Anda di halaman 1dari 30

MAKALAH EKONOMI PUBLIK

ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA (APBN)

Dosen Pengampu : Dr. H. Burhanuddin Yususf M.M, M.A

Oleh :

Kelompok 9

Joko Prasetyo 11170860000027

M. Amirul Ma’ruf 11150860000031

PROGRAM STUDI EKONOMI SYARIAH

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

Tahun 2019
KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirabbil’alamin, Puji syukur kehadirat Allah SWT, atas segala


rahmat dan hidayah-Nya. Shalawat serta salam senantiasa tercurahkan kepada
junjungan Nabi Agung Muhammad SAW yang selalu kita nantikan syafa’atnya di
akhirat nanti.

Penulis mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat-Nya,
baik itu berupa sehar fisik maupun akal pikiran, sehingga penulis mampu untuk
menyelesaikan pembuatan makalah sebagai tugas akhir dari mata kuliah Ekonomi
Publik dengan judul “ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA
(APBN)”.

Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna
dan masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu,
penulis mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya
makalah ini nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi. Demikian, dan
apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini penulis mohon maaf yang
sebesar-besarnya.

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR 1
DAFTAR ISI 2
PENDAHULUAN 3
A. Latar Belakang 3
B. Rumusan Masalah 4
PEMBAHASAN 5
A. Pengertian APBN 5
B. Fungsi APBN 6
C. Tujuan APBN 8
D. Struktur Dan Susunan APBN 9
E. Kebijakan APBN 11
F. Analisis APBN 2017 12
G. Analisis APBN 2018 18
H. Analisis APBN 2019 22
I. Realisasi APBN 2017, 2018 DAN 2019 22
PENUTUP 28
DAFTAR PUSTAKA 29

2
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara, yang selanjutnya disingkat APBN,
adalah rencana keuangan tahunan pemerintahan negara yang disetujui oleh Dewan
Perwakilan Rakyat. APBN adalah wujud dari pengelolaan keuangan negara yang
merupakan instrumen bagi pemerintah untuk mengatur pengeluaran dan
penerimaan negara dalam rangka membiayai pelaksanaan kegiatan pemerintahan
dan pembangunan, mencapai pertumbuhan ekonomi, meningkatkan pendapatan
nasional,mencapai stabilitas perekonomian, dan menentukan arah serta prioritas
pembangunan secara umum.
Penyusunan anggaran senantiasa dihadapkan pada ketidakpastian pada kedua
sisi. Misalnya, sisi penerimaan anggaran rumah tangga akan sangat tergantung
pada ada atau tidaknya perubahan gaji/upah bagi rumah tangga yang memilikinya.
Demikian pula sisi pengeluaran anggaran rumah tangga, banyak dipengaruhi
perubahan harga barang dan jasa yang dikonsumsi. Sisi penerimaan anggaran
perusahaan banyak ditentukan oleh hasil penerimaan dari penjualan produk, yang
dipengaruhi oleh daya beli masyarakat sebagai cerminan pertumbuhan ekonomi.
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) merupakan alat utama
pemerintah untuk mensejahterakan rakyatnya dan sekaligus alat pemerintah untuk
mengelola perekonomian negara. Sebagai alat pemerintah, APBN bukan hanya
menyangkut keputusan ekonomi, namun juga menyangkut keputusan politik.
Dalam konteks ini, DPR dengan hak legislasi, penganggaran, dan pengawasan
yang dimilikinya perlu lebih berperan dalam mengawal APBN. sehingga APBN
benar-benar dapat secara efektif menjadi instrumen untuk mensejahterakan rakyat
dan mengelola perekonomian negara dengan baik.
Dalam rangka mewujudkan good governance dalam penyelenggaraan
pemerintahan negara, sejak beberapa tahun yang lalu telah diintrodusir Reformasi
Manajemen Keuangan Pemerintah. Reformasi tersebut mendapatkan landasan
hukum yang kuat dengan telah disahkannya UU No. 17 Tahun 2003 tentang

3
Keuangan Negara, UU No. 1 Tahun 2004 tentang PerbendaharaanNegara, dan UU
No. 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab
Keuangan Negara.
B. Rumusan Masalah
Makalah ini akan membahas tentang masalah-masalah :
1. Pengertian APBN
2. Fungsi APBN
3. Tujuan APBN
4. Kebijakan Surplus, Defisit dan Berimbang dalam APBN
5. Analisis APBN tahun 2017, 2018 dan 2019
6. Realisasi APBN tahun 2017, 2018 dan 2019

4
PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN APBN

Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara, atau disingkat APBN, adalah


rencana keuangan tahunan pemerintahan negara Indonesia yang disetujui oleh
Dewan Perwakilan Rakyat. APBN berisi daftar sistematis dan terperinci yang
memuat rencana penerimaan dan pengeluaran negara selama satu tahun anggaran
(1 Januari - 31 Desember). APBN, Perubahan APBN, dan Pertanggungjawaban
APBN setiap tahun ditetapkan dengan Undang-Undang.

