Anda di halaman 1dari 26

MAKALAH

ANGGARAN PENDAPATAN BELANJA NEGARA


DI AJUKAN UNTUK MEMENUHI TUGAS MATA
KULIAH PEREKONOMIAN INDONESIA

Kelompok : 7
1.
2.
3.
4.

EENG ALI SAPUTRA


TUTI ALAWIYAH
INDAH
HAPIDIN

Dosen : Drs. BAMBANG SUHERMAN, S.E., M.M.

SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI KALPATARU


JURUSAN MANAJEMEN 2015

MAKALAH APBN DAN ULN

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah Swt, shalawat serta salam
kepada Rassulullah. Berkat limpahan limpahan rakhmat nya, Kami mampu
menyelesaikan tugas makalah perekonomian indonesia ini
Penyusun juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang ikut terlibat
dalam penulisan Makalah ini. Makalah ini dibuat dengan tujuan untuk
mempelejari mengenai perekonomian di indonesia khusunya mengenai Anggaran
dan Pendapatan Belanja Negara.
Kami menyadari Makalah ini masih jauh dari kata sempurna, jadi penyusun
mengucapkan mohon maaf atas kesalahan yang penyusun lakukan, penyusun juga
mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari semua pihak demi
kesempurnaan Makalah ini.
Semoga makalah ini bisa memberikan manfaat kepada kita semua. Dan tentunya
makalah ini masih jauh dari kata sempurna, dan untuk itu kepada dosen
pembimbing penulis minta masukannya demi perbaikan pembuatan makalah ini di
masa yang akan datang.

Cileungsi, Februari 2015


Penyusun ,

Kelompok 7

MAKALAH APBN DAN ULN

DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN JUDUL ...............................................................................................i
KATA PENGANTAR ............................................................................................ii
DAFTAR ISI ..........................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar belakang...................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.............................................................................................2
1.3 Manfaat Penulisan.............................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN
2.1. Pengertian APBN..............................................................................................3
2.2. Struktur APBN..................................................................................................4
2.3. Penyusunan dan Penetapan APBN..................................................................10
2.4. Fungsi APBN..................................................................................................11
2.5 Pertumbuhan Ekonomi....................................................................................14
2.6 Hubungan antara APBN dengan Pertumbuhan ekonomi................................15
BAB III PENUTUP
3.1. Kesimpulan ....................................................................................................20
3.2 Saran............................................................................................................... 21
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................22

MAKALAH APBN DAN ULN

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Anggaran pendapatan dan belanja Negara (APBN ), bila kita simak secara
seksama bukanlah sekedar instrument untuk mencapai stabilitasi suatu
pemerintahan dalam jangka waktu yang relatif pendek namun pada esensinya
sebuah APBN sebagaimana fungsinya yakni ,
1. Sebagai mobilisasi dana investasi yang merupakan instrument untuk
mengatur pengeluaran dan pendapatan Negara dalam rangka menbiayai
pelaksanaan kegiatan pemerintahan berupa pembangunan.
2. Mencapai pertumbuhan ekonomi

guna meningkatkan pendapatan

nasional.
3. mencapai stabilitas perekonomian dan menentukanarah serta prioritas
pembangunan secara umum.
4. Dalam konteks yang lebih spesifik anggaran suatu Negara secara
sederhana biasa pula kita ibaratkan dengan anggaran rumah tangga
ataupun anggaran perusahaan yang memiliki 2(dua) sisi, yakni:
a.

sisi penerimaan/pemasukan dan pengeluaran/pemakaian.

b.

Penyusunan anggaran senantiasa dihadapkan padaketidakpastian antara

kedua sisi tersebut, misalnya:


1) sisi penerimaan anggaran rumah tangga akan sangat tergantung
pada ada/tidaknya perubahan upah/gaji.
Demikian pula sisi pengeluaran anggaran rumah tangga banyak dipengaruhi
perubahan harga barang dan jasa yang di konsumsi. Jadi,

anggaran

pendapatandan belanja Negara dalam suatu pemerintahan merupakan salah satu


structural yang berperan sebagai tulang punggung dalam menopang kehidupan
Negara baik itu dalam hal kemakmuran, kesejahteraan, bahkan berlangsungnya
perkembangan suatu Negara untuk mencapai sebuah kemajuan.

MAKALAH APBN DAN ULN

Jangankan sebuah Negara, sebagaimana yang kita singgung diatas sebuah rumah
tangga saja harus dianggarkan berapa pengeluaran dan berapa pulapemasukannya.
Mungkin tidak terlalu jadi masalah manakala disuatu Negara pengeluaran lebih
sedikit dari pendapatannya tapi akan jadi masalah yang cukup besar apabila
pengeluaran jauh lebih banyak daripada pendapatannya.

1.2 RUMUSAN MASALAH


Adapun Rumusan masalah dari makalah yang kami susun adalah sebagai berikut :
Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, maka permasalahan yang akan di
bahas dalam makalah ini adalah:
1. Bagaimana pengertian dan tujuan penyusunan APBN ?
2. Bagaimana struktur APBN saat ini ?
3. Bagaimana fungsi APBN ?
4.

Apakah yang dimaksud dengan pertumbuhan ekonomi ?

5. Bagaimana hubungan antara APBN dengan pertumbuhan ekonomi ?

1.3 MANFAAT PENULISAN


Selain sebagai tugas dari mata kuliah Perekonomian indonesia , penulisan
makalah ini diharapkan dapat memberikan ilmu pengetahua bagi kita terutama
tentang APBN yang sedang berlangsung di indonesia.

