LATAR BELAKANG
Dalam makalah ini kami akan menganalisa laporan keuangan (dalam kurun
waktu 4 tahun kebelakang) PT. Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. dengan
menggunakan rasio likuiditas, aktivitas, solvabilitas, dan profitabilitas.
A. PENGERTIAN ANALISIS RASIO KEUANGAN
1. Rasio Likuiditas
Rasio likuiditas adalah rasio yang menggambarkan kemampuan suatu
perusahaan untuk melunasi semua kewajiban yang harus segera dipenuhi
(hutang jangka pendeknya). Perusahaan yang mempunyai cukup kemampuan
untuk membayar hutang jangka pendek disebut perusahaan yang likuid sedang
bila tidak disebut ilikuid. Rasio likuiditas yang umum dipergunakan untuk
mengukur tingkat likuiditas suatu perusahaan antara lain:
a) Current Ratio
Rasio ini membandingkan aktiva lancar dengan hutang lancar.
Current Ratio memberikan informasi tentang kemampuan aktiva lancar
untuk menutup hutang lancar. Rumus current ratio adalah:
Aktiva Lancar
Current Ratio = X 100%
Hutang Lancar
Aktiva Lancar−Persediaan
Quick Ratio = X 100%
Hutang Lancar
Jika terjadi perbedaan yang sangat besar antara quick ratio dengan
current ratio, dimana current ratio meningkat sedangkan quick ratio
menurun, berarti terjadi investasi yang besar pada persediaan.
Rasio ini menunjukkan kemampuan aktiva lancar yang paling likuid
mampu menutupi hutang lancar. Semakin besar rasio ini semakin baik.
Angka rasio ini tidak harus 100% atau 1:1. Walaupun rasionya tidak
mencapai 100% tapi mendekati 100% juga sudah dikatakan sehat
(Harahap, 2002:302).
c) Cash Ratio
Rasio ini membandingkan antara kas dan aktiva lancar yang bisa
segera menjadi uang kas dengan hutang lancar. Kas yang dimaksud adalah
uang perusahaan yang disimpan di kantor dan di bank dalam bentuk
rekening Koran. Sedangkan harta setara kas (near cash) adalah harta lancar
yang dengan mudah dan cepat dapat diuangkan kembali, dapat dipengaruhi
oleh kondisi ekonomi Negara yang menjadi domisili perusahaan
bersangkutan. Rumus untuk menghitung cash ratio adalah:
Kas+Setara Kas
Cash Rasio = X 100%
Hutang Lancar
Rasio ini menunjukkan porsi jumlah kas + setara kas dibandingkan
dengan total aktiva lancar. Semakin besar rasionya semakin baik. Sama
seperti Quick Ratio, tidak harus mencapai 100% (Harahap, 2002:302).
2. Rasio Aktivitas
Rasio ini melihat pada beberapa asset kemudian menentukan berapa tingkat
aktivitas aktiva-aktiva tersebut pada tingkat kegiatan tertentu. Aktivitas yang
rendah pada tingkat penjualan tertentu akan mengakibatkan semakin besarnya
dana kelebihan yang tertanam padaaktiva-aktiva tersebut. Dana kelebihan
tersebut akan lebih baik bila ditanamkan pada aktiva lain yang lebih produktif.
Beberapa rasio aktivitas yang digunakan adalah:
a) Receivable Turnover ( Perputaran Piutang )
Rasio ini mengukur berapa kali, secara rata-rata piutang yang
dikumpulkan dalam satu tahun. Rasio ini mengukur kualitas piutang dan
efisiensi perusahaan dalam pengumpulan piutang dan kebijakan kreditnya.
Rasio ini biasanya digunakan dalam hubungan dengan analisis terhadap
modal kerja, karena memberi ukuran seberapa cepat piutang perusahaan
berputar menjadi kas. Angka jumlah hari piutang, menggambarkan
lamanya suatu piutang bisa ditagih (jangka waktu pelunasan). Semakin
lama jangka waktu pelunasannya,semakin besar pula resiko kemungkinan
tidak tertagihnya piutang (Prastowo dan Juliaty, 2003:82). Rasio ini dapat
dihitung dengan rumus:
Penjualan Bersih
Perputaran Piutang =
Rata−rata Piutang
Penjualan
Perputaran Aktiva Tetap =
Aktiva Tetap
Penjualan
Perputaran Total Aktiva =
Total Aktiva
Rasio ini merupakan ukuran efektivitas pemanfaatan aktiva dalam
menghasilkan penjualan. Semakin tinggi tingkat perputarannya semakin
efektif perusahaan memanfaatkan aktivanya (Sutrisno, 2001:253).