Setiap tahun pemerintah menyusun APBN. Landasan hukum serta tata cara
penyusunan APBN terdapat di dalam UUD 1945 Pasal 23 ayat 1, 2 dan 3. Pada
pasal 23 ayat 1 UUD 1945 disebutkan bahwa Anggaran Pendapatan dan Belanja
Negara (APBN)sebagai wujud dari pengelolaan keuangan Negara ditetapkan
setiap tahun dengan undang-undang dan dilaksanakan secara terbuka dan
bertanggung jawab untuk sebesar-besanya kemakmuran rakyat. Pada pasal 23 ayat
2 disebutkan bahwa Rancangan undang-undang anggaran pendapatan dan belanja
Negara diajukan oleh Presiden untuk dibahas bersama DPR dengan
memperhatikan pertimbangan Dewan Perwakilan Daerah. Pada pasal 23 ayat 3
disebutkan apabila DPR tidak menyetujui RAPBN yang diusulkan Presiden,
pemerintah menjalankan APBN tahun lalu.

Setelah APBN ditetapkan dengan Undang-Undang, pelaksanaan APBN


dituangkan lebih lanjut dengan Peraturan Presiden. Berdasarkan perkembangan, di
tengah-tengah berjalannya tahun anggaran, APBN dapat mengalami
revisi/perubahan. Untuk melakukan revisi APBN, Pemerintah harus mengajukan
RUU Perubahan APBN untuk mendapatkan persetujuan DPR. Dalam keadaan
darurat (misalnya terjadi bencana alam), Pemerintah dapat melakukan pengeluaran
yang belum tersedia anggarannya. Selambatnya 6 bulan setelah tahun anggaran
berakhir, Presiden menyampaikan RUU tentang Pertanggungjawaban Pelaksanaan

5
APBN kepada DPR berupa Laporan keuangan yang telah diperiksa oleh Badan
Pemeriksa Keuangan.

B. FUNGSI APBN

APBN merupakan instrumen untuk mengatur pengeluaran dan pendapatan


negara dalam rangka membiayai pelaksanaan kegiatan pemerintahan dan
pembangunan, mencapai pertumbuhan ekonomi, meningkatkan pendapatan
nasional, mencapai stabitas perekonomian, dan menentukan arah serta prioritas
pembangunan secara umum. Fungsi anggaran pendapatan dan belanja negara
adalah sebagai berikut ini:

1. Fungsi Alokasi

APBN merupakan sebuah sarana negara yang digunakan untuk mengumpulkan


dana masyarakat, sebagai contoh dalam bentuk pajak kemudian
menggunakannya untuk pembiayaan pembangunan dan mengalokasikan dana
sesuai sasaran yang akan dituju. Melalui APBN, pemerintah bisa melakukan
proyeksi ke mana dana akan dialokasikan. Contoh penggunaan dana APBN
yaitu untuk melakukan pembangunan dan perbaikan jalan, jembatan, sekolah
maupun sarana-sarana yang lainnya. Nantinya proses alokasi APBN juga dapat
mempengaruhi struktur produksi dan ketersediaan lapangan pekerjaan. Jadi
fungsi Alokasi yaitu anggaran negara yang diarahkan untuk mengurangi
pengangguran serta untuk mengurangi pemborosan dalam hal sumber daya
dengan meningkatkan efektivitas dan efisiensi perekonomian di mana alokasi
tersebut sifatnya umum, misal perbaikan jalan, pembuatan jalan, tanggul dan
jembatan.

2. Fungsi Distribusi

Penerimaan negara dalam APBN yand didapat dari berbagai sumber


dipergunakan kembali untuk membiayai pengeluaran negara di berbagai macam
sektor pembangunan melalui departemen-departemen yang terkait. Pengeluaran

6
tersebut dipergunakan untuk kepentingan umum yang didistribusikan dalam
bentuk subsidi, premi maupun dana pensiun. Jadi Fungsi Distribusi yaitu
pengeluaran negara yang dipergunakan untuk kepentingan atas dasar
kemanusiaan, sebagai contoh: dana subsidi, pensiun, dan premi.

3. Fungsi Stabilisasi

Dalam menyusun APBN, akan diupayakan adanya suatu peningkatan jumlah


pendapatan dari tahun ke tahun. Untuk itulah perlu dibuat suatu kebijakan yang
dapat memacu peningkatan pendapatan negara. Contohnya salah satunya yaitu
kebijakan anggaran defisit. Dalam kebijakan tersebut pos pengeluaran lebih
besar dibanding pos penerimaan. Dengan kata lain APBN sebagai acuan bagi
pemerintah dalam hal melaksanakan pembangunan yang diharapkan bisa
menjaga stabilitas arus uang maupun arus barang, dengan begitu bisa mencegah
adanya inflasi maupun deflasi yang dapat berakibat pada resesi atau kelesuan
ekonomi. Jadi fungsi stabilisasi yaitu menjaga, memelihara serta menstabilkan
anggaran negara terhadap pendapatan dan pengeluaran sesuai dengan yang
telah direncanakan dalam APBN.

4. Fungsi Perencanaan

Fungsi perencanaan maksudnya yaitu angggaran negara berfungsi sebagai


pengatur setiap kegiatan pada tahun yang bersangkutan.

5. Fungsi Pengawasan

Fungsi pengawasan maksudnya yaitu setiap penyelenggara pemerintahan


negara sesuai dengan apa yang ditetapkan dan sesuai dalam anggaran negara.

