Kelompok : 7
1.
2.
3.
4.
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah Swt, shalawat serta salam
kepada Rassulullah. Berkat limpahan limpahan rakhmat nya, Kami mampu
menyelesaikan tugas makalah perekonomian indonesia ini
Penyusun juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang ikut terlibat
dalam penulisan Makalah ini. Makalah ini dibuat dengan tujuan untuk
mempelejari mengenai perekonomian di indonesia khusunya mengenai Anggaran
dan Pendapatan Belanja Negara.
Kami menyadari Makalah ini masih jauh dari kata sempurna, jadi penyusun
mengucapkan mohon maaf atas kesalahan yang penyusun lakukan, penyusun juga
mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari semua pihak demi
kesempurnaan Makalah ini.
Semoga makalah ini bisa memberikan manfaat kepada kita semua. Dan tentunya
makalah ini masih jauh dari kata sempurna, dan untuk itu kepada dosen
pembimbing penulis minta masukannya demi perbaikan pembuatan makalah ini di
masa yang akan datang.
Kelompok 7
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ...............................................................................................i
KATA PENGANTAR ............................................................................................ii
DAFTAR ISI ..........................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar belakang...................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.............................................................................................2
1.3 Manfaat Penulisan.............................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN
2.1. Pengertian APBN..............................................................................................3
2.2. Struktur APBN..................................................................................................4
2.3. Penyusunan dan Penetapan APBN..................................................................10
2.4. Fungsi APBN..................................................................................................11
2.5 Pertumbuhan Ekonomi....................................................................................14
2.6 Hubungan antara APBN dengan Pertumbuhan ekonomi................................15
BAB III PENUTUP
3.1. Kesimpulan ....................................................................................................20
3.2 Saran............................................................................................................... 21
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................22
BAB I
PENDAHULUAN
nasional.
3. mencapai stabilitas perekonomian dan menentukanarah serta prioritas
pembangunan secara umum.
4. Dalam konteks yang lebih spesifik anggaran suatu Negara secara
sederhana biasa pula kita ibaratkan dengan anggaran rumah tangga
ataupun anggaran perusahaan yang memiliki 2(dua) sisi, yakni:
a.
b.
anggaran
Jangankan sebuah Negara, sebagaimana yang kita singgung diatas sebuah rumah
tangga saja harus dianggarkan berapa pengeluaran dan berapa pulapemasukannya.
Mungkin tidak terlalu jadi masalah manakala disuatu Negara pengeluaran lebih
sedikit dari pendapatannya tapi akan jadi masalah yang cukup besar apabila
pengeluaran jauh lebih banyak daripada pendapatannya.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 PENGERTIAN APBN
APBN adalah rencana keuangan tahunan pemerintahan negara Indonesia yang
disetujui oleh Dewan Perwakilan Rakyat. APBN berisi daftar sistematis dan
terperinci yang memuat rencana penerimaan dan pengeluaran negara selama satu
tahun anggaran (1 Januari - 31 Desember). APBN, Perubahan APBN, dan
Pertanggungjawaban APBN setiap tahun ditetapkan dengan Undang-Undang.
Setiap tahun pemerintah menyusun APBN. Landasan hukum serta tata cara
penyusunan APBN terdapat di dalam UUD 1945 Pasal 23 ayat 1, 2 dan 3. Pada
pasal 23 ayat 1 UUD 1945 disebutkan bahwa Anggaran Pendapatan dan Belanja
Negara (APBN)sebagai wujud dari pengelolaan keuangan Negara ditetapkan
setiap tahun dengan undang-undang dan dilaksanakan secara terbuka dan
bertanggung jawab untuk sebesar-besanya kemakmuran rakyat. Pada pasal 23
ayat 2 disebutkan bahwa Rancangan undang-undang anggaran pendapatan dan
belanja Negara diajukan oleh Presiden untuk dibahas bersama DPR dengan
memperhatikan pertimbangan Dewan Perwakilan Daerah. Pada pasal 23 ayat 3
disebutkan apabila DPR tidak menyetujui RAPBN yang diusulkan Presiden,
pemerintah menjalankan APBN tahun lalu.
