Anda di halaman 1dari 7

Pengertian Rasio Liquiditas, Contoh, dan

Macam-macam Rasionya
Investor dan bank menggunakan rasio likuiditas untuk menilai sebuah perusahaan.  Likuiditas
merupakan kemampuan atau kapabilitas sebuah perusahaan untuk dalam memenuhi kewajiban
utang jangka pendek yang ditanggungnya. Semakin tinggi likuiditasnya, maka risikonya semakin
kecil. Sebuah perusahaan dianggap likuid jika perusahaan dapat memenuhi kewajibannya.

Pengertian Rasio Likuiditas


Rasio likuiditas merupakan perbandingan aktiva lancar dengan kewajiban lancar.  Rasio ini dapat
menjadi alat atau informasi yang dapat membantu perusahaan untuk meningkatkan
manajemennya. Rasio liquiditas merupakan indikator performa perusahaan dan situasi
keuangannya.

Contoh mudahnya, rasio likuiditas ditunjukkan oleh rasio kas terhadap kewajiban lancarnya,
misalnya pembayaran gaji karyawan, pembayaran tagihan listrik, pelunasan biaya telepon, dan
pembayaran iuran PDAM.

Rasio ini tidak hanya penting untuk membuat performa perusahaan terlihat bagus di mata
investor, namun juga dapat digunakan untuk menganalisis tren, membandingkan dengan
perusahaan kompetitor, dan  mengukur kemajuan atau pencapaian target yang telah ditetapkan.

Baca juga : Membahas Lebih Jauh Pengertian Freelance dan Beberapa Contohnya

Jenis-jenis Rasio Likuiditas


Rasio Likuiditas terdiri dari beberapa jenis, antara lain:

Rasio Cepat

Rasio cepat disebut juga Quick Ratio. Rasio ini digunakan untuk melihat likuiditas perusahaan
secara cepat dengan membandingkan kewajiban utang jangka pendeknya dengan aktiva lancar.

Dalam merumuskan rasio cepat, hal-hal yang diperhitungkan antara lain pinjaman jangka
pendek, utang dagang, utang pajak penghasilan, utang kartu kredit dan biaya yang masih harus
dibayar. Sedangkan aset lancar yang dihitung antara lain uang tunai, investasi yang likuid, dan
piutang. Dalam rasio ini, investaris tidak dimasukkan ke dalam aset karena dianggap sulit untuk
dikonversi menjadi uang tunai.

Rumus:
Rasio Cepat= Kas + Surat Berharga + Piutang Neto : Kewajiban lancar.

Rasio Kas

Rasio ini membandingkan cashflow dengan tagihan yang harus dibayar. Rasio kas sangat penting
untuk mendeteksi tanda merah atau bahaya yang mengancam perusahaan. Perputaran kas yang
rendah merupakan penyebab utama kegagalan bisnis kecil. Rasio kas dengan jumlah kurang dari
satu menunjukkan bahwa perusahaan tidak mampu membayar kewajibannya.

Rumus:

Rasio Kas= (Pendapatan Bersih + Penurunan Nilai) : Total Pinjaman

Margin Laba Bersih

Margin Laba Bersih atau Net profit margin merupakan persentase sisa pendapatan setelah
dikurangi biaya produksi, bunga, dan pajak. Banyak investor yang menilai perusahaan dari rasio
margin laba bersihnya.  Hal ini dikarenakan net profit margin dapat menunjukkan kemmapuan
perusahaan untuk memanajemen pengeluaran dan mengonversi sisa menjadi profit.

Rumus:

Net profit margin= (Pendapatan total- Pengeluaran total) : Pendapatan total.

Laba Kotor pada Penjualan Bersih

Laba kotor pada penjualan bersih atau Gross Profit on Net Sales sangat berguna untuk
perusahaan yang bergerak di bidang penjualan barang. Rasio ini dapat membantu menghitung
berapa mark up rerata harga barang agar dapat menutupi biaya pengeluaran dan menghasilkan
keuntungan.

