Anda di halaman 1dari 16

PEREKONOMIAN INDONESIA

KEBIJAKAN PERDAGANGAN INTERNASIONAL

Dosen :
Desak Made Sukarnasih, S.E.,M.M.

Puhantania Putuhena

119211216

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS PENDIDIKAN NASIONAL

DENPASAR

2020

KEBIJAKAN PERDAGANGAN INTERNASIONAL


Perdagangan internasional hendaknya dilakukan dengan penuh perhitungan, mengingat
hal ini akan sangat memengaruhi kondisi perekonomian nasional. Untuk itu diperlukan
kebijakan-kebijakan tertentu dalam mengatur pelaksanaan perdagangan internasional. Kebijakan-
kebijakan tersebut meliputi cara atau strategi tertentu yang sifatnya protektif untuk
menyelamatkan dan melindungi perekonomian dalam negeri.

Kebijakan perdagangan internasional yang biasa dilakukan pemerintah adalah tarif atau
bea masuk, kuota, larangan ekspor, larangan impor, subsidi, politik dumping, dan diskriminasi
harga.

 Penetapan Tarif atau Bea Masuk


Tarif atau bea masuk dikenakan pada barang impor. Tarif atau bea masuk ini juga biasa
disebut dengan pajak atas barang-barang impor. Setiap barang yang masuk ke dalam
pasar dalam negeri dikenai bea masuk.
Tujuan penetapan tarif atau bea masuk ini adalah sebagai berikut.
a. Menghambat Impor Barang-barang/Jasa Luar Negeri dengan Penetapan
Pajak yang Tinggi Atas Barang-barang Impor Terutama atas barang-barang
impor yang tidak mempunyai nilai guna dan nilai tambah bagi
perekonomian nasional.
b. Melindungi Barang/Jasa Produksi Dalam NegeriUntuk melindungi produk
dalam negeri yang lebih mahal daripada harga barang impor maka
pemerintah menetapkan tarif yang tinggi. Dengan demikian, harga jual
barang impor di dalam negeri menjadi lebih tinggi dari- pada harga barang
produksi dalam negeri sehingga produk dalam negeri tetap dapat bersaing.
Pajak atau bea masuk akan menambah harga jual suatu barang/jasa impor.
c. Menambah Pendapatan Pemerintah dari Pajak Penarikan tarif pajak
barang/jasa impor merupakan pemasukan bagi anggaran pendapatan dan
belanja negara khususnya dalam subpene- rimaan pajak
 Kuota
Kuota merupakan salah satu cara melakukan proteksi yang sifatnya nontarif. Kuota
adalah suatu kebijaksanaan untuk membatasi jumlah maksimum yang dapat diimpor. Hal
ini dilakukan apabila pemerintah tidak melakukan pelarangan impor suatu barang tetapi
tidak juga ingin menarik bea masuk atau tarif karena khawatir akan menaikkan harga
dalam negeri.
Kuota ada empat macam, yaitu kuota mutlak, kuota negociated, tarif kuota, dan mixing
kuota. Satu per satu dijelaskan berikut ini.
 Kuota mutlak (absolute/unilateral quota)
Kuota mutlak (absolute/unilateral quota) yaitu penentuan kuota secara sepihak
 Negociated/bilateral quota
Negociated/bilateral quota, yaitu penentuan kuota menurut perjanjian antara
kedua belah negara pengimpor
 Tarif quota
 Tarif quota, yaitu pemerintah mengizinkan pemasukan barang ke dalam negeri
dengan jumlah tertentu dengan tarif yang diturunkan selama jangka waktu tertentu
 Mixing quota
Mixing quota, yaitu campuran dari ketiga macam kuota tersebut di- mana
pemerintah mengizinkan barang atau komoditas tertentu masuk dan dalam jumlah
tertentu melalui suatu perjanjian dengan negara mitra dagang dalam jangka waktu
tertentu.
 Subsidi
Alasan pemerintah memberikan subsidi dalam perdagangan internasional. Agar produksi
di dalam negeri dapat ditingkatkan maka pemerintah memberikan subsidi kepada
produsen. Misalnya, di pasar dalam negeri terdapat produk elektronik buatan dalam
negeri dan buatan luar negeri (impor). Kedua jenis barang tersebut mempunyai kualitas
yang sama baiknya. Maka, produsen diberikan subsidi agar dapat menjual produknya
dengan harga murah sehingga daya saing produk dalam negeri meningkat. Subsidi yang
diberikan dapat berupa mesinmesin, peralatan, tenaga ahli, keringanan pajak, fasilitas
kredit, dan sebagainya.
Tujuan pemberian subsidi, antara lain, adalah untuk meningkatkan produksi di dalam
negeri dan agar barang buatan sendiri dapat dijual dengan harga relatif murah sehingga
dapat meningkatkan daya saing terhadap barang-barang impor maupun di pasar ekspor