6. Fungsi Otorisasi

Fungsi otorisasi maksudnya yaitu anggaran negara sebagai dasar dalam


melaksanakan pendapatan dan belanja negara di tahun tersebut.

7
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) merupakan instrument
utama kebijakan fiskal yang sangat mempengaruhi jalannya perekonomian dan
keputusan-keputusan investasi yang dilakukan para pelaku pasar. Hal ini
disebabkan APBN secara umum menjabarkan rencana kerja dan kebijakan yang
akan diambil pemerintah dalam penyelenggaraan pemerintahan, alokasi sumber-
sumber ekonomi yang dimiliki, distribusi pendapatan dan kekayaan melalui
intervensi kebijakan dalam rangka mempengaruhi permintaan dan penawaran
faktor produksi serta stabilisasi ekonomi makro. Dengan demikian strategi dan
pengelolaan APBN menjadi isu yang sangat sentral dan penting dalam
perekonomian suatu negara.

C. TUJUAN APBN

Secara umum tujuan penyusunan anggaran pendapatan dan belanja negara


(APBN) adalah sebagai berikut ini:

1. Untuk memelihara atau menjaga stabilitas ekonomi serta mencegah terjadinya


anggaran yang defisit.
2. Sebagai pedoman dalam hal penerimaan dan pengeluaran negara dalam rangka
pelaksanaan kegiatan kenegaraan serta peningkatan kesempatan bekerja yang
diarahkan kepada peningkatan pertumbuhan ekonomi dan juga kemakmuran
masyarakat.

Tujuan penyusunan APBN adalah sebagai pedoman pengeluaran dan


penerimaan negara agar terjadi keseimbangan yang dinamis dalam rangka
melaksanakan kegiatan-kegiatan kenegaraan demi tercapainya peningkatan
produksi, peningkatan kesempatan kerja, pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi
serta pada akhirnya ditujukan untuk tercapainya masyarakat adil dan makmur
material maupun spiritual berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.

Kebijakan ekonomi makro Indonesia pada dasarnya merupakan


kesinambungan dari tahun-tahun sebelumnya. Hal ini mengingat bahwa

8
konsistensi kebijakan sangat diperlukan dalam mencapai sasaran pembangunan,
baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Oleh karena itu kebijakan
ekonomi makro tersebut ditujukan untuk memperkuat fundamental ekonomi yang
sudah membaik dan mengantisipasi berbagai tantangan baru yang mungkin timbul.
Tantangan dan sasaran kebijakan ekonomi makro tersebut adalah menjaga
stabilitas ekonomi dan meningkatkan pertumbuhan ekonomi yang didasarkan atas
peningkatan kualitas dan kinerja perekonomian.

Stabilitas perekonomian merupakan prasyarat yang sangat mendasari bagi


para pelaku ekonomi. Oleh karena itu diperlukan pertumbuhan dengan kualitas
yang lebih baik. Pertumbuhan ekonomi yang baik dapat menyerap lebih banyak
tenaga kerja sehingga dapat mengurangi penduduk miskin. Sementara itu
pertumbuhan ekonomi yang dicapai dalam tahun sebelumnya dipandang masih
moderat dibandingan dengan masa-masa sebelum krisis. Pertumbuhan tersebut
masih didukung oleh relatif tingginya kontribusi konsumsi, sedangkan dukungan
sumber-sumber ekonomi produktif seperti investasi dan ekspor masih harus
dioptimalkan.

D. STRUKTUR DAN SUSUNAN APBN

Struktur APBN terdiri dari pendapatan negara dan hibah, belanja negara,
keseimbangan primer, surplus/defisit, dan pembiayaan. Sejak Tahun 2000,
Indonesia telah menguba komposisi APBN dari T-account menjadi I-account
sesuai dengan standar statistik keuangan pemerintah, Government Finance
Statistics (GFS).

1. Pendapatan Negara dan Hibah.

Penerimaan APBN diperoleh dari berbagai sumber. Secara umum yaitu


penerimaan pajak yang meliputi pajak penghasilan (PPh), pajak pertambahan
nilai (PPN), Pajak Bumi dan Bangunan (PBB), Bea Perolehan Hak atas Tanah
dan Bangunan (BPHTB), Cukai, dan Pajak lainnya, serta Pajak Perdagangan

9
(bea masuk dan pajak/pungutan ekspor) merupakan sumber penerimaan utama
dari APBN. Selain itu, penerimaan negara bukan pajak (PNBP) meliputi
penerimaan dari sumber daya alam, setoran laba BUMN, dan penerimaan bukan
pajak lainnya, walaupun memberikan kontribusi yang lebih kecil terhadap total
penerimaananggaran, jumlahnya semakin meningkat secara signifikan tiap
tahunnya Berbeda dengansistem penganggaran sebelum tahun anggaran 2000,
pada system penganggaran saat ini sumber-sumber pembiayaan (pinjaman)
tidak lagi dianggap sebagai bagian dari penerimaan. Dalam pengadministrasian
penerimaan negara, departemen/lembaga tidak boleh menggunakan penerimaan
yang diperolehnya secara langsung untuk membiayai kebutuhannya.Beberapa
pengeculian dapat diberikan sesuai dengan peraturan perundang-undangan
terkait.

