Anda di halaman 1dari 54

TUGAS KELOMPOK

ADMINISTRASI PEMBANGUNAN
TOPIK 1 Pemahaman Konsep

OLEH :

G.NOVIA HERMASHINTA SAFITRI 1401121656


HAFIDZITA EKA PUTRI IRVAN 1401121224
MELANI 1401122659
REFLIANI 1401121227
SRI WAHYUNI 1401121108

ADMINISTRASI NEGARA
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS RIAU
PEKANBARU
2016

KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberi
nikmat dan kasih sayangNya kepada kami karena dengan izinNya lah kami dapat menyelesaikan
tugas yang diberikan oleh dosen mata kuliah Administrasi Pembangunan.
Makalah yang telah kami susun ini masih banyak kekurangan baik secara sistematika
penulisan, bahasa, dan penyusunannya. Oleh karena itu, kami memohon saran serta pendapat
yang dapat membuat kami menjadi lebih baik dalam melaksanakan tugas di lain waktu. Mudah-
mudahan makalah yang saya buat menjadi bermanfaat bagi kami khususnya dan umumnya bagi
pembaca.

Pekanbaru, 29 mei 2016

Penyusun

KONSEP DASAR PEMBANGUNAN


PENGERTIAN PEMBANGUNAN

Teori pembangunan dalam ilmu sosial dapat dibagi ke dalam dua paradigma besar,
modernisasi dan ketergantungan (Lewwellen 1995, Larrin 1994, Kiely 1995 dalam Tikson,
2005). Paradigma modernisasi mencakup teori-teori makro tentang pertumbuhan ekonomi
dan perubahan sosial dan teori-teori mikro tentang nilai-nilai individu yang menunjang
proses perubahan. Paradigma ketergantungan mencakup teori-teori keterbelakangan (under-
development) ketergantungan (dependent development) dan sistem dunia (world system
theory) sesuai dengan klassifikasi Larrain (1994). Sedangkan Tikson (2005) membaginya
kedalam tiga klassifikasi teori pembangunan, yaitu modernisasi, keterbelakangan dan
ketergantungan. Dari berbagai paradigma tersebut itulah kemudian muncul berbagai versi
tentang pengertian pembangunan.
Pengertian pembangunan mungkin menjadi hal yang paling menarik untuk
diperdebatkan. Mungkin saja tidak ada satu disiplin ilmu yang paling tepat mengartikan
kata pembangunan. Sejauh ini serangkaian pemikiran tentang pembangunan telah ber-
kembang, mulai dari perspektif sosiologi klasik (Durkheim, Weber, dan Marx), pandangan
Marxis, modernisasi oleh Rostow, strukturalisme bersama modernisasi memperkaya ulasan
pendahuluan pembangunan sosial, hingga pembangunan berkelanjutan. Namun, ada tema-
tema pokok yang menjadi pesan di dalamnya. Dalam hal ini, pembangunan dapat diartikan
sebagai `suatu upaya terkoordinasi untuk menciptakan alternatif yang lebih banyak secara
sah kepada setiap warga negara untuk memenuhi dan mencapai aspirasinya yang paling
manusiawi (Nugroho dan Rochmin Dahuri, 2004). Tema pertama adalah koordinasi, yang
berimplikasi pada perlunya suatu kegiatan perencanaan seperti yang telah dibahas
sebelumnya. Tema kedua adalah terciptanya alternatif yang lebih banyak secara sah. Hal ini
dapat diartikan bahwa pembangunan hendaknya berorientasi kepada keberagaman dalam
seluruh aspek kehidupan. Ada pun mekanismenya menuntut kepada terciptanya
kelembagaan dan hukum yang terpercaya yang mampu berperan secara efisien, transparan,
dan adil. Tema ketiga mencapai aspirasi yang paling manusiawi, yang berarti pembangunan
harus berorientasi kepada pemecahan masalah dan pembinaan nilai-nilai moral dan etika
umat.
Mengenai pengertian pembangunan, para ahli memberikan definisi yang bermacam-
macam seperti halnya perencanaan. Istilah pembangunan bisa saja diartikan berbeda oleh
satu orang dengan orang lain, daerah yang satu dengan daerah lainnya, Negara satu dengan
Negara lain. Namun secara umum ada suatu kesepakatan bahwa pembangunan merupakan
proses untuk melakukan perubahan (Riyadi dan Deddy Supriyadi Bratakusumah, 2005).
Siagian (1994) memberikan pengertian tentang pembangunan sebagai Suatu usaha
atau rangkaian usaha pertumbuhan dan perubahan yang berencana dan dilakukan secara sadar
oleh suatu bangsa, negara dan pemerintah, menuju modernitas dalam rangka pembinaan
bangsa (nation building). Sedangkan Ginanjar Kartasasmita (1994) memberikan pengertian
yang lebih sederhana, yaitu sebagai suatu proses perubahan ke arah yang lebih baik melalui
upaya yang dilakukan secara terencana.
Pada awal pemikiran tentang pembangunan sering ditemukan adanya pemikiran yang
mengidentikan pembangunan dengan perkembangan, pembangunan dengan modernisasi dan
industrialisasi, bahkan pembangunan dengan westernisasi. Seluruh pemikiran ter sebut
didasarkan pada aspek perubahan, di mana pembangunan, perkembangan, dan modernisasi
serta industrialisasi, secara keseluruhan mengandung unsur perubahan. Namun begitu,
keempat hal tersebut mempunyai perbedaan yang cukup prinsipil, karena masing-masing
mempunyai latar belakang, azas dan hakikat yang berbeda serta prinsip kontinuitas yang
berbeda pula, meskipun semuanya merupakan bentuk yang merefleksikan perubahan (Riyadi
dan Deddy Supriyadi Bratakusumah, 2005).
Pembangunan (development) adalah proses perubahan yang mencakup seluruh system
sosial, seperti politik, ekonomi, infrastruktur, pertahanan, pendidikan dan teknologi,
kelembagaan, dan budaya (Alexander 1994). Portes (1976) mendefenisiskan pembangunan
sebagai transformasi ekonomi, sosial dan budaya. Pembangunan adalah proses perubahan
yang direncanakan untuk memperbaiki berbagai aspek kehidupan masyarakat.
Menurut Deddy T. Tikson (2005) bahwa pembangunan nasional dapat pula diartikan
sebagai transformasi ekonomi, sosial dan budaya secara sengaja melalui kebijakan dan
strategi menuju arah yang diinginkan. Transformasi dalam struktur ekonomi, misalnya, dapat
dilihat melalui peningkatan atau pertumbuhan produksi yang cepat di sektor industri dan jasa,
sehingga kontribusinya terhadap pendapatan nasional semakin besar. Sebaliknya, kontribusi
sektor pertanian akan menjadi semakin kecil dan berbanding terbalik dengan pertumbuhan
industrialisasi dan modernisasi ekonomi. Transformasi sosial dapat dilihat melalui
pendistribusian kemakmuran melalui pemerataan memperoleh akses terhadap sumber daya
sosial-ekonomi, seperti pendidikan, kesehatan, perumahan, air bersih,fasilitas rekreasi, dan
partisipasi dalam proses pembuatan keputusan politik. Sedangkan transformasi budaya sering
dikaitkan, antara lain, dengan bangkitnya semangat kebangsaan dan nasionalisme, disamping
adanya perubahan nilai dan norma yang dianut masyarakat, seperti perubahan dan
spiritualisme ke materialisme/sekularisme. Pergeseran dari penilaian yang tinggi kepada
penguasaan materi, dari kelembagaan tradisional menjadi organisasi modern dan rasional.
Dengan demikian, proses pembangunan terjadi di semua aspek kehidupan masyarakat,
ekonomi, sosial, budaya, politik, yang berlangsung pada level makro (nasional) dan mikro
(commuinity/group). Makna penting dari pembangunan adalah adanya kemajuan/perbaikan
(progress), pertumbuhan dan diversifikasi.
Sebagaimana dikemukakan oleh para para ahli di atas, pembangunan adalah sumua
proses perubahan yang dilakukan melalui upaya-upaya secara sadar dan terencana.
Sedangkan perkembangan adalah proses perubahan yang terjadi secara alami sebagai dampak
dari adanya pembangunan (Riyadi dan Deddy Supriyadi Bratakusumah, 2005).
Dengan semakin meningkatnya kompleksitas kehidupan masyarakat yang
menyangkut berbagai aspek, pemikiran tentang modernisasi pun tidak lagi hanya mencakup
bidang ekonomi dan industri, melainkan telah merambah ke seluruh aspek yang dapat
mempengaruhi kehidupan masyarakat. Oleh karena itu, modernisasi diartikan sebagai proses
trasformasi dan perubahan dalam masyarakat yang meliputi segala aspeknya, baik ekonomi,
industri, sosial, budaya, dan sebagainya.
Oleh karena dalam proses modernisasi itu terjadi suatu proses perubahan yang
mengarah pada perbaikan, para ahli manajemen pembangunan menganggapnya sebagai suatu
proses pembangunan di mana terjadi proses perubahan dari kehidupan tradisional menjadi
modern, yang pada awal mulanya ditandai dengan adanya penggunaan alat-alat modern,
menggantikan alat-alat yang tradisional.
Selanjutnya seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan, termasuk ilmu-ilmu
sosial, para Ahli manajemen pembangunan terus berupaya untuk menggali konsep-konsep
pembangunan secara ilmiah. Secara sederhana pembangunan sering diartikan seba gai suatu
upaya untuk melakukan perubahan menjadi lebih baik. Karena perubahan yang dimaksud
adalah menuju arah peningkatan dari keadaan semula, tidak jarang pula ada yang
mengasumsikan bahwa pembangunan adalah juga pertumbuhan. Seiring dengan
perkembangannya hingga saat ini belum ditemukan adanya suatu kesepakatan yang dapat
menolak asumsi tersebut. Akan tetapi untuk dapat membedakan keduanya tanpa harus memisah-
kan secara tegas batasannya, Siagian (1983) dalam bukunya Administrasi Pembangunan
mengemukakan, Pembangunan sebagai suatu perubahan, mewujudkan suatu kondisi kehidupan
bernegara dan bermasyarakat yang lebih baik dari kondisi sekarang, sedangkan pembangunan
sebagai suatu pertumbuhan menunjukkan kemampuan suatu kelompok untuk terus berkembang,
baik secara kualitatif maupun kuantitatif dan merupakan sesuatu yang mutlak harus terjadi dalam
pembangunan.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa pada dasarnya pembangunan tidak dapat
dipisahkan dari pertumbuhan, dalam arti bahwa pembangunan dapat menyebabkan terjadinya
pertumbuhan dan pertumbuhan akan terjadi sebagai akibat adanya pembangunan. Dalam hal ini
pertumbuhan dapat berupa pengembangan/perluasan (expansion) atau peningkatan
(improvement) dari aktivitas yang dilakukan oleh suatu komunitas masyarakat.

Pada hakekatnya, pengertian pembangunan secara umum pada hakekatnya adalah proses
perubahan yang terus menerus untuk menuju keadaan yang lebih baik berdasarkan norma-norma
tertentu. Mengenai pengertian pembangunan, para ahli memberikan definisi yang bermacam-
macam seperti halnya perencanaan. Istilah pembangunan bisa saja diartikan berbeda oleh satu
orang dengan orang lain, daerah yang satu dengan daerah lainnya, Negara satu dengan Negara
lain. Namun secara umum ada suatu kesepakatan bahwa pembangunan merupakan proses untuk
melakukan perubahan (Riyadi dan Deddy Supriyadi Bratakusumah, 2005).
Pengertian Pembangunan menurut Rogers adalah suatu proses perubahan sosial dengan
partisipatori yang luas dalam suatu masyarakat yang dimaksudkan untuk kemajuan sosial dan
material (termasuk bertambah besarnya kebebasan, keadilan dan kualitas lainnya yang dihargai)
untuk mayoritas rakyat melalui kontrol yang lebih besar yang mereka peroleh terhadap
lingkungan mereka.
Menurut Inayatullah, Pengertian Pembangunan ialah perubahan menuju pola-pola
masyarakat yang memungkinkan realisasi yang lebih baik dari nilai-nilai kemanusiaan yang
memungkinkan suatu masyarakat mempunyai kontrol yang lebih besar terhadap lingkungan dan
terhadap tujuan politiknya, dan yang memungkinkan pada warganya memperoleh kontrol yang
lebih terhadap diri mereka sendiri.
Shoemaker mengungkapkan Pengertian Pembangunan merupakan suatu jenis perubahan
sosial dimana ide-ide baru diperkenalkan kepada suatu sistem sosial untuk menghasilkan
pendapatan perkapita dan tingkat kehidupan yang lebih tinggi melalui metode produksi yang
lebih modernisasi pada tingkat sistem sosial.
Pendapat Kleinjans mengenai definisi dari Pengertian Pembangunan yaitu suatu proses
pencapaian pengetahuan dan keterampilan baru, perluasan wawasan manusia, tumbuhnya suatu
kesadaran baru, meningkatnya semangat kemanusiaan dan suntikan kepercayaan diri.

Dari pengertian pembangunan yang diungkapkan para pakar di atas, dapat disimpulkan bahwa
Pengertian Pembangunan adalah suatu proses perubahan ke arah yang lebih baik dalam
lingkungan masyarakat.

Adapun Tujuan Pembangunan terbagi atas 2 bagian, yaitu :


1. Tujuan Umum Pembangun adalah suatu proyeksi terjauh dari harapan-harapan dan ide-ide
manusia, komponen-komponen dari yang terbaik atau masyarakat ideal terbaik yang dapat
dibayangkan.
2. Tujuan Khusus Pembangunan ialah tujuan jangka pendek, pada tujuan jangka pendek
biasanya yang dipilih sebagai tingkat pencapaian sasaran dari suatu program tertentu.

