ADMINISTRASI PEMBANGUNAN
TOPIK 1 Pemahaman Konsep
OLEH :
ADMINISTRASI NEGARA
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS RIAU
PEKANBARU
2016
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberi
nikmat dan kasih sayangNya kepada kami karena dengan izinNya lah kami dapat menyelesaikan
tugas yang diberikan oleh dosen mata kuliah Administrasi Pembangunan.
Makalah yang telah kami susun ini masih banyak kekurangan baik secara sistematika
penulisan, bahasa, dan penyusunannya. Oleh karena itu, kami memohon saran serta pendapat
yang dapat membuat kami menjadi lebih baik dalam melaksanakan tugas di lain waktu. Mudah-
mudahan makalah yang saya buat menjadi bermanfaat bagi kami khususnya dan umumnya bagi
pembaca.
Penyusun
Teori pembangunan dalam ilmu sosial dapat dibagi ke dalam dua paradigma besar,
modernisasi dan ketergantungan (Lewwellen 1995, Larrin 1994, Kiely 1995 dalam Tikson,
2005). Paradigma modernisasi mencakup teori-teori makro tentang pertumbuhan ekonomi
dan perubahan sosial dan teori-teori mikro tentang nilai-nilai individu yang menunjang
proses perubahan. Paradigma ketergantungan mencakup teori-teori keterbelakangan (under-
development) ketergantungan (dependent development) dan sistem dunia (world system
theory) sesuai dengan klassifikasi Larrain (1994). Sedangkan Tikson (2005) membaginya
kedalam tiga klassifikasi teori pembangunan, yaitu modernisasi, keterbelakangan dan
ketergantungan. Dari berbagai paradigma tersebut itulah kemudian muncul berbagai versi
tentang pengertian pembangunan.
Pengertian pembangunan mungkin menjadi hal yang paling menarik untuk
diperdebatkan. Mungkin saja tidak ada satu disiplin ilmu yang paling tepat mengartikan
kata pembangunan. Sejauh ini serangkaian pemikiran tentang pembangunan telah ber-
kembang, mulai dari perspektif sosiologi klasik (Durkheim, Weber, dan Marx), pandangan
Marxis, modernisasi oleh Rostow, strukturalisme bersama modernisasi memperkaya ulasan
pendahuluan pembangunan sosial, hingga pembangunan berkelanjutan. Namun, ada tema-
tema pokok yang menjadi pesan di dalamnya. Dalam hal ini, pembangunan dapat diartikan
sebagai `suatu upaya terkoordinasi untuk menciptakan alternatif yang lebih banyak secara
sah kepada setiap warga negara untuk memenuhi dan mencapai aspirasinya yang paling
manusiawi (Nugroho dan Rochmin Dahuri, 2004). Tema pertama adalah koordinasi, yang
berimplikasi pada perlunya suatu kegiatan perencanaan seperti yang telah dibahas
sebelumnya. Tema kedua adalah terciptanya alternatif yang lebih banyak secara sah. Hal ini
dapat diartikan bahwa pembangunan hendaknya berorientasi kepada keberagaman dalam
seluruh aspek kehidupan. Ada pun mekanismenya menuntut kepada terciptanya
kelembagaan dan hukum yang terpercaya yang mampu berperan secara efisien, transparan,
dan adil. Tema ketiga mencapai aspirasi yang paling manusiawi, yang berarti pembangunan
harus berorientasi kepada pemecahan masalah dan pembinaan nilai-nilai moral dan etika
umat.
Mengenai pengertian pembangunan, para ahli memberikan definisi yang bermacam-
macam seperti halnya perencanaan. Istilah pembangunan bisa saja diartikan berbeda oleh
satu orang dengan orang lain, daerah yang satu dengan daerah lainnya, Negara satu dengan
Negara lain. Namun secara umum ada suatu kesepakatan bahwa pembangunan merupakan
proses untuk melakukan perubahan (Riyadi dan Deddy Supriyadi Bratakusumah, 2005).
Siagian (1994) memberikan pengertian tentang pembangunan sebagai Suatu usaha
atau rangkaian usaha pertumbuhan dan perubahan yang berencana dan dilakukan secara sadar
oleh suatu bangsa, negara dan pemerintah, menuju modernitas dalam rangka pembinaan
bangsa (nation building). Sedangkan Ginanjar Kartasasmita (1994) memberikan pengertian
yang lebih sederhana, yaitu sebagai suatu proses perubahan ke arah yang lebih baik melalui
upaya yang dilakukan secara terencana.
Pada awal pemikiran tentang pembangunan sering ditemukan adanya pemikiran yang
mengidentikan pembangunan dengan perkembangan, pembangunan dengan modernisasi dan
industrialisasi, bahkan pembangunan dengan westernisasi. Seluruh pemikiran ter sebut
didasarkan pada aspek perubahan, di mana pembangunan, perkembangan, dan modernisasi
serta industrialisasi, secara keseluruhan mengandung unsur perubahan. Namun begitu,
keempat hal tersebut mempunyai perbedaan yang cukup prinsipil, karena masing-masing
mempunyai latar belakang, azas dan hakikat yang berbeda serta prinsip kontinuitas yang
berbeda pula, meskipun semuanya merupakan bentuk yang merefleksikan perubahan (Riyadi
dan Deddy Supriyadi Bratakusumah, 2005).
Pembangunan (development) adalah proses perubahan yang mencakup seluruh system
sosial, seperti politik, ekonomi, infrastruktur, pertahanan, pendidikan dan teknologi,
kelembagaan, dan budaya (Alexander 1994). Portes (1976) mendefenisiskan pembangunan
sebagai transformasi ekonomi, sosial dan budaya. Pembangunan adalah proses perubahan
yang direncanakan untuk memperbaiki berbagai aspek kehidupan masyarakat.