dan dapat mempertahankan jumlah konsumsi dalam negeri.
Manfaat yang dapat diperoleh dari subsidi, antara lain, subsidi tidak merugikan
konsumen karena jumlah konsumsi tidak berkurang dan harga di pasar dalam negeri tetap
bahkan dapat turun. Pemberian subsidi bersifat lebih transparan sehingga
konsumen/masyarakat dapat menilai besarnya manfaat dan kerugiannya secara langsung,
subsidi bersifat lebih adil karena dapat dibiayai oleh pemerintah dengan penggunaan
pajak pendapatan yang progresif terhadap wajib pajak yang potensial.
 Politik Dumping
Dumping adalah suatu kebijakan diskriminasi harga secara internasional (international price
discrimination) yang dilakukan dengan menjual suatu komoditi di luar negeri dengan harga
yang lebih murah dibandingkan yang dibayar konsumen di dalam negeri.
Ada tiga tipe dumping, yaitu sebagai berikut.
 Persistant dumping
Persistant dumping, yaitu kecenderungan monopoli yang berkelanjutan (continous)
dari suatu perusahaan di pasar domestik untuk memperoleh laba maksimum dengan
menetapkan harga yang lebih tinggi di dalam negeri daripada di luar negeri.
 Predatory dumping
Predatory dumping, yaitu tindakan perusahaan untuk menjual barangnya di luar
negeri dengan harga yang lebih murah untuk semen- tara (temporary), sehingga
dapat mematikan atau mengalahkan perusahaan lain dari persaingan Setelah dapat
memonopoli pasar, baru- lah harga kembali dinaikkan untuk mendapatkan laba
maksimum.
 Sporadic dumping
Sporadic dumping, yaitu tindakan perusahaan dalam menjual produknya di luar
negeri dengan harga yang lebih murah secara sporadic dibandingkan harga di dalam
negeri karena adanya kelebihan produksi di dalam negeri.
Pelaksanaan politik dumping dalam praktik perdagangan internasional dianggap sebagai
tindakan yang tidak terpuji (unfair trade) karena dapat merugikan negara lain. Untuk itu, WTO
sebagai organisasi perdagangan dunia menganut prinsip nondiskriminasi (Nation Treatment
Clause/NTC). Nation Treatment Clause/NTC merupakan prinsip memberi perlakuan yang sama
terhadap produk luar negeri maupun produk dalam negeri. Sesuai ketentuan WTO, bagi negara
yang dirugikan dapat mengambil tindakan anti dumping duties (tindakan anti dumping),
misalnya pemerintah Amerika Serikat melarang udang dari Cina masuk ke negaranya sebagai
akibat dari politik dumping yang dilakukan pemerintah Cina terhadap udang yang diekspor ke
AS.
 Premi
Premi adalah “bonus” yang berbentuk sejumlah uang yang disediakan pemerintah untuk
para produsen yang berprestasi atau mencapai target produksi yang ditetapkan oleh
pemerintah. Premi akan mengurangi harga jual produk karena oleh pengusaha biasanya
digunakan untuk mengurangi beban produksi dengan harapan bila harga jual produk
murah maka permintaan masyarakat akan meningkat sehingga produksi akan meningkat
dan pada akhirnya keuntungan perusahaan akan meningkat pula.
 Diskriminasi Harga
Diskriminasi harga adalah kebijakan perdagangan internasional dengan cara penetapan
harga jual yang berbeda pada dua pasar atau lebih yang berbeda terhadap barang yang
sama. Penetapan harga ini dapat berupa harga barang yang dijual di pasar internasional
lebih mahal sedang- kan di pasar dalam negeri lebih murah, atau sebaliknya. Hal ini
dilakukan untuk memaksimalkan keuntungan. Jika permintaan pasar internasional
terhadap suatu barang meningkat terus sedangkan permintaan di dalam negeri relatif
tetap, maka untuk memaksimalkan keuntungan, ada kecenderungan untuk meningkatkan
harga barang ekspor.
Diskriminasi harga ini dapat ditemukan misalnya pada penjualan gas bumi yang di ekspor
ke Jepang harganya lebih mahal karena harus menyesuaikan dengan standar harga
internasional sedangkan yang dijual di dalam negeri lebih murah karena di subsidi oleh
pemerintah untuk mengalihkan tingginya pemakaian minyak bumi.
MASALAH PERDAGANGAN LUAR NEGERI
Dalam semua industry perdagangan pasti memiliki permasalahan , salah satu nya pada masalah
perdaganagn luar negeri . dalam permaslaahan luar negri ini di bagi menjadi dua kelompok