MAKALAH APBN DAN ULN

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 PENGERTIAN APBN
APBN adalah rencana keuangan tahunan pemerintahan negara Indonesia yang
disetujui oleh Dewan Perwakilan Rakyat. APBN berisi daftar sistematis dan
terperinci yang memuat rencana penerimaan dan pengeluaran negara selama satu
tahun anggaran (1 Januari - 31 Desember). APBN, Perubahan APBN, dan
Pertanggungjawaban APBN setiap tahun ditetapkan dengan Undang-Undang.
Setiap tahun pemerintah menyusun APBN. Landasan hukum serta tata cara
penyusunan APBN terdapat di dalam UUD 1945 Pasal 23 ayat 1, 2 dan 3. Pada
pasal 23 ayat 1 UUD 1945 disebutkan bahwa Anggaran Pendapatan dan Belanja
Negara (APBN)sebagai wujud dari pengelolaan keuangan Negara ditetapkan
setiap tahun dengan undang-undang dan dilaksanakan secara terbuka dan
bertanggung jawab untuk sebesar-besanya kemakmuran rakyat. Pada pasal 23
ayat 2 disebutkan bahwa Rancangan undang-undang anggaran pendapatan dan
belanja Negara diajukan oleh Presiden untuk dibahas bersama DPR dengan
memperhatikan pertimbangan Dewan Perwakilan Daerah. Pada pasal 23 ayat 3
disebutkan apabila DPR tidak menyetujui RAPBN yang diusulkan Presiden,
pemerintah menjalankan APBN tahun lalu.
Setelah APBN ditetapkan dengan Undang-Undang, pelaksanaan APBN
dituangkan lebih lanjut dengan Peraturan Presiden. Berdasarkan perkembangan, di
tengah-tengah

berjalannya

tahun

anggaran,

APBN

dapat

mengalami

revisi/perubahan. Untuk melakukan revisi APBN, Pemerintah harus mengajukan


RUU Perubahan APBN untuk mendapatkan persetujuan DPR. Dalam keadaan
darurat (misalnya terjadi bencana alam), Pemerintah dapat melakukan
pengeluaran yang belum tersedia anggarannya. Selambatnya 6 bulan setelah tahun
anggaran berakhir, Presiden menyampaikan RUU tentang Pertanggungjawaban
Pelaksanaan APBN kepada DPR berupa Laporan keuangan yang telah diperiksa
oleh Badan Pemeriksa Keuangan.
Tujuan penyusunan APBN adalah sebagai pedoman pengeluaran dan penerim
MAKALAH APBN DAN ULN

aan negara agar terjadi keseimbangan yang dinamis dalam rangka melaksanakan
kegiatan-kegiatan kenegaraan demi tercapainya peningkatan produksi,
peningkatan kesempatan kerja, pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi serta
pada akhirnya ditujukan untuk tercapainya masyarakat adil dan makmur material
maupun spiritual berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.
Kebijakan

ekonomi

makro

Indonesia

pada

dasarnya

merupakan

kesinambungan dari tahun-tahun sebelumnya. Hal ini mengingat bahwa


konsistensi kebijakan sangat diperlukan dalam mencapai sasaran pembangunan,
baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Oleh karena itu kebijakan
ekonomi makro tersebut ditujukan untuk memperkuat fundamental ekonomi yang
sudah membaik dan mengantisipasi berbagai tantangan baru yang mungkin
timbul. Tantangan dan sasaran kebijakan ekonomi makro tersebut adalah menjaga
stabilitas ekonomi dan meningkatkan pertumbuhan ekonomi yang didasarkan atas
peningkatan kualitas dan kinerja perekonomian.
Stabilitas perekonomian merupakan prasyarat yang sangat mendasari bagi
para pelaku ekonomi. Oleh karena itu diperlukan pertumbuhan dengan kualitas
yang lebih baik. Pertumbuhan ekonomi yang baik dapat menyerap lebih banyak
tenaga kerja sehingga dapat mengurangi penduduk miskin. Sementara itu
pertumbuhan ekonomi yang dicapai dalam tahun sebelumnya dipandang masih
moderat dibandingan dengan masa-masa sebelum krisis. Pertumbuhan tersebut
masih didukung oleh relatif tingginya kontribusi konsumsi, sedangkan dukungan
sumber-sumber ekonomi produktif seperti investasi dan ekspor masih harus
dioptimalkan.

2.2. STRUKUTUR APBN


Mulai tahun 2005, Pemerintah telah mengusulkan penyusunan RAPBN
dengan menggunakan format baru, yakni anggaran belanja terpadu (unified
budget). Ini merupakan reformasi besar-besaran di bidang anggaran negara
dengan tujuan agar ada penghematan belanja negara dan memberantas KKN.
Selama lebih dari 32 tahun, Pemerintah melaksanakan sistem anggaran yang
dikenal dengan dual budgeting, dimana anggaran belanja negara dipisahkan

MAKALAH APBN DAN ULN

antara anggaran belanja rutin dan anggaran pembangunan. Pemisahan anggaran


rutin dan anggaran pembangunan tersebut semula dimaksudkan untuk
menekankan arti pentingnya pembangunan, namun dalam pelaksanaannya telah
menunjukan banyak kelemahan (Anggito Abimanyu - 4 Juli 2005) yaitu :
1. Duplikasi antara belanja rutin dan belanja pembangunan oleh
karena kurang tegasnya pemisahan antara kegiatan operasional
organisasi dan proyek, khususnya proyek-proyek non-fisik.
Dengan demikian, kinerja sulit diukur karena alokasi dana yang
ada tidak mencerminkan kondisi yang sesungguhnya.
2. Penggunaan dual budgeting mendorong dualisme dalam
penyusunan daftar perkiraan mata anggaran keluaran (MAK)
karena untuk satu jenis belanja, ada MAK yang diciptakan untuk
belanja rutin dan ada MAK lain yang ditetapkan untuk belanja
pembangunan.
3. Analisis belanja dan biaya program sulit dilakukan karena
anggaran belanja rutin tidak dibatasi pada pengeluaran untuk
operasional dan belanja anggaran pembangunan tidak dibatasi pada
pengeluaran untuk investasi.
4. Proyek yang menerima anggaran pembangunan diperlakukan sama
dengan satuan kerja, yaitu sebagai entitas akuntansi, walaupun
proyek hanya bersifat sementara. Jika proyek sudah selesai atau
dihentikan tidak ada kesinambungan dalam pertanggungjawaban
terhadap asset dan kewajiban yang dimiliki proyek tersebut. Hal ini
selain menimbulkan ketidakefisienan dalam pembiayaan kegiatan
pemerintahan, juga menyebabkan ketidakjelasan keterkaitan antara
output/outcome yang dicapai dengan penganggaran organisasi.
Sebelum tahun 2001, prinsip APBN adalah anggaran berimbang dinamis,
dimana jumlah penerimaan negara selalu sama dengan pengeluaran negara, dan
jumlahnya diupayakan meningkat dari tahun ke tahun. Sejak tahun 2001 hingga
sekarang, prinsip anggaran yang digunakan adalah anggaran surplus/defisit.
Sejalan dengan itu, format dan struktur APBN berubah dari T-Account menjadi I-