2. Belanja Negara.

Belanja negara terdiri atas anggaran belanja pemerintah pusat, dana


perimbangan, serta dana otonomi khusus dan dana penyeimbang. Sebelum
diundangkannya UU No. 17/2003, anggaran belanja pemerintah pusat
dibedakan atas pengeluaran rutin dan pengeluaran pembangunan. UU No.
17/2003 mengintrodusing uniffied budget sehingga tidak lagi ada pembedaan
antara pengeluaran rutin dan pengeluaran pembangunan. Dana perimbangan
terdiri atas dana bagi hasil, dana alokasi umum (DAU), dan dana alokasi khusus
(DAK). Sementara itu, dana otonomi khusus dialokasikan untuk provinsi
Daerah Istimewa Aceh dan provinsi Papua.

3. Defisit dan Surplus.

Defisit atau surplus merupakan selisih antara penerimaan dan


pengeluaran.Pengeluaran yang melebihi penerimaan disebut defisit; sebaliknya,
penerimaan yang melebihi pengeluaran disebut surplus.Sejak Tahun 2000,
Indonesia menerapkan anggaran defisit menggantikan anggaran berimbang dan
dinamis yang telah digunakan selama lebih dari tiga puluh tahun. Dalam

10
tampilan APBN, dikenal dua istilah defisit anggaran, yaitu: keseimbangan
primer (primary balance) dan keseimbangan umum (overallbalance).
Keseimbangan primer adalah total penerimaan dikurangi belanja tidak termasuk
pembayaran bunga. Keseimbangan umum adalah total penerimaan dikurangi
belanja termasuk pembayaran bunga.

4. Pembiayaan.

Pembiayaan diperlukan untuk menutup defisit anggaran. Beberapa sumber


pembiayaan yang penting saat ini adalah: pembiayaan dalam negeri (perbankan
dan non perbankan) serta pembiayaan luar negeri (netto) yang merupakan
selisihantara penarikan utang luar negeri (bruto) dengan pembayaran cicilan
pokok utang luar negeri.

E. KEBIJAKAN APBN
1. Kebijakan Defisit

Kebijakan anggaran defisit adalah kebijakan yang menghendaki atau


menginginkan posisi pengeluaran negara lebih besar dari pada posisi
penerimaan negara dalam satu tahun anggaran. Karena pengeluaran lebih besar
dari pada penerimaan maka negara mengalami defisit (kekurangan) anggaran.
Untuk menutup kekurangan ini maka pemerintah melakukan pinjaman luar
negeri atau dengan mencetak uang yang sebenarnya akan berakibat terjadinya
inflasi (kenaikan harga).

Pada dasarnya kebijakan anggaran defisit dapat meningkatkan


pertumbuhan ekonomi melalui penggunaan pinjaman luar negeri yang optimal
dengna asumsi tingkat korupsi rendah untuk menutup kekurangan anggarannya
yang terjadi. Kebijakan ini dipakai indonesia sampai pada akhir masa transisi (1
April-Desember 2009).

Mulai saat ini secara mendasar pemerintah sudah berupaya mengurangi


defisit anggaran yang terjadi, misalkan penghematan energi (listrik dan BBM),

11
pengurangan subsidi pemerintah dan pengurangan ketergantungan pada utang
luar negeri melalui pengoptimalan sumber daya yang ada dan program gerakan
cinta terhadap produk dalam negeri.

2. Kebijakan Surplus

Kebijakan anggaran surplus adalah belanja negara lebih kecil dibandingkan


dengan penerimaan negara yang tersedia. Kebijakan ini digunakan untuk
mengatasi kondisi perekonomian yang inflasif, di mana nilai uang semakin
merosot karena kenaikan harga secara umum. Maka dari itu muncullah usaha
pemerintah dalam mengurangi pengeluaran sehingga lambat laun jumlah uang
yang beredar ini akan semakin kecil dan harga pun akan berpengaruh yakni
turunnya harga. Jika harga tak terkontrol dengan baik maka akan timbul gejala
deflasi yakni turunnya harga secara umum, turunnya harga secara umum sangat
tidak baik dalam pertumbuhan ekonomi, dengan munculnya gejala tersebut
pemerintah mengatasinya dengan mengeluarkan kebijakan anggaran defisit.

3. Kebijakan Seimbang

Kebijakan anggaran berimbang adalah kebijakan yang menghendaki atau


menginginkan terjadinya keseimbangan antara pendapatan negara dengan apa
yang dikeluarkan negara (pengeluaran). Kebijakan anggaran berimbang lebih
baiknya dilakukan pada kondisi dimana ekonomi sebuah negara telah stabil
yang pengeluaran yang dilakukan harus sesuai dengan kemampuan. Kebijakan
anggaran berimbang pada umumnya dilakukan dengan pola pembiayaan yang
berasal dari pinjaman yang ada diluar negeri (eksternal financing) jika terjadi
defisit anggaran.

F. Analisis APBN 2017


1. Asumsi Dasar Ekonomi Makro

Menghadapi tahun 2017 yang masih dihadapkan oleh potensi risiko global,
pemerintah meresponnya melalui penetapan kebijakan fiskal yang kredibel,

12
efisien dan efektif, serta berkesinambungan. Kebijakan fiskal yang tertuang
dalam APBN 2017 tersebut dibingkai oleh asumsi kerangka makro yang yang
telah disepakati oleh Dewan Perwakilan Rakyat (DPR RI) dan Pemerintah.
Berikut Asumsi Dasar Ekonomi Makro pada APBN 2017 dan Target
Pembangunan pada APBN 2017.