Laba kotor yang lebih rendah dari margin rerata menunjukkan bahwa ada sesuatu yang salah,
misalnya harga produk terlalu rendah.

Baca juga : Bisnis Tanpa Modal yang Bisa Anda Jalani untuk Usaha Sampingan

Rasio ini sebaiknya diukur secara teratur,bisa setiap bulan atau tiga bulan sekali. Tren penurunan
rasio dapat memberikan tanda bahwa aka nada masalah di masa depan. Sebelum masalah
tersebut terjadi, perusahaan dapat menganalisis faktor apa saja yang kemungkinan berpotensi
menjadi masalah dan mengatasinya sedini mungkin.

Rumus:

Laba kotor dari penjualan bersih= Penjualan bersih-Harga pokok penjualan): Penjualan
bersih.
Rasio Perputaran Persediaan

Rasio perputaran persediaan atau Inventory turn over ratio  menunjukkan berapa kali persediaan
atau barang  inventaris dikonversi menjadi penjualan selama periode waktu tertentu. Investor
sering menilai likuiditas perusahaan dari rasio ini karena inventaris merupakan salah satu aset
terbesar yang dilaporkan di dalam neraca keuangan.

Kesimpulan
Dalam menilai likuiditas perusahaan ada beberapa rasio keuangan yang digunakan oleh para
investor. Rasio tersebut antara lain rasio cepat, rasio kas, margin laba bersih, rasio laba kotor
pada penjualan bersih dan rasio perputaran persediaan.

Ini juga merupakan parameter yang digunakan untuk mengetahui sehat atau tidaknya suatu
perusahaan. Jika Anda kesulitan menghitung rasio liquiditas secara manual, Anda bisa
menggunakan Accurate Online untuk perhitungan yang lebih cepat dan minim kesalahan.

Accurate Online adalah software akuntansi berbasis aset yang memiliki fitur terlengkap seperti
penghitungan aset, rasio, perpajakan, dan pemantauan stok secara real time. Anda bisa mencoba
semua fitur Accurate Online secara gratis selama 30 hari melalu

(https://accurate.id/akuntansi/pengertian-likuiditas-contoh-dan-macam-macam-rasionya/)
Rasio likuiditas berbeda dengan rasio profitabilitas. Rasio ini adalah gambaran posisi uang kas
dan kemampuan suatu perusahaan untuk melunasi atau membayar kewajiban utang sesuai pada
waktu jatuh tempo yang telah disepakati (Kamus Besar Bahasa Indonesia). Sedangkan menurut
Fred Weston yang dikutip oleh Kasmir, rasio likuiditas merupakan gambaran kemampuan
perusahaan dalam memenuhi kewajiban utang jangka pendek dengan memakai aktiva lancar.
Rasio likuiditas termasuk unsur unsur laporan keuangan yang digunakan untuk memaparkan
seberapa likuid (cair) suatu perusahaan untuk melunasi kewajiban (utang) jangka pendek
mempergunakan aktiva lancar pada saat jatuh tempo atau sebelum jatuh tempo.

ads

Kondisi likuiditas penting untuk pertimbangan dampak dari ketidakmampuan perusahaan untuk
memenuhi kewajiban jangka  pendeknya sehingga perusahaan tidak akan mendapat keuntungan
dari diskon serta kesempatan dan tindakan manajemen lebih terbatas yang bisa dilihat dari
pencatatan transaksi keuangan perusahaan. Jika terjadi masalah masalah likuiditas maka
investasi dan aktiva akan dijual secara terpaksar.