MAKALAH APBN DAN ULN

Account. Format dan struktur I-account yang berlaku saat ini terdiri atas (i)
pendapatan negara dan hibah, (ii) belanja negara, dan (iii) pembiayaan.
Pendapatan negara dan hibah menampung seluruh pendapatan negara yang
bersumber dari (1) penerimaan perpajakan, (2) penerimaan negara bukan pajak
(PNBP), dan (3) hibah. Sedangkan belanja negara menampung seluruh
pengeluaran negara, yang terdiri dari (1) belanja pemerintah pusat, yang meliputi
pengeluaran rutin dan pengeluaran pembangunan, dan (2) belanja untuk daerah,
yang

meliputi

dana

perimbangan

dan

dana

otonomi

khusus

dan

penyeimbang/penyesuaian. Selisih antara pendapatan negara dan hibah dengan


belanja negara akan berupa surplus/defisit anggaran. Guna menutup defisit
anggaran maka diperlukan pembiayaan yang bersumber dari luar pendapatan
negara dan hibah, yang antara lain bersumber dari (1) pembiayaan dalam negeri,
dan (2) pembiayaan luar negeri.
Dalam sistem dual budgeting, pengeluaran rutin dimaksudkan sebagai
pengeluaran-pengeluaran pemerintah yang dialokasikan untuk membiayai
kegiatan rutin pemerintahan, yang terdiri dari (i) belanja pegawai, (ii) belanja
barang, (iii) pembayaran bunga utang, (iv) subsidi, dan (v) pengeluaran rutin
lainnya. Sementara itu, pengeluaran pembangunan merupakan pengeluaran negara
yang dialokasikan untuk membiayai proyek-proyek pembangunan

yang

dibebankan pada anggaran belanja pemerintah pusat dalam rangka pelaksanaan


sasaran pembangunan nasional, baik berupa sasaran fisik maupun nonfisik. Dalam
hal ini, pengeluaran pembangunan terdiri dari (i) pengeluaran pembangunan
dalam bentuk pembiayaan rupiah, yang pendanaannya bersumber dari dalam
negeri dan dari luar negeri dalam bentuk pinjaman program, dan (ii) pengeluaran
pembangunan dalam bentuk pembiayaan proyek, yang pendanaannya bersumber
dari luar negeri dalam bentuk pinjaman proyek.
Selanjutnya, sebagaimana diamanatkan oleh UU No.17 Tahun 2003 tentang
Keuangan Negara, maka sistem penganggaran mengacu pada praktek-praktek
yang berlaku secara internasional. Menurut GFS (Government Financial
Statistics) Manual 2001, sistem penganggaran belanja negara secara implisit

MAKALAH APBN DAN ULN

menggunakan sistem unified budget (anggaran terpadu), dimana tidak ada


pemisahan antara pengeluaran rutin dan pembangunan, sehingga klasifikasi
menurut ekonomi akan berbeda dari klasifikasi sebelumnya. Dalam hal ini,
belanja negara menurut klasifikasi ekonomi dikelompokkan ke dalam (1)
kompensasi untuk pegawai; (2) penggunaan barang dan jasa; (3) kompensasi dari
modal tetap berkaitan dengan biaya produksi yang dilaksanakan sendiri oleh unit
organisasi pemerintah; (4) bunga hutang; (5) subsidi; (6) hibah; (7) tunjangan
sosial (social benefits); dan (8) pengeluaran-pengeluaran lain dalam rangka
transfer dalam bentuk uang atau barang, dan pembelian barang dan jasa dari pihak
ketiga untuk dikirim kepada unit lainnya.
Dalam melaksanakan perubahan format dan struktur belanja negara telah
dilakukan dengan melakukan penyesuaian-penyesuaian, namun tetap mengacu
GFS Manual 2001 dan UU No. 17 Tahun 2003.
Beberapa catatan penting berkaitan dengan perubahan dan penyesuaian
format dan struktur belanja negara yang baru antara lain :
1. Dalam format dan struktur I-account yang baru, belanja negara tetap dipisahkan
antara belanja pemerintah pusat dan belanja untuk daerah, karena pos belanja
untuk daerah yang berlaku selama ini tidak dapat diklasifikasikan ke dalam salah
satu pos belanja negara sebagaimana diatur dalam UU No.17 Tahun 2003.
2.

Semua pengeluaran negara yang sifatnya bantuan/subsidi dalam format dan


struktur baru diklasifikasikan sebagai subsidi.