Demikianlah pembahasan mengenai pengertian pembangunan menurut para pakar, semoga


tulisan saya mengenai pengertian pembangunan menurut para pakar dapat bermanfaat.

OBJEK-OBJEK PEMBANGUNAN
PEMBANGUNAN DALAM BIDANG EKONOMI

Pertumbuhan ekonomi merupakan masalah perekonomian jangka panjang dan menjadi


kenyataan yang selalu dialami oleh suatu bangsa. Ditinjau dari sudut ekonomi, perkembangan
ekonomi menimbukan dua efek penting, yaitu kemakmuran atau taraf hidup masyarakat
meningkat dan penciptaankesempatan kerja baru karena semakin bertambahnya jumlah
penduduk. Sementara itu, pembangunan ekonomi merupakan rangkaian upaya pembangunan
berkesinambungan yang meliputi seluruh kehidupan masyarakat, bangsa, dan Negara untuk
melaksanakan tugas mewujudkan tujuan nasional yang termaktub dalam Pembukaan UUD 1945.
Dengan pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi diharapkan dapat mencapai stabilitas moneter
dan ekonomi yang mantap dan dinamis. Dengan demikian, diharapkan bangsa Indonesia dapat
lebih memeratakan pembangunan untuk mengurangi berbagai kesenjangan.

Dan salah satu tolok ukur bagi pembangunan dan pertumbuhan ekonomi yang cukup
tinggi adalah dengan meningkatnya pendapat per kapita. Pertumbuhan ekonomi suatu negara
dipengaruhi oleh beberapa faktor, di antaranya sebagai berikut.

a. Tanah dan Kekayaan Alam LainnyaKekayaan alam

Tanah dan kekayaan alam lainnya kekayaan alam yang dimaksud adalah kekayaan alam
yang meliputi luas dan kesuburan tanah, keadaan iklim dan cuaca, jumlah dan jenis hasil hutan
dan hasil laut yang dapat diperoleh, dan jumlah dan jenis kekayaan bahan tambang yang dimiliki
akan dapat meningkatkan perkembangan bangsa, dan perlu segera dieksploitasi atau diusahakan
guna pemanfaatan bagi masyarakat.

b. Jumlah dan Mutu Penduduk/Tenaga Kerja

Pertambahan penduduk dari waktu ke waktu dapat menjadi pendorong maupun


penghambat pada perkembangan Pembangunan ekonomi yang dilaksanakan selalu membawa
dampak-dampak, baik positif maupun negatif. Dampak positif pembangunan ekonomi terutama
terbukanya lapangan kerja, bertambahnya pendapatan, tersedianya fasilitas umum, dan terjadinya
perubahan struktur ekonomi dalam masyarakat yang biasa terpusat pada sektor ekonomi beralih
ke industri. Dan dampak negatifnya adalah meningkatkan urbanisasi, terjadinya pencemaran
serta kerusakan pada lingkungan hidup akibat limbah pembangunan dan pemakaian zat kimia.
Untuk mengarahkan kebijakan pembangunan nasional di bidang ekonomi, pemerintah
telah menetapkan dalam TAP MPR Nomor IV/MPR/1999 tentang GBHN. ekonomi.
Pertambahan penduduk di satu sisi berarti penambahan tenaga kerja, tetapi juga dapat
menyebabkan kebutuhan masyarakat bertambah yang berpengaruh terhadap pertumbuhan
ekonomi. Peningkatan mutu tenaga kerja sangat diperlukan agar produktivitasnya bertambah,
sehingga dapat mempertinggi pertumbuhan ekonomi suatu negara.

c. Barang-Barang Modal dan Tingkat Teknologi Barang modal

Barang modal dan tingkat teknologi barang modal sangat berperan dalam kegiatan ekonomi,
yaitu digunakan sebagai dorongan untuk mengadakan investasi atau peningkatan penanaman
modal. Pada saat ini, pertumbuhan ekonomi dunia telah mencapai tingkat yang tinggi, untuk itu
tidak hanya barang modal saja yang ditingkatkan, tetapi juga tingkat teknologi modern sehingga
dapat mewujudkan kemajuan ekonomi suatu Negara.

d. Sistem Sosial dan Sikap Masyarakat

Sistem sosial dan sikap masyarakat memegang peranan yang penting dalam peningkatan
pertumbuhan ekonomi, maksudnya masyarakat yang berpikiran modern bersifat lebih terbuka
terhadap perubahan akibat pembangunan ekonomi. Sebaliknya, masyarakat yang belum
berpikiran maju dapat sebagai penghambat yang serius dalam pembangunan dan pertumbuhan
ekonomi.

e. Luas Pasar sebagai Sumber Pertumbuhan

Adam Smith mengemukakan bahwa spesialisasi dalam produksi dibatasi oleh luas pasar,
dan keterbatasan luas pasar akan memengaruhi atau membatasi pertumbuhan ekonomi suatu
negara. Apabila luas pasar terbatas, tidak terdapat dorongan para pengusaha untuk menggunakan
teknologi modern yang tingkat produktivitasnya sangat tinggi. Oleh karena itu, tingkat
produktivitas dan pendapatan para pekerja tetap rendah, sehingga membatasi luas pasar.

Pertumbuhan ekonomi yang tinggi sangat diperlukan oleh suatu negara karena merupakan
sasaran utama guna mendukung pembangunan di bidang lain sekaligus sebagai kekuatan utama
pembangunan guna mewujudkan pemerataan pembangunan dan hasil-hasilnya. Dalam analisis
makro ekonomi, tingkat pertumbuhan ekonomi yang dicapai suatu negara diukur dari
perkembangan pendapatan nasional riil suatu negara.

Perkembangan Ekonomi

Perkembangan ekonomi di beberapa negara ada yang berlangsung dengan cepat, tetapi
ada juga yang lambat. Hal ini disebabkan oleh adanya kestabilan politik, kebijakan ekonomi
pemerintah, kekayaan alam yang dimiliki, jumlah tenaga kerja, dan tersedianya wirausaha yang
tangguh serta mampu untuk mengembangkan teknologi modern.

Faktor-faktor yang memengaruhi pembangunan ekonomi antara lain sebagai berikut:

Sumber-sumber ekonomi yang produktif artinya kemampuan untuk meningkatkan usaha


dalam memanfaatkan sumber ekonomi yang sudah ada.
Pendapatan nasional atau produksi nasional artinya jumlah nilai tambah yang dihasilkan
oleh seluruh unit usaha, yang nantinya dapat memengaruhi pendapatan per kapita.
Tingkat konsumsi potensial artinya memprioritaskan kebutuhan yang lebih penting untuk
didahulukan, sehingga dapat mengatur penggunaan dana yang ada.

Banyak pendapat yang mencampuradukkan penggunaan istilah pertumbuhan ekonomi (economic


growth) dengan pembangunan ekonomi (economic development). Sebenarnya kedua istilah itu
memiliki arti yang berbeda, walaupun keduanya menjelaskan tentang perkembangan ekonomi
suatu negara.Pertumbuhan ekonomi selalu digunakan sebagai ungkapan umum yang
menggambarkan tingkat perkembangan suatu negara yang diukur melalui penambahan
pendapatan nasional riil. Sementara itu, pembangunan ekonomi biasanya dikaitkan dengan
perkembangan ekonomi di negara-negara berkembang.

Jadi, pertumbuhan ekonomi (economic growth) adalah perkembangan kegiatan dalam


perekonomian yang menyebabkan barang dan jasa yang diproduksi dalam masyarakat bertambah
dan kemakmuran masyarakat meningkat dalam jangka panjang. Pertumbuhan ekonomi tersebut
merupakan salah satu indikator keberhasilan pembangunan. Dalam kegiatan ekonomi yang
sebenarnya, pertumbuhan ekonomi berarti perkembangan ekonomi secara fisik yang terjadi di
suatu negara, seperti pertambahan jumlah dan produksi barang industri, perkembangan
infrastruktur, pertambahan jumlah sekolah, perkembangan barang manufaktur, dan sebagainya.
Sementara itu, pembangunan ekonomi (economic development) adalah pertumbuhan ekonomi
yang diikuti oleh perubahanperubahan dalam struktur ekonomi dan corak kegiatan ekonomi atau
usaha guna meningkatkan pendapatan per kapita dengan jalan mengolah kekuatan ekonomi
potensial menjadi ekonomi riil melalui penanaman modal, penggunaan teknologi, penambahan
pengetahuan, peningkatan keterampilan, serta penambahan kemampuan berorganisasi dan
manajemen.

Dengan demikian, pembangunan ekonomi bukan hanya masalah perkembangan pendapatan


nasional riil, melainkan juga masalah modernisasi kegiatan ekonomi, seperti perombakan sektor
pertanian tradisional, percepatan pertumbuhan ekonomi, dan pemerataan distribusi pendapatan.

6. Pertumbuhan Ekonomi Negara Maju dan Pembangunan Ekonomi Negara Berkembang

Pembangunan berarti suatu proses pengurangan atau penghapusan kemiskinan, kepincangan


distribusi pendapatan, dan pengangguran dalam rangka meningkatkan pertumbuhan
perekonomian. Proses pembangunan ekonomi tersebut berbeda antara negara maju dengan
negara berkembang, karena pada negara maju sudah menunjukkan adanya pertumbuhan ekonomi
yang tinggi serta kemajuan di berbagai bidang, sedangkan negara yang sedang berkembang
belum dapat mencapai hal itu.

Masalah dan hambatan pembangunan ekonomi di Negara berkembang adalah sebagai


berikut.
a. Laju Pertambahan Penduduk yang Tinggi Terdapat dua ciri penting yang berdampak buruk
pada usaha pembangunan, yaitu:

1) Jumlah penduduk negara yang relatif besar

2) Tingkat perkembangan penduduk yang sangat pesat

b. Taraf Hidup yang Rendah


Taraf hidup dapat dinilai, baik secara kualitatif maupun kuantitatif. Hal ini tampak dari
pendapatan yang rendah, perumahan yang kurang memenuhi syarat, kesehatan yang buruk,
pendidikan yang rendah, angka kematian yang tinggi, dan sebagainya.

c. Pertanian Tradisional

Kekurangan modal, pengetahuan, infrastruktur pertanian, dan aplikasi teknologi modern dalam
kegiatan pertanian menyebabkan sektor ini mempunyai produktivitas rendah dan mengakibatkan
pendapatan para petani berada pada tingkat subsisten (hidupnya secara pas-pasan).

d. Produktivitas yang Rendah

Produktivitas yang rendah berarti kemampuan berproduksi para tenaga kerja di berbagai
pekerjaan sangat rendah.

e. Kekurangan Modal dan Tenaga Ahli

Pada umumnya, di negara berkembang masih memerlukan modal dan investasi untuk
meningkatkan kegiatan ekonomi dan kekurangan tenaga ahli di segala bidang membuat
pembangunan ekonomi kurang berjalan dengan lancar.

f. Penciptaan Kesempatan Kerja dan Pengangguran

Semakin besar pertambahan penduduk suatu negara, semakin besar pula jumlah tenaga kerja
baru yang akan memasuki angkatan kerja, sehingga memengaruhi kesempatan kerja dan
pengangguran.

g. Ketergantungan pada Sektor Pertanian


Umumnya di negara berkembang masih menggantungkan pada sektor pertanian dalam
pertumbuhan dan pembangunan ekonomi, sehingga akan dapat menghambat laju pertumbuhan
ekonomi suatu negara.

PEMBANGUNAN DALAM BIDANG POLITIK

Indikator Keberhasilan Pembangunan Dalam Bidang Politik Sebagai Acuan dari Keberhasilan
Pembangunan Dalam Bidang Lainnya.

Jika kita bicara mengenai politik dalam keberhasilan pembangunan, mungkin kita akan
menyangkutpautkan dengan kebijakan-kebijakan yang telah direncanakan oleh pemerintah dan
penerapannya di dalam masyarakat yang dapat memenuhi indikator keberhasilan pembangunan
dalam bidang politik. Sebenarnya , indikator keberhasilan pembangunan jika dilihat dari bidang
politik merupakan titik acuan keberhasilan pembangunan dalam bidang bidang lainnya. Seperti
Indikator keberhasilan pembangunan dalam bidang ekonomi , Indikator keberhasilan
pembangunan dalam bidang pendidikan, indikator keberhasilan pembangunan dalam bidang
kesehatan , indikator keberhasilan pembangunan dalam bidang sosial dan budaya dan indikator
keberhasilan pembangunan dalam bidang hukum.

Indikator indikator keberhasilan pembangunan diatas tidak akan terimplementasi


dengan baik jika indikator keberhasilan pembangunan dalam bidang politik nya juga tidak
berjalan dengan baik. Oleh karena itu, jika ingin mencapai keberhasilan pembangunan dalam
segala bidang , Indikator keberhasilan pembangunan dalam bidang politik dapat digunakan
sebagai pijakan yang dapat membuat keberhasilan dalam pembangunan di Indonesia.

Untuk menerapkan keberhasilan dalam Indikator keberhasilan pembangunan dalam


bidang politik , salah satu yang dapat dilakukan adalah dengan membuat sistem yang dalam
implementasinya berjalan sesuai dengan aturan dan hasil yang diperoleh sesuai dengan yang
diharapkan. Selain itu , yang dapat menjadikan keberhasilan pembangunan dalam bidang politik
adalah kebijakan- kebijakan yang dapat menghasilkan sesuatu yang bermanfaat bagi masyarakat
dan terutama dapat meningkatkan kesejahteraan rakyat dengan standart yang seharusnya.
Keterkaitan Indikator keberhasilan pembangunan dalam bidang politik dengan indikator
keberhasilan pembangunan di bidang lainnya sangat banyak , mengingat Indikator keberhasilan
pembangunan di bidang politik merupakan acuan dalam keberhasilan Indikator keberhasilan
pembangunan di bidang lainnya.