Masalah likuiditas bukan mengarah pada kebangkrutan tetapi jika perusahaan sering gagal
memenuhi kewajiban lancarnya maka kelangsungan usahanya dipertanyakan. Pengertian
kewajiban dalam akuntansi berarti utang yang harus dilunasi. Kesehatan suatu perusahaan
tercermin dari tingginya rasio likuiditas yang biasanya diukur dengan current ratio. Jika
likuiditas digunakan sebagai ukuran kinerja, perusahaan yang memiliki rasio likuiditas rendah
harus memberi informasi tambahan yang lebih rinci dengan rasio lainnya dibandingkan
perusahaan yang memiliki rasio likuiditas tinggi. Setelah memahami pengertian analisis rasio
keuangan barulah pahami tentang jenis-jenis rasio keuangan.

Jenis Jenis Likuiditas


1. Current Ratio

Rasio ini untuk menilai kecukupan aktiva lancar perusahaan untuk melunasi kewajiban jangka
pendek atau utang lancarnya yang dipakai dalam perhitungan akuntansi sesuai jenis jenis laporan
keuangan. Jika perbandingan aktiva lancar dengan utang lancar bernilai tinggi maka kemampuan
perusahaan juga tinggi untuk melunasi utang lancarnya. Jika rasio lancar (current
rasio) menunjukkan perbandingan 1:1 atau 100% berarti aktiva lancar bisa melunasi kewajiban
jangka pendek.

Kondisi perusahaan tergolong lebih aman jika rasio lancar di atas satu atau lebih dari 100% maka
perusahaan tersebut sudah pasti mampu membayar utang lancarnya tanpa mengganggu kegiatan
operasional perusahaan. Current ratio sebesar 200% dinilai sebagai current ratio yang
memuaskan untuk perusahaan industri atau perusahaan komersil besar. Untuk perusahaan
penghasil jasa seperti perusahaan listrik dan hotel rasio sebesar 100% sudah mencukupi. Untuk
itu pemahaman tentang kerangka konseptual akuntansi keuangan sangat diperlukan.
Tingginya rasio lancar berarti jumlah uang kas sangat banyak (berlebih) sehingga kegiatan
operasional berjalan lancar. Namun rendahnya rasio likuiditas berarti aktiva lancar
(persediaannya) berlebihan. Tingginya tingkat rasio harus dikhawatirkan, hal itu terjadi mungkin
akibat aktiva tidak digunakan secara efektif oleh perusahaan. Jika tingkat rasio rendah
menunjukkan bahwa aktiva telah digunakan secara efektif, namun berbahaya bagi
keberlangsungan kegiatan operasional. Saldo kas harus dibuat sesuai dengan tingginya tingkat
perputaran piutang dan persediaan supaya sumber daya tidak dipakai secara sia-sia. Rumus
Current Ratio yaitu:

Rasio Lancar = Aktiva Lancar (Current Ratio) / Utang Lancar (Current Liabilities) x 100%

Keterangan: kas adalah segala bentuk alat pembayaran yang bisa dipakai segera untuk transaksi
seperti uang logam, uang kertas dan saldo rekening giro atau tabungan di bank. Setara kas adalah
bentuk investasi yang likuid, berjangka pendek dan bisa diubah menjadi kas (tunai) dalam waktu 
cepat tanpa risiko perubahan nilai yang signifikan. Utang lancar adalah utang perusahaan yang
harus dilunasi sesuai jangka waktu yang disepakati atau dalam siklus operasional perusahaan.

2. Quick Ratio

Quick Ratio dipakai untuk mengetahui kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban
jangka pendek dengan memakai aktiva lancar, namun tanpa persediaan karena persediaan butuh
waktu lama untuk diubah menjadi uang dibandingkan aset lainnya. Quick asset meliputi piutang
dan surat-surat berharga. Semakin besar nilai rasio maka kondisi perusahaan semakin baik. Jika
rasio sebesar 1:1 atau 100% maka ini likuiditas perusahaan baik. jika terjadi masalah likuiditas
maka perusahaan akan mudah untuk mengubah aktiva menjadi uang untuk membayar kewajiban
(utang). Berikut ini rumus Quick Ration.