Kesepakatan asumsi makro tersebut tidak lepas dari adanya pengaruh dari
faktor eksternal dan faktor internal. Dari faktor eksternal, kondisi perekonomian
dunia masih belum stabil, baik dari sisi permintaan (demand) yang masih
lemah, maupun harga komoditas yang rendah. Selain itu, economic
rebalancing dari negeri Tiongkok juga berimbas pada kondisi ekonomi seluruh
dunia, termasuk Indonesia. Terakhir, kebijakan ekonomi Negara-negara maju
seperti Amerika Serikat juga memiliki dampak kepada Indonesia.

Dari sisi internal sendiri, pertumbuhan ekonomi diharapkan mampu


didorong oleh belanja infrastruktur pemerintah dalam rangka menguatkan
sektor produktif sebagai penggerak pertumbuhan perekonomian. Tidak hanya
itu, sebanyak empat belas paket kebijakan yang telah diluncurkan pemerintah
diharapkan dapat mendorong investasi yang mampu mempercepat pertumbuhan
ekonomi dan menjaga stabilitas ekonomi makro.

Kabar baiknya adalah Indonesia tercatat memiliki rata-rata pertumbuhan


masih lebih baik dibandingkan dengan Negara-negara lainnya selama kurun
waktu 2006-2015. Sementara itu, sampai dengan kuartal 3 tahun 2016,
Indonesia memiliki capaian pertumbuhan ekonomi yang cukup baik sebesar
5,02%.

Selain optimis terhadap pertumbuhan ekonomi, kesehatan fundamental


ekonomi Indonesia dapat terjaga dengan baik. Hal tersebut terlihat dari
indikator ekonomi 2016 yang menunjukan hasil yang baik, seperti inflasi yang
masih terkendali pada angka 3,02%, apresiasi nilai tukar Rupiah sebesar 2,6%
dan pertumbuhan IHSG sebesar 15,3%.

13
Selain itu, nilai investasi langsung yang berasal dari luar negeri (FDI)
maupun dari dalam negeri juga menunjukkan angka yang terus meningkat.
Terakhir, pergerakan neraca pembayaran tahun 2016 terpantau surplus dengan
defisit transaksi berjalan yang terjaga dan nilai cadangan devisa yang memadai.

2. APBN 2017 Yang Kredibel, Efisien Dan Efektif, Serta Berkesinambungan

Postur APBN 2017 dibuat di atas asumsi kerangka makro yang optimis
agar mampu menghadapi berbagai tantangan perekonomian global dan
domestik, serta memacu pembangunan nasional yang lebih baik di tahun 2017
dengan tetap menjaga prinsip kehati-hatian (prudent) dan efektivitas
pelaksanaannya.

a. Pendapatan Negara: 1.750,3


1) Pendapatan Dalam Negeri: 1.748,9
 Penerimaan Perpajakan: 1.498,9
 Penerimaan Negara Bukan Pajak: 250,0
2) Penerimaan Hibah: 1,4
b. Belanja Negara: 2.080,5
1) Belanja Pemerintah Pusat: 1.315,5
 Belanja Kementerian/Lembaga: 763,6
 Belanja Non Kementerian/Lembaga: 552,0
2) Transfer Ke Daerah dan Dana Desa: 764,9
 Transfer Ke Daerah: 704,9
 Dana Desa: 60,0

  

 Total Anggaran Pendidikan: 416,1


 Rasio Anggaran Pendidikan Total (%): 20,0
 Total Anggaran Kesehatan: 104,0
 Rasio Anggaran Kesehatan Total (%): 5,0

14
c. Keseimbangan Primer: (109,0)
d. Surplus (Defisit) Anggaran (A - B): (330,2) % Surplus (Defisit) Anggaran
terhadap PDB: 2,41
e. Pembiayaan Anggaran: 330,2
1) Pembiayaan Utang: 384,7
2) Pembiayaan Investasi: (47,5)
3) Pemberian Pinjaman: (6,4)
4) Kewajiban Penjaminan: (0,9)
5) Pembiayaan Lainnya: 0,3
3. Kebijakan Fiskal Dan APBN Menjadi Tulang Punggung Reformasi
Ekonomi

Kebijakan fiskal dalam APBN tahun 2017 dibuat secara kredibel, efisien
dan efektif serta berkesinambungan. Untuk mencapai tujuan tersebut, Upaya
mereformasi fiskal sudah digulirkan pemerintah sejak 2015 dalam kebijakan 
APBN. Dalam APBN 2017, pemerintah memastikan komitmennya untuk
menjaga keberlanjutan reformasi struktural atas kebijakan APBN melalui tiga
pilar utama.

a. Optimalisasi Pendapatan Negara

Pertama adalah melakukan optimalisasi pendapatan negara. Pada sisi


pendapatan negara, optimalisasi pendapatan diarahkan pada perluasan basis
pendapatan. Namun tetap selaras dengan kapasitas perekonomian agar tidak
mengganggu iklim investasi.