Menurut Deddy T. Tikson (2005) bahwa pembangunan nasional dapat pula diartikan
sebagai transformasi ekonomi, sosial dan budaya secara sengaja melalui kebijakan dan
strategi menuju arah yang diinginkan. Transformasi dalam struktur ekonomi, misalnya, dapat
dilihat melalui peningkatan atau pertumbuhan produksi yang cepat di sektor industri dan jasa,
sehingga kontribusinya terhadap pendapatan nasional semakin besar. Sebaliknya, kontribusi
sektor pertanian akan menjadi semakin kecil dan berbanding terbalik dengan pertumbuhan
industrialisasi dan modernisasi ekonomi. Transformasi sosial dapat dilihat melalui
pendistribusian kemakmuran melalui pemerataan memperoleh akses terhadap sumber daya
sosial-ekonomi, seperti pendidikan, kesehatan, perumahan, air bersih,fasilitas rekreasi, dan
partisipasi dalam proses pembuatan keputusan politik. Sedangkan transformasi budaya sering
dikaitkan, antara lain, dengan bangkitnya semangat kebangsaan dan nasionalisme, disamping
adanya perubahan nilai dan norma yang dianut masyarakat, seperti perubahan dan
spiritualisme ke materialisme/sekularisme. Pergeseran dari penilaian yang tinggi kepada
penguasaan materi, dari kelembagaan tradisional menjadi organisasi modern dan rasional.
Dengan demikian, proses pembangunan terjadi di semua aspek kehidupan masyarakat,
ekonomi, sosial, budaya, politik, yang berlangsung pada level makro (nasional) dan mikro
(commuinity/group). Makna penting dari pembangunan adalah adanya kemajuan/perbaikan
(progress), pertumbuhan dan diversifikasi.
Sebagaimana dikemukakan oleh para para ahli di atas, pembangunan adalah sumua
proses perubahan yang dilakukan melalui upaya-upaya secara sadar dan terencana.
Sedangkan perkembangan adalah proses perubahan yang terjadi secara alami sebagai dampak
dari adanya pembangunan (Riyadi dan Deddy Supriyadi Bratakusumah, 2005).
Dengan semakin meningkatnya kompleksitas kehidupan masyarakat yang
menyangkut berbagai aspek, pemikiran tentang modernisasi pun tidak lagi hanya mencakup
bidang ekonomi dan industri, melainkan telah merambah ke seluruh aspek yang dapat
mempengaruhi kehidupan masyarakat. Oleh karena itu, modernisasi diartikan sebagai proses
trasformasi dan perubahan dalam masyarakat yang meliputi segala aspeknya, baik ekonomi,
industri, sosial, budaya, dan sebagainya.
Oleh karena dalam proses modernisasi itu terjadi suatu proses perubahan yang
mengarah pada perbaikan, para ahli manajemen pembangunan menganggapnya sebagai suatu
proses pembangunan di mana terjadi proses perubahan dari kehidupan tradisional menjadi
modern, yang pada awal mulanya ditandai dengan adanya penggunaan alat-alat modern,
menggantikan alat-alat yang tradisional.
Selanjutnya seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan, termasuk ilmu-ilmu
sosial, para Ahli manajemen pembangunan terus berupaya untuk menggali konsep-konsep
pembangunan secara ilmiah. Secara sederhana pembangunan sering diartikan seba gai suatu
upaya untuk melakukan perubahan menjadi lebih baik. Karena perubahan yang dimaksud
adalah menuju arah peningkatan dari keadaan semula, tidak jarang pula ada yang
mengasumsikan bahwa pembangunan adalah juga pertumbuhan. Seiring dengan
perkembangannya hingga saat ini belum ditemukan adanya suatu kesepakatan yang dapat
menolak asumsi tersebut. Akan tetapi untuk dapat membedakan keduanya tanpa harus memisah-
kan secara tegas batasannya, Siagian (1983) dalam bukunya Administrasi Pembangunan
mengemukakan, Pembangunan sebagai suatu perubahan, mewujudkan suatu kondisi kehidupan
bernegara dan bermasyarakat yang lebih baik dari kondisi sekarang, sedangkan pembangunan
sebagai suatu pertumbuhan menunjukkan kemampuan suatu kelompok untuk terus berkembang,
baik secara kualitatif maupun kuantitatif dan merupakan sesuatu yang mutlak harus terjadi dalam
pembangunan.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa pada dasarnya pembangunan tidak dapat
dipisahkan dari pertumbuhan, dalam arti bahwa pembangunan dapat menyebabkan terjadinya
pertumbuhan dan pertumbuhan akan terjadi sebagai akibat adanya pembangunan. Dalam hal ini
pertumbuhan dapat berupa pengembangan/perluasan (expansion) atau peningkatan
(improvement) dari aktivitas yang dilakukan oleh suatu komunitas masyarakat.
Pada hakekatnya, pengertian pembangunan secara umum pada hakekatnya adalah proses
perubahan yang terus menerus untuk menuju keadaan yang lebih baik berdasarkan norma-norma
tertentu. Mengenai pengertian pembangunan, para ahli memberikan definisi yang bermacam-
macam seperti halnya perencanaan. Istilah pembangunan bisa saja diartikan berbeda oleh satu
orang dengan orang lain, daerah yang satu dengan daerah lainnya, Negara satu dengan Negara
lain. Namun secara umum ada suatu kesepakatan bahwa pembangunan merupakan proses untuk
melakukan perubahan (Riyadi dan Deddy Supriyadi Bratakusumah, 2005).
Pengertian Pembangunan menurut Rogers adalah suatu proses perubahan sosial dengan
partisipatori yang luas dalam suatu masyarakat yang dimaksudkan untuk kemajuan sosial dan
material (termasuk bertambah besarnya kebebasan, keadilan dan kualitas lainnya yang dihargai)
untuk mayoritas rakyat melalui kontrol yang lebih besar yang mereka peroleh terhadap
lingkungan mereka.
Menurut Inayatullah, Pengertian Pembangunan ialah perubahan menuju pola-pola
masyarakat yang memungkinkan realisasi yang lebih baik dari nilai-nilai kemanusiaan yang
memungkinkan suatu masyarakat mempunyai kontrol yang lebih besar terhadap lingkungan dan
terhadap tujuan politiknya, dan yang memungkinkan pada warganya memperoleh kontrol yang
lebih terhadap diri mereka sendiri.