utama yaitu , sebagai berikut :
 Faktor eksternal
Masalah yang bersifat eksternal meliputi hal-hal yang terjadi di luar perusahaan yang
akan mempengaruhi kegiatan ekspor impor. Masalah tersebut antara lain :
 Kepercayaan Antara Eksportir Importir
Kepercayaan adalah salah satu faktor eksternal yang penting untuk menjamin
terlaksananya transaksi antara eksportir dan importir. Dua pihak yang
tempatnya berjauhan dan belum saling mengenal merupakan suatu resiko bila
dilibatkan dengan pertukaran barang dengan uang. Apakah importir percaya
untuk mengirimkan uang terlebih dahulu kepada eksportir sebelum barang
dikirim atau sebaliknya apakah eksportir mengirimkan barang terlebih dahulu
kepada importir sebelum melakukan pembayaran.
Oleh karena itu, sebelum kontrak jual beli diadakan masing-masing pihak
harus sudah mengetahui kredibilitas masing-masing.
Beberapa cara yang lazim dilakukan untuk mencari kontrak dagang antara
lain
a. memanfaatkan buku petunjuk perdagangan yang berisi nama, alamat,
dan jenis usaha.
b. Mencari dan mengunjungi perusahaan di negara lain.
c. meminta bantuan bank di dalam negri yang selanjutnya mengadakan
kontak dengan bank korespondennya di luar negri untuk
menghubungkan nasbah kedua bank.
d. Membaca publikasi dagang dalam dan luar negri.
e. Konsultasi dengan pengusaha dalam bidang yang sama.
f.  Melalui perwakilan perdagangan.
g. Iklan
Pada dasarnya faktor kepercayaan ini lebih dititikberatkan pada kemampuan
kedua belah pihak baik eksportir maupun importir dalam menilai
kredibilitas masing-masing.
 Pemasaran
Faktor yang perlu dipertimbangkan dalam masalah ono adalah ke negara
mana barng akan dipasarkan untuk mendapatkan harga yang sebaik-baiknya.
Sebaliknya bagi importir yang penting diketahui adalah dari mana barang-
barang tertentu sebaiknya akan diimpor untuk memperoleh kondisi
pembayaran yang lebih baik. Dalam hal penetapan harga komoditi ekspor dan
konsep pemasarannya, eksportir perlu mengetahui apakah dapat bersaing
dalam penjualannya di luar negri, dengan mengetahui informasi mengenai :
a. ongkos atau biaya barang
b. sifat dan tingkat persaingan
c. luas dan sifat permintaan
Sedangkan penentuan jenis-jenis barang didasarkan pada informasi
mengenai :
a. peraturan perdagangan negara setempat
b.  pembatasan mutu dan volume barang-barang tertentu
c. kontinuitas produksi barang
d. negara tujuan barang-barang ekspor
Masalah pokok lain dalam hal pemasaran yang sering dihadapi oleh eksportir
maupun importir adalah daya saing, yang meliputi :
a. Daya saing rendah dalam harga dan waktu penyerahan
b. Daya saing dianggap sebagai masalah intern eksportir, padahal
sesungguhnya menjadi masalah nasional
c. Saluran pemasaran tidak berkembang di luar negri
d. Kurangnya pengetahuan akan perluasan pemasaran serta teknik-teknik
pemasaran
 Sistem Kuota dan Kondisi Hubungan Perdagangan Dengan Negara Lain
Keinginan Eksportir dan importir untuk mencari, memelihara atau
meningkatkan hubungan dagang dengan sesamanya juga tergantung pada
kondisi negara kedua pihak yang bersangkutan. Bilamana terdapat
pembatasan seperti ketentuan kuota barang dan kuota negara, maka upaya
meningkatkan transaksi yang saling menguntungkan tidak sepenuhnya dapat
terlaksana.
Upaya yang dapat dilakukan oleh setiap negara adalah dengan meningkatkan
hubungan antar negara baik yang bersifat bilateral, multilateral, regional
maupun internasional, guna menciptakan suatu turan dalam hal pembatasan
barang (kuota) bagi transaksi perdaganga. Hal ini membuktikan bahwa
pembatasan terhadap barang-barang yang masuk ke suatu negara serta
hubungan antara negara tempat terjadinya perdagangan menjadi faktor
penentu kelancaran proses ekspor impor
 Keterkaitan Dalam Keanggotaan Organisasi Internasional
Keikutsertaan suatu negara dalam organisasi internasional dimaksudkan
untuk mengatur stabilitas harga barang ekspor di pasar internasional. Namun
terlepas dari manfaat yang diperoleh dari keanggotaan organisasi tersebut,
keanggotaan didalamnya tak jarang merupakan penghambat untuk dapat