3. Semua pengeluaran negara yang selama ini mengandung nama lain-lain yang
tersebar di hampir semua pos belanja negara, dalam format dan struktur baru
diklasifikasikan sebagai belanja lain-lain.
Tumpang Tindih Belanja Dengan berbagai perubahan dan penyesuaian
tersebut, belanja negara menurut klasifikasi ekonomi (jenis belanja) terdiri dari (i)
belanja pegawai, (ii) belanja barang, (iii) belanja modal, (iv) pembayaran bunga
utang, (v) subsidi, (vi) hibah, (vii) bantuan sosial, dan (viii) belanja lain-lain.
Sedangkan belanja untuk daerah, sebagaimana yang berlaku selama ini terdiri dari
(i) dana perimbangan, dan (ii) dana otonomi khusus dan penyesuaian. Dengan

MAKALAH APBN DAN ULN

adanya perubahan format dan struktur belanja negara menurut jenis belanja maka
secara otomatis tidak ada lagi pemisahan antara belanja rutin dan belanja
pembangunan (unified budget).
Beberapa pengertian dasar terhadap komponen-komponen penting dalam
belanja tersebut, antara lain :
Belanja pegawai menampung seluruh pengeluaran negara yang digunakan
untuk membayar gaji pegawai, termasuk berbagai tunjangan yang menjadi
haknya, dan membayar honorarium, lembur, vakasi, tunjangan khusus dan belanja
pegawai transito, serta membayar pensiun dan asuransi kesehatan (kontribusi
sosial). Dalam klasifikasi tersebut termasuk pula belanja gaji/upah proyek yang
selama ini diklasifikasikan sebagai pengeluaran pembangunan. Dengan format ini,
maka akan terlihat pos yang tumpang tindih antara belanja pegawai yang
diklasifikasikan sebagai rutin dan pembangunan. Disinilah nantinya efisiensi akan
bisa diraih. Demikian juga dengan belanja barang yang seharusnya digunakan
untuk membiayai kegiatan operasional pemerintahan untuk pengadaan barang dan
jasa, dan biaya pemeliharaan aset negara. Demikian juga sebaliknya sering
diklasifikasikan sebagai pengeluaran pembangunan.
Belanja modal menampung seluruh pengeluaran negara yang dialokasikan
untuk pembelian barang-barang kebutuhan investasi (dalam bentuk aset tetap dan
aset lainnya). Pos belanja modal dirinci atas (i) belanja modal aset tetap/fisik, dan
(ii) belanja modal aset lainnya/non-fisik. Dalam prakteknya selama ini belanja
lainnya non-fisik secara mayoritas terdiri dari belanja pegawai, bunga dan
perjalanan yang tidak terkait langsung dengan investasi untuk pembangunan.
Subsidi menampung seluruh pengeluaran negara yang dialokasikan untuk
membayar beban subsidi atas komoditas vital dan strategis tertentu yang
menguasai hajat hidup orang banyak, dalam rangka menjaga stabilitas harga agar
dapat terjangkau oleh sebagian besar golongan masyarakat. Subsidi tersebut
dialokasikan melalui perusahaan negara dan perusahaan swasta. Sementara itu,
selama ini ada jenis subsidi yang sebetulnya tidak ada unsur subsidinya, maka
belanja tersebut akan dikelompokkan sebagai bantuan sosial. Bantuan sosial

MAKALAH APBN DAN ULN

menampung seluruh pengeluaran negara yang dialokasikan sebagai transfer


uang/barang

yang

diberikan

kepada

penduduk,

guna

melindungi

dari

kemungkinan terjadinya resiko sosial, misalnya transfer untuk pembayaran dana


kompensasi sosial.
Sementara itu, belanja untuk daerah menampung seluruh pengeluaran
pemerintah pusat yang dialokasikan ke daerah, yang pemanfaatannya diserahkan
sepenuhnya kepada daerah.
Secara sederhana, maka struktur APBN dapat ditunjukkan sebagai berikut :
Pendapatan Negara dan Hibah terdiri atas:
1. Penerimaan Dalam Negeri, terdiri atas:
a.

Penerimaan Perpajakan, terdiri atas

1) Pajak Dalam Negeri, terdiri atas Pajak Penghasilan (PPh), Pajak Pertambahan
Nilai (PPN), Pajak Bumi dan Bangunan (PBB), Bea Perolehan Hak atas Tanah
dan Bangunan (BPHTB), Cukai, dan pajak lainnya.
2) Pajak Perdagangan Internasional, terdiri atas Bea Masuk dan Tarif Ekspor.
3) Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP), terdiri atas:
a) Penerimaan SDA (Migas dan Non Migas)
b) Bagian Laba BUMN
c) PNBP lainnya
2. Hibah yaitu bantuan yang berasal dari swasta, baik dalam negeri maupun luar
negeri, dan pemerintah luar negeri
a.

Belanja terdiri atas dua jenis:

1)

Belanja Pemerintah Pusat, adalah belanja yang digunakan untuk membiayai


kegiatan pembangunan Pemerintah Pusat, baik yang dilaksanakan di pusat
maupun di daerah (dekonsentrasi dan tugas pembantuan). Belanja Pemerintah
Pusat dapat dikelompokkan menjadi: Belanja Pegawai, Belanja Barang, Belanja
Modal, Pembiayaan Bunga Utang, Subsidi BBM dan Subsidi Non-BBM, Belanja
Hibah, Belanja Sosial (termasuk Penanggulangan Bencana), dan Belanja Lainnya.

MAKALAH APBN DAN ULN

2) Belanja Daerah, adalah belanja yang dibagi-bagi ke Pemerintah Daerah, untuk


kemudian masuk dalam pendapatan APBD daerah yang bersangkutan. Belanja
Daerah meliputi:
a) Dana Bagi Hasil
b) Dana Alokasi Umum
c) Dana Alokasi Khusus
d) Dana Otonomi Khusus.
b. Pembiayaan meliputi:
1) Pembiayaan Dalam Negeri, meliputi Pembiayaan Perbankan, Privatisasi, Surat
Utang Negara, serta penyertaan modal negara.
2) Pembiayaan Luar Negeri, meliputi:
a) Penarikan Pinjaman Luar Negeri, terdiri atas Pinjaman Program dan Pinjaman
Proyek
b)

Pembayaran Cicilan Pokok Utang Luar Negeri, terdiri atas Jatuh Tempo dan
Moratorium.