Quick Ratio = Current Assets – Inventory / Current Liabilities x 100%

ads

3. Cash Ratio

Cash Ratio digunakan untuk mengukur ketersediaan uang kas untuk melunasi kewajiban (utang)
jangka pendek. Uang kas bisa berbentuk rekening giro. Jika rasio sebesar 1:1 atau 100% berarti
perbandingan kas atau setara kas dengan utang akan semakin baik sehingga perusahaan bisa
melunasi utang sesuai jatuh tempo atau sebelum jatuh tempo.

Cash Ratio = Cash or Cash Equivalent /Current Liabilities x 100%

4. Rasio Perputaran Kas (Cash Turnover Ratio)

Rasio Perputaran Kas menampilkan perbandingan nilai penjualan bersih terhadap modal kerja
bersih. Modal kerja bersih berupa semua komponen aktiva lancar dikurangi total utang lancar.
Rasio ini juga untuk mengetahui seberapa besar penjualan untuk modal kerja yang dimiliki
perusahaan. Rumus Rasio Perputaran Kas sebagai berikut.
Rasio Perputaran Kas = Penjualan Bersih / Modal Kerja Bersih x 100%

5. Working Capital to Total Asset Ratio

Rasio ini dipakai untuk menilai likuiditas dengan menghitung total aktiva dan posisi modal kerja.
Hakikat akuntansi sangat berpengaruh pada rasio jenis ini. Rumus rasio ini sebagai berikut.

Working Capital to Total Assets Ratio = Current Assets – Current Liabilities / Total Assets x
100%

Contoh Perhitungan Rasio Kas (Cash Ratio)

PT HIJ memiliki aktiva lancar sebesar Rp. 100 juta yang terdiri dari Rp. 30 juta dalam bentuk
uang tunai dan Rp. 20 juta berupa rekening giro di bank. Sedangkan utang lancar perusahaan
sebesar Rp. 70 juta. Berapakah Rasio Kas Perusahaan PT HIJ?

Diketahui:

Kas dan Setara Kas = Rp. 50 juta yang diperoleh dari perhitungan (Rp. 30 juta + Rp. 20 juta)
Utang lancar = Rp. 70 juta
Rasio Kas = ?

Jawaban

Rasio Kas = (Kas + Setara Kas) / Hutang Lancar


Rasio Kas = Rp. 50 juta / Rp. 70 juta = 0,71 kali

Jadi rasio kas PT. HIJ sebesar 0,71 kali

Dari contoh soal tersebut diperoleh informasi bahwa rasio kas PT HIJ sebesar 0,71 kali yang
berarti PT HIJ memiliki kas dan setara kas untuk membayar utang hanya sebesar 71% dari
kewajiban lancarnya. Rasio kas ini terbilang cukup tinggi karena saldo kas sebesar itu relatif
tinggi sepanjang tahun. Rasio Kas atau Cash Ratio tidak begitu populer digunakan dalam analisis
likuiditas seperti rasio lancar dan rasio cepat karena fungsinya sangat terbatas.

Tidak ada penilaian umum terhadap rasio kas ini karena di beberapa negara rasio kas sebesar 0,2
juga sudah bisa diterima. Rasio Kas yang terlalu tinggi menandakan bahwa pemakaian aset yang
tidak maksimal bagi perusahaan sebab uang tunai pada neraca keuangan terlalu banyak. Sebelum
memahami tentang neraca keuangan, pahami terlebih dahulu tentang pengertian neraca saldo.

Itulah beberapa rasio likuiditas yang umum digunakan untuk menilai kondisi likuiditas suatu
perusahaan. Salah satu rasio likuiditas tidak bisa dibilang rasio terbaik dari rasio lainnya karena
semua penilaian rasio bersifat relatif tergantung kondisi perusahaan dan perekonomian di suatu
negara sesuai dengan standar akuntansi keuangan.

(https://dosenakuntansi.com/rasio-likuiditas)

Anda mungkin juga menyukai