melakukan tindakan tertentu bagi peningkatan transaksi komoditi yang
bersangkutan, seperti contoh ICO dengan kuota kopi, serta penentuan harga
yang lebih bersaing yang sering dihadapi anggota-anggota OPEC.
 Kurangnya Pemahaman Akan Tersedianya Kemudahan-kemudahan
Internasional
Kemudahan-kemudahan internasional seperti ASEAN Preferential Trading
Arrangement yang menyediakan kemudahan trarif sangat berguna bagi
pengembangan perdagangan antara negara ASEAN. Kemudahan tarif yang
disediakan bersifat timbal balik dan pemanfaatannya dilakukan dengan
menerbitkan Formulir C oleh negara asal barang. Juga adanya tax treaty antar
negara-negara tersebut.
 FAKTOR INTERNAL
Keharusan perusahaan-perusahaan ekspor impor untuk memenuhi persyaratan berusaha
adakalanya tidak mendapat perhatian sungguh-sungguh. Persiapan teknis yang
seharusnya telah dilakukan diabaikan karena diburu oleh tujuan yang lebih utama yakni
mendapatkan keuntungan yang cepat dan nyata.
Masalah yang bersifat internal meliputi hal-hal yang terjadi di dalam perusahaan yang
akan mempengaruhi kegiatan ekspor impor. Masalah tersebut antara lain :
 Persiapan Teknis
Menyangkut persyaratan-persyaratan dasar untuk pelaksanaan transaksi
ekspor impor berupa :
a. Status badan hukum perusahaan
b. Adanya izin usaha (SIUP) serta izin ekspor maupun impor
(APE,APES, API, APIS, APIT)
c. Kemapuan menyiapkan persyaratan-persyaratan lain seperti dokumen
pengapalan, realisasi pengapalan serta kejujuran dan kesungguhan
berusaha termasuk itikad baik.
Dari sisi eksportir terkadang masalah yang timbul adalah kemampuang yang
bersangkutan dalam menyiapkan dokumen-dokumen pengapalan serta itikad
baik dan kejujuran untu mengirimkan barangnya.
Perusahaan ekspor impor haruslah menjaga reputasi perusahannya, disamping
itu untuk menjamin kelangsungan izin usahanya maka kontinuitas aktivitas –
aktivitas transaksinya harus dipertahankan dan ditingkatkan.
 Kemampuan dan Pemahaman Transaksi Luar Negri
Keberhasilan transaksi ekspor impor sangat didukung oleh sejauhmana
pengetahuan atau pemahaman eksportir/importir menyangkut dasar-dasar
transaksi ekspor impor, tata cara pelaksanaan, pengisian dokumen serta
peraturan-peraturan dalam dan luar negri.
 Pembiayaan
Pembiayaan transaksi merupakan masalah yang penting yang tidak jarang
dihadapi oleh para pengusaha eksportir/importir kita. Biasanya masalah yang
dihadapi antaralain ketercukupan akan dana, fasilitas pembiayaan dana yang
dapat di peroleh serta bagaimana cara memperolehnya. Dalam hal ini para
pengusaha harus mampu mengatur keuangannya secara bijak dan
mempelajari serta memanfaatkan kemungkinan fasilitas-fasilitas pembiayaan
untuk pelaksanaan transaksi-transaksi yanmg dilakukan.
Menyangkut bagaimana para eksportir/importir membiayai transaksi
perdagangan.
 Kekurangsempurnaan Dalam Mempersiapkan Barang
Khusus dalam transaksi ekspor, kurang mampunya eksportir dalam
menanggulangi penyiapan barang dapat menimbulkn akibat yang tidak baik
bagi kelangsungan hubungan transaksi dengan rekannya di luar
negri.Masalah-masalah yang timbul adalah akibat dari hal-hal berikut :
a. Pengiriman barang terlambat disebabkan oleh kesulitas administrasi
dan pengaturan pengangkutan, peraturan-peraturan pemerintad dan
sebagainya.
b. Mutu barang yang tidak dapat dipertahankan sesuai dengan perjanjian
c. Kelangsungan penyediaan barang sesuai dengan perjanjian tidak dapat
dipenuhi.
d. Pengepakan yang tidak memenuhi syarat
e. Keterlambatan dalam pengiriman dokumen-dokumen pengapalan.
 Kebijaksanaan Dalam Pelaksanan Ekspor Impor
Kelancaran transaksi ekspor impor sangat tergantung pada peraturan-
peraturan yang mendasarinya. Peraturan-peraturan yang apabila sering
berubah-ubah dapat membingungkan dan menimbulkan salah pengertian dan
kekliruan, baik di pihak pengusaha di dalam negri maupun pengusaha d luar
negri. Diperlukan penjelasan yang cukup tentang latar belakang perubahan-
perubahan dan tujuannya, sehingga masing-masing pihak memaklumi dan
mengetahui aturan main dalam transaksi selanjutnya.
UTANG LUAR NEGRI