Times Interest Earned Ratio = Laba sebelum Pajak dan bunga / Beban
Bunga x 100%
4. Rasio Profitabilitas
d. Return on Investment
Return on investment merupakan perbandingan antara laba bersih
setelah pajak dengan total aktiva. Return on investment adalah merupakan
rasio yang mengukur kemampuan perusahaan secara keseluruhan didalam
menghasilkan keuntungan dengan jumlah keseluruhan aktiva yang tersedia
didalam perusahaan (Syamsuddin, 2009:63).
Semakin tinggi rasio ini semakin baik keadaan suatu perusahaan. Return
on investment merupakan rasio yang menunjukkan berapa besar laba
bersih diperoleh perusahaan bila di ukur dari nilai aktiva (Syafri, 2008:63).
Atau dapat juga dihitung dengan: ROI = Net profit margin x Assets turn
over
e. Return on Equity
Return on equity merupakan perbandingan antara laba bersih
sesudah pajak dengan total ekuitas. Return on equity merupakan suatu
pengukuran dari penghasilan (income) yang tersedia bagi para pemilik
perusahaan (baik pemegang saham biasa maupun pemegang saham
preferen) atas modal yang mereka investasikan di dalam perusahaan
(Syafri, 2008:305).
1. Current Ratio
Kemampuan perusahaan untuk membayar hutang lancarnya dengan aktiva
lancarnya adalah sebagai berikut:
- Di tahun 2013, setiap 100 hutang lancar dapat di jamin oleh 615 aktiva lancar.
Apabila dibandingkan dengan rata-rata rasio selama 4 tahun pada tahun 2013
adalah kemampuan terbaik perusahaan, karena nilainya di atas rata-rata rasio
selama 4 tahun.
- Di tahun 2014, setiap 100 hutang lancar dapat dijamin oleh 493 aktiva lancar.
Apabila dibandingkan dengan rata-rata rasio selama 4 tahun pada tahun 2014
kemampuan perusahaan untuk membayar hutang lancarnya tidak baik karena di
bawah rata-rata..
- Di tahun 2015, setiap 100 hutang lancar dapat dijamin oleh 489 aktiva lancar.
Apabila dibandingkan dengan rata-rata rasio selama 4 tahun pada tahun 2015
kemampuan perusahaan untuk membayar hutang lancarnya tidak baik karena di
bawah rata-rata.
- Di tahun 2016, setiap 100 hutang lancar dapat dijamin oleh 453 aktiva lancar.
Apabila dibandingkan dengan rata-rata rasio selama 4 tahun pada tahun 2016
kemampuan perusahaan untuk membayar hutang lancarnya tidak baik karena di
bawah rata-rata dan di tahun 2016 adalah kemapuan terburuk perusahaan
dibandingkan tahun-tahun sebelumnya.
Dari analisis rasio laporan keuangan PT. Indocement Tunggal Perkasa pada table di
atas, dapat disimpulkan perusahaan mengalami penurunan kemampuan untuk
membayar hutang lancarnya. Hal tersebut berkaitan dengan kas, piutang, persedian
dll yang masuk ke dalam komponen aktiva lancar, jika di lihat di rasio lain yang
berhubungan terdapat inventory turnover serta receivable turnover yang dari tahun
ketahun kurang baik.
2. Quick Ratio
Kemampuan perusahaan untuk membayar hutang lancar nya dengan
menggunakan aktiva yang lebih liquid adalah sebagai berikut:
- Di tahun 2013, setiap 100 hutang lancar dapat di jamin oleh 561 aktiva yang
liquid (paling cepat dijadikan uang tunai). Apabila dibandingkan dengan rata-
rata rasio selama 4 tahun pada tahun 2013 adalah kemampuan terbaik
perusahaan, karena nilainya di atas rata-rata rasio selama 4 tahun.
- Di tahun 2014, setiap 100 hutang lancar dapat dijamin oleh 432 aktiva yang
liquid. Apabila dibandingkan dengan rata-rata rasio selama 4 tahun pada tahun
2014 kemampuan perusahaan untuk membayar hutang lancarnya tidak baik
karena di bawah rata-rata..
- Di tahun 2015, setiap 100 hutang lancar dapat dijamin oleh 561 aktiva yang
paling liquid. Apabila dibandingkan dengan rata-rata rasio selama 4 tahun pada
tahun 2015 kemampuan perusahaan untuk membayar hutang lancarnya baik
karena di atas rata-rata dan sama dengan tahun 2013.
- Di tahun 2016, setiap 100 hutang lancar dapat dijamin oleh 442 aktiva lancar.
Apabila dibandingkan dengan rata-rata rasio selama 4 tahun pada tahun 2016
kemampuan perusahaan untuk membayar hutang lancarnya menurun lagi dari
tahun 2015.