Shoemaker mengungkapkan Pengertian Pembangunan merupakan suatu jenis perubahan
sosial dimana ide-ide baru diperkenalkan kepada suatu sistem sosial untuk menghasilkan
pendapatan perkapita dan tingkat kehidupan yang lebih tinggi melalui metode produksi yang
lebih modernisasi pada tingkat sistem sosial.
Pendapat Kleinjans mengenai definisi dari Pengertian Pembangunan yaitu suatu proses
pencapaian pengetahuan dan keterampilan baru, perluasan wawasan manusia, tumbuhnya suatu
kesadaran baru, meningkatnya semangat kemanusiaan dan suntikan kepercayaan diri.
Dari pengertian pembangunan yang diungkapkan para pakar di atas, dapat disimpulkan bahwa
Pengertian Pembangunan adalah suatu proses perubahan ke arah yang lebih baik dalam
lingkungan masyarakat.
OBJEK-OBJEK PEMBANGUNAN
PEMBANGUNAN DALAM BIDANG EKONOMI
Dan salah satu tolok ukur bagi pembangunan dan pertumbuhan ekonomi yang cukup
tinggi adalah dengan meningkatnya pendapat per kapita. Pertumbuhan ekonomi suatu negara
dipengaruhi oleh beberapa faktor, di antaranya sebagai berikut.
Tanah dan kekayaan alam lainnya kekayaan alam yang dimaksud adalah kekayaan alam
yang meliputi luas dan kesuburan tanah, keadaan iklim dan cuaca, jumlah dan jenis hasil hutan
dan hasil laut yang dapat diperoleh, dan jumlah dan jenis kekayaan bahan tambang yang dimiliki
akan dapat meningkatkan perkembangan bangsa, dan perlu segera dieksploitasi atau diusahakan
guna pemanfaatan bagi masyarakat.
Barang modal dan tingkat teknologi barang modal sangat berperan dalam kegiatan ekonomi,
yaitu digunakan sebagai dorongan untuk mengadakan investasi atau peningkatan penanaman
modal. Pada saat ini, pertumbuhan ekonomi dunia telah mencapai tingkat yang tinggi, untuk itu
tidak hanya barang modal saja yang ditingkatkan, tetapi juga tingkat teknologi modern sehingga
dapat mewujudkan kemajuan ekonomi suatu Negara.
Sistem sosial dan sikap masyarakat memegang peranan yang penting dalam peningkatan
pertumbuhan ekonomi, maksudnya masyarakat yang berpikiran modern bersifat lebih terbuka
terhadap perubahan akibat pembangunan ekonomi. Sebaliknya, masyarakat yang belum
berpikiran maju dapat sebagai penghambat yang serius dalam pembangunan dan pertumbuhan
ekonomi.
Adam Smith mengemukakan bahwa spesialisasi dalam produksi dibatasi oleh luas pasar,
dan keterbatasan luas pasar akan memengaruhi atau membatasi pertumbuhan ekonomi suatu
negara. Apabila luas pasar terbatas, tidak terdapat dorongan para pengusaha untuk menggunakan
teknologi modern yang tingkat produktivitasnya sangat tinggi. Oleh karena itu, tingkat
produktivitas dan pendapatan para pekerja tetap rendah, sehingga membatasi luas pasar.
Pertumbuhan ekonomi yang tinggi sangat diperlukan oleh suatu negara karena merupakan
sasaran utama guna mendukung pembangunan di bidang lain sekaligus sebagai kekuatan utama
pembangunan guna mewujudkan pemerataan pembangunan dan hasil-hasilnya. Dalam analisis
makro ekonomi, tingkat pertumbuhan ekonomi yang dicapai suatu negara diukur dari
perkembangan pendapatan nasional riil suatu negara.
Perkembangan Ekonomi
Perkembangan ekonomi di beberapa negara ada yang berlangsung dengan cepat, tetapi
ada juga yang lambat. Hal ini disebabkan oleh adanya kestabilan politik, kebijakan ekonomi
pemerintah, kekayaan alam yang dimiliki, jumlah tenaga kerja, dan tersedianya wirausaha yang
tangguh serta mampu untuk mengembangkan teknologi modern.
c. Pertanian Tradisional
Kekurangan modal, pengetahuan, infrastruktur pertanian, dan aplikasi teknologi modern dalam
kegiatan pertanian menyebabkan sektor ini mempunyai produktivitas rendah dan mengakibatkan
pendapatan para petani berada pada tingkat subsisten (hidupnya secara pas-pasan).
Produktivitas yang rendah berarti kemampuan berproduksi para tenaga kerja di berbagai
pekerjaan sangat rendah.
Pada umumnya, di negara berkembang masih memerlukan modal dan investasi untuk
meningkatkan kegiatan ekonomi dan kekurangan tenaga ahli di segala bidang membuat
pembangunan ekonomi kurang berjalan dengan lancar.
Semakin besar pertambahan penduduk suatu negara, semakin besar pula jumlah tenaga kerja
baru yang akan memasuki angkatan kerja, sehingga memengaruhi kesempatan kerja dan
pengangguran.
Indikator Keberhasilan Pembangunan Dalam Bidang Politik Sebagai Acuan dari Keberhasilan
Pembangunan Dalam Bidang Lainnya.
Jika kita bicara mengenai politik dalam keberhasilan pembangunan, mungkin kita akan
menyangkutpautkan dengan kebijakan-kebijakan yang telah direncanakan oleh pemerintah dan
penerapannya di dalam masyarakat yang dapat memenuhi indikator keberhasilan pembangunan
dalam bidang politik. Sebenarnya , indikator keberhasilan pembangunan jika dilihat dari bidang
politik merupakan titik acuan keberhasilan pembangunan dalam bidang bidang lainnya. Seperti
Indikator keberhasilan pembangunan dalam bidang ekonomi , Indikator keberhasilan
pembangunan dalam bidang pendidikan, indikator keberhasilan pembangunan dalam bidang
kesehatan , indikator keberhasilan pembangunan dalam bidang sosial dan budaya dan indikator
keberhasilan pembangunan dalam bidang hukum.
Yang ketiga adalah keterlibatan pemerintah dalam bidang kesehatan. Dalam hal ini ,
pemerintah membuat program SJSN ( Sistem Jaminan Sosial Nasional ). Program tersebut
merupakan suatu program pemerintah dengan tujuan memberikan kepastian jaminan kesehatan
yang menyeluruh bagi setiap rakyat Indonesia agar penduduk Indonesia dapat hidup sehat,
produktif dan sejahtera.