A. PENGERTIAN UTANG LUAR NEGERI

Utang luar negeri atau pinjaman luar negeri, adalah sebagian dari total utang suatu


negara yang diperoleh dari para kreditor di luar negara tersebut. Penerima utang luar negeri dapat
berupa pemerintah, perusahaan, atau perorangan. 

Utang Luar Negeri (ULN) Indonesia meningkat. Posisi ULN Indonesia pada akhir
Agustus 2020 tercatat sebesar 413,4 miliar dolar AS, terdiri dari ULN sektor publik (Pemerintah
dan Bank Sentral) sebesar 203,0 miliar dolar AS dan ULN sektor swasta (termasuk BUMN)
sebesar 210,4 miliar dolar AS. Pertumbuhan ULN Indonesia pada Agustus 2020 tercatat 5,7%
(yoy), lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan bulan sebelumnya sebesar 4,2% (yoy),
disebabkan oleh transaksi penarikan neto ULN, baik ULN Pemerintah maupun swasta. Selain
itu, penguatan nilai tukar Rupiah terhadap dolar AS juga berkontribusi pada peningkatan nilai
ULN berdenominasi Rupiah.

ULN Pemerintah pada Agustus 2020 tumbuh meningkat. Posisi ULN Pemerintah


pada akhir Agustus 2020 tercatat sebesar 200,1 miliar dolar AS atau tumbuh 3,4% (yoy), lebih
tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan bulan Juli 2020 sebesar 2,3% (yoy). Perkembangan ini
terutama didorong oleh penarikan sebagian komitmen pinjaman dari lembaga multilateral yang
memberikan dukungan kepada Indonesia untuk menangani pandemi COVID-19 dan Program
Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN). ULN Pemerintah dikelola secara terukur dan berhati-hati
untuk mendukung belanja prioritas Pemerintah, yaitu sektor jasa kesehatan dan kegiatan sosial
(23,7% dari total ULN Pemerintah), sektor konstruksi (16,5%), sektor jasa pendidikan (16,5%),
dan sektor administrasi pemerintah, pertahanan, dan jaminan sosial wajib (11,8%), serta sektor
jasa keuangan dan asuransi (11,6%).

ULN swasta pada Agustus 2020 juga mengalami peningkatan. Pertumbuhan ULN


swasta pada Agustus 2020 tercatat 7,9% (yoy), meningkat dibandingkan dengan pertumbuhan
pada Juli 2020 sebesar 6,2% (yoy). Perkembangan ini dipengaruhi pertumbuhan ULN
perusahaan bukan lembaga keuangan (PBLK) dan ULN lembaga keuangan (LK) masing-masing
sebesar 10,3% (yoy) dan 0,4% (yoy). Sebagian besar penarikan ULN swasta pada Agustus 2020
digunakan untuk membiayai kegiatan investasi perusahaan. Beberapa sektor dengan pangsa ULN
terbesar, yakni mencapai 77,5% dari total ULN swasta, adalah sektor jasa keuangan & asuransi,
sektor pengadaan listrik, gas, uap/air panas & udara dingin (LGA), sektor pertambangan &
penggalian, dan sektor industri pengolahan.
Struktur ULN Indonesia tetap sehat, didukung penerapan prinsip kehati-hatian
dalam pengelolaannya. Rasio ULN Indonesia terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) pada
akhir Agustus 2020 sebesar 38,5%, relatif stabil dibandingkan dengan rasio pada bulan
sebelumnya sebesar 38,2%. Struktur ULN Indonesia tetap didominasi oleh ULN berjangka
panjang dengan pangsa 89,0% dari total ULN. Dalam rangka menjaga agar struktur ULN tetap
sehat, Bank Indonesia dan Pemerintah terus meningkatkan koordinasi dalam memantau
perkembangan ULN, didukung dengan penerapan prinsip kehati-hatian dalam pengelolaannya.
Peran ULN juga akan terus dioptimalkan dalam menyokong pembiayaan pembangunan dan
mendorong pemulihan ekonomi nasional, dengan meminimalisasi risiko yang dapat
memengaruhi stabilitas perekonomian.

B. G20

G20 berisikan negara-negara dengan ekonomi terbesar. Jika ditotal, mencapai 90 persen produk
dunia bruto, 80 persen perdagangan dunia, 2/3 populasi dunia, dan separuh luas lahan yang ada
di bumi. Tiap anggota diwakili oleh kepala negara, menteri, dan gubernur bank sentralnya. Ke-
20 negara anggota dibagi ke dalam lima grup.