2.3 PENYUSUNAN DAN PENETAPAN APBN


1. APBN merupakan wujud pengelolaan keuangan negara

yang ditetapkan tiap

tahun dengan Undang-Undang


2. APBN terdiri atas anggaran pendapatan, anggaran belanja, dan pembiayaan
3. Pendapatan Negara terdiri atas penerimaan pajak,

penerimaan bukan pajak, dan

hibah
4. Belanja negara dipergunakan untuk keperluan penyelenggaraan tugas
pemerintahan pusat dan pelaksanaan perimbangan keuangan antara pemerintah
pusat dan daerah
5. Belanja negara dirinci menurut organisasi, fungsi, dan jenis belanja
6. Pemerintah Pusat mengajukan Rancangan Undang-undang tentang APBN,
disertai nota keuangan dan dokumen-dokumen pendukungnya kepada DPR pada
bulan Agustus tahun sebelumnya.
7. Pembahasan Rancangan Undang-undang tentang APBN dilakukan sesuai dengan
undang-undang yang mengatur susunan dan kedudukan DPR.

MAKALAH APBN DAN ULN

10

8. DPR dapat mengajukan usul yang mengakibatkan perubahan jumlah


penerimaan dan pengeluaran dalam Rancangan Undang-undang tentang APBN.
9. Pengambilan keputusan oleh DPR mengenai Rancangan Undang-undang tentang
APBN dilakukan selambat-lambatnya 2 (dua) bulan sebelum tahun anggaran yang
bersangkutan dilaksanakan.
10. APBN yang disetujui DPR terinci sampai dengan unit organisasi, fungsi, program,
kegiatan, dan jenis belanja.
11. Apabila DPR tidak menyetujui Rancangan Undang-undang tentang APBN,
Pemerintah Pusat dapat melakukan pengeluaran setinggi-tingginya sebesar angka
APBN tahun anggaran sebelumnya.

2.4 FUNGSI APBN


APBN merupakan instrumen untuk mengatur pengeluaran dan pendapatan
negara dalam rangka membiayai pelaksanaan kegiatan pemerintahan dan
pembangunan, mencapai pertumbuhan ekonomi, meningkatkan pendapatan
nasional, mencapai stabitas perekonomian, dan menentukan arah serta prioritas
pembangunan secara umum.
APBN mempunyai fungsi otorisasi, perencanaan, pengawasan, alokasi,
distribusi, dan stabilisasi. Semua penerimaan yang menjadi hak dan pengeluaran
yang menjadi kewajiban negara dalam suatu tahun anggaran harus dimasukkan
dalam APBN. Surplus penerimaan negara dapat digunakan untuk membiayai
pengeluaran negara tahun anggaran berikutnya.
1. Fungsi otorisasi, mengandung arti bahwa anggaran negara menjadi dasar untuk
melaksanakan pendapatan dan belanja pada tahun yang bersangkutan, Dengan
demikian, pembelanjaan atau pendapatan dapat dipertanggungjawabkan kepada
rakyat.
2.

Fungsi perencanaan, mengandung arti bahwa anggaran negara dapat menjadi


pedoman bagi negara untuk merencanakan kegiatan pada tahun tersebut. Bila
suatu pembelanjaan telah direncanakan sebelumnya, maka negara dapat membuat
rencana-rencana untuk medukung pembelanjaan tersebut. Misalnya, telah
direncanakan dan dianggarkan akan membangun proyek pembangunan jalan

MAKALAH APBN DAN ULN

11

dengan nilai sekian miliar. Maka, pemerintah dapat mengambil tindakan untuk
mempersiapkan proyek tersebut agar bisa berjalan dengan lancar.
3.

Fungsi pengawasan, berarti anggaran negara harus menjadi pedoman untuk


menilai apakah kegiatan penyelenggaraan pemerintah negara sesuai dengan
ketentuan yang telah ditetapkan. Dengan demikian akan mudah bagi rakyat untuk
menilai apakah tindakan pemerintah menggunakan uang negara untuk keperluan
tertentu itu dibenarkan atau tidak.

4. Fungsi alokasi, berarti bahwa anggaran negara harus diarahkan untuk mengurangi
pengangguran dan pemborosan sumber daya serta meningkatkan efesiensi dan
efektivitas perekonomian.
5. Fungsi distribusi, berarti bahwa kebijakan anggaran negara harus memperhatikan
rasa keadilan dan kepatutan
6.

Fungsi stabilisasi, memiliki makna bahwa anggaran pemerintah menjadi alat


untuk memelihara dan mengupayakan keseimbangan fundamental perekonomian.
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) merupakan instrument
utama kebijakan fiskal yang sangat mempengaruhi jalannya perekonomian dan
keputusan-keputusan investasi yang dilakukan para pelaku pasar. Hal ini
disebabkan APBN secara umum menjabarkan rencana kerja dan kebijakan yang
akan diambil pemerintah dalam penyelenggaraan pemerintahan, alokasi sumbersumber ekonomi yang dimiliki, distribusi pendapatan dan kekayaan melalui
intervensi kebijakan dalam rangka mempengaruhi permintaan dan penawaran
faktor produksi serta stabilisasi ekonomi makro. Dengan demikian strategi dan
pengelolaan APBN menjadi isu yang sangat sentral dan penting dalam
perekonomian suatu negara.
Pada saat APBN disusun, setidaknya terdapat tujuh sumber ketidakpastian
yang berpengaruh besar dalam penentuan volume APBN baik sisi pendapatan
maupun belanja. Sumber ketidakpastian itu menjadi asumsi dasar yang digunakan
sebagai pedoman dalam menyusun APBN.