Program-program pemerintah di atas merupakan beberapa contoh keterlibatan pemerintah
dalam menciptakan keberhasilan pembangunan di Indonesia. Namun dalam pelaksanaannya
mungkin masih banyak terdapat hambatan-hambatan sehingga tujuan dari suatu program belum
terlaksana semuanya. Dalam hal ini, Indikator keberhasilan pembangunan dalam bidang politik
dalam pelaksanaannya perlu ditingkatkan lagi agar keberhasilan yang diraih dapat menjadi acuan
bangsa Indonesia untuk menjadi negara yang maju dan lebih baik lagi. Semoga dalam
kepemimpinan Presiden selanjutnya dapat lebih menciptakan keberhasilan dalam pembangunan
dalam segala bidang di Indonesia.
1. Golongan tradisionalis
Ciri pokok dari golongan ini yaitu sebgai berikut:
Mereka cenderung menolak proses modernisasi karena adanya persepsi bahwa
modernisasi identik dengan westernisasi.
Ciri kedua dari golongan tradisonalis menyangkut orientasi waktu, yaitu berorientasi ke
masalalu.
Ciri yang ketiga yaitu, karena tingkat pendidikan yang pada umumnya masih rendah dan
mungkin pula karena pengalaman dimasa penjajahan, kelompok ini sering menampilkan
sikap rendah diri terutama bila berhadapan dengan bangsa lain yang lebih maju, terutama
orang-orang barat.
Ciri keempat golongan tradisionalis ialah adanya stratifikasi sosial diterima sebagai suatu
hal yang wajar.
Kecenderungan kuat menolak perubahan.
Ikatan kekeluargaan yang masih sangat kuat.
2. Golongan modernis
Pada umumnya para anggota masyarakat yang termasuk golongan ini ialah mereka yang
telah memperoleh pendidikan, terutama pendidikan tinggi, baik didalam maupun diluar negeri.
Kedudukan mereka dalam masyarakat biasanya adalah selaku tenaga professional , termasuk
jabatan manajerial tingkat madya.
Ciri pokok golongan ini antaralain :
Memiliki wawasan luas yang menyangkut tata kehidupan modern.
Ciri kedua dari golongan ini ialah orientasi waktunya, yaitu masa depan.
Kesediaan memainkan peranan selaku pelopor dalam kehidupan bermasyarakat,
berbangsa, dan bernegara.
Ciri keempat, bahwa kelompok modernis sering diliputi oleh perasaan ketidaksabaran,
bukan hanya dalam menilai situasi dalam masyarakat akan tetapi juga dalam
menjalankan kepeloporannya.
Meskipun para modernis tidak luput dari kelemahan, kiranya dapat
dipertanggungjawabkan secara ilmiah apabila dikatakan bahwa salah satu sasaran pembangunan
sosial budaya ialah memperbanyak jumlah anggota masyarakat modernis.
3. Golongan ambivalen
Sesungguhnya keberadaan golongan ini tidak diinginkan dalam suatu masyarakat.
Dikatakan demikian karena keseluruhan cirri-cirinya menunjukkan sifat yang oportunistik dan
bahkan menjadi parasit di masyarakat. Tindakannya salalu didasarkan pada untung rugi bagi diri
sendiri. Tiga ciri yang sangat menonjol ialah sabagai berikut :
Orientasi waktu kelompok ini adalah masa sekarang.
Bagi kelompok ini tampaknya berlaku rumus bahwa suatu perubahan yang dipelopori
oleh pihak lain, seperti kaum modernis misalnya, hanya akan diterima apabila
dipersepsikan bahwa perubahan akan gemerincing dikantongnya.
ciri ketiga ialah, cepatnya mereka berganti warna dari warna lama yang tidak
menguntungkan menjadi warna yang lebih menjamin kenikmatan sekarang.
a) Pendidikan formal
Pendidikan formal berlangsung secara berjenjang mulai dari taman kanak-kanak hingga
pendidikan tinggi. Para pakar pendidikan mengatakan bahwa pendidikan formal biasanya
berlangsung disekolah dan sasaran utamanya adalah mengalihkan pengetahuan dari pendidik
kepada anak didik. Tetapi banyak aspek lain yang perlu pula ditanagani melalui pendidikan
formal, seperti aspek moral, aspek etika, hak dan tanggungjawab sebagai warga negara yang
baik, cara berpikir secara rasional, kebneranian mengambil resiko, ketegasan dalam mengambil
keputusan, dan lain sebagainya. Pengetahuan yang diperoleh melalui pendidikan formal pada
akhirnya harus diabdikan demi kepentingan kemajuan bangsa dan Negara. Olehkarena itu
keseluruhan kegiatan pendidikan formal, baik dalam arti kegiatan kurikuler maupun
ekstrakulikuler sesungguhnya harus dikaitkan dengan kebutuhan nasional akan sumber daya
manusia yang memenuhi tuntutan pembangunan nasional dengan segala bidang, aspek, dan
sektornya. Dengan perkataan lain, pendidikan lebih dari sekedar pengajaran meskipun
pengajaran merupakan bagian penting dari pendidikan. Keberhasilan kegiatan pendidikan
memerlukan dukungan perangkat keras dan perangkat lunak seperti kurikulum yang tepat, proes
kegiatan belajar mengajar yang efektif, sarana dan prasarana yang memadai, termasuk peralatan
laboratorium, penggunaan teknik-teknik mengajar yang memepermudah pengaliahn
pengetahuan, dan yang terpenting adalah tersedianya tenaga yang betul-betul menguasai bidang
yang diajarkannya.
1. Pembangunan Hukum
Pembangunan hukum berarti membangun suatu tata hukum, beserta perangkat yang
berkaitan dengan tegaknya kehidupan tata hukum tersebut. Suatu tata hukum berarti seperangkat
hukum tertulis (pada umumnya) yang dilengkapi dengan hukum tidak tertulis sehingga
membentuk suatu sistem hukum yang bulat dan berlaku pada suatu tempat tertentu.