Setelah APBN ditetapkan dengan Undang-Undang, pelaksanaan APBN
dituangkan lebih lanjut dengan Peraturan Presiden. Berdasarkan perkembangan, di
tengah-tengah
berjalannya
tahun
anggaran,
APBN
dapat
mengalami
aan negara agar terjadi keseimbangan yang dinamis dalam rangka melaksanakan
kegiatan-kegiatan kenegaraan demi tercapainya peningkatan produksi,
peningkatan kesempatan kerja, pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi serta
pada akhirnya ditujukan untuk tercapainya masyarakat adil dan makmur material
maupun spiritual berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.
Kebijakan
ekonomi
makro
Indonesia
pada
dasarnya
merupakan
Account. Format dan struktur I-account yang berlaku saat ini terdiri atas (i)
pendapatan negara dan hibah, (ii) belanja negara, dan (iii) pembiayaan.
Pendapatan negara dan hibah menampung seluruh pendapatan negara yang
bersumber dari (1) penerimaan perpajakan, (2) penerimaan negara bukan pajak
(PNBP), dan (3) hibah. Sedangkan belanja negara menampung seluruh
pengeluaran negara, yang terdiri dari (1) belanja pemerintah pusat, yang meliputi
pengeluaran rutin dan pengeluaran pembangunan, dan (2) belanja untuk daerah,
yang
meliputi
dana
perimbangan
dan
dana
otonomi
khusus
dan
yang
3. Semua pengeluaran negara yang selama ini mengandung nama lain-lain yang
tersebar di hampir semua pos belanja negara, dalam format dan struktur baru
diklasifikasikan sebagai belanja lain-lain.
Tumpang Tindih Belanja Dengan berbagai perubahan dan penyesuaian
tersebut, belanja negara menurut klasifikasi ekonomi (jenis belanja) terdiri dari (i)
belanja pegawai, (ii) belanja barang, (iii) belanja modal, (iv) pembayaran bunga
utang, (v) subsidi, (vi) hibah, (vii) bantuan sosial, dan (viii) belanja lain-lain.
Sedangkan belanja untuk daerah, sebagaimana yang berlaku selama ini terdiri dari
(i) dana perimbangan, dan (ii) dana otonomi khusus dan penyesuaian. Dengan
adanya perubahan format dan struktur belanja negara menurut jenis belanja maka
secara otomatis tidak ada lagi pemisahan antara belanja rutin dan belanja
pembangunan (unified budget).
Beberapa pengertian dasar terhadap komponen-komponen penting dalam
belanja tersebut, antara lain :
Belanja pegawai menampung seluruh pengeluaran negara yang digunakan
untuk membayar gaji pegawai, termasuk berbagai tunjangan yang menjadi
haknya, dan membayar honorarium, lembur, vakasi, tunjangan khusus dan belanja
pegawai transito, serta membayar pensiun dan asuransi kesehatan (kontribusi
sosial). Dalam klasifikasi tersebut termasuk pula belanja gaji/upah proyek yang
selama ini diklasifikasikan sebagai pengeluaran pembangunan. Dengan format ini,
maka akan terlihat pos yang tumpang tindih antara belanja pegawai yang
diklasifikasikan sebagai rutin dan pembangunan. Disinilah nantinya efisiensi akan
bisa diraih. Demikian juga dengan belanja barang yang seharusnya digunakan
untuk membiayai kegiatan operasional pemerintahan untuk pengadaan barang dan
jasa, dan biaya pemeliharaan aset negara. Demikian juga sebaliknya sering
diklasifikasikan sebagai pengeluaran pembangunan.