MAKALAH APBN DAN ULN

12

Asumsi dasar tersebut adalah sebagai berikut :


NO
1

ASUMSI APBN

FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

Pertumbuhan ekonomi

Pertumbuhan ekonomi tahun sebelumnya

tahunan (%)

Perkembangan ekonomi global dan tahun


berjalan
Kondisi sosial, politik dan keamanan dalam
negeri tahun berjalan
Kebijakan restrukturisasi di berbagai bidang
yang akan dilaksanakan dalam tahun berjalan
Kebijakan ekonomi makro yang dilaksanakan
pada tahun berjalan
Pertumbuhan ekonomi : konsumsi swasta,
investasi, ekspor

Produk Domestik Bruto


(PDB) dalam rupiah

Inflasi (%)

Kenaikan TDL
Menguatnya rupiah
Lancarnya distribusi barang
Kebijakan fiskal dan moneter yang hati-hati

Nilai tukar rupiah per

Koreksi undervalued, membaiknya konsisi

USD

keamanan, social, politik

Suku bunga SBI 3 bulan

Menguat atau melemahnya nilai tukar rupiah

(%)
6

Harga minyak indonesia

Permintaan dan penawaran minyak dunia

(USD/barel)

MAKALAH APBN DAN ULN

13

Produksi minyak

Kuota OPEC, kapasitas sumur yang semakin

Indonesia (barel/hari)

menurun sementara penemuan sumur baru


relatif kecil, gangguan keamanan

2.5 PERTUMBUHAN EKONOMI


Pertumbuhan ekonomi adalah proses kenaikan kapasitas produksi suatu
perekonomian yang diwujudkan dalam bentuk kenaikan pendapatan nasional.
Suatu negara dikatakan mengalami pertumbuhan ekonomi apabila terjadi
peningkatan GNP riil di negara tersebut. Adanya pertumbuhan ekonomi
merupakan indikasi keberhasilan pembangunan ekonomi. Pembangunan ekonomi
adalah suatu proses kenaikan pendapatan total dan pendapatan perkapita dengan
memperhitungkan adanya pertambahan penduduk dan disertai dengan perubahan
fundamental dalam struktur ekonomi suatu negara. Pembangunan ekonomi tak
dapat lepas dari pertumbuhan ekonomi (economic growth), pembangunan
ekonomi mendorong pertumbuhan ekonomi, dan sebaliknya pertumbuhan
ekonomi memperlancar proses pembangunan ekonomi.
Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator keberhasilan
pembangunan

ekonomi.

Akan

terjadi

pertumbuhan

ekonomi

bila

ada

pembangunan ekonomi karena pembangunan ekonomi mengakibatkan perubahan


pada sektor ekonomi. Pendirian pabrik-pabrik baru dan meningkatnya kegiatan
ekspor dan impor akan membawa perubahan dalam sector industri dan
perdagangan. Sektor pertanian juga akan berubah melalui pembangunan di bidang
sarana dan prasarana seperti penambahan ruas jalan. Perubahan-perubahan pada
berbagai sector ekonomi tersebut akan mengakibatkan terjadinya pertumbuhan
ekonomi yang ditandai dengan naiknya produksi nasional, pendapatan nasional
dan pendapatan perkapita.
Perbedaan antara keduanya adalah pertumbuhan ekonomi keberhasilannya
lebih bersifat kuantitatif, yaitu adanya kenaikan dalam standar pendapatan dan
tingkat output produksi yang dihasilkan, sedangkan pembangunan ekonomi lebih
bersifat kualitatif, bukan hanya pertambahan produksi, tetapi juga terdapat

MAKALAH APBN DAN ULN

14

perubahan-perubahan dalam struktur produksi dan alokasi input pada berbagai


sektor perekonomian seperti dalam lembaga, pengetahuan, dan teknik.
Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan pembangunan ekonomi:
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan pembangunan
ekonomi, namun pada hakikatnya faktor-faktor tersebut dapat dikelompokan
menjadi dua, yaitu faktor ekonomi dan faktor nonekonomi.
1. Faktor ekonomi yang mempengaruhi pertumbuhan dan pembangunan ekonomi
diantaranya adalah sumber daya alam, sumber daya manusia, sumber daya modal,
dan keahlian atau kewirausahaan.
Sumber daya alam, yang meliputi tanah dan kekayaan alam seperti kesuburan
tanah, keadaan iklim/cuaca, hasil hutan, tambang, dan hasil laut, sangat
mempengaruhi pertumbuhan industri suatu negara, terutama dalam hal
penyediaan bahan baku produksi. Sementara itu, keahlian dan kewirausahaan
dibutuhkan untuk mengolah bahan mentah dari alam, menjadi sesuatu yang
memiliki nilai lebih tinggi (disebut juga sebagai proses produksi).
Sumber daya manusia juga menentukan keberhasilan pembangunan nasional
melalui jumlah dan kualitas penduduk. Jumlah penduduk yang besar merupakan
pasar potensial untuk memasarkan hasil-hasil produksi, sementara kualitas
penduduk menentukan seberapa besar produktivitas yang ada.
Sementara itu, sumber daya modal dibutuhkan manusia untuk mengolah bahan
mentah tersebut. Pembentukan modal dan investasi ditujukan untuk menggali dan
mengolah kekayaan. Sumber daya modal berupa barang-barang modal sangat
penting bagi perkembangan dan kelancaran pembangunan ekonomi karena
barang-barang modal juga dapat meningkatkan produktivitas.
2.

Faktor nonekonomi mencakup kondisi sosial kultur yang ada di masyarakat,


keadaan politik, dan sistem yang berkembang dan berlaku.