Tiap tahun, salah satu anggota dari grup yang digilir mendapat kesempatan menjadi ketua G20.
Agenda G20 dikoordinasikan oleh "Troika" atau tiga pihak yakni ketua sebelumnya, ketua saat
ini, dan ketua mendatang. Anggota G20 yakni:

Argentina, Australia, Brazil, Kanada, China, Perancis, Jerman, India, Indonesia, Italia, Jepang,
Meksiko, Rusia, Arab Saudi, Afrika Selatan, Korea Selatan, Turki, Inggris, Amerika Serikat, Uni
Eropa.

 Tujuan G20
G20 berfungsi sebagai forum untuk mendiskusikan kebijakan terkait stabilitas ekonomi
global. Tujuan G20 di antaranya yakni:
a. Memastikan utang negara berkelanjutan
b. Stabilitas keuangan global
c. Menjadikan negara berkembang sebagai mitra yang setara
d. Bantuan ekonomi bagi perkembangan pemberdayaan wanita, kesehatan,
ketenagakerjaan, digitalisasi, dan migrasi
 Peran Indonesia

Di G20, Indonesia diwakili oleh Presiden Joko Widodo, Menteri Keuangan Sri Mulyani, dan
Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo.

Indonesia merupakan satu-satunya anggota G20 dari Asia Tenggara atau ASEAN.
Indonesia membawa kepentingan dan masalah-masalah yang dihadapi oleh negara-negara
berkembang lainnya.
Contohnya pada Pertemuan G20 di Antalya, Turki pada 2015, Presiden Joko Widodo mengangkat
tentang pembangunan infrastruktur unruk membuka lapangan kerja dan memperbaiki kapasitas
perekonomian nasional. Selain itu, Presiden juga menyampaikan agar dunia mulai mengurangi
ketergantungan pada dolar AS dan memulai upaya untuk mereformasi struktur keuangan global.

NERACA PEMBAYARAN INTERNASIONAL

A. PENGERTIAN NERACA PEMBAYARAN

Neraca pembayaran adalah catatan sistematis mengenai semua transaksi ekonomi


antarpenduduk suatu negara dengan negara-negara lain selama periode tertentu. Pengertian
penduduk dalam hal ini meliputi perorangan (individu), perusahaan, badan hukum, badan
pemerintah, atau siapa saja yang tempat tinggal utamanya di negara tersebut. Transaksi ekonomi
berarti pertukaran nilai barang atau jasa ekonomi atau pengalihan kekayaan penduduk suatu
negara ke negara lain.

Neraca pembayaran memiliki dua sisi, yaitu kredit dan debet. Kredit adalah transaksi
yang menimbulkan hak menerima pembayaran dari penduduk negara lain. Sementara sisi debet
adalah transaksi yang menimbulkan kewajiban membayar kepada penduduk negara lain. Semua
transaksi kredit masuk dalam neraca pembayaran dengan tanda positif (+). Sedangkan transaksi
debet masuk dengan tanda negatif (-).

Neraca pembayaran merupakan ringkasan transaksi pada suatu negara tertentu


antarwarga negara domestik dan asing pada suatu periode tertentu. Neraca ini mencerminkan
akuntansi dari transaksi internasional suatu negara pada suatu periode. Neraca ini mencatat
transaksi usaha, individu maupun negara. Isi laporan neraca pembayaran yang paling penting
adalah neraca berjalan dan neraca modal. Membandingkan investasi ke luar negeri (negatif/
debit) dan investasi asing ke dalam negeri (positif/ kredit) dalam periode tertentu.

Neraca pembayaran internasional suatu negara yang biasanya juga disebut neraca
pembayaran, neraca pembayaran luar negeri, balance of payments , balance of international
payments, atau international balance of payments, biasa didefinisikan sebagai suatu ikhtisar yang
tersusun secara sistematika yang memuat semua transaksi-transaksi ekonomi luar negeri yang
diadakan oleh penduduk negara bersangkutan, untuk jangka waktu tertentu.