Sedangkan berlaku pada suatu saat dan tempat tertentu berarti bergantung pada suatu
kelompok orang dan pandangan hidup yang mengikatnya didalam kurun waktu tertentu. Oleh
karena itu membangun hukum di Indonesia pada sekarang maupun dimasa yang akan datang,
bukanlah sekedar berdasarkan teori hukum yang universal dan canggih, melaikan sangat
dipengaruhi oleh pandangam hidup kelompok (yang nyata), sehingga diperoleh suatu hukum
yang hidup dalam arti sesuai dengan aspirasi masyarakat sehingga tidak membutuhkan yuristen
recht
Hal ini pula yang menyebabkan adanya perbedaan antara hukum pada suatu bangsa dan
pada bangsa lain, atau antara suatu kurun waktu dengan kurun waktu berikutnya pada suatu
bangsa yang sama, sehingga di kenal pula adanya perbedaan antarahukum positif (ius
contitutum) yang berlaku sekarang dan hukum yang di harapakan berlaku dimasa yang akan
datang (ius constituendum). Alasan singkat ini akan terutama memasalah ius constituendum
dengan berangkal pada ius constitutum. Dengan demikian pembangunan hukum di Indonesia
akan sangat tergantung pada pandangan hidup bangsa Indonesia yang selanjutnya akan
menentukan rambu-rambu filsafati di dalam membentuk hukum tersebut.
Rambu-rambu filsafati ini antara lain dapat mengenai, makna hukum itu sendiri sebagai alat,
apa yang seyogyanya menjadi isi daripada hukum, bagaimana prinsip operasional dalam
membangun hukum, dan bagaimana masalah teknis hukum yang sedikit banyak di pengaruhi
pula oleh pandangan hidup bangsa1[1].
1
Apabila hal ini kita telusuri dalam hukum dasar kita yaitu UUD 1945, maka kita
memperoleh suatu petunjuk bahwa: Undang-Undang Dasar 1945, sebagai hukum dasar berisi
instruksi untuk menyelenggarakan kehidupan negara dan kesejahteraan sosial2[2]
Ini berarti bahwa hukum adalah alat untuk ketertiban kehidupan negara dan sekaligus alat untuk
mendapat kesejahteraan sosial. Dengan demikian dapat kita katakan bahwa hukum adalah alat
untuk mendapat ketertiban dan alat untuk mencapai kesejahteraan sosial, menurut anggapan
bangsa Indonesia.
Jadi bukan semata-mata untuk keamanan dan ketertiban masyarakat (Kamtibmas)
melainkan juga untuk mengukuhkan dan merekayasa kesejahteraan sosial. Hukum adalah alat
untuk tertib dan adil sejaterah dengan ungkapan lama aman tentram kartaraharja.
Selanjutnya kita ketahui apakah yang merupakan sumber hukum menurut bangsa
Indonesia. Di dalam Penjelasan UUD 1945 pun dijelaskan bahwa: pokok-pokok pikiran yang
terkandung di dalam Pembukaan, membentuk cita-cita hukum (Rechtsidee) yang mengusai
hukum dasar tertulis dan tidak tertulis. Sedangka pokok pikiran yang terkandung di dalam
Pembukaan UUD 1945 yang terutama, ialah Pancasila.
Dengan demikian jelas bahwa Pancasila adalah sumber daripada segala sumber hukum
apabilah hukum dasar tertulis dan hukum dasar tidak tertulis kita anggap sebagai sumber hukum
(ursprungnorm).
Hal yang lain yang perlu kita fahami dengan erat hubungannya dengan masalah hukum
sebagai alat, ialah apakah fungsi hukum menurut bangsa Indonesia.
Di dalam pejelasan pasal 28 dan seterusnya dari pada UUD 1945, di rumuskan bahwa:
pasal-pasal, baik yang hanya mengenai warga negara maupun mengenai seluruh penduduk,
memuat hasrat bangsa Indonesia untuk membangun negara yang bersifat demokratis dan yang
hendak menyelenggarakan keadilan sosial dan perikemanusiaan.
Apakah kata-kata pasal-pasal pada permulaan kalimat kita ganti dengan kata hukum,
maka jelaslah bahwa fungsi hukum yang di dambahkan oleh bangsa Indonesia ialah: besifat
demokratis dan hendak menyelenggarakan keadilan sosial dan perikemanusiaan. Dengan satu
kata di rangkum oleh Dr. Sahardjo, fungsi hukum ilah pengayom.
Secara visual hal ini di gambarkan atau di lambangkan dengan pohon beringin
pengayom, sebagai penggati dari lambang dewi justitia yang memegang timbangan dan pedang
2
yang merupakan lambang fungsi hukum dalam cara pandang perseorangan atau
individualistik/liberal.
Di dalam uraian mengenai sumber hukum jelas pula bahwa bentuk hukum di Indonesia
dapat tertilis dan tidak tertulis. Bentuk tertulis jelas pula siapa pembentuknya yang sesuai dengan
jenisnya atau macamnya, dapat berupa undang-undang, peraturan pemerintah, ketetapan MPR
dan sebagainya sedangkan hukum tidak tertulis dapat berupa Hukum Adat dan hukum kebiasaan
lainnya.
Karena cita-cita hukum (Rechtsidee) mengenai hukum dasar tertulis dan hukum dasar
tidak tertulis (sumber hukum) maka cita-cita hukum inilah yang harus kita pakai untuk
menyaring hukum tidak tertulis maupun hukum yang tertulis yang telah ada selama ini.
Hal selanjutnya yang harus kita fahami ialah kaitan hukum suatu negara dengan warga
negaranya.
Di dalam hal ini UUD 1945, menggariskan dalam pasal 27 banhwa: segala warga negara
bersama kedudukannya di dalam hukum dan pemerintahan itu dengan tidak terkecualinya.
Di dalam hal ini maka pelaksanaan hukum ekonomi oleh lembaga-lembaga yang
melaksanakannya (eksekutif) harus berdasar atas sistem konstitusi (hukum dasar) dan tidak
bersifat absolut (kekuasaan yang tak terbatas), sedangkan penegakan hukum di laksanakan oleh
kekuasaan kehakiman lainnya berdasarkan undang-undang. Kekuasaan kehakiman ini ialah suatu
kekuasaan yang merdeka dalam arti bebas dari pengaruh kekuasaanpemerintah.