Belanja modal menampung seluruh pengeluaran negara yang dialokasikan
untuk pembelian barang-barang kebutuhan investasi (dalam bentuk aset tetap dan
aset lainnya). Pos belanja modal dirinci atas (i) belanja modal aset tetap/fisik, dan
(ii) belanja modal aset lainnya/non-fisik. Dalam prakteknya selama ini belanja
lainnya non-fisik secara mayoritas terdiri dari belanja pegawai, bunga dan
perjalanan yang tidak terkait langsung dengan investasi untuk pembangunan.
Subsidi menampung seluruh pengeluaran negara yang dialokasikan untuk
membayar beban subsidi atas komoditas vital dan strategis tertentu yang
menguasai hajat hidup orang banyak, dalam rangka menjaga stabilitas harga agar
dapat terjangkau oleh sebagian besar golongan masyarakat. Subsidi tersebut
dialokasikan melalui perusahaan negara dan perusahaan swasta. Sementara itu,
selama ini ada jenis subsidi yang sebetulnya tidak ada unsur subsidinya, maka
belanja tersebut akan dikelompokkan sebagai bantuan sosial. Bantuan sosial
yang
diberikan
kepada
penduduk,
guna
melindungi
dari
1) Pajak Dalam Negeri, terdiri atas Pajak Penghasilan (PPh), Pajak Pertambahan
Nilai (PPN), Pajak Bumi dan Bangunan (PBB), Bea Perolehan Hak atas Tanah
dan Bangunan (BPHTB), Cukai, dan pajak lainnya.
2) Pajak Perdagangan Internasional, terdiri atas Bea Masuk dan Tarif Ekspor.
3) Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP), terdiri atas:
a) Penerimaan SDA (Migas dan Non Migas)
b) Bagian Laba BUMN
c) PNBP lainnya
2. Hibah yaitu bantuan yang berasal dari swasta, baik dalam negeri maupun luar
negeri, dan pemerintah luar negeri
a.
1)
Pembayaran Cicilan Pokok Utang Luar Negeri, terdiri atas Jatuh Tempo dan
Moratorium.
hibah
4. Belanja negara dipergunakan untuk keperluan penyelenggaraan tugas
pemerintahan pusat dan pelaksanaan perimbangan keuangan antara pemerintah
pusat dan daerah
5. Belanja negara dirinci menurut organisasi, fungsi, dan jenis belanja
6. Pemerintah Pusat mengajukan Rancangan Undang-undang tentang APBN,
disertai nota keuangan dan dokumen-dokumen pendukungnya kepada DPR pada
bulan Agustus tahun sebelumnya.
7. Pembahasan Rancangan Undang-undang tentang APBN dilakukan sesuai dengan
undang-undang yang mengatur susunan dan kedudukan DPR.
10
11
dengan nilai sekian miliar. Maka, pemerintah dapat mengambil tindakan untuk
mempersiapkan proyek tersebut agar bisa berjalan dengan lancar.
3.
4. Fungsi alokasi, berarti bahwa anggaran negara harus diarahkan untuk mengurangi
pengangguran dan pemborosan sumber daya serta meningkatkan efesiensi dan
efektivitas perekonomian.
5. Fungsi distribusi, berarti bahwa kebijakan anggaran negara harus memperhatikan
rasa keadilan dan kepatutan
6.
12
ASUMSI APBN
Pertumbuhan ekonomi
tahunan (%)
Inflasi (%)
Kenaikan TDL
Menguatnya rupiah
Lancarnya distribusi barang
Kebijakan fiskal dan moneter yang hati-hati
USD
(%)
6
(USD/barel)
13
Produksi minyak
Indonesia (barel/hari)
ekonomi.
Akan
terjadi
pertumbuhan
ekonomi
bila
ada
14
15
16
17
(PHK) baru yang mencapai sekitar 2 juta orang yang akan memperparah daya beli
masyarakat, katanya.
Sementara, Menkeu meramalkan pertumbuhan ekonomi hanya melorot 4,7
persen. Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati memperkirakan pertumbuhan
ekonomi di tahun 2009 akan kembali menurun dari 6 persen menjadi 4,7 persen.