Menurut Pippenger (1973), Neraca Pembayaran Internasional (NPI) memiliki sebutan-


sebutan lain seperti Neraca Pembayaran (NP) atau Neraca Pembayaran Luar Negeri (NPLN).
Soediyono (1987) menyatakan bahwa dalam bahasa Inggris NPI disebut Balance of Payments
(BOP) atau Balance of International Payments (BIP) atau International Balance of Payments
(IBP). Untuk konsistensi dalam disertasi ini istilah yang dipakai adalah Neraca Pembayaran
Internasional (NPI).
Walaupun NPI memiliki banyak sebutan, namun menurut Duasa (2000) kesemuanya
mempunyai pengertian yang sama. Pengertian tersebut dapat dilihat dari definisi berikut. NPI
didefinisikan sebagai suatu catatan atau ikhtisar yang tersusun secara sistematis tentang semua
transaksi-transaksi ekonomi luar negeri yang diadakan oleh penduduk suatu negara dalam kurun
waktu satu (1) tahun. Transaksi ekonomi tersebut meliputi kegiatan ekspor dan impor barang dan
jasa, arus masuk, dan keluarnya modal, hibah dan pembayaran transfer lain (lihat juga Lanciaux,
1990; Blejer, et al., 1995; Nwaobi 2003 ).

B. KOMPONEN NERACA PEMBAYARAN

Menurut Kuncoro (2009) menjelaskan masing-masing unsur NPI tersebut di atas sebagai
berikut.

1. Neraca Barang (Neraca Perdagangan)

Neraca barang dan neraca jasa disebut juga neraca transaksi berjalan (current account). Rekening
transaksi berjalan (current account) merupakan sub NPI yang mencatat seluruh transaksi barang
dan jasa. Pos ini merupakan golongan terbesar dalam neraca pembayaran, yang meliputi
transaksi barang. Transaksi barang ini meliputi ekspor barang, termasuk barang-barang yang bisa
dilihat secara fisik, misalnya minyak, tembakau, tanah, kayu, karet, dan sebagainya. Ekspor
barang merupakan transaksi kredit karena transaksi itu menimbulkan hak untuk menerima
pembayaran (menyebabkan terjadinya aliran uang atau dana masuk ke dalam negeri). Impor
barang meliputi barangbarang konsumsi, barang modal, dan bahan mentah untuk industri. Impor
barang-barang merupakan transaksi debet karena menimbulkan kewajiban untuk melakukan
pembayaran kepada negara lain (menyebabkan aliran dana atau uang ke luar negeri). Rekening
ini terdiri atas tiga bagian yaitu :

(a) neraca perdagangan (balance of trade), yang mencatat selisih antara ekspor
dan impor barang yang diperdagangkan dalam perdagangan internasional;

(b) neraca jasa (services balance), yang mencatat transaksi ekspor dan impor jasa,
termasuk pembayaran bunga dan dividen, pengeluaran militer dan turis;

(c) neraca transfer unilateral (unilateral transfers balance), yang mencatat hibah
baik dari perseorangan maupun pemerintah (misalnya bantuan luar negeri dan
bantuan militer).

Sumber-sumber dana ditunjukkan oleh tanda positif (kredit), sedang penggunaan dana
ditunjukkan oleh tanda negatif (debit).

2. Neraca Modal (capital account)

Rekening/neraca modal (capital account) merupakan sub NPI yang menunjukkan aliran modal
finansial, baik yang langsung diperdagangkan (perubahan portofolio dalam bentuk saham,
obligasi dan surat berharga internasional yang lain) maupun untuk membayar barang dan jasa.
Dengan kata lain, rekening ini mencerminkan perubahan kepemilikan jangka panjang dari suatu
negara (baik berupa investasi asing langsung maupun pembelian surat-surat berharga dengan
jatuh tempo lebih dari satu tahun), dan kekayaan finansial jangka pendek (surat-surat berharga
dengan jatuh tempo kurang dari satu tahun). Dengan demikian, transaksi dalam rekening modal
diklasifikasikan sebagai:

a. Investasi asing langsung (direct foreign investment): investasi pada aktiva tetap
pada negara asing yang dapati digunakan untuk melakukan operasi usaha.
Contoh: pembangunan pabrik baru

b. Investasi portofolio: transaksi terkait aset keuangan jangka panjang (seperti


saham dan obligasi) antarnegara yang tidak memengaruhi adanya transfer
pengendalian. Contoh: pembelian saham perusahaan negara lain.

c. Investasi modal lain: transaksi yang melibatkan asset keuangan jangka pendek.

Neraca Jasa. Sesuai dengan namanya, neraca jasa hanya mencatat transaksi-transaksi jasa
saja. Neraca jasa meliputi transaksi ekspor dan impor jasa. Ekspor jasa meliputi penjualan jasa
angkutan, turisme/pariwisata, asuransi, pendapatan investasi dan modal di luar negeri. Ekspor
jasa termasuk transaksi kredit. Impor jasa meliputi pembelian jasa dari penduduk negara lain,
termasuk pembayaran bunga, dividen atau keuntungan modal yang ditanam di dalam negeri oleh
penduduk negara lain.