Secara ringkas dengan demikian rambu-rambu dari pada hukum sebagai alat bersifat
universal yang dapat kami sajikan ilah mengenai: arti hukum (sumber hukum), fungsi hukum
(bentuk hukum), kedudukan manusia berdasarkan hukum; pelaksanaan/ penerapan/pelayanan
hukum; penegakan hukum di pengadilan.
Kita harus memahami pilihan bangsa Indonesia mengenai hal ini, yang semuanya itu
terus di dalam psal-pasal UUD 1945.
Dengan demikina pembentukan ataupun pembangunan hukum di Indonesia akan benar-
benar sesuai dengan pandangan hidup bangsa, maupun falsafah bernegara yang mendasari dasar
negara. Secara teoretis- konstitusional maka kesemuanya pokok-pokok pilihan bangsa Indonesia
yang telah diuraikan, membentuk unsur-unsur Negara Hukum Indonesia.
3. Isi dari pada Hukum yang akan di Bentuk dalam Pembangunan Hukum
Sebagaimana telah di uraikan dalam pendahuluan, maka seyogianya kita tidak
membentuk Yuristen-Recht dalam arti hukum yang canggi sesuai perkembangan ilmu hukum
yang universal sifatnya, melainkan harus membentuk hukum yang sesuai dengan pandangan
hidup bangsa dan tingkat kecerdasan kehidupan bangsa.
Untuk memungkinkan hal ini perlu kita fahami pula bahwa suatu hukum pada hakekatnya
berisikan pilihan mengenai hal-hal yang di anggap baik bagi kemanusiaan atau nilai (termasuk
yang tidak dianggap baik atau bernilai). Dengan demikian perlu kita ketahui nilai-nilai apakah
yang harus menjadi isi daripada hukum yang sesuai dengan pandangan hidup bangsa.
Dengan perkataan lain ialah nilai-nilai apakah yang harus di tegakan dengan hukum yang
bersumber pada Pancasila. Nilai-nilai tersebut jelas mengenai pelbagai aspek kehidupan yang
universal macam-macamnya seperti misalnya: ideologi, demokrasi, ekonomi, kebudayaan, atau
hukum itu sendiri dan sebagainya.
Kita harus dapat menelusiri di dalam UUD 1945, bagaimana pilihan bangsa Indonesia
mengenai hal ini dan biasanya untuk menunjukkan bahwa itu adalah pilihan bangsa Indonesia,
maka di tambahkkan kata Pancasila atau Nasional. Misalnya Ideologi Pancasila, Demokrasi
Pancasila, Ekonomi Pancasila, Kebudayaan Nasional, Pendidikan Nasional, Kesatuan Nasional,
Hukum Nasional dan sebagainya.
Nilai-nilai mengenai hal tersebut, secara kongrit tertulis dengan tegas di dalam UUD
1945. Sebagai contoh misalnya Ideologi Pancasila, yang dapat kita katakan sebagai ide-ide dasar
yang di inginkan oleh Pancasila, atau oleh bangsa indonesia.
Ide-ide dasar ini berupa rumusan seperangkat tata nilai yang di padukan oleh pandangan
hidup bangsa. Untuk ringkasnya nilai-nilai yang ada di dalam Pembukaan UUD 1945, kita sebut
batasan dasar seperti misalnya bermasyarakat, bernegara, tujuan negara, sifat hakekat negara
(terjadinya), jadi sikap perilaku demokratis atau kerakyatan dan sebagainya.
Sedangkan nilai yang terumus dalam pasal-pasal atau batang tubuh UUD 1945, pada
hakekatnya akan membentuk tatanan- tatanan tertentu seperti tatanan ekonomi, tatanan hukum,
tatanan budaya dan sebagainya.
Setiap tatanan pada hakekatnya juga mengikuti hal-hal yang bersifat universal, namun
nilai yang di rumuskan menunjukan pilihan bangsa Indonesia mengenai hal itu.
Beberapa contoh yang dapat dikemukakan misalnya:
a) Mengeni kehidupan yang demokratis maka mengenai hal-hal yang bersifat univesal misalnya:
Kekuasaan tertinggi dalam negara; bentuk organisasi negara
Sistem perwakilan, pola hak kemanusiaan, sistem Kepala Negara
Sifat atau tipe negara; sifat atau tipe pemerintahan
Pola kelembagaan negara, cara pelestarian pandangan hidup bangsa dan unsur-unsur atau
yang ingin di capai dengan kehidupan yang demokratis, kesemuanya jelas apa yang
terjadi, pilihan bangsa Indonesia, terumus dalam UUD 1945 dalam ari luas, mulai
pembukaan, pasal-pasal dan penjelasannya.
b) Mengenai keuangan negara, juga seperti hal-hal yang universal misalnya seperti: Anggaran
Pendapatan Belanja Negara; pajak, hal mata uang, masalah keuangan negara lainnya dan
pemeriksaan keuangan negara; jelas pula pilihan bangsa Indonesia mengenai hal ini di dalam
pasal-pasal UUD 1945.
c) Juga mengenai perekonomian, hal-hal yang universal seperti sistem perekonomian (pekerjaan),
produksi (demokrasi ekonomi), bangun perusahan dan sebagainya, jelas pula pilihan nilai-nilai
bangsa Indonesia mengenai hal ini, yang perlu di kembangkan lebih lanjut oleh para pakar atau
nara sumber agar dapat menjadi isi dari pada hukum yang di bentuk.
Hal-hal yang sama dapat kita telusuri, dalam hal tatanan lainnya. Sistem
Undang-Undang Dasar kita ialah apabila belum dapat di rumuskan nilai-nilai dasarnya maka di
beri petunjuk bahwa hal tersebut harus di tentukan dengan undang-undang.
Hal ini berarti bahwa harus di tetapkan oleh wakil rakyat dan
penyelenggara di bidang pemerintahan, sesuai dengan perkembangan kecerdasan kehidupan
bangsa Indonesia, seperti misalnya tatanan berserikat, berkumpul dan mengeluarkan pendapat.
b) Dalam salah satu sektor dari pada bidang politik, yaitu sektor 3.