Dari analisis rasio laporan keuangan PT. Indocement Tunggal Perkasa pada table di
atas, dapat disimpulkan perusahaan mengalami fluktuasi dalam kemampuan untuk
membayar hutang lancarnya.
Hal tersebut berkaitan dengan aktiva perusahaan yang mudah dijadikan uang seperti
persediaan, kemungkinan perusahaan tidak baik dalam mengelola asset yang liquid
tersebut sehingga tidak dapat mempertahankan di posisi di atas rata rata.
3. Cash Ratio
Kemampuan perusahaan untuk membayar hutang lancar nya dengan
menggunakan kas perusahaan atau rekening Koran di bank serta harta lancar
yang mudah di uang kan adalah sebagai berikut:
- Di tahun 2013, setiap 100 hutang lancar dapat di jamin oleh 460 kas perusahaan
atau rekening Koran di bank serta harta lancar yang mudah di uang kan
- Di tahun 2014, setiap 100 hutang lancar dapat dijamin oleh 345 kas perusahaan
atau rekening Koran di bank serta harta lancar yang mudah di uang kan.
- Di tahun 2015, setiap 100 hutang lancar dapat dijamin oleh 322 kas perusahaan
atau rekening Koran di bank serta harta lancar yang mudah di uang kan.
- Di tahun 2016, setiap 100 hutang lancar dapat dijamin oleh 303 kas perusahaan
atau rekening Koran di bank serta harta lancar yang mudah di uang kan
Dari analisis rasio laporan keuangan PT. Indocement Tunggal Perkasa pada
table di atas, dapat disimpulkan perusahaan mengalami penuruna dalam
kemampuan untuk membayar hutang lancarnya dengan menggunakan kas yang
ada diperusahaan atau rekening Koran di bank serta harta lancar yg mudah di
uangkan.
2. Rasio Aktivitas
1. Inventory Turnover
Kemampuan perusahaan untuk menyediakan barang dagangan dalam 1 tahun
adalah sebagai berikut:
- Di tahun 2013, 6,81 kali sediaan barang dagang diganti dalam 1 tahun.
- Di tahun 2014, 6,54 kali sediaan barang dagang diganti dalam 1 tahun.
- Di tahun 2015, 6,50 kali sediaan barang dagang diganti dalam 1 tahun.
- Ditahun 2016, 5,07 kali sediaan barang dagang diganti dalam 1 tahun.
Dari analisis rasio laporan keuangan PT. Indocement Tunggal Perkasa pada
table di atas, dapat disimpulkan perusahaan tidak efektif dalam mengelola
persediaan sehingga terjadinya penumpukan persediaan di gudang.
Dari analisis rasio laporan keuangan PT. Indocement Tunggal Perkasa pada
table di atas, dapat disimpulkan perusahaan tidak efektif dalam mengelola
persediaan sehingga terjadinya penumpukan persediaan di gudang.
3. Receivable Turnover
Kemampuan perusahaan dalam menagih piutang dalam 1 periode adalah sebagai
berikut:
- Di tahun 2013 perputaran piutang sebanyak 7,42 kali dibandingkan penjualan
dalam 1 periode.
- Di tahun 2014 perputaran piutang sebanyak 7,49 kali dibandingkan penjualan
dalam 1 periode.
- Di tahun 2015 perputaran piutang sebanyak 7,02 kali dibandingkan penjualan
dalam 1 periode.
- Di tahun 2016 perputaran piutang sebanyak 5,90 kali dibandingkan penjualan
dalam 1 periode.
Dari analisis rasio laporan keuangan PT. Indocement Tunggal Perkasa pada
table di atas, dapat disimpulkan bahwa perputaran piutang perusahaan semakin
lama semakin kecil yang mengakibatkan semakin lamanya piutang dibayarkan.
Semakin lama umur piutang/ piutang dapat tertagih dan dijadikan uang,
menunjukkan menurunnya kemampuan dalam melakukan penagihan, dan perlu di
tingkatkan kembali.
5. Fixed Asset Turnover
Dari analisis rasio laporan keuangan pada table di atas, kemampuan perusahaan
menghasilkan penjualan berdasarkan aktiva tetap yang dimiliki perusahaan
adalah sbb:’
- Di tahun 2013, 1 aktiva tetap yang di investasikan memberikan pendapatan
sebesar 1.91. di tahun 2013 perusahaan menunjukkan kemampuan yang cukup
baik karena berada di atas rata-rata selama 4 tahun, yaitu rata-ratanya 1.42
- Di tahun 2014, 1 aktiva tetap yang di investasikan memberikan pendapatan
sebesar 1.56. di tahun 2014 perusahaan menunjukkan penurunan dibandingkan
tahun 2013, tetapi masih di bilang cukup baik karena masih berada di atas rata-
rata.