Yang pertama adalah keterlibatan pemerintah dalam meningkatkan pendapatan perkapita.


Dalam indikator keberhasilan pembangunan di bidang ekonomi , pendapatan perkapita
merupakan salah satu indikator keberhasilan suatu pembangunan. Dalam hal ini , pemerintah
dapat mendukung dan ikut mengembangkan peluang usaha kreatif . Salah satu keterlibatan
pemerintah dalam meningkatkan peluang usaha kreatif adalah program Kredit Usaha Rakyat
yang dilakukan oleh Menteri Koperasi dan UKM. Program Kredit Usaha Rakyat ini pada tahun
2011, realisasi penyaluran KUR telah mencapai Rp 26,56 triliun dengan 1.767.598 debitur atau
melebihi target sebesar Rp 20 triliun. Sehingga secara akumulatif realisasi penyaluran KUR dari
tahun 2008 -2011 sebesar Rp 60,97 triliun kepada 5.580.156 debitur.

Yang kedua adalah keterlibatan pemerintah dalam menanggulangi kemiskinan. Dalam


indikator keberhasilan pembangunan dalam bidang sosial dan budaya, penanggulangan
kemiskinan merupakan salah satu indikator keberhasilan suatu pembangunan. Dalam hal ini,
pemerintah juga ikut dalam menanggulangi kemiskinan. Pada era kepemimpinan Presiden Susilo
Bambang Yudhoyono sudah diterapkan dengan adanya program PNPM mandiri ( Program
Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri ) yang bertujuan meningkatkan partisipasi seluruh
masyarakat, termasuk masyarakat miskin, kelompok perempuan, komunitas adat terpencil dan
kelompok masyarakat lainnya yang rentan dan sering terpinggirkan ke dalam proses
pengambilan keputusan dan pengelolaan pembangunan.

Yang ketiga adalah keterlibatan pemerintah dalam bidang kesehatan. Dalam hal ini ,
pemerintah membuat program SJSN ( Sistem Jaminan Sosial Nasional ). Program tersebut
merupakan suatu program pemerintah dengan tujuan memberikan kepastian jaminan kesehatan
yang menyeluruh bagi setiap rakyat Indonesia agar penduduk Indonesia dapat hidup sehat,
produktif dan sejahtera.
Program-program pemerintah di atas merupakan beberapa contoh keterlibatan pemerintah
dalam menciptakan keberhasilan pembangunan di Indonesia. Namun dalam pelaksanaannya
mungkin masih banyak terdapat hambatan-hambatan sehingga tujuan dari suatu program belum
terlaksana semuanya. Dalam hal ini, Indikator keberhasilan pembangunan dalam bidang politik
dalam pelaksanaannya perlu ditingkatkan lagi agar keberhasilan yang diraih dapat menjadi acuan
bangsa Indonesia untuk menjadi negara yang maju dan lebih baik lagi. Semoga dalam
kepemimpinan Presiden selanjutnya dapat lebih menciptakan keberhasilan dalam pembangunan
dalam segala bidang di Indonesia.

PEMBANGUNAN DALAM BIDANG SOSIAL BUDAYA

Pengertian Pembangunan Sosial Budaya


Siagian (1994) memberikan pengertian tentang pembangunan sebagai Suatu usaha
atau rangkaian usaha pertumbuhan dan perubahan yang berencana dan dilakukan secara sadar
oleh suatu bangsa, negara dan pemerintah, menuju modernitas dalam rangka pembinaan
bangsa (nation building).
Menurut Enda (2010), sosial adalah cara tentang bagaimana para individu saling
berhubungan. Sedangkan menurut Daryanto (1998), sosial merupakan sesuatu yang menyangkut
aspek hidup masyarakat. Namun jika di lihat dari asal katanya, sosial berasal dari kata socius
yang berarti segala sesuatu yang lahir, tumbuh dan berkembang dalam kehidupan secara
bersama-sama.
Budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa Sanskerta yaitu buddhayah, yang
merupakan bentuk jamak dari Indonesia.buddhi (budi atau akal) diartikan sebagai hal-hal yang
berkaitan dengan budi dan akal manusia. Dalam bahasa Inggris, kebudayaan disebut culture,
yang berasal dari kata LatinColere, yaitu mengolah atau mengerjakan. Bisa diartikan juga
sebagai mengolah tanah atau bertani. Kata culture juga kadang diterjemahkan sebagai "kultur"
dalam bahasa Indonesia.
Jadi budaya adalah suatu cara hidup yang berkembang dan dimiliki bersama oleh sebuah
kelompok orang dan diwariskan dari generasi ke generasi dan merupakan system pengetahuan
yang meliputi system ide atau gagasan yang terdapat dalam pikiran manusia. Kebudayaan
merupakan keseluruhan cara hidup masyarakat yang perwujudannya tampak pada tingkah laku
para anggotanya. kebudayaan tercipta oleh banyak faktor organ biologis manusia, lingkungan
alam, lingkungan sejarah, dan lingkungan psikologisnya. Masyarakat Budaya membentuk pola
budaya sekitar satu atau beberapa fokus budaya. Fokus budaya dapat berupa nilai misalnya
keagamaan, ekonomi, ideologi dan sebagainya.
Jadi pembangunan sosial budaya sebagai suatu proses perubahan sosial budaya terencana
yang dirancang untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat, dimana pembangunan dilakukan
saling melengkapi proses pembangunan ekonomi.

Aspek Aspek Utama Dalam Sosial Budaya


a) Bahasa sebagai identitas bangsa
Bahasa merupakan aspek social budaya yang mutlak perlu untuk dikembangkan dan
dilestarikan. Karena peranannya yang sangat penting bagi salah satu alat pemersatu bangsa,
disamping peranannya dalam proses komunikasi dan sekaligus sebagai identitas bangsa yang
bersangkutan. Bahwa dalam masyarakat majemuk bahasa dapat dikategorikan sebagai bahasa
nasional disamping bahasa-bahasa daerah. Bahasa nasional harus dimasyarakatkan sedemikian
rupa sehingga semua warga negara menguasainya dan dapat berkomunikasi dalam bahasa
nasional tersebut.berbagai bahasa daerah harus dipadang sebagai kekayaan nasional dan oleh
karenanya harus pula dilestarikan. Tidak sulit untuk menemukan bangsa yang persatuannya
kukuh antara lain karena adanya bahasa nasional. Sebaliknya, tidak sedikit Negara bangsa yang
dilanda pertikaian dan disintegrasi social karena tidak adanya bahasa nasional dank arena upaya
yang tidak ada ujung pangkalnmya dari berbagai suku atau ras dimasyarakat yang ingin agar
bahasa mereka diterima sebagai bahasa nasional.
Disamping pelestarian bahasa nasional, pengembangannya pun sangat penting.
Pengembangan tersebut dapat dalam bentuk meminjam konsep dan istilah-istilah dari sumber
lain, termasuk bahasa daerah dan bahasa asing. Dengan demikian, bahasa nasional tersebut dapat
digunmakan sebagai alat komunikasi, baik lisan maupun tertulis, yang efektif untuk keperluan
komuniaksi politik, bisnis, militer, pengembangan ilmu perngetahuan, teknologi.dan tentu saja
untuk percakapan sehari-hari.
Dalam era globalisasi seperti sekarang dan dimasa-masa yang akan datang, disamping
penguasaan bahasa nasional yang terus berkembang sebagai bahasa ibu, perhatian perlu juga
diberikan kapada penguasaan bahasa asing tertentu, seperti bahsa Inggris, paling sedikit untuk
kelompok-kelompok tertentu dimasyarakat seperti politisi, para diplomat, birokrat senior,
masyarakat dunia usaha, dan para akademisi yang karena jabatan, kedudukan, fungsi dan
aktivitasnya sering berinteraksi dengan orang-orang asing. Penguasaan paling sedikit bahsa
inggris oleh kelompok-kelompok tersebut diatas, mutlak perlu karena dalam penyelenggaraan
tugas mereka pasti sering berinteraksi dengan orang-orang asing yang menjadi mitra kerjanya.
Bahkan ideal sekali apabila para anggota kelompok tersebut dapat berkomunikasi dalam bahasa-
bahasa asing lain, seperti bahasa prancis, bahasa jepang, bahasa mandarin, dan atau bahsa
lainnya yang oleh masyarakat dunia diakui sebagai bahasa internasional.
Dengan demikian, pada dasarnya bahwa pembangunan dibidang sosial budaya harus
mencakup pengembangan dan pelestarian bahasa.

b) Adat Istiadat dan Tradisi


Bahwa keseluruhan adat istiadat dan tradisi suatu masyarakat merupakan bagian penting
dari budaya masyarakat yang bersangkutan. Budaya suatu bangsa merupakan persepsi bersama
tentang tata cara berperilaku dalam masyarakat tersebut. Dalam masyarakat manapun, budaya
berfungsi antaralain sebagai berikut:
Menentukan batas-batas keperilakuan dalam kehidupan bermasyarakat karena budaya
mengatur apa yang baik dan tidak baik, benar atau salah, pantas dan tidak pantas, boleh
dilakukan atau tidak boleh dilakukan, dan hal-hal sejenis seperi itu. Tentu saja hanya
masyarakat yang bersangkutanlah yang harus menetukan bagi dirinya sendiri pengaturan
tersebut.
Pemelihara stabilitas nasional. Fungsi pertama tersebut diatas, jelas menunjukkan bahwa
setiap warga masyarakat dituntut untuk melakuakan berbagai penyesuaian sehingga
mencerminkan nilai-nilai yang dianut oleh masyarakat sebagai keseluruhan. Dengan
demikian, dapat dicegah timbulnya konflik antara seorang anggota masyarakat dengan
anggota masyarakat lain.
Pendorong interaksi positif dan harmonis. Sebagai makhluk sosial, manusia pasti berinteraksi
dengan orang lain disekitarnya. Bentuk-bentuj interaksi pun beranekaragam, tergantung pada
manfaat dan kepentingannya, seperti untuk kepentingan politik, ekonomi, bisnis, seremonial,
penyampaian informasi, atau untuk kepentingan nonformal lainnya. Apapun maksud dan
tujuannya, interaksi yng terjadi akan bersifat positif dan harmonis jika pihak-pihak yang
terlibat sama-sama terikat pada tata nilai dan tatakrama yang sama.
Mekanisme pengendalian perilaku masyarakat. Adat istiadat dan tradisi yang berlaku dalam
suatu masyarakat juga berperan sebagai mekanisme dalam pengendalian perilaku para
anggotanya, baik dalam lingkungan masyarakat yang bersangkutan sendiri maupun dengan
pihak lain. Banyak sekali segi pengendalian tersebut, seperti tata cara upacara pernikahan,
tata cara pemakaman warga yang meninggal, tata cara menghormati orang yang lebih tua
atau yang dituakan, cara memberikan sesuatu, penggunaan berbagai atribut status sosial, dan
lain sebagainya.
Seorang warga masyarakat akan diterima sebagai warga yang terhormat apabila yang
bersangkutan mampu melakukan penyesuaian tersebut. Sebaliknya, melanggar norma-norma
adat istiadat dan tradisi dapat berakibat dikucilkannya seseorang dari lingkungan masyarakatnya.

c) Persepsi tentang Kekuasaan


Dalam organisasi apapun, termasuk dalam organisasi negara selalu terdapat sekelompok
orang yng memiliki kekuasaan tertentu. Sumber kekuasaan itupun dapat beranekaragam seperti
karena merupakan anggota dinasti yang memerintah suatu kerajaan karena dipilih untuk
memiliki pengetahuan dan informasi yang tidak dimiliki oleh orang lain. Pada umumnya, orang
lain dalam organisasi mengakui kekuasaan orang-orang tertentu karena yang bersangkutan
melakukan sesuatu tindakan yang tidak dapat dilakukan oleh orang-orang yang tidak memiliki
kekuasaan. Hal-hal tertentu tersebut lain ialah mengalokasikan dana dan daya, memberikan
penghargaan, memberikan imbalan, menghukum, dan mengenakan sanksi disiplin organisasi.
Biasanya berbagai masyarakat mempunyai persepsi yang berbeda-beda tentang
kekuasaan yang dalam bentuk yang ekstremnya tercermin pada dua kutub, pada satu kutub,
masyarakat memandang jarak kekuasaan antara penguasa dan yang dikuasai sebagai hal yang
wajar dan normal. Dalam praktek hal itu berarti bahwa semakin tinggi kedudukan dan jabatan
seseorang, semakin jauh pula jarakanya dari orang-orang dikuasainya. Dalam bentuknya yang
ekstrem, persepsi demikian terlihat dalam struktur organisasi yang piramidal. Dengan perkataan
lain, dalam masyarakat diakui adanya stratifikasi kekuasaan. Tidak mustahil lalu timbul
pandangan dari yang berkuasa bahwa melahirkan para despot dan diktator dengan kekuasaan
absolut dalam suatu negara. Pada kutub lain, jarak kekuasaan antara penguasa dengan yang
dikuasai pendek. Dengan perkataan lain, masyarakat menganut paham egalitarianisme. Sering
situasi demikian tercermin dalam kehidupan yang demikratis, baik dibidang politik, ekonomi,
maupun bidang sosial. Sudah tentu antara kedua kutub tersebut terdapat gradasi jarak kekuasaan
dimaksud.