2.6. HUBUNGAN ANTARA APBN DENGAN PERTUMBUHAN EKONOMI


APBN dan pertumbuhan ekonomi merupakan dua hal yang tidak bisa
dipisahkan. Alokasi dana yang terdapat di dalam APBN digunakan untuk
pembangunan. Dengan adanya pembangunan ekonomi akan tercipta pertumbuhan

MAKALAH APBN DAN ULN

15

ekonomi. APBN dan pertumbuhan ekonomi merupakan dua indikator yang


penting dalam menentukan tingkat kemakmuran rakyat. Indikator-indikator yang
menjadi asumsi di dalam penyusunan APBN adalah indikator makro ekonomi
yang menjadi indikator dalam proses pertumbuhan ekonomi.
Beberapa kebijakan dalam pengelolaan APBN senantiasa diarahkan kepada
terciptanya pertumbuhan ekonomi, walaupun pertumbuhan ekonomi itu sendiri
tidak bisa dipaksakan. Ada berapa contoh pandangan ekonom yang menganalisa
hubungan antara APBN dengan pertumbuhan ekonomi. Seperti yang ditulis oleh
M. Sadli dalam Kliping Berita Ekonomi dan Opini Ekonomi pada tahun 2007
yang berjudul : Pertumbuhan Ekonomi Tidak Bisa Dipaksakan
Ada beberapa alasan yang mengakibatkan pertumbuhan ekonomi bergerak
lambat walaupaun stabilitas ekonomi makro sudah tercapai :
1. Masih tingginya pengangguran dan kerentanan pasar tenaga kerja. Pengangguran
yang tinggi terkait kepada pertambahan penduduk dan kualitas pendidikan dan
skill sebagian terbesar SDM kita. Di lain fihak pasar tenaga kerja juga kurang
fleksibel, artinya, amat mahal bagi perusahaan untuk mengurangi tenaga kerjanya
kalau pasarnya menciut. Biaya pesangon untuk pemutusan hubungan kerja amat
tingginya. Karena hubungan industrial di Indonesia kurang menguntungkan
perusahaan maka banyak bakal investor internasional memilih lokasi Cina dan
Vietnam ketimbang Indonesia.
2.

Lemahnya kegiatan investasi dan permasalahan fundamental terkait.Lemahnya


kegiatan investasi baru juga oleh karena bagi pengusaha kepastian hukum sejak
reformasi telah berkurang. Pelaksanaan otonomi daerah menambah ketidak
pastian. Indonesia sekarang terkenal sebagai high-cost economy. Salah suatu
sumber ekonomi biaya tinggi adalah kurang memadainya infra-struktur, karena
sejak 1998 praktis tidak ada investasi pemerintah di bidang infra-struktur ini.
Sebetulnya masih ada suatu rintangan fundamental, yakni intermediasi sistim
perbankan belum bisa bekerja secara normal, karena ketatnya prudential rules
yang baru dan masih ada trauma kredit macet.
Pemerintah sendiri harus memaksimalkan investasi lewat anggaran belanjanya,
misalnya untuk membangun infra-struktur yang tidak menguntungkan bagi

MAKALAH APBN DAN ULN

16

investor swasta. Tetapi, pengelolaan APBN ini masih mengandung permasalahan


sendiri, yang juga terkait dengan prinsip kehati-hatian (prudence).
3. Tingginya potensi tekanan inflasi secara struktural.
Di level teknis sudah ada kesepakatan antara Pemerintah dan Bank Indonesia
untuk membawa tingkat inflasi jangka panjang ke kisaran 3% setahun. Untuk
tahun 2005 sasaran BI adalah 6% plus-minus 1%, untuk tahun 2006 5,5% plusminus 1% dan untuk tahun 2007 5% plus-minus 1%. Begitu juga untuk tahun
2008 dan 2009. Pengendalian inflasi masih menghadapi resiko intern dan ekstern
yang cukup besar.
Sasaran Presiden SBY yang dikumandangkan di masa kampanye tahun 2004
sebetulnya terlalu ambisius (misalnya mencapai laju pertumbuhan rata-rata 6,6%
dalam lima tahun). Laju pertumbuhan di tahun pertama (2005) mungkin sekali
(baru) 5,5%. Apa laju pertumbuhan tahun 2009 bisa mencapai 7,6%? Potensinya
ada, akan tetapi apakah bisa dipaksakan? Ada yang mau memaksakan dengan
memperbesar defisit APBN (menjadi lebih besar dari 1% PDB). Masalahnya
adalah bagaimana membiayainya ? Dengan menambah utang luar negeri ? Bisa
dengan menambah utang dalam negeri akan tetapi harus dijaga jangan crowding
out pasar kredit bagi sektor swasta. Sebetulnya, (mantan) Menteri Koordinator
Bidang Perekonomian Boediono sudah mulai menempuh jalan itu. Ada yang
menganjurkan jangan takut inflasi naik walaupun diibaratkan sebagai main
dengan api. Sekali inflasi tertiup maka masyarakat ingat zaman yang lalu,
sedangkan BI mau mengusahakan agar expectations ini forward looking.
Sementara itu, Ekonom Senior dari Advisory Group in Economics, Industry,
and Trade (Econit), Rizal Ramli memprediksi pertumbuhan ekonomi pada 2009
merosot menjadi 3,5 persen dari tahun sebelumnya sebesar 6 persen.
Hal ini dikarenakan adanya potensi pemutusan hubungan kerja di tahun 2009
juga sangat terbuka sebagai akibat dampak krisis global. Untuk mengatasinya,
pemerintah harus mengaloksikan dana yang lebih besar terhadap pengeluaran
langsung, diantaranya untuk sektor industri dan infrastruktur. Soalnya, kedua
sektor itu banyak menyerap jumlah tenaga kerja. Ada pemutusan hubungan kerja