3. Reserve Account

Reserve Account merupakan sub NPI yang mencatat hasil bersih dari cadangan devisa
yang dimiliki oleh suatu negara dalam bentuk valuta-valuta asing.

4. Lalu Lintas Moneter (Accomodating Transaction)

Transaksi lalu lintas moneter adalah semua transaksi jual beli yang terjadi dari suatu
negara ke luar negeri. Transaksi ini sering disebut accomodating transaction sebab merupakan
transaksi yang timbul sebagai akibat dari adanya transaksi lain. Transaksi lain itu sering disebut
dengan autonomous, karena timbul dengan sendirinya, tanpa dipengaruhi transaksi lain.
Termasuk dalam transaksi autonomous adalah transaksi-transaksi yang sedang berjalan dan
transaksi kapital serta transaksi satu arah.

5. Surplus dan Defisit Neraca Pembayaran

Neraca perdagangan dikatakan surplus bila nilai ekspor barang lebih besar dari pada
impornya. Kebijakan neraca pembayaran ditujukan untuk lebih meningkatkan penerimaan devisa
dari ekspor guna memenuhi kebutuhan konsumsi dalam negeri. Kebijakan tersebut ditujukan
pula untuk menghemat devisa melalui substitusi impor dan memanfaatkan sumbersumber dana
dari luar negeri, baik berupa pinjaman maupun penanaman modal asing, serta menunjang
perluasan kesempatan kerja dan pemerataan pembangunan.

C. STRUKTUR NERACA PEMBAYARAN INDONESIA

Dari Neraca Pembayaran Indonesia dibedakan dalam berbagai kelompok transaksi ekonomi
internasional. Penyajian neraca pembayaran yang cukup terperinci seperti yang diterbitkan oleh
Bank Indonesia tersebut kiranya mudah dipahami. Semakin terperinci penyajian data, semakin
banyak kemungkinan pengolahannya, yang dengan demikian berarti pula semakin besar
kemungkinan pemanfaatannya. Dengan kata lain, dapat dikemukakan bahwa dengan penyajian
neraca pembayaran yang cukup terperinci seperti yang tercantum pada lampiran tersebut,
diharapkan masyarakat akan dapat memanfaatkan data yang disajikan dalam neraca pembayaran
tersebut secara maksimal.

Untuk kepentingan analisis sering-sering pengelompokan lebih lanjut terhadap transaksi-


transaksi ekonomi internasional diperlukan. Pengelompokkan lebih lanjut ke dalam pos-pos
dasar seperti di bawah ini merupakan suatu cara pengelompokan yang banyak dijumpai dalam
bukubuku teks dalam bidang ekonomi internasional. Pos-pos dasar tersebut meliputi:

1. Transaksi dagang (trade)

2. Barang-barang (visible trade)

3. Jasa-jasa (invisible trade)

4. Pendapatan modal (income on investment)

5. Transaksi-transaksi Unilateral (unilateral transaction)

6. Penanaman modal langsung (direct investment)

7. Hutang piutang jangka panjang (long term loan)

8. Hutang piutang jangka pendek (shortterm capita)

9. Sektor moneter (monetary sector)

Kita akan menguraikan lebih lanjut mengenai makna pos-pos dasar tersebut di atas.
Penggolongan dasar pos-pos tersebut di atas sedikit menyimpang dari susunan neraca
pembayaran yang disarankan oleh IMF. Susunan/struktur neraca pembayaran yang disarankan
oleh IMF diikuti oleh Bank Indonesia, pos pendapatan modal tergolong dalam pos perdagangan.
Susunan dengan model IMF untuk pos neraca barang dan jasa adalah sebagai berikut:

Neraca barang-barang dan jasa-jasa: Neraca perdagangan barang (visible trade)


1. Barang-barang

2. Emas tidak moneter.

3. Neraca jasa-jasa (invisible trade)

a. Ongkos pengangkutan dan asuransi

b. Ongkos transport lain-lain

c. Perjalanan luar negeri

d. Pendapatan modal

e. Pemerintah, tidak termasuk dalam bagian lain

f. Jasa-jasa lainnya.

Pembagian ini didasarkan pada pengelompokan faktor-faktor yang mempengaruhi pos-pos ini.
Nilai transaksi pendapatan modal pada dasamya sangat berbeda dengan faktor-faktor yang
mempengaruhi nilai transaksi perdagangan barang dan jasa maka untuk keperluan analisis, pos
pendapatan modal kita lepaskan dari pos perdagangan dan kita tempatkan sebagai suatu pos yang
berdiri sendiri.
DAFTAR PUSTAKA

https://sumber.belajar.kemdikbud.go.id/repos/FileUpload/Perdagangan%20Internasional-
KIS/topik5.html

Anda mungkin juga menyukai