d) Hubungan dengan alam


Sebagai unsur sosial budaya, pandangan suatu masyarakat tentang hubungannya
dengan alam perlu pemahaman yang tepat karena mempunyai kaitan dengan gaya hidup. Para
pakar mengatakan terdapat tiga jenis pandangan mengenai hal ini, yaitu manusia menguasai
alam, manusia dikuasai oleh alam, dan manusia harus memelihara hubungan yang serasi dengan
alam.
Jika suatu masyarakat menganut pandangan bahwa manusia menguasai alam, yang
sering terjadi ialah bahwa dengan segala kekayaan yang terkandung didalamnya dieksploitasi
dan dimanfaatkan demi kenikmatan hidup manusia. Masyarakat yang menganut paham demikian
sering dihinggapi oleh penyakit materialisme dan hedonisme karena antaralain menempatkan
perolehan dan penguasaan makin banyak kekayaan sebagai ukuran keberhasilan seseorang. Para
warga masyarakat mengatakan nikmatilah hari ini dan biarlah hari esok mengurus dirinya
sendiri.
Masyarakat yang menganut pandangan bahwa manusia dikuasai oleh alam pada
dasarnya berpendapat bahwa bumi ini hanyalah suatu mikrokosmos dan merupakan bagian dari
makrokosmos, yaitu semesta alam dengan segala isinya. Dalam masyarakat itu biasanya meluas
filsafat predeterminisme yang berangkat dari pandangan adanya kekuatan maha dahsyat yang
menguasai alam semesta. Kaum agamis menyebutkan dengan Tuhan Yang Maha Kuasa, dan
manusia harus taat sepenuhnya kepada kekuasaan tersebut.
Pandangan ketiga yaitu, manusia harus memelihara hubungan yang serasi dengan
alam, dapat dikatakan sebagai penggabungan ide pokok yang terdapat pada pandangan pertama
dan kedua yang telah disinggung diatas. Artinya, meskipun manusia boleh memanfaatkan alam
dan berbagai kekayaan yang terkandung didalamnya demi kesejahteraan umat manusia, akan
tetapi jangan hendaknya dalam pemanfaatan tersebut alam dirusak. Bahkan terdapat pandangan
ynag mengatakan bahwa jika manusia tidak mampu memelihara hubungan yang serasi dengan
alam dan merusaknya, misalnya, alam mempunyai cara sendiri untu balas dendam.

e) Pandangan tentang peranan wanita


Pengakuan atas persamaan kaum pria dan wanita dalam kehiduoan bermasyarakat
merupakan fenomena sosial yang relatif baru. Di kebanyakan masyarakat, emansipasi wanita
bahkan belum terjadi. Pandangan tradisional yang sangat prevalen menempatkan kaum wanita
pada posisi warga negara kelas dua dengan peranan yang sudah jelas, yaitu tinggal di rumah,
mengurus rumah tangga, melayani suami dan membesarkan anak-anak. Di lingkungan
masyarakat modern pandangan telah banyak berubah, antaralain karena sekitar 50% umat
manusia terdiri dari wanita, gerakan emansipasi yang dipelopori oleh kaum wanita sendiri dan
karena terbukanya akses bagi kaum wanita untuk menikmati pendidikan formal sampai ke strata
yang paling tinggi sekalipun. Akibatnya, dalam semua segi kehidupan bermasyarakat, berbangsa,
dan bernegara, makin banyak wanita yang memainkan peranan yang semakin penting dan
menduduki semua eselon jabatan pimpinan hingga yang tertinggi. Dalam dunia politik, misalnya,
dunia mengenal wanita yang menjadi presiden, perdana menteri, duta besar dan para pejabat
senior dalam lingkungan birokrasi pemerintahan. Banyak perusahaan yang sudah
memperlakukan wanita sama dengan kaum pria, termasuk dalam promosi menduduki jabatan
manajerial yang paling senior sekalipun. Perkembangan serupa terlihat dalam organisasi sosial,
organisasi nirlaba, organisasi keagamaan, lembaga-lembaga pendidikan, dan berbagai profesi.
Kiranya tepat bila dikatakan bahwa perkembangan demikian harus disambut dengan gembira.

f) Sistem keluarga besar


Seperti telah diketahui, dalam berbagai masyarakat dikenal dua tipe keluarga yaitu
nucleus family system dan extented family system. Dalam sistem keluarga inti (nucleus
family system) suatu keluarga hanya terdiri dari suami, istri, dan anak-anaknya termasuk anak
biologis dan anak angkat. Dalam sistem demikian, ikatan kekeluargaan sangat ketat dalam arti
bahwa seorang kepala keluarga hanya merasa bertanggungjawab atas kesejahteraan para anggota
keluarga langsungnya saja. Sebaliknya, dalam sistem keluarga besar (extented family system)
tanggungjawab seorang pencari nafkah utama tidak hanya memikirkan kesejahteraaa istri dan
anak-anaknya, melainkan juga sanak saudara dekat lainnya.
Sistem keluarga ini perlu dikenali karena dapat menimbulkan berbagai implikasi negatif
dalam kehidupan bermasyarakat seperti primordialisme, nepotisme, kronisme. Ketiga hal
tersebut menjadi masalah karena orang-orang yang berkuasa cenderung mengesampingkan
kriteria-kriteria objektif dalam memperlakukan orang-orang yang dekat padanya dan
memberikan berbagai kemudahan yang memungkinkan mereka mendapat perlakuan khusus
berbeda dengan para warga masyarakat lainnya yang tidak dekat pada kekuasaan.
Pemahaman yang tepat terhadap berbagai implikasi faktor-faktor diatas penting untuk
menentukan strategi pembangunan bidang sosial budaya dengan tepat. Selain itu, pemahaman
tersebut menjadi penting apabila dikaitkan dengan kategorisasi anggota warga masyarakat.
Pembangunan aspek tersebut karena berorientasi pada masyarakat maka harus
dikategorisasikan dalam tiga kelompok golongan masyarakat yaitu golongan tradisional,
golongan modernis dan golongan ambivalen.
Pembangunan bidang sosial budaya merupakan hal yang tidak mudah karena menyangkut antara
lain filsafat hidup, pandangan hidup, persepsi, cara berpikir, system nilai, dan orientasi para
warga masyarakat. Disini terdapat kategorisasi berbagai golongan masyarakat, yaitu :

1. Golongan tradisionalis
Ciri pokok dari golongan ini yaitu sebgai berikut:
Mereka cenderung menolak proses modernisasi karena adanya persepsi bahwa
modernisasi identik dengan westernisasi.
Ciri kedua dari golongan tradisonalis menyangkut orientasi waktu, yaitu berorientasi ke
masalalu.
Ciri yang ketiga yaitu, karena tingkat pendidikan yang pada umumnya masih rendah dan
mungkin pula karena pengalaman dimasa penjajahan, kelompok ini sering menampilkan
sikap rendah diri terutama bila berhadapan dengan bangsa lain yang lebih maju, terutama
orang-orang barat.
Ciri keempat golongan tradisionalis ialah adanya stratifikasi sosial diterima sebagai suatu
hal yang wajar.
Kecenderungan kuat menolak perubahan.
Ikatan kekeluargaan yang masih sangat kuat.

2. Golongan modernis
Pada umumnya para anggota masyarakat yang termasuk golongan ini ialah mereka yang
telah memperoleh pendidikan, terutama pendidikan tinggi, baik didalam maupun diluar negeri.
Kedudukan mereka dalam masyarakat biasanya adalah selaku tenaga professional , termasuk
jabatan manajerial tingkat madya.
Ciri pokok golongan ini antaralain :
Memiliki wawasan luas yang menyangkut tata kehidupan modern.
Ciri kedua dari golongan ini ialah orientasi waktunya, yaitu masa depan.
Kesediaan memainkan peranan selaku pelopor dalam kehidupan bermasyarakat,
berbangsa, dan bernegara.
Ciri keempat, bahwa kelompok modernis sering diliputi oleh perasaan ketidaksabaran,
bukan hanya dalam menilai situasi dalam masyarakat akan tetapi juga dalam
menjalankan kepeloporannya.
Meskipun para modernis tidak luput dari kelemahan, kiranya dapat
dipertanggungjawabkan secara ilmiah apabila dikatakan bahwa salah satu sasaran pembangunan
sosial budaya ialah memperbanyak jumlah anggota masyarakat modernis.

3. Golongan ambivalen
Sesungguhnya keberadaan golongan ini tidak diinginkan dalam suatu masyarakat.
Dikatakan demikian karena keseluruhan cirri-cirinya menunjukkan sifat yang oportunistik dan
bahkan menjadi parasit di masyarakat. Tindakannya salalu didasarkan pada untung rugi bagi diri
sendiri. Tiga ciri yang sangat menonjol ialah sabagai berikut :
Orientasi waktu kelompok ini adalah masa sekarang.
Bagi kelompok ini tampaknya berlaku rumus bahwa suatu perubahan yang dipelopori
oleh pihak lain, seperti kaum modernis misalnya, hanya akan diterima apabila
dipersepsikan bahwa perubahan akan gemerincing dikantongnya.
ciri ketiga ialah, cepatnya mereka berganti warna dari warna lama yang tidak
menguntungkan menjadi warna yang lebih menjamin kenikmatan sekarang.

Indikator Keberhasilan di Bidang Sosial dan Budaya


Pembangunan sosial dapat didefinisikan sebagai strategi kolektif dan terencana guna
meningkatkan kualitas hidup manusia melalui seperangkat kebijakan sosial yang mencakup
sektor pendidikan, kesehatan, perumahan, ketenagakerjaan, jaminan sosial dan penanggulangan
kemiskinan. Istilah pembangunan sosial (social development) sering dipertukarkan dengan
pembangunan manusia (human development) dan pembangunan kesejahteraan sosial (social
welfare development). Secara konseptual, ketiganya sesungguhnya memiliki arena dan
konsentrasi yang relatif berbeda, meskipun bersinggungan. Bila pembangunan sosial lebih
berorientasi pada peningkatan kualitas hidup manusia dalam arti luas, maka pembangunan
manusia memfokuskan perhatiannya pada peningkatan modal manusia (human capital) yang
diukur melalui dua indikator utama; pendidikan (misalnya angka melek huruf) dan kesehatan
(misalnya angka harapan hidup). Sementara itu, pembangunan kesejahteraan sosial lebih
berorientasi pada peningkatan modal sosial (social capital) yang dapat dilihat dari indikator
keberfungsian sosial (social functioning) yang mencakup kemampuan memenuhi kebutuhan
dasar, melaksanakan peran sosial serta menghadapi goncangan dan tekanan kehidupan.
Meskipun sasaran pelayanan pembangunan kesejahteraan sosial mencakup individu dan
masyarakat dari berbagai kelas sosial ekonomi, namun sasaran utama pelayanan pembangunan
sosial pada umumnya adalah mereka yang tergolong kelompok-kelompok kurang beruntung
(disadvantaged groups) yang di Indonesia dikenal dengan nama Pemerlu Pelayanan
Kesejahteraan Sosial (PPKS).
Krisis multi dimensi yang dihadapi bangsa Indonesia sejak tahun 1998 tidak hanya
menyangkut aspek ekonomi dan politik, tetapi juga merambat kepada aspek pembangunan sosial,
khususnya pembangunan Kesejahteraan Sosial. Ternyata, kondisi sosial ekonomi dan politik
bangsa Indonesia sangat rapuh dan rentan terhadap terpaan arus globalisasi. Hal itu menuntut
semua komponen bangsa untuk mengkaji ulang paradigma pembangunan dan tidak terkecuali
paradigma pembangunan Kesejahteraan Sosial. Romanyshyn (1971) menyatakan istilah
Kesejahteraan Sosial seringkali diekspresikan secara kabur dan konsepnya selalu berubah-
ubah, yang memiliki konotasi negatif dan positif. Dalam arti sempit, kesejahteraan sosial
diartikan sebagai bantuan finansial dan pelayanan lain bagi golongan masyarakat yang kurang
beruntung.
Banyak arti yang diberikan pada istilah kesejahteraan sosial (Suharto, 2005).
Kesejahteraan sosial seringkali menyentuh, berkaitan, atau bahkan, selintas, bertumpang-tindih
(overlapping) dengan bidang lain yang umumnya dikategorikan sebagai bidang sosial, misalnya
kesehatan, pendidikan, perumahan, dll. Spicker (1995:5) membantu mempertegas substansi
kesejahteraan sosial dengan menyatakan bahwa welfare (kesejahteraan) dapat diartikan sebagai
well-being atau kondisi sejahtera. Namun, welfare juga berarti The provision of social
services provided by the state dan sebagai Certain types of benefits, especially means-tested
social security, aimed at poor people.Kesejahteraan menunjuk pada pemberian pelayanan sosial
yang dilakukan oleh Negara atau jenis-jenistunjangan tertentu, khususnya jaminan sosial yang
ditujukan bagi orang miskin. Menurut Howard Jones(1990), tujuan utama kesejahteraan sosial,
yang pertama dan utama, adalah penanggulangan kemiskinan dalam berbagai manifestasinya.
The achievement of social welfare means, first and foremost, the alleviation of poverty in its
many manifestations (Jones, 1990:281). Makna kemiskinan dalam berbagai manifestasinya
menekankan bahwa masalah kemiskinan disini tidak hanya menunjuk pada kemiskinan fisik,
seperti rendahnya pendapatan (income poverty) atau rumah tidak layak huni, melainkan pula
mencakup berbagai bentuk masalah sosial lain yang terkait dengannya, seperti anak jalanan,
pekerja anak, perdagangan manusia, pelacuran, pengemis, pekerja migran, termasuk didalamnya
menyangkut masalah kebodohan, keterbelakangan, serta kapasitas dan efektifitas lembaga-
lembaga pelayanan sosial pemerintah dan swasta (LSM, Orsos, institusi lokal) yang terlibat
dalam penanggulangan kemiskinan.