MAKALAH APBN DAN ULN

17

(PHK) baru yang mencapai sekitar 2 juta orang yang akan memperparah daya beli
masyarakat, katanya.
Sementara, Menkeu meramalkan pertumbuhan ekonomi hanya melorot 4,7
persen. Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati memperkirakan pertumbuhan
ekonomi di tahun 2009 akan kembali menurun dari 6 persen menjadi 4,7 persen.
Namun, besaran tersebut masih dalam kisaran proyeksi pemerintah yaitu 4,5
sampai 5,5 persen. Pemerintah melihat perkembangan krisis dunia dan
pengaruhnya bagi kita, kami juga monitor terus bagaimana pengaruh kepada
indikator-indikator makro, kata Menkeu.
Untuk saat ini pemerintah telah mengalokasikan dana stimulus fiskal pada
APBN 2009 sebesar Rp71,3 triliun. Jumlah itu setara 1,4 persen dari Produk
Domestik Bruto (PDB). Insentif itu digunakan untuk penghematan pajak sebesar
Rp43 triliun, subsidi pajak Rp13,3 triliun dan subsidi serta belanja negara untuk
dunia usaha sebesar Rp15 triliun. Dengan struktur pengalokasian dana seperti itu,
sekitar 80 persen dari total dana diperuntukkan dalam bentuk keringanan pajak.
Sisanya yang 20 persen dalam bentuk insentif non pajak termasuk di dalamnya
sektor infrastruktur.
Dana untuk insentif keringanan pajak yang sekitar 80 persen sangat tidak
masuk akal karena akan mubazir dan tidak tepat sasaran. Begitu juga dengan tidak
adanya ketentuan yang mendorong pemakaian produk dalam negeri, terangnya.
Oleh karena itu, kata Rizal, pemerintah seharusnya membalikkan porsi alokasi
dana stimulus. Untuk keringanan pajak sebesar 20 persen, sedangkan subsidi
nonpajak menjadi 80 persen, tambahnya.
Selain itu Rizal menilai pemerintah telah gagal mengoreksi manajemen fiskal.
Buktinya, kata dia, realisasi APBN tahun 2008 untuk pos belanja modal hingga
Oktober, baru terealisasi 56 persen. Bahkan, pada akhir tahun terdapat sisa
anggaran yang tidak bisa direalisasikan sekitar Rp50 triliun. Pemerintah
mengklaim bahwa sisa anggaran 2008 adalah sebuah stimulus yang diberikan
pemerintah. Padahal, sisa anggaran itu diperoleh dari tidak terserapnya anggaran,
katanya.

MAKALAH APBN DAN ULN

18

Di bidang lain, pada 2008 pertumbuhan ekspor dinilai cukup signifikan, yakni
sekitar 20 persen. Namun dengan adanya krisis global, pada 2009 ekspor
diperkirakan anjlok sehingga pertumbuhannya hanya sekitar 5 persen. Untuk
konsumsi swasta, diperkirakan pada 2009 hanya mencapai 3,5 persen, padahal
tahun lalu mencapai 5,1 persen. Menurunnya konsumsi swasta ini, jelas Rizal,
dipengaruhi oleh daya beli masyarakat yang menurun.
Dari sisi investasi juga tidak jauh berbeda. Rizal meprediksi, pada tahun
kerbau ini akan banyak modal asing yang pulang kampung. Jadi jangan
berharap akan banyak investasi portofolio di tahun ini selagi krisis global masih
membelit,

MAKALAH APBN DAN ULN

imbuhnya.

19

BAB III
PENUTUP
1.1 KESIMPULAN

1. APBN adalah daftar sistematis dan terperinci yang memuat rencana


penerimaan dan pengeluaran negara selama satu tahun anggaran. Tujuan
penyusunan APBN adalah sebagai pedoman pengeluaran dan penerimaan
negara

agar terjadi

melaksanakan

keseimbangan

kegiatan-kegiatan

yang dinamis
kenegaraan

dalam rangka

demi

tercapainya

peningkatan produksi, peningkatan kesempatan kerja, pertumbuhan


ekonomi yang cukup tinggi serta pada akhirnya ditujukan untuk
tercapainya masyarakat adil dan makmur material maupun spiritual
berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.
2. Mulai tahun 2005, Pemerintah telah mengusulkan penyusunan RAPBN
dengan menggunakan format baru, yakni anggaran belanja terpadu
(unified budget). Sejalan dengan itu, format dan struktur APBN berubah
dari T-Account menjadi I-Account. Format dan struktur I-account yang
berlaku saat ini terdiri atas (i) pendapatan negara dan hibah, (ii) belanja
negara, dan (iii) pembiayaan.
3.

APBN mempunyai fungsi otorisasi, perencanaan, pengawasan, alokasi,


distribusi, dan stabilisasi.

4. Pertumbuhan ekonomi adalah proses kenaikan kapasitas produksi suatu


perekonomian yang diwujudkan dalam bentuk kenaikan pendapatan
nasional. Suatu negara dikatakan mengalami pertumbuhan ekonomi
apabila terjadi peningkatan GNP riil di negara tersebut. Adanya
pertumbuhan ekonomi merupakan indikasi keberhasilan pembangunan
ekonomi.

MAKALAH APBN DAN ULN

20

5. APBN dan pertumbuhan ekonomi merupakan dua hal yang tidak bisa
dipisahkan. Alokasi dana yang terdapat di dalam APBN digunakan untuk
pembangunan. Dengan adanya pembangunan ekonomi akan tercipta
pertumbuhan ekonomi.
3.2 SARAN
Bagi para penyelenggara negara sebagai pengelola anggaran negara
hendaknya menghindarkan diri dari praktek-praktek KKN karena KKN
secara materi akan sangat merugikan warga masyarakat.

MAKALAH APBN DAN ULN

21

DAFTAR PUSTAKA
1.
2.
3.
4.

http://bos.kemdiknas.go.id
http://id.wikipedia.org/
JAKARTA POS NATIONAL NETWORK.COM
Purnastuti, Losina, 2003. Ekonomi untuk kelas XI SMA/MA. Jakarta : Idah
Mustikawati

MAKALAH APBN DAN ULN

22

MAKALAH APBN DAN ULN

23

Anda mungkin juga menyukai