Namun, besaran tersebut masih dalam kisaran proyeksi pemerintah yaitu 4,5
sampai 5,5 persen. Pemerintah melihat perkembangan krisis dunia dan
pengaruhnya bagi kita, kami juga monitor terus bagaimana pengaruh kepada
indikator-indikator makro, kata Menkeu.
Untuk saat ini pemerintah telah mengalokasikan dana stimulus fiskal pada
APBN 2009 sebesar Rp71,3 triliun. Jumlah itu setara 1,4 persen dari Produk
Domestik Bruto (PDB). Insentif itu digunakan untuk penghematan pajak sebesar
Rp43 triliun, subsidi pajak Rp13,3 triliun dan subsidi serta belanja negara untuk
dunia usaha sebesar Rp15 triliun. Dengan struktur pengalokasian dana seperti itu,
sekitar 80 persen dari total dana diperuntukkan dalam bentuk keringanan pajak.
Sisanya yang 20 persen dalam bentuk insentif non pajak termasuk di dalamnya
sektor infrastruktur.
Dana untuk insentif keringanan pajak yang sekitar 80 persen sangat tidak
masuk akal karena akan mubazir dan tidak tepat sasaran. Begitu juga dengan tidak
adanya ketentuan yang mendorong pemakaian produk dalam negeri, terangnya.
Oleh karena itu, kata Rizal, pemerintah seharusnya membalikkan porsi alokasi
dana stimulus. Untuk keringanan pajak sebesar 20 persen, sedangkan subsidi
nonpajak menjadi 80 persen, tambahnya.
Selain itu Rizal menilai pemerintah telah gagal mengoreksi manajemen fiskal.
Buktinya, kata dia, realisasi APBN tahun 2008 untuk pos belanja modal hingga
Oktober, baru terealisasi 56 persen. Bahkan, pada akhir tahun terdapat sisa
anggaran yang tidak bisa direalisasikan sekitar Rp50 triliun. Pemerintah
mengklaim bahwa sisa anggaran 2008 adalah sebuah stimulus yang diberikan
pemerintah. Padahal, sisa anggaran itu diperoleh dari tidak terserapnya anggaran,
katanya.
18
Di bidang lain, pada 2008 pertumbuhan ekspor dinilai cukup signifikan, yakni
sekitar 20 persen. Namun dengan adanya krisis global, pada 2009 ekspor
diperkirakan anjlok sehingga pertumbuhannya hanya sekitar 5 persen. Untuk
konsumsi swasta, diperkirakan pada 2009 hanya mencapai 3,5 persen, padahal
tahun lalu mencapai 5,1 persen. Menurunnya konsumsi swasta ini, jelas Rizal,
dipengaruhi oleh daya beli masyarakat yang menurun.
Dari sisi investasi juga tidak jauh berbeda. Rizal meprediksi, pada tahun
kerbau ini akan banyak modal asing yang pulang kampung. Jadi jangan
berharap akan banyak investasi portofolio di tahun ini selagi krisis global masih
membelit,
imbuhnya.
19
BAB III
PENUTUP
1.1 KESIMPULAN
agar terjadi
melaksanakan
keseimbangan
kegiatan-kegiatan
yang dinamis
kenegaraan
dalam rangka
demi
tercapainya
20
5. APBN dan pertumbuhan ekonomi merupakan dua hal yang tidak bisa
dipisahkan. Alokasi dana yang terdapat di dalam APBN digunakan untuk
pembangunan. Dengan adanya pembangunan ekonomi akan tercipta
pertumbuhan ekonomi.
3.2 SARAN
Bagi para penyelenggara negara sebagai pengelola anggaran negara
hendaknya menghindarkan diri dari praktek-praktek KKN karena KKN
secara materi akan sangat merugikan warga masyarakat.
21
DAFTAR PUSTAKA
1.
2.
3.
4.
http://bos.kemdiknas.go.id
http://id.wikipedia.org/
JAKARTA POS NATIONAL NETWORK.COM
Purnastuti, Losina, 2003. Ekonomi untuk kelas XI SMA/MA. Jakarta : Idah
Mustikawati
22
23