Peran Pendidikan Dalam Pembangunan Sosial Budaya


Pada dasarnya, bahwa pembangunan sosial budaya ialah mewujudkan masyarakat bangsa
yang modern, setara dengan bangsa-bangsa lain di dunia dengan tetap mempertahankan jati diri
bangsa yang bersangkutan yang menjadikannya sebagai bangsa yang khas sifatnya. Telah terlihat
pula bahwa pembangunan sosial budaya menyangkut antara lain kesediaan menerima perubahan
dalam berbagai segi kehidupan dan penghidupan, termasuk cara berpikir, gaya hidup, cara
bekerja, dal sebagainya.
Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa wahana yang paling efektif untuk
menyelenggarakan pembangunan sosial budaya adalah melalui pendidikan dalam arti yang
seluas-luasnya.

a) Pendidikan formal
Pendidikan formal berlangsung secara berjenjang mulai dari taman kanak-kanak hingga
pendidikan tinggi. Para pakar pendidikan mengatakan bahwa pendidikan formal biasanya
berlangsung disekolah dan sasaran utamanya adalah mengalihkan pengetahuan dari pendidik
kepada anak didik. Tetapi banyak aspek lain yang perlu pula ditanagani melalui pendidikan
formal, seperti aspek moral, aspek etika, hak dan tanggungjawab sebagai warga negara yang
baik, cara berpikir secara rasional, kebneranian mengambil resiko, ketegasan dalam mengambil
keputusan, dan lain sebagainya. Pengetahuan yang diperoleh melalui pendidikan formal pada
akhirnya harus diabdikan demi kepentingan kemajuan bangsa dan Negara. Olehkarena itu
keseluruhan kegiatan pendidikan formal, baik dalam arti kegiatan kurikuler maupun
ekstrakulikuler sesungguhnya harus dikaitkan dengan kebutuhan nasional akan sumber daya
manusia yang memenuhi tuntutan pembangunan nasional dengan segala bidang, aspek, dan
sektornya. Dengan perkataan lain, pendidikan lebih dari sekedar pengajaran meskipun
pengajaran merupakan bagian penting dari pendidikan. Keberhasilan kegiatan pendidikan
memerlukan dukungan perangkat keras dan perangkat lunak seperti kurikulum yang tepat, proes
kegiatan belajar mengajar yang efektif, sarana dan prasarana yang memadai, termasuk peralatan
laboratorium, penggunaan teknik-teknik mengajar yang memepermudah pengaliahn
pengetahuan, dan yang terpenting adalah tersedianya tenaga yang betul-betul menguasai bidang
yang diajarkannya.

b) Pelatihan sebagai aspek pendidikan formal


Upaya mencerdaskan bangsa tidak terbatas hanya pada penyelenggaraan pendidikan
formal. Kegiatan yang tidak kalah pentingnya adalah pelatihan yang sangat beraneka ragam.
Pelatihan merupakan upaya untuk mengalihakn keterampilan dari pelatih kepada para peserta
pelatihan. Sering orang berpendapat bahwa pelatihan hanya diperuntukkan bagi mereka yang
ingin menguasai segi-segi teknis suatu pekerjaan seperti montir dan sejenisnya. Pandangan
demikian terlalu sempit. Pelatihan dapat pula diselenggarakan untuk memberikan kemahiran dan
keterampilan baru bagi semua profesi, jabatan, dan kedudukan. Pelatihan tidak hanya berupa
kegiatan dikelas akan tetapiterdapat dalam bentuk-bentuk lain seperti seminar, diskusi panel,
konferensi, dan lain-lain.
c) Pemberantasan buta huruf
Tingkat pendidikan rata-rata warga masyarakat di negara-negara terbelakang
masih rendah. Dan bahkan tidak sedikit warga negara yang masih buta aksara. Upaya
memberantas buta aksara harus dipandang sebagai bagian dari keseluruhan pendidikan dalam
rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Siapapun akan mengakui bahwa kemampuan membaca
dan menulis akan memperluas cakrawala pandangan seseorang. Misalnya, disatu pihak ia dapat
menggali sendiri informasi yang diperlukannya dan di pihak lain yang bersangkutan dapat
memberikan informasi yang dimilikinya dan diperlukan oleh orang lain. Manfaat lain ialah
dimungkinkannya seseorang menambah pengetahuan dan keterampilan yang pada gilirannya
menambah alat yang dapat digunakan untuk memperkaya kehidupannya. Yang bersangkutan juga
akan makin mengetahui hak dan kewajibannya sebagai warga Negara yang bertanggungjawab.

Perkembangan Sosial Budaya Indonesia


kemampuan manusia membina hubungan dengan lingkungannya secara aktif itu telah membuka
peluang bagi pengembangan berbagai bentuk organisasi dan kebudayaan menuju peradaban.
Dinamika sosial itu telah mewujudkan aneka ragam masyarakat dan kebudayaan dunia, baik
sebagai perwujudan adaptasi kelompok sosial terhadap lingkungan setempat maupun karena
kecepatan perkembangannya.

a) Masyarakat dan Kebudayaan Indonesia


Dinamika sosial dan kebudayaan itu, tidak terkecuali melanda masyarakat Indonesia, walaupun
luas spektrum dan kecepatannya berbeda-beda. Demikian pula masyarakat dan kebudayaan
Indonesia pernah berkembang dengan pesatnya di masa lampau, walaupun perkembangannya
dewasa ini agak tertinggal apabila dibandingkan dengan perkembangan di negara maju lainnya.
Betapapun, masyarakat dan kebudayaan Indonesia yang beranekaragam itu tidak pernah
mengalami kemandegan sebagai perwujudan tanggapan aktif masyarakat terhadap tantangan
yang timbul akibat perubahan lingkungan dalam arti luas maupun pergantian generasi.
Ada sejumlah kekuatan yang mendorong terjadinya perkembangan sosial budaya masyarakat
Indonesia. Secara kategorikal ada 2 kekuatan yang mmicu perubahan sosial, Petama, adalah
kekuatan dari dalam masyarakat sendiri (internal factor), seperti pergantian generasi dan
berbagai penemuan dan rekayasa setempat. Kedua, adalah kekuatan dari luar masyarakat
(external factor), seperti pengaruh kontak-kontak antar budaya (culture contact) secara langsung
maupun persebaran (unsur) kebudayaan serta perubahan lingkungan hidup yang pada gilirannya
dapat memacu perkembangan sosial dan kebudayaan masyarakat yang harus menata kembali
kehidupan mereka .
Betapapun cepat atau lambatnya perkembangan sosial budaya yang melanda, dan faktor apapun
penyebabnya, setiap perubahan yang terjadi akan menimbulkan reaksi pro dan kontra terhadap
masyarakat atau bangsa yang bersangkutan. Besar kecilnya reaksi pro dan kontra itu dapat
mengancam kemapanan dan bahkan dapat pula menimbulkan disintegrasi sosial terutama dalam
masyarakat majemuk dengan multi kultur seperti Indonesia.

b) Perkembangan Sosial Budaya Dewasa Ini


Indonesia dewasa ini sedang mengalami masa pancaroba yang amat dahsyat sebagai akibat
tuntutan reformasi secara menyeluruh. Sedang tuntutan reformasi itu berpangkal pada kegiatan
pembangunan nasional yang menerapkan teknologi maju untuk mempercepat pelaksanaannya.
Di lain pihak, tanpa disadari, penerapan teknologi maju itu menuntut acuan nilai-nilai budaya,
norma-norma sosial dan orientasi baru. Tidaklah mengherankan apabila masyarakat Indonesia
yang majemuk dengan multi kulturalnya itu seolah-olah mengalami kelimbungan dalam menata
kembali tatanan sosial, politik dan kebudayaan dewasa ini.
Penerapan teknologi maju
Penerapan teknologi maju untuk mempercepat pebangunan nasional selama 32 tahun yang lalu
telah menuntut pengembangan perangkat nilai budaya, norma sosial disamping ketrampilan dan
keahlian tenagakerja dengn sikap mental yang mendukungnya. Penerapan teknologi maju yang
mahal biayanya itu memerlukan penanaman modal yang besar (intensive capital investment);
Modal yang besar itu harus dikelola secara professional (management) agar dapat mendatangkan
keuntungan materi seoptimal mungkin; Karena itu juga memerlukan tenagakerja yang
berketrampilan dan professional dengan orientasi senantiasa mengejar keberhasilan (achievement
orientation).
Tanpa disadari, kenyataan tersebut, telah memacu perkembangan tatanan sosial di segenap sektor
kehidupan yang pada gilirannya telah menimbulkan berbagai reaksi pro dan kontra di kalangan
masyarakat. Dalam proses perkembangan sosial budaya itu, biasanya hanya mereka yang
mempunyai berbagai keunggulan sosial-politik, ekonomi dan teknologi yang akan keluar sebagai
pemenang dalam persaingan bebas. Akibatnya mereka yang tidak siap akan tergusur dan semakin
terpuruk hidupnya, dan memperlebar serta memperdalam kesenjangan sosial yang pada
gilirannya dapat menimbulkan kecemburuan sosial yang memperbesar potensi konflik
sosial.dalam masyarakat majemuk dengan multi kulturnya.
Keterbatasan lingkungan (environment scarcity)
Penerapan teknologi maju yang mahal biayanya cenderung bersifat exploitative dan
expansif dalam pelaksanaannya. Untuk mengejar keuntungan materi seoptimal mungkin, mesin-
mesin berat yang mahal harganya dan biaya perawatannya, mendorong pengusaha untuk
menggunakannya secara intensif tanpa mengenal waktu. Pembabatan dhutan secara besar-
besaran tanpa mengenal waktu siang dan malam, demikian juga mesin pabrik harus bekerja terus
menerus dan mengoah bahan mentah menjadi barang jadi yang siap di lempar ke pasar.
Pemenuhan bahan mentah yang diperlukan telah menimbulkan tekanan pada lingkungan yang
pada gilirannya mengancam kehidupan penduduk yang dilahirkan, dibesarkan dan
mengembangkan kehidupan di lingkungan yang di exploitasi secara besar-besaran.
Di samping itu penerapan teknologi maju juga cenderung tidak mengenal batas
lingkungan geografik, sosial dan kebudayaan maupun politik. Di mana ada sumber daya alam
yang diperlukan untuk memperlancar kegiatan industri yang ditopang dengan peralatan modern,
kesana pula mesin-mesin modern didatangkan dan digunakan tanpa memperhatikan kearifan
lingkungan (ecological wisdom) penduduk setempat.
Ketimpangan sosial-budaya antar penduduk pedesaan dan perkotaan ini pada gilirannya
juga menjadi salah satu pemicu perkembangan norma-norma sosial dan nilai-nilai budaya yang
befungsi sebagai pedoman dan kerangka acuan penduduk perdesaan yang harus nmampu
memperluas jaringan sosial secara menguntungkan. Apa yang seringkali dilupakan orang adalah
lumpuhnya pranata sosial lama sehingga penduduk seolah-olahkehilangan pedoman dalam
melakukan kegiatan. Kalaupun pranata sosial itu masih ada, namun tidak berfungsi lagi dalam
menata kehidupan pendudduk sehari-hari. Seolah-olah terah terjadi kelumpuhan sosial seperti
kasus lumpur panas Sidoarjo, pembalakan liar oleh orang kota, penyitaan kayu tebangan tanpa
alas dan hukum yang jelas, penguasaan lahan oleh mereka yang tidak berhak.
Kelumpuhan sosial itu telah menimbulkan konflik sosial yang berkepanjangan dan berlanjut
dengan pertikaian yang disertai kekerasan.
Permasalahan Sosial Budaya Di Indonesia
Bicara tentang sosial, erat kaitannya dengan masyarakat dan hubungan antar masyarakat.
Hubungan antar masyarakat yang beragam menciptakan suatu kebiasaan yang disebut juga
budaya. Jadi, sosial budaya membahas tentang fakta-fakta kebiasaan masyarakat dalam
berinteraksi satu dengan yang lain.
a) Sosialisasi di Zaman Globalisasi
Perkembangan sosial yang membudaya di Indonesia berbanding lurus dengan zaman yang
sedang berkembang. Zaman yang berkembang dari tahun ke tahun dan teknologi yang kian
canggih, mempengaruhi masyarakat Indonesia dalam bersosialisasi.
Terutama pada zaman globalisasi ini. Globalisasi sebagai sebuah gejala tersebarnya nilai-
nilai dan budaya tertentu keseluruh dunia (sehingga menjadi budaya dunia atau world culture)
telah terlihat semenjak lama. Cikal bakal dari persebaran budaya dunia ini dapat ditelusuri dari
perjalanan para penjelajah Eropa Barat (Lucian W. Pye, 1966) ke berbagai tempat di dunia ini
(id.wikipedia.org).Namun, perkembangan globalisasi kebudayaan secara intensif terjadi pada
awal ke-20 dengan berkembangnya teknologi komunikasi.
Arus globalisasi pasti mempunyai dampak yang menyebabkan terjadinya perubahan dalam
sosial budaya Indonesia. Beberapa pengaruh globalisasi dalam sosial budaya di Indonesia, antara
lain:
. Meningkatnya individualisme.
Di era globalisasi ini, kesempatan individu untuk mengatur dan menentukan yang baik bagi
dirinya sendiri sangat terbuka lebar. Hidup perorangan tanpa memperdulikan lingungan sekitar,
nantinya akan merugikan diri sendiri.
. Cultur Shock (gegar budaya).
Culture Shock biasanya ditandai dengan perubahan budaya maupun kebiasaan dalam
masyarakat. Norma masyarakat yang sebelumnya menjadi pedoman bagi seseorang bertindak
perlahan- lahan berubah menjadi longgar. Misalnya kebiasaan memberikan salam dan mencium
tangan pada orang tua sudah pudar di kalangan generasi muda.
. Cultur Lag (kesenjangan budaya).
Cultur lag ditandai dengan kebiasaan anggota masyarakat melanggar aturan atau hukum.
Misalnya : Di ruang AC, di bis umum ber-AC walaupun tertulis larangan merokok, ternyata
masih banyak yang merokok.
. Pola Kerja.
Globalisasi membawa perubahan yang mendalam dalam dunia kerja. Pola perdagangan
internasional yang baru dan cenderung ke arah ekonomi berbasis pengetahuan mempunyai
dampak luar biasa bagi pola kerja. Pekerja tanpa ketrampilan akan digantikan oleh pekerja yang
memiliki ketrampilan dan pengetahuan yang dibutuhkan oleh industri modern.
Kebudayaan Pop.
Karena globalisasi, image gagasan dan gaya hidup baru menyebar dengan cepat ke seluruh
pelosok dunia. Perdagangan, teknologi informasi baru, dan migrasi global telah memberi
kontribusi besar bagi penyebaran citra, gagasan, dan gaya hidup baru tersebut melintasi batas-
batas negara.

