Anda di halaman 1dari 6

Mamduh M.

Hanafi dan Halim (2014:37)

“Rasio likuiditas adalah kemampuan likuiditas jangka pendek perusahaan dengan


melihat besarnya aktiva lancar relative terhadap kewajiban lancarnya.”

Harahap (2010:301)

“Rasio likuiditas adalah rasio yang menggambarkan kemampuan suatu


perusahaan untuk menyelesaikan kewajiban jangka pendeknya. Rasio ini bisa
dihitung melalui sumber tentang modal kerja yaitu berbagai pos aktiva lancar dan
hutang lancar.”

Tujuan Rasio Likuiditas


Berikut merupakan tujuan dari penggunaan rasio likuidasi dalam melakukan analisis
laporan keuangan.

1. Untuk mengukur kemampuan suatu perusahaan dalam membayar utang yang akan
jatuh tempo ketika ditagih. Hal tersebut berarti kemampuan membayar utang yang
sudah saatnya dilunasi sesuai dengan batas waktu yang sudah ditentukan.
2. Untuk mengukur kemampuan dari perusahaan dalam melunasi kewajiban lancar
menggunakan aktiva lancar secara keseluruhan. Hal tersebut berarti bahwa jumlah
kewajiban yang umurnya kurang dari atau sama dengan 1 tahun, dibandingkan
dengan jumlah aktiva lancar.
3. Untuk mengukur kemampuan dari perusahaan dalam melunasi kewajiban lancar
tanpa memperhitungkan persediaan atau piutang-nya.
4. Untuk mengukur dan juga membandingkan antara jumlah modal kerja perusahaan
dengan jumlah persediaan.
5. Untuk mengukur seberapa banyak uang kas yang ada untuk bisa membayar utang
jangka pendek.
6. Sebagai alat perencana dimasa yang akan datang, khususnya yang berhubungan
dengan kas dan kewajiban.
7. Sebagai alat untuk menggambarkan kelemahan yang dimiliki oleh perusahaan dari
setiap komponen yang terdapat di aktiva lancar dan kewajiban lancar.
8. Sebagai alat pemacu untuk pihak internal perusahaan untuk memperbaiki atau
meningkatkan kinerja-nya, dengan mengacu pada hasil rasio likuiditas saat ini.

Manfaat Rasio Likuiditas


Analisis laporan keuangan dengan menggunakan perhitungan rasio likuiditas cukup
banyak memberikan manfaat bagi banyak pihak yang mempunyai kepentingan pada
laporan keuangan.

Pihak yang mempunyai kepentingan diantaranya adalah pemilik perusahaan dan


manajemen perusahaan. Bagi pihak internal perusahaan rasio likuiditas bermanfaat
untuk menunjukan dan menilai kinerja mereka dalam mengelola perusahaan,
khususnya dalam hal likuiditas perusahaan.
Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Rasio Likuiditas

Terdapat beberapa faktor yang bisa mempengaruhi likuiditas suatu perusahaan.


faktor – faktor tersebut adalah sebagai berikut.

1. Cost of External Financing


Faktor cost of external financing ini berhubungan dengan biaya yang dikeluarkan
oleh perusahaan apabila perusahaan memakai pendanaan dari luar perusahaan,
memakai proxy ukuran perusahaan dan kesempatan tumbuh untuk mengukur faktor
tersebut.

Munawir (2001) menjelaskan bahwa cost of external financing yang dihadapi


perusahaan besar lebih rendah daripada perusahaan kecil.

Hal tersebut dikarenakan perusahaan besar lebih bisa mencapai economic of


scale terutama apabila dihubungkan dengan biaya tetap ketika melakukan emisi
saham.

Pada perusahaan yang menghadapi keadaan asymmetric information yang rumit


antara outsider dan insider investors, maka perusahaan tersebut akan cenderung
untuk mengalami cost of external financing yang besar.