Rumusan tentang hukum di sektor Hukum dalam Bidang Politik, Aparatur
Pemerintah, Hukum, Penerangan dan Media Massa, Hubungan Luar Negeri inilah yang biasa
dianggap sebagai rumusan hukum di dalam GBHN, yang di kembangkan lebih lanjut di dalam
PELITA Bab 27, yang kemudian menjadi pedoman pembangunan Departemen Kehakiman,
sehingga pengertian pembangunan hukum menjadi sempit.
5. Beberapa Masalah Teknis Pembangunan Hukum
Berbica tentang pembangunan hukum tidak dapat terlepas dari masalah teknis yang harus
kita kembangkan.
Beberapa malah teknis antara lain:
a. Di bidang pembentukan hukum misalnya:
Pembangunan Hukum yang baik ialah yang berencana dan tidak tergantung semata-mata
pada selera sesaat. Dalam hal ini kita berhadapan dengan masalah program legislatif
nasional yang seyogianya jelas setiap lima tahunnya;
Pembentukan hukum harus baku dan jelas proses atau prosedur yang harus di tempuh,
dan dalam hal ini kita berhadapan dengan masalah proses legislatif nasional;
Rumusan hukum merupakan satu naskah tentu yang baku pula bentuk dan susunannya
dan dalam hal ini kita berhadapan dengan masalah teknis perundang-undangan dan bahsa
hukum.
Jumlah produk hukum yang dapat di hasilkan oleh lembaga pembentuk hukum
menetukan pula laju pembangunan hukum dan dalam hal ini kita berhadapan dengan
masalah beban legislatif nasional.
Merumuskan dalam hukum satu masalah memerlukan pengorganisasian atau
pengadministrasian yang baik. Biasanya tergantung pada macam atau jenis hukum,
apakah mengatur pokok-pokok sehingga harus luwes atau mengatur pelaksanaan yang
terperinci. Menggabungkan kedua hal dalam satu pengaturan mengakibatkan hukum
cepat usang atau menghambat perkembangan sehingga perlu deregulasi, atau
menumbuhkan satu birokrasi yang negatif.
Sesuai dengan yang talah di uraikan bahwa hukum harus sesuai dengan pandangan hidup
bangsa dan aspirasi masyarakat, maka perlu pembakuan tentang lembaga penampung
aspirasi rakyat seperti misalnya lembaga dengan pendapat umum.
Di bidang penegakan hukum masalah teknis yang terutama harus dikembangkan ialah
antara lain, misalnya yurisprudensi, kebijaknaan pelaksanaan hukum, pembinaan
lembaga-lembaga penegakan hukum dan pejabatnya, pendapat sarjana sebagai hukum
tidak tertulis dan sebagainya.
Di bidang pelayanan hukum yang terutama ialah penanaman jiwa pengabdian sehingga
tidak menumbuhkan ketertiban hukum biaya tinggi. Ringkasnya suatu perinsip pelayanan
masyarakat yang baik yang harus kita kembangkan
Di bidang pengembangan hukum menyangkut masalah tujuan hasil dan struktur
pendidikan hukum mulai yang formal dilingkungan pendidikan jabatan
Dalam bidang antar tata hukum, yang terutama masalah persetujuan rakyat atau ratifikasi
Sumber daya alam dan lingkungan hidup merupakan sumber yang penting bagi
kehidupan umat manusia dan makhluk hidup lainnya. Sumber daya alam menyediakan sesuatu
yang diperoleh dari lingkungan fisik untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan manusia,
sedangkan lingkungan merupakan tempat dalam arti luas bagi manusia dalam melakukan
aktifitasnya. Namun kali ini kita akan hanya membahas tentang hubungan lingkungan dengan
pembangunan.
Pembangunan sumber daya alam dan lingkungan hidup menjadi acuan bagi kegiatan
berbagai sektor pembangunan agar tercipta keseimbangan dan kelestarian fungsi sumber
daya alam dan lingkungan hidup sehingga keberlanjutan pembangunan tetap
terjamin. Pemanfaatan sumber daya alam seharusnya memberi kesempatan dan ruang bagi
peranserta masyarakat dalam pemeliharaan lingkungan dan pembangunan berkelanjutan.
PROGRAM-PROGRAM PEMBANGUNAN
Dengan memperhatikan tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan yang merupakan cerminan dari
prioritas kegiatan yang akan dilakukan dalam bidang pengelolaan lingkungan hidup, maka
program tersebut memiliki tujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat yang adil dan
berkelanjutan dalam kualitas lingkungan hidup yang semakin baik dan sehat
Namum dokumen RPJPD juga harus memiliki komitmen pemerintah terhadap tujuan-tujuan
pembangunan global seperti Millenium Development Goals, Sustainable Development,
pemenuhan Hak Asasi Manusia, pemenuhan air bersih dan sanitasi dsb.
b. Rencana Pembangunan Jangka Menengah daerah (RPJMD)
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah merupakan satu dokumen rencana resmi
daerah yang dipersyaratkan bagi mengarahkan pembangunan daerah dalam jangka waktu 5
(lima) tahun ke depan masa pimpinan Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah Terpilih. RPJMD
sangat terkait dengan visi dan misi Kepala Daerah Terpilih, maka dokumen RPJMD akan
mencerminkan sejauh mana kredibilitas Kepala Daerah Terpilih dalam memandu, mengarahkan,
dan memprogramkan perjalanan kepemimpinannya dan pembangunan daerahnya dalam masa 5
(lima) tahun ke depan dan mempertanggungjawabkan hasilnya kepada masyarakat pada akhir
masa kepemimpinannya.
RPJMD menjawab 3 (tiga) pertanyaan dasar: (1) kemana daerah akan diarahkan
pengembangannya dan apa yang hendak dicapai dalam 5 (lima tahun) mendatang; (2) bagaimana
mencapainya dan; (3) langkah-langkah strategis apa yang perlu dilakukan agar tujuan tercapai.