b) Teknologi Komunikasi yang Mengglobal di Indonesia


Permasalahan sosial budaya di Indonesia sekarang ini banyak hubungannya dengan teknologi
komunikasi. Teknologi yang kian canggih sangat membantu manusia dalam memenuhi
kepuasannya. Namun jika salah dalam penggunaannya, teknologi bisa jadi ancaman bagi
manusia (dalam hal ini masalah bersosialisasi).
Teknologi yang paling berpengaruh dalam hal bersosialisasi adalah Handphone dan Internet.
Teknologi tersebut memungkinkan kita untuk bersosialisasi dengan individu lainnya dari jarak
jauh. Terutama yang sedang marak sekarang ini adalah layanan jejaring sosial (social network).
Facebook, twitter, Blackberry Mesenger adalah sebagian dari layanan social network
yangmenjadi trend di indonesia.
Memang dengan adanya layanan tersebut terkadang bersosialisasi menjadi mudah, membuat
yang jauh menjadi dekat tetapi juga terkadang membuat yang dekat menjadi jauh. Waktu pun
tersita banyak dengan beraktifitas menggunakan social network tersebut, akhirnya interaksi
dengan lingkungan sekitar berkurang dan lama kelamaan menjadi asosial dengan lingkungan
dekatnya sendiri. Permasalahan sosial seperti ini kadang disepelekan oleh masyarakat Indonesia,
sebenarnya berpengaruh besar bagi nilai budaya Indonesia.
Permasalah sosial lainnya adalah sikap dan respon masyarakat Indonesia di situs jejaring
sosial. Karena dalam jejaring sosial kita berkomunikasi secara tidak langsung, jadi sulit menerka
maksud dan tujuan dari tulisan seseorang dalam jejaring sosial. Sering terjadi kesalahpahaman
yang nantinya akan bercabang dengan masalah yang lain. Celah itu pun banyak dilakukan untuk
modus kejahatan seperti penipuan dll. Itu lah beberapa masalah sosial yang terjadi di Indonesia
karena teknologi komunikasi yang salah dalam penggunaannya.
PEMBANGUNAN DALAM BIDANG HUKUM

1. Pembangunan Hukum
Pembangunan hukum berarti membangun suatu tata hukum, beserta perangkat yang
berkaitan dengan tegaknya kehidupan tata hukum tersebut. Suatu tata hukum berarti seperangkat
hukum tertulis (pada umumnya) yang dilengkapi dengan hukum tidak tertulis sehingga
membentuk suatu sistem hukum yang bulat dan berlaku pada suatu tempat tertentu.
Sedangkan berlaku pada suatu saat dan tempat tertentu berarti bergantung pada suatu
kelompok orang dan pandangan hidup yang mengikatnya didalam kurun waktu tertentu. Oleh
karena itu membangun hukum di Indonesia pada sekarang maupun dimasa yang akan datang,
bukanlah sekedar berdasarkan teori hukum yang universal dan canggih, melaikan sangat
dipengaruhi oleh pandangam hidup kelompok (yang nyata), sehingga diperoleh suatu hukum
yang hidup dalam arti sesuai dengan aspirasi masyarakat sehingga tidak membutuhkan yuristen
recht
Hal ini pula yang menyebabkan adanya perbedaan antara hukum pada suatu bangsa dan
pada bangsa lain, atau antara suatu kurun waktu dengan kurun waktu berikutnya pada suatu
bangsa yang sama, sehingga di kenal pula adanya perbedaan antarahukum positif (ius
contitutum) yang berlaku sekarang dan hukum yang di harapakan berlaku dimasa yang akan
datang (ius constituendum). Alasan singkat ini akan terutama memasalah ius constituendum
dengan berangkal pada ius constitutum. Dengan demikian pembangunan hukum di Indonesia
akan sangat tergantung pada pandangan hidup bangsa Indonesia yang selanjutnya akan
menentukan rambu-rambu filsafati di dalam membentuk hukum tersebut.
Rambu-rambu filsafati ini antara lain dapat mengenai, makna hukum itu sendiri sebagai alat,
apa yang seyogyanya menjadi isi daripada hukum, bagaimana prinsip operasional dalam
membangun hukum, dan bagaimana masalah teknis hukum yang sedikit banyak di pengaruhi
pula oleh pandangan hidup bangsa1[1].

2. Hukum Sebagai Alat


Hukum bukanlah tujuan, melainkan suatu alat yang terkait pada pencapaian suatu tujuan.
Pengkaitan pada suatu tujuan dapat berlangsung secara pasif dalam arti ia mengukuhkan suatu
hal atau perilaku yang baik di masyarakat sehingga ada jaminan kepastian berlakunya hal
tersebut atau dapat secara aktif dikaitkan hukum dengan tujuan dalam arti dengan hukum
direkayasa suatu kehidupan di masyarakat yang lebih baik.
Juga disini penuangan kedalam hukum suatu ide atau inspirasi adalah jelas agar di
peroleh suatu keterlibatan dan kepastian hukum, dalam arti ada sanksinya karena pada hukum
lasimnya demikian adanya.
Dengan demikian pertama-tama perlu kita fahami apakah yang diartikan dengan hukum
oleh suatu kelompok manusia, apakah ia merupakan suatu perintah, suatu himbauan atau suatu
hipotesa atau bentuk-bentuk penjelmahan lainnya. Secara teoritis yang sering kali kita dengar di
bangku kuliah ialah bahwa, sampai sekarang pun para sarjana hukum masih mencari apa yang
merupakan defenisi dari hukum tersebut.
Bahkan berdasarkan (ilmu) filsafat hukum dan sosiologi hukum dan teori hukum ada
beragam definisi hukum yang di permasalahkan sebagai pangkal tolak pembahasan. Namun
untuk pembangunan hukum di Indonesia, kita harus tegas berpangkal bahwa apa yang dianggap
hukum oleh bangsa Indonesia.

1
Apabila hal ini kita telusuri dalam hukum dasar kita yaitu UUD 1945, maka kita
memperoleh suatu petunjuk bahwa: Undang-Undang Dasar 1945, sebagai hukum dasar berisi
instruksi untuk menyelenggarakan kehidupan negara dan kesejahteraan sosial2[2]
Ini berarti bahwa hukum adalah alat untuk ketertiban kehidupan negara dan sekaligus alat untuk
mendapat kesejahteraan sosial. Dengan demikian dapat kita katakan bahwa hukum adalah alat
untuk mendapat ketertiban dan alat untuk mencapai kesejahteraan sosial, menurut anggapan
bangsa Indonesia.
Jadi bukan semata-mata untuk keamanan dan ketertiban masyarakat (Kamtibmas)
melainkan juga untuk mengukuhkan dan merekayasa kesejahteraan sosial. Hukum adalah alat
untuk tertib dan adil sejaterah dengan ungkapan lama aman tentram kartaraharja.
Selanjutnya kita ketahui apakah yang merupakan sumber hukum menurut bangsa
Indonesia. Di dalam Penjelasan UUD 1945 pun dijelaskan bahwa: pokok-pokok pikiran yang
terkandung di dalam Pembukaan, membentuk cita-cita hukum (Rechtsidee) yang mengusai
hukum dasar tertulis dan tidak tertulis. Sedangka pokok pikiran yang terkandung di dalam
Pembukaan UUD 1945 yang terutama, ialah Pancasila.
Dengan demikian jelas bahwa Pancasila adalah sumber daripada segala sumber hukum
apabilah hukum dasar tertulis dan hukum dasar tidak tertulis kita anggap sebagai sumber hukum
(ursprungnorm).
Hal yang lain yang perlu kita fahami dengan erat hubungannya dengan masalah hukum
sebagai alat, ialah apakah fungsi hukum menurut bangsa Indonesia.
Di dalam pejelasan pasal 28 dan seterusnya dari pada UUD 1945, di rumuskan bahwa:
pasal-pasal, baik yang hanya mengenai warga negara maupun mengenai seluruh penduduk,
memuat hasrat bangsa Indonesia untuk membangun negara yang bersifat demokratis dan yang
hendak menyelenggarakan keadilan sosial dan perikemanusiaan.
Apakah kata-kata pasal-pasal pada permulaan kalimat kita ganti dengan kata hukum,
maka jelaslah bahwa fungsi hukum yang di dambahkan oleh bangsa Indonesia ialah: besifat
demokratis dan hendak menyelenggarakan keadilan sosial dan perikemanusiaan. Dengan satu
kata di rangkum oleh Dr. Sahardjo, fungsi hukum ilah pengayom.
Secara visual hal ini di gambarkan atau di lambangkan dengan pohon beringin
pengayom, sebagai penggati dari lambang dewi justitia yang memegang timbangan dan pedang
2
yang merupakan lambang fungsi hukum dalam cara pandang perseorangan atau
individualistik/liberal.
Di dalam uraian mengenai sumber hukum jelas pula bahwa bentuk hukum di Indonesia
dapat tertilis dan tidak tertulis. Bentuk tertulis jelas pula siapa pembentuknya yang sesuai dengan
jenisnya atau macamnya, dapat berupa undang-undang, peraturan pemerintah, ketetapan MPR
dan sebagainya sedangkan hukum tidak tertulis dapat berupa Hukum Adat dan hukum kebiasaan
lainnya.
Karena cita-cita hukum (Rechtsidee) mengenai hukum dasar tertulis dan hukum dasar
tidak tertulis (sumber hukum) maka cita-cita hukum inilah yang harus kita pakai untuk
menyaring hukum tidak tertulis maupun hukum yang tertulis yang telah ada selama ini.
Hal selanjutnya yang harus kita fahami ialah kaitan hukum suatu negara dengan warga
negaranya.
Di dalam hal ini UUD 1945, menggariskan dalam pasal 27 banhwa: segala warga negara
bersama kedudukannya di dalam hukum dan pemerintahan itu dengan tidak terkecualinya.
Di dalam hal ini maka pelaksanaan hukum ekonomi oleh lembaga-lembaga yang
melaksanakannya (eksekutif) harus berdasar atas sistem konstitusi (hukum dasar) dan tidak
bersifat absolut (kekuasaan yang tak terbatas), sedangkan penegakan hukum di laksanakan oleh
kekuasaan kehakiman lainnya berdasarkan undang-undang. Kekuasaan kehakiman ini ialah suatu
kekuasaan yang merdeka dalam arti bebas dari pengaruh kekuasaanpemerintah.
Secara ringkas dengan demikian rambu-rambu dari pada hukum sebagai alat bersifat
universal yang dapat kami sajikan ilah mengenai: arti hukum (sumber hukum), fungsi hukum
(bentuk hukum), kedudukan manusia berdasarkan hukum; pelaksanaan/ penerapan/pelayanan
hukum; penegakan hukum di pengadilan.
Kita harus memahami pilihan bangsa Indonesia mengenai hal ini, yang semuanya itu
terus di dalam psal-pasal UUD 1945.
Dengan demikina pembentukan ataupun pembangunan hukum di Indonesia akan benar-
benar sesuai dengan pandangan hidup bangsa, maupun falsafah bernegara yang mendasari dasar
negara. Secara teoretis- konstitusional maka kesemuanya pokok-pokok pilihan bangsa Indonesia
yang telah diuraikan, membentuk unsur-unsur Negara Hukum Indonesia.