Hal tersebut berlaku pada perusahaan – perusahaan yang nilainya sebagian besar
ditentukan oleh growth opportunities. Perusahaan tersebut juga akan
menghadapi asymmetric information yang besar.

2. Current and Future Investment Opportunities


Current and future investment opportunities merupakan suatu kesempatan
investasi yang dihadapi oleh perusahaan, baik pada saat sekarang atau di masa yang
akan datang.

Faktor ini bisa mempengaruhi manajemen dalam menentukan kebijakan


likuiditasnya.

Berhubungan dengan current and future investment opportunities ini pihak


manajemen akan mempertimbangkan, apakah lebih baik berinvestasi dalam bentuk
asset tetap atau dalam asset lancar.

3. Transactions Demand for Liquidity


Transaction demand for liquidity ini berhubungan dengan kas yang dibutuhkan
oleh perusahaan untuk bertransaksi.

Faktor ini adalah faktor yang dipertimbangkan oleh manajemen dalam menetapkan
likuiditas perusahaan.

Tingkat kemampuan dari perusahaan untuk membayar semua kewajiban lancarnya


disebut dengan likuiditas seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya.
Perusahaan yang memiliki cukup kemampuan dalam melunasi kewajiban lancarnya
disebut sebagai perusahaan yang likuid. Sedangkan perusahaan yang kesulitan
melunasi kewajiban lancarnya disebut illikuid.

Kemampuannya tersebut bisa diukur dari kemampuan perusahaan dalam


memperoleh kas atau kemampuan untuk mengubah aktiva non kas menjadi kas.

Umumnya aspek likuiditas dihubungkan dengan 1 periode tahun buku atau


terkadang diidentifikasikan dengan siklus operasi normal suatu perusahaan.

Siklus operasi normal tersebut adalah suatu jangka waktu yang mencakup sejak
dimulainya kegiatan produksi, pembelian, penjualan sampai kegiatan yang
diidentifikasi-kan dengan siklus operasi normalnya.

Pada umumnya dipakai pada perusahaan yang siklus operasinya melebihi 1 periode
tahun buku.

4. Cash Flow Uncertainty


Cash flow uncertainty (ketidakpastian arus kas) bisa menentukan kebijakan
manajer dalam menetapkan tingkat likuiditas perusahaan.

Perusahaan yang memiliki tingkat ketidakpastian arus kas yang tinggi akan
cenderung untuk melakukan investasi dalam aktiva yang likuid atau lancar dengan
jumlah yang cukup besar.

Selain ke-4 faktor tersebut, terdapat juga beberapa faktor lainnya, yaitu sebagai
berikut.

1. Jenis perusahaan
2. Kebutuhan jumlah modal untuk menjalankan kegiatan perusahaan.
3. Perubahan pada persediaan yang kaitannya dengan volume penjualan pada saat ini
atau di masa yang akan datang. Yang mungkin terdapat over investment dalam
persediaan tersebut.
4. Present value atau nilai sesungguhnya dari aktiva lancar. Terkadang terdapat suatu
kemungkinan suatu perusahaan memiliki saldo piutang yang besar, namun piutang
tersebut sudah lama dan sulit ditagih. Oleh karena itu nilai realisasi-nya mungkin
akan lebih kecil daripada yang dilaporkan.

Jenis – Jenis Rasio Likuiditas


Terdapat beberapa jenis rasio likuiditas, diantaranya adalah sebagai berikut.

1. Rasio Lancar (Current Ratio)


Rasio lancar adalah rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan suatu
perusahaan dalam membayar utang lancar-nya yang akan jatuh tempo ketika ditagih
secara keseluruhan.

Artinya, seberapa banyak aktiva lancar yang ada untuk menutupi utang lancar-nya
yang akan jatuh tempo.

Rasio lancar juga bisa dikatakan sebagai alat untuk mengukur tingkat keamanan
margin (margin of safety) suatu perusahaan.
Jika rasio lancar suatu perusahaan rendah atau dibawah standar industry, maka
perusahaan tersebut sedang mengalami masalah likuidasi. Apabila  suatu
perusahaan mempunyai rasio lancar yang terlalu tinggi juga kurang bagus.

