliki
banyak kelemahan.
J. Fred Weston menyebutkan kelemahan rasio keuangan adalah sebagai berikut.
a) Data keuangan disusun dari data akuntansi. Kemudian, data tersebut ditafsirkan dengan
berbagai macam cara, misalnya masing-masing perusahaan menggunakan: metode
penyusutan yang berbeda untukmenentukan nilai penyusutan terhadap aktivanya
sehingga menghasilkan nilai penyusutan setiap periode juga berbeda; ataupenilaian
sediaan yang berbeda.
b) Prosedur pelaporan yang berbeda, mengakibatkan laba yang dilaporkan berbeda pula,
(dapat naik atau turun), tergantung prosedur pelaporan keuangan tersebut.
c) Adanya manipulasi data, artinya dalam menyusun data,pihak penyusun tidak jujur
dalam memasukkan angkaangka ke laporan keuangan yang mereka buat. Akibatnya
hasil perhitungan rasio keuangan tidak menunjukkan hasil yang sesungguhnya.
d) Perlakuan pengeluaran untuk biaya-biaya antara perusahaan dengan perusahaan lainnya
berbeda. Misalnya biaya riset dan pengembangan, biaya perencanaan pensiun, merger,
jaminan kualitas pada barang jadi dan cadangan kredit macet.
e) Penggunaan tahun fiskal yang berbeda, juga dapat meng hasilkan perbedaan.
f) Pengaruh musiman mengakibatkan rasio komperatif akan ikut berpengaruh.
g) Kesamaaan rasio keuangan yang telah dibuat dengan standar industri belum menjamin
perusahaan berjalan normal dan telah dikelola dengan baik.
Oleh karena itu, untuk meminimalkan risiko kesalahan dalam membuat rasio keuangan,
diperlukan prinsip kehati-hatian. Setidaknya dengan tindakan kehati-hatian ini dapat
membantu dalam menutupi kelemahan dari rasio keuangan tersebut.

Sumber :
BMP EKSI 4204 Modul 4 Analisis Rasio Keuangan, edisi 3, Kegiatan Belajar 1

2. Likuiditas adalah kemampuan suatu bisnis atau perusahaan dalam memenuhi


kewajibannya dan melunasi utang-utang dalam jangka pendek. Konsep likuiditas
penting dalam analisis laporan keuangan. Likuiditas memberikan fleksibilitas untuk
memanfaatkan kondisi perubahan pasar dan untuk bereaksi terhadap Tindakan strategi
pesaing. Likuiditas juga terkait dengan kemampuan Perusahaan untuk memenuhi
kewajibannya saat jatuh tempo. Banyak Perusahaan dengan neraca yang kuat
mengalami kesulitan yang serius karena tidak likuid.
Jumlah aktiva likuid yang dilaporkan Perusahaan pada neraca sangat beragam.
Perbedaan yang beragam ini dapat disebabkan oleh berbagai macam faktor. Umumnya,
Perusahaan dalam industri yang dinamis membutuhkan likuiditas yang lebi tinggi untuk
memanfaatkan kesempatan atau untuk bereaksi terhadap perubahan yang cepat pada
lingkungan yang kompetitif.
Rasio likuiditas penting bagi investor dan kreditur untuk menentukan apakah
perusahaan dapat menutupi kewajiban jangka pendek, dan sampai sejauh mana.
Semakin tinggi rasionya, semakin besar kemungkinan perusahaan mampu membayar
tagihan jangka pendeknya.