3. Isi dari pada Hukum yang akan di Bentuk dalam Pembangunan Hukum
Sebagaimana telah di uraikan dalam pendahuluan, maka seyogianya kita tidak
membentuk Yuristen-Recht dalam arti hukum yang canggi sesuai perkembangan ilmu hukum
yang universal sifatnya, melainkan harus membentuk hukum yang sesuai dengan pandangan
hidup bangsa dan tingkat kecerdasan kehidupan bangsa.
Untuk memungkinkan hal ini perlu kita fahami pula bahwa suatu hukum pada hakekatnya
berisikan pilihan mengenai hal-hal yang di anggap baik bagi kemanusiaan atau nilai (termasuk
yang tidak dianggap baik atau bernilai). Dengan demikian perlu kita ketahui nilai-nilai apakah
yang harus menjadi isi daripada hukum yang sesuai dengan pandangan hidup bangsa.
Dengan perkataan lain ialah nilai-nilai apakah yang harus di tegakan dengan hukum yang
bersumber pada Pancasila. Nilai-nilai tersebut jelas mengenai pelbagai aspek kehidupan yang
universal macam-macamnya seperti misalnya: ideologi, demokrasi, ekonomi, kebudayaan, atau
hukum itu sendiri dan sebagainya.
Kita harus dapat menelusiri di dalam UUD 1945, bagaimana pilihan bangsa Indonesia
mengenai hal ini dan biasanya untuk menunjukkan bahwa itu adalah pilihan bangsa Indonesia,
maka di tambahkkan kata Pancasila atau Nasional. Misalnya Ideologi Pancasila, Demokrasi
Pancasila, Ekonomi Pancasila, Kebudayaan Nasional, Pendidikan Nasional, Kesatuan Nasional,
Hukum Nasional dan sebagainya.
Nilai-nilai mengenai hal tersebut, secara kongrit tertulis dengan tegas di dalam UUD
1945. Sebagai contoh misalnya Ideologi Pancasila, yang dapat kita katakan sebagai ide-ide dasar
yang di inginkan oleh Pancasila, atau oleh bangsa indonesia.
Ide-ide dasar ini berupa rumusan seperangkat tata nilai yang di padukan oleh pandangan
hidup bangsa. Untuk ringkasnya nilai-nilai yang ada di dalam Pembukaan UUD 1945, kita sebut
batasan dasar seperti misalnya bermasyarakat, bernegara, tujuan negara, sifat hakekat negara
(terjadinya), jadi sikap perilaku demokratis atau kerakyatan dan sebagainya.
Sedangkan nilai yang terumus dalam pasal-pasal atau batang tubuh UUD 1945, pada
hakekatnya akan membentuk tatanan- tatanan tertentu seperti tatanan ekonomi, tatanan hukum,
tatanan budaya dan sebagainya.
Setiap tatanan pada hakekatnya juga mengikuti hal-hal yang bersifat universal, namun
nilai yang di rumuskan menunjukan pilihan bangsa Indonesia mengenai hal itu.
Beberapa contoh yang dapat dikemukakan misalnya:
a) Mengeni kehidupan yang demokratis maka mengenai hal-hal yang bersifat univesal misalnya:
Kekuasaan tertinggi dalam negara; bentuk organisasi negara
Sistem perwakilan, pola hak kemanusiaan, sistem Kepala Negara
Sifat atau tipe negara; sifat atau tipe pemerintahan
Pola kelembagaan negara, cara pelestarian pandangan hidup bangsa dan unsur-unsur atau
yang ingin di capai dengan kehidupan yang demokratis, kesemuanya jelas apa yang
terjadi, pilihan bangsa Indonesia, terumus dalam UUD 1945 dalam ari luas, mulai
pembukaan, pasal-pasal dan penjelasannya.

b) Mengenai keuangan negara, juga seperti hal-hal yang universal misalnya seperti: Anggaran
Pendapatan Belanja Negara; pajak, hal mata uang, masalah keuangan negara lainnya dan
pemeriksaan keuangan negara; jelas pula pilihan bangsa Indonesia mengenai hal ini di dalam
pasal-pasal UUD 1945.
c) Juga mengenai perekonomian, hal-hal yang universal seperti sistem perekonomian (pekerjaan),
produksi (demokrasi ekonomi), bangun perusahan dan sebagainya, jelas pula pilihan nilai-nilai
bangsa Indonesia mengenai hal ini, yang perlu di kembangkan lebih lanjut oleh para pakar atau
nara sumber agar dapat menjadi isi dari pada hukum yang di bentuk.
Hal-hal yang sama dapat kita telusuri, dalam hal tatanan lainnya. Sistem
Undang-Undang Dasar kita ialah apabila belum dapat di rumuskan nilai-nilai dasarnya maka di
beri petunjuk bahwa hal tersebut harus di tentukan dengan undang-undang.
Hal ini berarti bahwa harus di tetapkan oleh wakil rakyat dan
penyelenggara di bidang pemerintahan, sesuai dengan perkembangan kecerdasan kehidupan
bangsa Indonesia, seperti misalnya tatanan berserikat, berkumpul dan mengeluarkan pendapat.

4. Beberapa Prinsip Operasional Pembangunan Hukum


Apabila untuk memahami hukum sebagai alat dan apa yang akan menjadi isi dari pada
hukum, kita harus menelusuri UUD 1945, maka pedoman operasiona pembangunan hukum
adalah GBHN.
Kedua-duanya baik UUD maupun GBHN di tetapkan oleh Majelis Permusyawaratan
Rakyata atas nama Rakyat.
Pembangunan yang kita lakukan ialah sebagai pengalaman pancasila, hal ini berarti
bahwa tujuan yang akan kita capai ialah masyarakat (modern ) yang adil dan makmur
berdasarkan Pancasila, yang dengan perkataan lain ialah tujuan kita dalam bernegara.
Oleh karena iturumusan secara konstitusional daripada adil dan makmur berdasarkan
Pancasila ialah apabila:
Seluruh bangsa dan tumpah darah adalah terlindungi;
Ada kemajuan dalam kesejahteraan umum;
Ada (peningkatan) kecerdasan kehidupan bangsa; dan
Ada tertib dunia yang berdasarkan pada kemerdekaan, perdamaian abadi dan
kesejahteraan sosial di mana Indonesia termasuk di dalamnya.

Kongkretisasi daripada tujuan bernegara secara bertahap dan berkesenambungan


dari pada tujuan negara secara bertahap dan berkesinambungan di dalam kegiatan bernegara, kita
sebut haluan negara. Secara garis besar haluan negara ini di tetapka lima lima tahun sekali dan di
sebut garis besar haluan negara yang pada pokoknya ialah pola Umum Pembangunan Nasional.
Dengan demikianpetunjuk operasional dari pembangunan hukum ialah dalam
GBHN. Di dalam GBHN, maka masalah hukum di rumuskan dalam bab-bab sesuai sistematika
GBHN, hal mana menunjukan fungsi pedoman operasional dari pada rumusan tersebut.
Rumusan pertama ialah dalam Pola Dasar Pembangunan Nasional, dimana mengenai
hukum di rumuskan pengarahannya dalam dua hal yaitu:
a. Sebagai asas pembangunan dengan rumusan:
asas kesadaran hukum ialah bahwa setiap warga negara Indonesia, harus selalu sadar
dan taat kepada hukum dan mewajibkan warga negara untuk menegakan dan menjamin kepastian
hukum. Konsisten dengan uraian mengenai hukum sebagai alat maka seyogianya ditambahkan
kata adil dan sejahtera. Sehingga tidak hanya mengenai kepastian hukum tetapi juga mengenai
keadilan dan kesejahteraan sosial.
b. Arahan yang kedua di dalam Pola Dasar Pembangunan Nasional ialah :
Dirumuskan sebagai bagian dari Wawasan Nusantara sebagai cara pandang dalam
pembangunan nasional.
Bahwa seluruh kepulauan Nusantara merupakan kesatuan hukum dalam arti bahwa
hanya ada satu hukum nasional yang mengabdi kepada kepentingan nasional.
Dengan adanya keragaman tata hukum yang berlaku sekarang di Indonesia, sesuai
Aturan Peralihan pasal II UUD 1945, seperti antara lain hukum barat (Kontinental dan Anglo
Saxon); hukum adat, hukum feodal dan mungkin dalam batas-batas tertentu hukum revolusi,
maka jelas bobot dan makna dari arahan ini.
Rumusan kedua ialah di dalam Pola Umum Pembangunan Jangka Panjang, khususnya di
dalam Arahan Pembanguna Hukum Jangka Panjang pada butir ke- 15 pada sub bab tersebut di
rumuskan adanya empat sasaran yang handak di capai:
Bidang ekonomi
Bidang agama, Kepercayaan Terhadap Tuhan Yang Maha Esa, Sosial Budaya;
Bidang Politik dan
Bidang Hankam
Masalah hukum di rumuskan di dalam bidang politik dalam negeri dimantapkan
kesadaran kehidupan politik dan kenegeraan berdasarkan Pncasila dan UUD 1945, bagi setiap
warga negara, sehingga dapat terjamin kelancaran usaha mencapai tujuan nasional.
Dalam rangka mencapai sasaran itu termasuk di dalamnya usaha untuk menciptakan
kondisi serta situasi untuk memungkinkan terlaksananya proses pembaharuan kehidupan politik,
sehingga dapat di capai keadaan dengan sistem politik yang benar-benar demokratis, stabil,
dinamis efektif dan efisien yang dapat memperkuat kehidupan konstitusional, mewujudkan
Pemerintahan yang bersih, bekemampuan berwibawa, pengawasan oleh Perwakilan Rakyat, yang
semakin efisien serta terwujudnya kesadaran dan kepentingan hukum dalam masyarakat yang
semakin mantap.
Konsisten dengan uraian terdahulu maka seyogianya masalah hukum juga di rumuskan di
bidang-bidang lain dan tidak sekedar terkait dengan kepentingan hukum dalam masyarakat yang
semakin mantap (kehidupan politiknya).
Rumusan ketiga ialah tetang masalah hukum di dalam GBHN ialah di dalam Pola Umum
Pelita IV, dimana hukum di arahkan dalam dua hal yaitu:

a) Arah dan kebijaksanaan pembanunan UMUM


Rumuskan dalam arah dan kebijaksanaan di maksudkan untuk memberikan ciri pada
pembangunan pelita IV, artinya berlaku bagi setiap bidang dan sektor, pembangunan nasonal.
Sehingga apabila pembangnan nasional tahap yang akan datang adalah mengenai
Kerangka Landasan Pembangunan, maka seyogianya masalah tersebut di rumuskan pula untuk
GBHN yang akan datang.
Mengenai Kerangka Landasan di bidang hukum dapat di uraikan secara ringkas sebagai
berikut:
Apabila Kerangka Landasan Pembangunan Nasional kita artikan sebagai suatu
mekanisme yang memungkinkan kita membangun di atas kekuatan dan kemampuan sendiri
(tinggal landas pembangunan), maka kerangka landasan pembangunan hukum dapat di artikan
sebagai:
langkah-langkah strategis yang harus kita ambil agar untuk melanjutkan pembangunan
hukum benar-benar membentuk suatu sistem hukum nasional dan tidak merupakan gabungan
dari pelbagai sistem hukum yang tidak bersumber pada Pancasila
Mengingat kita membangun hukum tidak di mulai pada titik nol atau dalam suatu
keadaan rechtg-vacuum maka suda barang tentu sudah ada beberapa langkah strategis yang di
kembangkan sekalipun belum tuntas/bulat, melainkan mengambil dari sistem hukum yang lain.
Untuk dapat menelaah secara lebih tajam pembangunan bidang hukum maka peru
diperjelas apakah sebenarnya yang merupakan bidang-bidang utama pembangunan hukum.
Yang dimaksud bidang disini bukalah isi dari pada pengatuan melaikan aspek-aspek yang
menunjukan kehidupan hukum yaitu:
Pembentukan dan pencerahan hukum;
Penegakan hukum di pengadilan;
pelaksanaan/penerapan/ pelayanan hukum diluar pengadilan;
Perkembangan hukum secara akademik (pendidikan hukum);
Kegiatan hukum yang bersifat antar tata hukum (regional maupun internasional).
Dengan demikan langkah-langkah strategis di kelima bidang ini akan membentuk
kerangka pembangunan hukum.
Perkembangan yang sudah ada di kelima bidang tersebut pada saat sekarang akan
menyebabkan bahwa kumpulan langkah starategis yang akan membentuk suatu kerangka
landasan tidak akan merupakan suatu kesatuan akademis yang bulat, namun pencarian langkah-
langkah strategis akan bersifat akademik.

b) Dalam salah satu sektor dari pada bidang politik, yaitu sektor 3.
Rumusan tentang hukum di sektor Hukum dalam Bidang Politik, Aparatur
Pemerintah, Hukum, Penerangan dan Media Massa, Hubungan Luar Negeri inilah yang biasa
dianggap sebagai rumusan hukum di dalam GBHN, yang di kembangkan lebih lanjut di dalam
PELITA Bab 27, yang kemudian menjadi pedoman pembangunan Departemen Kehakiman,
sehingga pengertian pembangunan hukum menjadi sempit.
5. Beberapa Masalah Teknis Pembangunan Hukum
Berbica tentang pembangunan hukum tidak dapat terlepas dari masalah teknis yang harus
kita kembangkan.
Beberapa malah teknis antara lain:
a. Di bidang pembentukan hukum misalnya:
Pembangunan Hukum yang baik ialah yang berencana dan tidak tergantung semata-mata
pada selera sesaat. Dalam hal ini kita berhadapan dengan masalah program legislatif
nasional yang seyogianya jelas setiap lima tahunnya;
Pembentukan hukum harus baku dan jelas proses atau prosedur yang harus di tempuh,
dan dalam hal ini kita berhadapan dengan masalah proses legislatif nasional;
Rumusan hukum merupakan satu naskah tentu yang baku pula bentuk dan susunannya
dan dalam hal ini kita berhadapan dengan masalah teknis perundang-undangan dan bahsa
hukum.
Jumlah produk hukum yang dapat di hasilkan oleh lembaga pembentuk hukum
menetukan pula laju pembangunan hukum dan dalam hal ini kita berhadapan dengan
masalah beban legislatif nasional.
Merumuskan dalam hukum satu masalah memerlukan pengorganisasian atau
pengadministrasian yang baik. Biasanya tergantung pada macam atau jenis hukum,
apakah mengatur pokok-pokok sehingga harus luwes atau mengatur pelaksanaan yang
terperinci. Menggabungkan kedua hal dalam satu pengaturan mengakibatkan hukum
cepat usang atau menghambat perkembangan sehingga perlu deregulasi, atau
menumbuhkan satu birokrasi yang negatif.
Sesuai dengan yang talah di uraikan bahwa hukum harus sesuai dengan pandangan hidup
bangsa dan aspirasi masyarakat, maka perlu pembakuan tentang lembaga penampung
aspirasi rakyat seperti misalnya lembaga dengan pendapat umum.
Di bidang penegakan hukum masalah teknis yang terutama harus dikembangkan ialah
antara lain, misalnya yurisprudensi, kebijaknaan pelaksanaan hukum, pembinaan
lembaga-lembaga penegakan hukum dan pejabatnya, pendapat sarjana sebagai hukum
tidak tertulis dan sebagainya.
Di bidang pelayanan hukum yang terutama ialah penanaman jiwa pengabdian sehingga
tidak menumbuhkan ketertiban hukum biaya tinggi. Ringkasnya suatu perinsip pelayanan
masyarakat yang baik yang harus kita kembangkan
Di bidang pengembangan hukum menyangkut masalah tujuan hasil dan struktur
pendidikan hukum mulai yang formal dilingkungan pendidikan jabatan
Dalam bidang antar tata hukum, yang terutama masalah persetujuan rakyat atau ratifikasi

PEMBANGUNAN DALAM BIDANG ALAM LINGKUNGAN

Sumber daya alam dan lingkungan hidup merupakan sumber yang penting bagi
kehidupan umat manusia dan makhluk hidup lainnya. Sumber daya alam menyediakan sesuatu
yang diperoleh dari lingkungan fisik untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan manusia,
sedangkan lingkungan merupakan tempat dalam arti luas bagi manusia dalam melakukan
aktifitasnya. Namun kali ini kita akan hanya membahas tentang hubungan lingkungan dengan
pembangunan.