Dalam postur APBN 2017 ditetapkan jumlah pendapatan negara


sebesar Rp1.750,3 triliun. Jumlah ini terdiri dari penerimaan perpajakan
sebesar Rp1.489,9 triliun, penerimaan negara bukan pajak (PNBP) sebesar
Rp250 triliun, dan penerimaan hibah sebesar Rp1,4 triliun. Hal ini disusun
dengan mempertimbangkan potensi perpajakan yang bisa diterima

15
pemerintah pada 2017 mendatang, termasuk realisasi program Amnesti
Pajak dan penerimaan dari sumber-sumber pajak baru.

Selain itu, untuk mendukung upaya optimalisasi penerimaan negara,


pemerintah juga melakukan reformasi perpajakan secara lebih komprehensif.
Reformasi tersebut terdiri dari reformasi di bidang kebijakan dan reformasi
di bidang administrasi.

b. Pengelolaan Belanja Negara Secara Produktif dan Berkualitas

Pada sisi belanja negara, kualitas belanja diarahkan pada pemanfaatan


anggaran yang bersifat produktif dan prioritas, diantaranya seperti
pembangunan infrastruktur, pengurangan kemiskinan, penciptaan lapangan
kerja, dan pengurangan kesenjangan. Selain itu, untuk belanja Negara dalam
APBN 2017, pemerintah dan DPR RI menyepakati jumlah Rp2.080 triliun
yang terdiri dari belanja pemerintah pusat, serta transfer ke daerah dan dana
desa. Dengan demikian, defisit anggaran ditetapkan sebesar Rp330,2 triliun
atau 2,41 persen terhadap Produk Domestik Bruto (PDB). Hal ini dilakukan
demi mendukung pembangunan yang produktif.

Komitmen untuk meningkatkan kualitas belanja negara dapat dilihat


dari reformasi struktural. Realokasi belanja pada subsidi energi secara
signifikan kepada belanja yang bersifat prioritas dan mandatory, yaitu
infrastruktur, pendidikan, dan kesehatan.

Anggaran infrastruktur dalam APBN 2017 meningkat secara


signifikan dibandingkan dengan tahun 2016. Hal tersebut dapat tercapai
dengan melalui peningkatan efisiensi belanja dan peningkatan earmark Dana
Transfer Umum yang dikhususkan untuk infrastruktur. Dana Transfer Umum
merupakan bagian dari Transfer Ke Daerah yang sepenuhnya menjadi
kewenangan daerah dalam penggunaannya.

16
Belanja negara juga ditujukan demi pengurangan tingkat kemiskinan
dan kesenjangan sosial. Salah satunya adalah melalui pemenuhan belanja
yang diamanatkan oleh peraturan perundang-undangan (mandatory
spending), seperti anggaran pendidikan yang dalam APBN 2017 tetap dijaga
sebesar 20%, dengan fokus untuk meningkatkan akses dan kualitas layanan
pendidikan.

Selain itu, mandatory spending yang lain adalah anggaran kesehatan


yang pada tahun 2017 juga tetap dialokasikan sebesar 5% dari APBN.
Kebijakan anggaran kesehatan tersebut difokuskan untuk memperkuat upaya
promotif dan preventif, serta meningkatkan akses dan mutu pelayanan
kesehatan.

Sementara itu, belanja infrastruktur yang dialokasikan ke daerah dalam


APBN 2017 melalui Dana Transfer Umum juga memberikan dampak yang
signifikan terhadap dana yang ditransfer ke daerah. Tercatat dalam APBN
2017, Dana Transfer Ke Daerah dan Dana Desa dialokasikan sebesar
Rp764,9 triliun. Jumlah tersebut lebih besar dibandingkan dengan belanja
Kementerian/Lembaga yang sebesar Rp763,5 triliun. Hal tersebut
menunjukkan bahwa banyak fungsi dari pemerintah pusat yang telah
didelegasikan/diserahkan kepada daerah saat ini. Selain itu, peningkatan
alokasi Dana Desa menjadi Rp60 triliun dari Rp47 triliun pada APBN 2016
bertujuan untuk membangunpemerataan pembangunan, membangun
Indonesia dari pinggiran dengan memperkuat daerah-daerah dan desa dalam
kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia.

c. Pengelolaan Pembiayaan Dengan Prinsip Kehati-Hatian (Prudent)

17
Yang ketiga adalah menjaga kesinambungan pembiayaan anggaran.
Dari sisi pembiayaan, kebijakan penghematan dilakukan pada pembiayaan
investasi. Fokus pemerintah adalah pada kemandirian BUMN dan
infrastruktur melalui sumber pembiayaan murah. Kebijakan defisit ekspansif
dan terarah masih menjadi pilihan pemerintah dengan tetap berkomitmen
pada reformasi penganggaran dan prinsip kehati-hatian.

Kebijakan ekspansif dalam APBN 2017 dilakukan demi mendorong


ekonomi yang berkelanjutan dan berkeadilan bagi seluruh masyarakat
Indonesia. Selain itu, hal ini juga dilakukan demi meningkatkan kapasitas
produksi dan daya saing. Meski berdampak pada defisit yang ditutup melalui
pembiayaan anggaran, kebijakan defisit diarahkan agar tetap sehat dan
berkesinambungan. Rasio utang juga terhadap PDB dijaga agar tetap
terkendali. Defisit Indonesia relatif lebih rendah dibandingkan negara lain.
Tidak hanya itu, pembiayaan melalui utang dimanfaatkkan terutama untuk
kegiatan produktif dan diarahkan untuk mengoptimalkan pembiayaan yang
kreatif dan inovatif bagi UMKM.