Referensi :
BMP EKSI 4204 Modul 5 Hal 5.4

3. EPS : Rp 10 milliar / 5.000.000 lembar = Rp 2.000


PER : Rp 3.750 / 1.250 = 3 kali
Kekayaan Pemegang Saham : Rp 3.750 x 5.000.000 lembar = Rp18 .750.000.000

4. Laba merupakan salah satu metrik keuangan yang paling banyak ditonton dalam
mengevaluasi kesehatan keuangan suatu perusahaan. Ini adalah keuntungan finansial
atau pendapatan yang dihasilkan dari bisnis atau aktivitas investasi apa pun yang
melebihi biaya, pajak, dan biaya lainnya. Namun, keuntungan ekonomi dan laba
akuntansi adalah dua jenis laba. Laba ekonomi mengacu pada total pendapatan dari
penjualan dikurangi biaya peluang dari semua input. Laba akuntansi, di sisi lain,
mewakili total pendapatan perusahaan, yang mencakup biaya eksplisit.
Keuntungan ekonomi adalah bentuk laba yang diperoleh dari memproduksi
barang dan jasa sambil memperhitungkan penggunaan alternatif sumber daya
perusahaan. Ini mengurangi biaya eksplisit dari pendapatan dan termasuk biaya peluang
yang dikeluarkan selama periode waktu tersebut. Biaya implisit, yang biasanya
merupakan biaya sumber daya perusahaan, juga merupakan bagian dari persamaan.
Keuntungan ekonomi lebih merupakan perhitungan teoritis berdasarkan
tindakan alternatif yang bisa diambil. Laba akuntansi, di sisi lain, menghitung apa yang
sebenarnya terjadi dan hasil yang terukur untuk periode tersebut.

Inilah cara lain untuk memikirkannya. Laba akuntansi adalah laba setelah
dikurangi biaya eksplisit (seperti upah dan sewa). Keuntungan ekonomi mencakup
biaya eksplisit serta biaya implisit (apa yang perusahaan menyerah untuk mengejar jalur
tertentu). Dengan demikian, laba akuntansi mewakili profitabilitas sejati perusahaan
sementara laba ekonomi menunjukkan efisiensinya.

Perusahaan hanya diwajibkan untuk melaporkan satu bentuk laba ke Internal


Revenue Service (IRS) untuk keperluan pajak: laba akuntansi. Keuntungan ekonomi
umumnya hanya dimaksudkan untuk keperluan internal. Misalnya, bisnis dapat
menggunakannya untuk menentukan apakah akan masuk atau tinggal di pasar tertentu.
Keuntungan ekonomi juga menunjukkan seberapa efisien perusahaan beroperasi,
termasuk apakah mereka mengalokasikannya.

Sumber :
BMP EKSI 4204 Modul 5 KB1

5. Kebijakan deviden (dividend policy) adalah suatu keputusan untuk menentukan berapa
besar bagian dari pendapatan perusahaan yang akan dibagikan kepada para pemegang
saham dan akan diinvestasikan kembali (reinvesment) atau ditahan (retained) di dalam
perusahaan. Berdasarkan pengertian tersebut, kebijakan dividen didasarkan pada
rentang pertimbangan atau kepentingan pemegang saham di satu sisi dan kepentingan
perusahan di sisi lain.
Menurut Kolb dalam Hidayati (2006), kebijakan dividen penting karena dua alasan
yaitu:
a. Pembayaran dividen akan memengaruhi harga saham.
b. Pendapatan yang ditahan (retained earning) biasanya merupakan sumber modal
sendiri yang terbesar dan terpenting untuk pertumbuhan perusahaan.
Kedua alasan tersebut merupakan dua sisi kepentingan yang agak kontroversial.
Kedua kepentingan tersebut bisa terpenuhi, secara optimal manajemen perusahaan
seharusnya memutuskan secara hatihati dan teliti terhadap kebijakan dividen yang akan
dipilih. Beberapa teori yang digunakan sebagai landasan dalam menentukan kebijakan
dividen untuk perusahaan, sehingga dapat dijadikan pemahaman mengapa suatu
perusahaan mengambil kebijkaan dividen tertentu.

Referensi :
BMP EKSI 4204 Modul 4 Rasio Aktivitas dan Kebijakan Dividen, edisi 3, Kegiatan Belajar 3
halaman 4.77

Anda mungkin juga menyukai