- Di tahun 2015, 1 aktiva tetap yang di investasikan memberikan pendapatan
sebesar 1.23. di tahun 2015 perusahaan menunjukkan penurunan dibandingkan
tahun 2014 dan berada di posisi yang tidak baik karena berada di bawah rata-rata
rasio selama 4 tahun.
- Di tahun 2016, 1 aktiva tetap yang di investasikan memberikan pendapatan
sebesar 0,98. di tahun 2016 adalah rasio yang sangat rendah di bandingkan
dengan 3 tahun sebelumnya.
3. Rasio Solvabilitas/Leverage
Dari analisis rasio laporan keuangan PT. Indocement Tunggal Perkasa pada
table di atas, dapat disimpulkan bahwa perusahaan mengalami penurunan yang
artinya laba yang diperoleh perusahaan menjadi menurun dan perusahaan tidak
bisa melakukan efisiensi dengan baik.
2. Operating Margin
Dari analisis rasio laporan keuangan pada table di atas kemampuan perusahaan
untuk menghasilkan laba usaha dari penjualan bersih selama periode tertentu
adalah sebagai berikut:
- Di tahun 2013 32% laba usaha yang diperoleh perusahaan dari hasil penjualan
bersih.
- Di tahun 2014 30% laba usaha yang diperoleh perusahaan dari hasil penjualan
bersih.
- Di tahun 2015 28% laba usaha yang diperoleh perusahaan dari hasil penjualan
bersih.
- Di tahun 2016 24% laba usaha yang diperoleh perusahaan dari hasil penjualan
bersih.
Dari analisis rasio laporan keuangan PT. Indocement Tunggal Perkasa pada
table di atas, dapat disimpulkan bahwa perusahaan mengalami penurunan setiap
tahunnya, yang artinya perusahaan memiliki manajemen yang kurang baik
dalam menekankan biaya-biaya operasional.
Dari analisis rasio laporan keuangan PT. Indocement Tunggal Perkasa pada
table di atas, dapat disimpulkan bahwa peeolehan laba bersih perusahaan
menurun, yang artinya perusahaan harus meningkatkan kembali penjualannya
atau melakukan efisiensi terhadap semua biaya.
4. Return on Asset
Dari analisis rasio laporan keuangan pada table di atas menunjukkan
kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba bersih dengan jumlah
keseluruhan aktiva yang tersedia didalam perusahaan adalah sebagai berikut:
- Di tahun 2013 perusahaan mempunyai aset 100, dari penggunaan seluruh
asetnya bisa menghasilkan laba bersih sebesar 19%.
- Di tahun 2014 perusahaan mempunyai aset 100, dari penggunaan seluruh
asetnya bisa menghasilkan laba bersih sebesar 18%.
- Di tahun 2015 perusahaan mempunyai aset 100, dari penggunaan seluruh
asetnya bisa menghasilkan laba bersih sebesar 16%.
- Di tahun 2016 perusahaan mempunyai aset 100, dari penggunaan seluruh
asetnya bisa menghasilkan laba bersih sebesar 13%.
Dari analisis rasio laporan keuangan PT. Indocement Tunggal Perkasa pada
table di atas, dapat disimpulkan bahwa perusahaan mengalami penurunan
perolehan laba bersih yang menunjukkan semakin buruknya kinerja perusahaan.
5. Return on Equity
Dari analisis rasio laporan keuangan pada table di atas menunjukkan
kemampuan perusahaan memperoleh laba bersih dari total ekuitas yang dimiliki,
berikut penjelasannya:
- Di tahun 2013 jika perusahaan investasi dana sebesar 100, maka laba bersih
yang di peroleh perusahaan sebesar 22,02% dari seluruh dana yang di
investasikan.
- Di tahun 2014 jika perusahaan investasi dana sebesar 100, maka laba bersih
yang di peroleh perusahaan sebesar 21,54% dari seluruh dana yang di
investasikan.
- Di tahun 2015 jika perusahaan investasi dana sebesar 100, maka laba bersih
yang di peroleh perusahaan sebesar 18,25% dari seluruh dana yang di
investasikan.
- Di tahun 2016 jika perusahaan investasi dana sebesar 100, maka laba bersih
yang di peroleh perusahaan sebesar 14,81% dari seluruh dana yang di
investasikan.
Dari analisis rasio laporan keuangan PT. Indocement Tunggal Perkasa pada
table di atas, dapat disimpulkan bahwa perusahaan kurang efektif dalam
mengelola modal nya.
6. Retrun on Investment
Dari analisis rasio laporan keuangan pada table di atas
E. Analisis Performa Laporan Keuangan PT. Indocement
DAFTAR ISI