Dalam konteks ini, adalah sangat penting bagi RPJMD untuk mengklarifikasikan secara
eksplisit visi dan misi Kepala Daerah Terpilih kemudian menerjemahkan secara strategis,
sistematis, dan terpadu ke dalam tujuan, strategi, kebijakan, dan program prioritas serta tolok
ukur kinerja pencapaiannya.
PEMBANGUNAN NASIONAL
1) Ada keselarasan, keserasian, keseimbangan, dan kebulatan yang utuh dalam seluruh
kegiatan pembangunan. Pembangunan adalah untuk manusia dan bukan sebaliknya manusia
untuk pembangunan. Dalam pembangunan dewasa ini dan jangka panjang, unsur manusia, unsur
sosial budaya, dan unsur lainnya harus mendapat perhatian yang seimbang.
2) Pembangunan adalah merata untuk seluruh masyarakat dan di seluruh wilayah tanah air.
3) Subyek dan obyek Pembangunan adalah manusia dan masyarakat Indonesia, sehingga
pembangunan harus berkepribadian Indonesia dan menghasilkan manusia dan masyarakat maju
yang tetap berkepriadian Indonesia pula.
Visi
Terwujudnya masyarakat Indonesia yang damai, demokratis, berkeadilan, berdaya saing, maju,
dan sejahtera dalam wadah negara Republik Indonesia yang didukung oleh manusia Indonesia
yang sehat, mandiri, beriman dan bertakwa, berakhlak mulia, cinta tanah air, berkesadaran
hukum dan lingkungan, menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi, memiliki etos kerja yang
tinggi dan disiplin.
Misi
Untuk mewujudkan visi bangsa Indonesia masa depan, misi yang diterapkan adalah sebagai
berikut :
Visi (impian/harapan) dan misi (hal-hal yang akan dilakukan untuk mencapai visi) tersebut
merupakan dasar dan rambu-rambu untuk mencapai tujuan bangsa dan cita-cita nasional.
Berdasarkan visi dan misi itu, maka disusunlah suatu kebijakan pembangunan nasional. Berikut
secara sederhana dapat diberikan bagan tentang paradigma pembangunan nasional berdasarkan
konsep, prinsip dan nilai-nilai Pancasila.
Sejak tahun 1998 bangsa Indonesia mengalami krisis moneter yang disusul adanya krisis
multidimensional sehingga melahirkan era baru reformasi. Krisis moneter ini ditandai oleh
adanya kelesuan perekonomian nasional. Apakah wujud kelesuan perekonomian nasional ini?
Terjadinya peningkatan harga-harga secara umum (inflasi), menurunnya kurs rupiah terhadap
mata uang asing, maraknya PHK, rendahnya kinerja aparatur negara, korupsi yang merajalela
tanpa adanya penegakan hukum yang adil, dan rendahnya produktivitas BUMN merupakan
berbagai wujud kelesuan perekonomian nasional.
Selama masa kampanye para calon presiden secara terbuka membeberkan platform atau visi dan
misi mereka dalam pembangunan Indonesia ke depan. Dengan demikian, seluruh rakyat
Indonesia dapat mengetahui dan mencatat janji apa saja yang mereka ucapkan. Pakar politik dari
UI Arbi Sanit berpendapat, tidak adanya GBHN membuat presiden terpilih mendatang memiliki
keleluasaan menginterpretasikan Pancasila sesuai visi dan misinya ke dalam program-program
yang dituangkan dalam UU tentang APBN. Jadi, cerminan program-program pembangunan yang
akan dilaksanakan dapat dilihat dari APBN yang ditetapkan oleh DPR sebagai UU. Sehingga,
berbagai kebijakan yang akan dijalankan oleh pemerintah mendatang masih harus dibahas
dengan DPR.
Presiden terpilih harus menyertakan tim yang tangguh di sector ekonomi, pendidikan,
kesehatan, pertanian, perikanan, dan sektor lainnya. Untuk program ini harus ada program aksi.
Kalau ada yang belum dilaksanakan, rakyat termasuk LSM dan pers bisa menanyakan sekaligus
mengingatkan pemerintah bahwa target 100 hari pemerintahan belum tercapai. Tim ini harus
menguasai masalah yang sedang dihadapi bangsa. Misalnya, kalau ingin membebaskan SPP
murid SD dan SLTP harus jelas anggaran diambil dari pos mana dan berapa. Ini harus dihitung
dengan tepat agar program lainnya tetap berjalan dengan baik.
DINAMIKA PEMBANGUNAN
Kalau dilihat dari sebab dan akibat terhambatnya proses pembangunan, maka perlu
dipikirkan cara-cara pengembangan kekuatan-kekuatan pembaharuan dalam masyarakat itu
sendiri oleh setiap komponen yang bertanggung jawab dengan proses terjadinya pembangunan
yang bersifat holistik. Para ahli berpendapat bahwa pembarauan dan pembangunan sangat
tergantung dari sekelompok kecil unsur-unsur pembaharu. Peranan change agent dalam proses
pembangunan menjadi sangat penting.
Baik Pemerintah maupun LSM tidak diperbolehkan mengambil alih masyarakat untuk
mengambil keputusan. Pemerintah dan LSM hanya berfungsi sebagai alat bantu agar masyarakat
dimampukan untuk mengambil keputusan. Keputusan terakhir dalam suatu perencanaan adalah
masyarakat sendiri. Untuk ini kelompok-kelompok kecil pembaharu yang sudah terlatih menjadi
agen pembaharuan dan pembangunan.
Pembangunan ekonomi juga harus memperhatikan mekanisme pasar dan harga. Untuk
hal ini diperlukan sistem perencanaan terpadu, karena pembangunan harus melibatkan semua
komponen dan elemen yang ada dalam masyarakat. Pembanguan secara berencana akan bersifat
lebih rasional dan teratur bagi pembangunan masyarakat yang sedang berkembang. Dalam hal ini
peranan riset sangat penting. Melalui riset akan menolong memahami kemampuan dan
kebutuhan masyarakat secara rasional. Berdasarkan riset tersebut, dibuat perencanaan terpadu,
melibatkan semua komponen dan elemen yang ada di dalam masyarakat, melibatkan pemerintah
dan LSM-LSM untuk melaksanakan pembangunan dan kemudian diadakan evaluasi secara
berkala.