Hal tersebut dikarenakan menunjukan banyak dana menganggur yang pada


akhirnya bisa mengurangi kemampuan perusahaan.

Dalam praktek pada umumnya dipakai ukuran standar rasio lancar sebesar 200%
atau 2 kali. Ukuran standar tersebut dianggap sebagai ukuran yang cukup baik bagi
suatu perusahaan.

Artinya dengan ukuran rasio lancar tersebut perusahaan sudah merasa pada titik
aman dalam jangka pendek. Tapi untuk mengukur kinerja manajemen ukuran yang
paling penting adalah rata – rata industry untuk perusahaan yang sejenis.

Berikut merupakan rumus yang digunakan untuk menghitung rasio lancar


atau current ratio.

2. Rasio Cepat (Quick Ratio)


Rasio cepat adalah rasio yang memperlihatkan kemampuan perusahaan dalam
memenuhi kewajiban jangka pendek dengan aktiva lancar tanpa memperhitungkan
persediaan (inventory).

Dengan kata lain dalam perhitungan kita mengabaikan persediaan, yaitu dengan
cara dikurangi dari aktiva lancar.

Hal tersebut dikarenakan persediaan merupakan aktiva lancar yang tingkat


likuidnya paling rendah, sering mengalami fluktuasi harga, dan sering menimbulkan
kerugian apabila terjadi likuidasi.

Berikut adalah rumus untuk menghitung rasio cepat (quick ratio).

3. Rasio Kas (Cash Ratio)


Rasio kas adalah rasio yang dipakai untuk mengukur seberapa banyak kas dan setara
kas yang ada untuk membayar kewajiban jangka pendek.
Ketersediaan kas dan setara dapat meliputi kas ditangan, rekening giro atau
tabungan di bank yang bisa kapan saja diambil.

Berikut merupakan rumus yang dapat dipakai untuk menghitung rasio kas.

4. Rasio Perputaran Kas (Cash Turnover)


Rasio perputaran kas adalah suatu ukuran sejauh mana efisiensi pemakaian kas yang
diusahaan oleh perusahaan. Perputaran kas disini dijadikan sebagai dasar atau tolak
ukur kecepatan arus kas dari kembalinya kas yang sudah diinvestasikan di dalam
modal kerja.

Perusahaan yang angka perputaran kas nya melebihi standar industry, maka
perusahaan tersebut kasnya over investment dan penggunaannya tidak efektif.

Kesuksesan perusahaan dalam menjaga dan mengatur rasio kas-nya, jika


perusahaan tersebut mampu untuk menjaga rasio perputaran kas ini menjadi
proporsional atau sesuai dengan standar. Hal tersebut berarti nilai rasio perputaran
kas-nya tidak terlalu tinggi atau rendah.

Dengan menggunakan rasio ini, investor atau kreditur ingin mengetahui besarnya
penjualan yang dapat dihasilkan dari jumlah kas rata – rata yang dimiliki oleh
perusahaan.

Rasio perputaran kas menjadi indicator kecepatan kembalinya modal kerja yang
tertanam dalam kas dan setara kas menjadi kas kembali dengan melalui kegiatan
penjualan atau pendapatan bersih perusahaan.

Jika nilai rasio ini tinggi efeknya adalah kas yang masuk kembali melalui kegiatan
penjualan bisa digunakan kembali untuk mendanai kegiatan operasional usaha
perusahaan. Dengan begitu kondisi keuangan perusahaan tetap bisa terjaga.

Dan apabila kas perusahaan terjaga, maka perusahaan dapat menghindari


kebangkrutan akibat faktor kas yang buruk.

Berikut merupakan rumus yang digunakan untuk menghitung rasio perputaran kas.

https://mastahbisnis.com/rasio-likuiditas/

Anda mungkin juga menyukai