G. Analisis APBN 2018

Tahun 2018 merupakan tahun keempat dari pelaksanaan program


pembangunan Kabinet Kerja dalam mencapai sasaran-sasaran pembangunan guna
mewujudkan kemakmuran dan keadilan sosial bagi rakyat Indonesia. Pemerintah
merespon tahun 2018 ini melalui penetapan tema kebijakan fiskal yakni
“Pemantapan Pengelolaan Fiskal untuk Mengakselerasi Pertumbuhan yang
Berkeadilan”.

Tiga strategi fiskal pada tahun 2018:

1. Optimalisasi pendapatan negara dengan tetap menjaga iklim investasi;


2. Efisiensi belanja dan peningkatan belanja produktif untuk mendukung program
prioritas;

18
3. Mendorong pembiayaan yang efisien, inovatif, dan berkelanjutan.
1. Asumsi Dasar Ekonomi Makro 2018

APBN tahun 2018 disusun dengan mempertimbangkan dinamika


perekonomian global maupun domestik, yang tercermin dari asumsi dasar
ekonomi makro sebagai berikut.

a. Pertumbuhan ekonomi diperkirakan mencapai 5,4 persen;


b. Inflasi dapat terkendali dalam kisaran 3,5 persen;
c. Nilai tukar Rupiah terhadap dolar Amerika Serikat diperkirakan berada pada
Rp13.400 per dolar Amerika Serikat;
d. Tingkat suku bunga SPN 3 bulan sebesar 5,2 persen
e. Indonesia Crude Price (ICP) diperkirakan rata-rata mencapai USD48,0 per
barel;
f. Lifting minyak dan gas bumi tahun 2018 diperkirakan masing-masing
mencapai 800 ribu barel per hari  dan 1.200 ribu barel setara minyak per
hari.

Besaran indikator ekonomi makro tersebut dipengaruhi oleh berbagai


faktor baik dari luar (global) maupun dalam negeri (domestik). Pengaruh faktor
global diantaranya harga komoditas yang masih lemah, perdagangan dunia
meningkat namun masih dibayangi isu proteksionisme dan perlambatan tingkat
permintaan dari Tiongkok, Uni Eropa dan Jepang, serta ketegangan geo politik
di Timur Tengah dan Asia.

Pengaruh dari faktor domestik, yaitu tingkat kepercayaan dan daya beli
masyarakat, keyakinan pelaku usaha, peningkatan peran swasta melalui kredit
investasi dan investasi langsung, perbaikan neraca pembayaran serta penguatan
cadangan devisa.

2. Pokok-pokok Kebijakan APBN Tahun 2018


a. Pendapatan Negara

19
Dalam postur APBN 2018, pendapatan negara diproyeksikan sebesar
Rp1.894,7 triliun. Jumlah ini berasal dari penerimaan perpajakan sebesar
Rp1.618,1 triliun, Penerimaan Negara Bukan Pajak sebesar Rp275,4
triliun dan Hibah sebesar Rp1,2 triliun.

Untuk mencapai target tersebut, Pemerintah akan melakukan


berbagai upaya penguatan reformasi di bidang perpajakan serta
Kepabeanan dan Cukai, antara lain melalui:

1) Dukungan Automatic Exchange of Information (AEoI) agar dapat


meningkatkan basis pajak serta mencegah praktik penghindaran pajak
dan erosi perpajakan;
2) Penguatan data dan Sistem Informasi Perpajakan agar lebih up to date
dan terintegrasi, melalui e-filing, e-form dan e-faktur; 
3) Membangun kepatuhan dan kesadaran pajak (sustainable compliance); 
4) Perbaikan kemudahan dan percepatan pelayanan di pelabuhan dan
bandara serta, penegakan pemberantasan penyelundupan.

Sedangkan di bidang PNBP, pencapaian target didukung dengan


langkah efisiensi dan efektivitas pengelolaan sumber daya alam,
peningkatan kinerja BUMN, perbaikan regulasi PNBP serta perbaikan
pengelolaan PNBP di Kementerian/Lembaga.

b. Belanja Negara

Belanja negara dalam APBN 2018, pemerintah dan DPR RI


menyepakati belanja sebesar Rp2.220,7 triliun. Besaran ini meliputi
belanja pemerintah pusat sebesar Rp1.454,5 triliun, serta transfer ke
daerah dan dana desa sebesar Rp766,2 triliun.

Sementara itu, transfer ke daerah dan dana desa dalam APBN 2018
dialokasikan sebesar Rp766,2 triliun. Alokasi ini diarahkan untuk
meningkatkan pemerataan kemampuan keuangan antardaerah,

20
meningkatkan kualitas dan mengurangi ketimpangan layanan publik
antardaerah, serta mendukung upaya percepatan pengentasan kemiskinan
di daerah.

Adapun kebijakan dan output yang menjadi sasaran alokasi transfer


ke daerah dan dana desa sebagai berikut:

1) DAU diarahkan untuk mengurangi ketimpangan kemampuan antar


daerah dengan sasaran membaiknya indeks pemerataan menjadi
0,5947.
2) DAK Fisik diarahkan untuk mengejar ketertinggalan infrastruktur
layanan publik dengan sasaran antara lain sarana dan prasarana
puskesmas 15,7 Ribu unit, irigasi 51 Ribu ha, rehabilitasi jaringan
irigasi 771,9 Ribu ha, stimulan pembangunan perumahan baru 225,8
Ribu rumah tangga.
3) DAK non fisik diarahkan untuk mengurangi beban masyarakat
terhadap layanan publik dengan sasaran BOS 47,4 Juta siswa,
tunjangan profesi guru (TPG) 1,2 Juta guru, dan bantuan operasional
kesehatan (BOK) 9.785 puskesmas.
4) Dana Desa diarahkan untuk pengentasan kemiskinan melalui
penurunan porsi alokasi yang dibagi merata dan peningkatan alokasi
formula, pemberian bobot yang lebih besar kepada jumlah penduduk
miskin dan afirmasi kepada daerah tertinggal dan sangat tertinggal
dengan jumlah penduduk miskin tinggi, dengan alokasi per desa rata
rata Rp1,15 Miliar untuk 74.958 desa.
c. Pengelolaan Pembiayaan

Berdasarkan perkiraan pendapatan negara dan rencana belanja


negara, maka defisit anggaran pada APBN tahun 2018 diperkirakan
mencapai Rp325,9 triliun (2,19 persen PDB). Besaran ini lebih rendah
dibandingkan outlook APBN Perubahan tahun 2017 sebesar 2,67%

21
terhadap PDB. Keseimbangan primer juga turun menjadi negatif Rp87,3
triliun dari outlook tahun 2017 sebesar negatif Rp144,3 triliun.

Defisit anggaran tersebut akan ditutup dengan sumber-sumber


pembiayaan anggaran yang mengacu pada kebijakan untuk
mengendalikan rasio utang terhadap PDB dalam batas aman dan efisiensi
pembiayaan anggaran agar tercapai fiscal sustainability. Selain itu,
pembiayaan anggaran tahun 2018 juga diarahkan untuk pembiayaan
investasi dalam rangka mendukung pembangunan infrastruktur, perbaikan
kualitas pendidikan, dan UMKM.

H. Analisis APBN 2019

Tema besar APBN Tahun Anggaran 2019 adalah “Adil, Sehat, dan


Mandiri”. Sehat artinya APBN memiliki defisit yang semakin rendah dan
keseimbangan primer menuju positif. Adil karena APBN digunakan sebagai
instrumen kebijakan meraih keadilan, menurunkan tingkat kemiskinan,
menciptakan lapangan kerja, dan mengatasi disparitas antarkelompok pendapatan
dan antarwilayah.

Dari sisi kemandirian APBN Tahun Anggaran 2019 dapat dilihat dari


penerimaan perpajakan yang tumbuh signifikan sehingga memberikan kontribusi
dominan terhadap pendapatan negara serta mengurangi kebutuhan pembiayaan
yang bersumber dari utang. Dengan APBN yang Sehat, Adil dan Mandiri
diharapkan kebijakan fiskal akan mampu merespon dinamika volatilitas global,
menjawab tantangan dan mendukung pencapaian target-target pembangunan
secara optimal.

I. Realisasi APBN 2017, 2018 dan 2019


1. Realisasi Pra-APBN KITA 2017

22
23
24
25
2. Realisasi APBN KITA 2017-2018

26
3. Realisasi APBN KITA 2018-2019

27
PENUTUP
A. Kesimpulan
APBN adalah hasil dari perencanaan yang berupa daftar bermacam-macam
kegiatan terpadu, baik yang menyangkut penerimaan maupun pengeluarannya
yang dinyatakan dalam satuan uang dalam jangka waktu tertentu, biasanya adalah
satu tahun.
Menurut pasal 23 ayat (1) UUD 1945, menyebutkan bahwa, Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) adalah perwujudan dari pengelolaan
keuangan Negara, ditetapkan setiap tahun menurut UU dan dilaksanakan secara
terbuka dan bertanggung jawab sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyat.
APBN dan pertumbuhan ekonomi merupakan dua hal yang tidak bias
dipisahkan. Alokasi dana yang terdapat dalam APBN digunakan untuk
pambangunan. Dengan adanya pembangunan ekonomi, akan terciptanya
pertumbuhan ekonomi.
Dari analisis data APBN tahun ke tahun mengalami peningkatan, baik dari
segi pendapatan maupun pengeluaran belanja Negara.

28
DAFTAR PUSTAKA

Kementrian Keuangan. APBN KITA (Kinerja dan Fakta). Desember 2017


Kementrian Keuangan. APBN KITA (Kinerja dan Fakta). Desember 2018
Kementrian Keuangan. APBN KITA (Kinerja dan Fakta). Mei 2019
Mangkoesoebroto, Guritno. Ekonomi Publik. BPFE-YOGYAKARTA. 1999
Nisa Putri Bagaswati. 2014. Kebijakan Pembiayaan Defisit Pemerintah Dan
Pengaruhnya Bagi Perekonomian Indonesia. Makalah
Noor, Henry Faizal. Ekonomi Publik Ekonomi Untuk Kesejahteraan Rakyat.
Akademia Permata. 2013

29

Anda mungkin juga menyukai