Pembangunan sumber daya alam dan lingkungan hidup menjadi acuan bagi kegiatan
berbagai sektor pembangunan agar tercipta keseimbangan dan kelestarian fungsi sumber
daya alam dan lingkungan hidup sehingga keberlanjutan pembangunan tetap
terjamin. Pemanfaatan sumber daya alam seharusnya memberi kesempatan dan ruang bagi
peranserta masyarakat dalam pemeliharaan lingkungan dan pembangunan berkelanjutan.

PROGRAM-PROGRAM PEMBANGUNAN

Dengan memperhatikan tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan yang merupakan cerminan dari
prioritas kegiatan yang akan dilakukan dalam bidang pengelolaan lingkungan hidup, maka
program tersebut memiliki tujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat yang adil dan
berkelanjutan dalam kualitas lingkungan hidup yang semakin baik dan sehat

1. Program Peningkatan Kualitas Lingkungan


Program ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas lingkungan hidup dalam upaya
mencegah pengrusakan dan atau pencemaran lingkungan seperti sungai, kali dan laut, dan
pemulihan kualitas lingkungan yang rusak akibat pemanfaatan sumber daya alam yang
berlebihan, kegiatan industri dan transportasi. Sasaran program ini adalah tercapainya
kualitas lingkungan hidup yang bersih dan sehat sesuai baku mutu lingkungan yang
ditetapkan. Kegiatan pokok yang dilakukan adalah:
menerapkan perijinan dan meningkatkan pengawasan industri pengolahan limbah
cair
melakukan pengawasan dan pengendalian sumber-sumber pencemaran kali, laut
dan udara bersih
meningkatkan kepedulian dan kesadaran industriawan dan masyarakat untuk
berperan aktif dalam menjaga sungai, laut dan udara dari penggunaan bahan kimia
yang merusak
mengembangkan teknologi yang berwawasan lingkungan khususnya teknologi
tradisional yang berkaitan dengan pengelolaan sumber daya air, sumber daya
hutan dan industri yang ramah lingkungan
meningkatkan kondisi dan kualitas sungai Ciliwung
meningkatkan sistem penanggulangan dan pengawasan terhadap pembajakan
sumber daya hayati
melakukan pencegahan polusi udara melalui uji emisi, dalam upaya ini termasuk
pengendalian dampak polusi udara pada kesehatan masyarakat
menerapkan sanksi hukum terhadap dunia usaha dan masyarakat yang dengan
sengaja melakukan pencemaran lingkungan.

2. Program Peningkatan Pengendalian Dampak Lingkungan


Tujuan program ini adalah meningkatkan pengendalian dampak lingkungan akibat
pencemaran lingkungan, pemulihan kualitas lingkungan yang rusak akibat pemanfaatan
sumber daya alam yang berlebihan, serta memberi dukungan terhadap kegiatan industri
dan transportasi yang ramah lingkungan. Sasaran program ini adalah meningkatnya
pengendalian dampak lingkungan serta kualitas lingkungan seiring dengan meningkatnya
kualitas kelestarian alam dan jumlah warga kota yang memiliki kepedulian dan kesadaran
akan pentingnya lingkungan hidup. Kegiatan pokok yang dilakukan adalah:
melakukan pertimbangan lingkungan yang lebih bijaksana dalam memberikan ijin
lokasi bagi industri,
mempertimbangkan faktor lingkungan dalam pengembangan
teknologi pengelolaan limbah rumah tangga, industri dan transportasi
menetapkan indeks dan baku mutu lingkungan
meningkatkan perlindungan terhadap teknologi tradisional yang ramah
lingkungan
memantau kualitas lingkungan secara terpadu dan terus menerus
meningkatkan kesadaran warga kota akan hidup bersih dan sehat
memanfaatkan kearifan tradisional dalam pemeliharaan lingkungan hidup
meningkatkan kepatuhan dunia usaha dan masyarakat terhadap peraturan dan tata
nilai masyarakat yang berwawasan lingkungan. Dalam upaya ini
termasuk penataan ruang, pemukiman dan industri yang konsisten dengan
pengendalian pencemaran lingkungan.

3. Program Penataan dan Pengembangan Ruang Terbuka Hijau (RTH)


Program ini bertujuan untuk menyempurnakan penataan dan pengembangan ruang
terbuka hijau sebagai upaya meningkatkan penghijauan kota. Sasaran program ini adalah
meningkatnya kualitas dan kuantitas ruang terbuka hijau serta menjadikan kota Jakarta
yang teduh, nyaman, sehat dan indah. Kegiatan pokok yang dilakukan adalah:
mengembangkan dan memanfaatkan ruang terbuka hijau secara konsisten dan
efektif sesuai dengan fungsinya serta dinamika kehidupan masyarakat
meningkatkan kepedulian dan kesadaran masyarakat akan pentingnya taman
sebagaiupaya terciptanya ruang terbuka hijau.
meningkatkan pemeliharaan taman kota secara tepat dan baik termasuk
pemeliharaan hasil pembangunan pertamanan.

4. Program Penyerasian dan Keindahan Lingkungan


Program ini bertujuan untuk menjadikan kota Jakarta yang indah, bersih, hijau dan
nyaman serta meningkatkan sarana dan prasarana yang mendukung keindahan kota.
Sasaran yang ingin dicapai adalah meningkatnya sarana keindahan kota untuk
menwujudkan kota Jakarta yang nyaman dan bersih. Kegiatan yang dilakukan adalah :
meningkatkan kualitas estetika sarana keindahan kota
menyusun rencana lingkup kegiatan sarana keindahan kota
menyusun rencana persebaran, penempatan, dimensi sarana keindahan kota
menata dengan baik penempatan ornamen dan street furniture, termasuk media
luar ruang.

RUANG LINGKUP PEMBANGUNAN

Menurut UU No.25 Tahun 2004 Tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional,


terdapat lima ruang lingkup perencanan pembangunan daerah, yaitu:
a. Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD).
RPJPD merupakan satu dokumen rencana resmi daerah yang dipersyaratkan bagi
mengarahkan pembangunan daerah dalam jangka waktu 20 (dua puluh) tahun ke depan. RPJPD
merupakan dokumen rencana yang menjadi acuan bagi penyusunan rencana daerah dengan
hirarki dan skala yang lebih rendah seperti Rencana Tata Ruang Wilayah Daerah (RTRWD),
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD), Rencana Strategis Satuan Kerjan
Perangkat Daerah (Renstra SKPD), dan Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD). RPJPD
dapat dilihat sebagai dokumen rencana yang mencoba untuk mengeksplorasi kemungkinan-
kemungkinan perkembangan, kecenderungan dan perubahan dari berbagai faktor eksternal dan
internal di masa depan; memperkirakan pengaruhnya terhadap pengembangan daerah masa
depan; mencoba memproyeksikan arah perjalanan pembangunan daerah hingga 20 tahun ke
depan untuk mengantisipasi tantangan dan peluang yang akan dihadapi dan; merumuskan arah
kebijakan dan strategi pembangunan daerah untuk memanfaatkan peluang seoptimal mungkin
dan mengatasi kendala dan ketidak pastian seefektif mungkin.
Perencanaan jangka panjang 20 tahun akan sangat banyak dipengaruhi oleh banyak
ketidakpastian atau yang tidak dapat diprediksi. Kualitas dokumen RPJPD akan sangat
ditentukan oleh sejauh mana kemampuan membaca dan mengeksplorasi kecenderungan
perubahan-perubahan yang diperkirakan akan terjadi di masa depan. Untuk ini pendekatan
perencanaan strategis berbasis scenario planning sangatlah diperlukan dalam penyusunan
RPJPD. Perencanaan strategis berbasis scenario planning adalah pendekatan, cara untuk
mencapai tujuan; mengarahkan pengambilan keputusan, dan tindakan diberbagai peringkat
organisasi; sifatnya garis besar, medium to long range, menghubungkan sumber daya dan dana
dengan tujuan yang ingin dicapai dan diantara strategi tidak saling bertentangan namun saling
melengkapi. Perencanaan strategis berbasis skenario menetapkan kemana daerah akan diarahkan
pengembangannya; mencoba memetakan arah perjalanan pembangunan daerah; apa yang hendak
dicapai pada masa dua puluh tahun mendatang; bagaimana tahapan mencapainya dan langkah-
langkah strategis apa yang perlu dilakukan agar tujuan tercapai.

Namum dokumen RPJPD juga harus memiliki komitmen pemerintah terhadap tujuan-tujuan
pembangunan global seperti Millenium Development Goals, Sustainable Development,
pemenuhan Hak Asasi Manusia, pemenuhan air bersih dan sanitasi dsb.
b. Rencana Pembangunan Jangka Menengah daerah (RPJMD)
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah merupakan satu dokumen rencana resmi
daerah yang dipersyaratkan bagi mengarahkan pembangunan daerah dalam jangka waktu 5
(lima) tahun ke depan masa pimpinan Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah Terpilih. RPJMD
sangat terkait dengan visi dan misi Kepala Daerah Terpilih, maka dokumen RPJMD akan
mencerminkan sejauh mana kredibilitas Kepala Daerah Terpilih dalam memandu, mengarahkan,
dan memprogramkan perjalanan kepemimpinannya dan pembangunan daerahnya dalam masa 5
(lima) tahun ke depan dan mempertanggungjawabkan hasilnya kepada masyarakat pada akhir
masa kepemimpinannya.

RPJMD menjawab 3 (tiga) pertanyaan dasar: (1) kemana daerah akan diarahkan
pengembangannya dan apa yang hendak dicapai dalam 5 (lima tahun) mendatang; (2) bagaimana
mencapainya dan; (3) langkah-langkah strategis apa yang perlu dilakukan agar tujuan tercapai.

Dalam konteks ini, adalah sangat penting bagi RPJMD untuk mengklarifikasikan secara
eksplisit visi dan misi Kepala Daerah Terpilih kemudian menerjemahkan secara strategis,
sistematis, dan terpadu ke dalam tujuan, strategi, kebijakan, dan program prioritas serta tolok
ukur kinerja pencapaiannya.

Untuk mendapatkan dukungan yang optimal bagi implementasinya, proses penyusunan


dokumen RPJMD perlu membangun komitmen dan kesepakatan dari semua stakeholder untuk
mencapai tujuan RPJMD melalui proses yang transparan, demokratis, dan akuntabel dengan
memadukan pendekatan teknokratis, demokratis, partisipatif, dan politis.

c. Rencana Strategis Satuan Kerjan Perangkat Daerah (RENSTRA SKPD)


Rencana Strategis Satuan Kerja Perangkat Daerah atau Renstra SKPD merupakan satu
dokumen rencana resmi daerah yang dipersyaratkan bagi mengarahkan pelayanan SKPD
khususnya dan pembangunan daerah pada umumnya dalam jangka waktu 5 (lima) tahun ke
depan masa pimpinan Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah Terpilih. Karena penyusunan
Dokumen Renstra SKPD sangat terkait dengan visi dan misi Kepala Daerah Terpilih dan
RPJMD, maka kualitas penyusunan Renstra SKPD akan sangat ditentukan oleh kemampuan
SKPD untuk menerjemahkan, mengoperasionalkan, dan mengimplementasikan Visi, Misi dan
Agenda Kepala Daerah, tujuan, strategi, kebijakan, dan capaian program RPJMD ke dalam
penyusunan Renstra SKPD sesuai Tugas Pokok dan fungsi (TUPOKSI) SKPD. Kinerja
penyelenggaraan urusan SKPD akan sangat mempengaruhi kinerja pemerintahan daerah dan
Kepala Daerah selama masa kepemimpinanya. Dalam konteks ini, adalah sangat penting bagi
Renstra SKPD untuk mengklarifikasikan secara eksplisit visi dan misi Kepala Daerah Terpilih
dan RPJMD, kemudian menerjemahkan secara strategis, sistematis, dan terpadu ke dalam tujuan,
strategi, kebijakan, dan program prioritas SKPD serta tolok ukur pencapaiannya.

d. Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD)


Rencana Kerja Pemerintah Daerah atau RKPD merupakan satu dokumen rencana resmi
daerah yang dipersyaratkan bagi mengarahkan pembangunan daerah dalam jangka waktu 1 (satu)
tahun ke depan. Sebagai suatu dokumen rencana yang penting sudah sepatutnya Pemerintah
Daerah, DPRD, dan masyarakat memberikan perhatian penting pada kualitas proses penyusunan
dokumen RKPD, dan tentunya diikuti dengan pemantauan, evaluasi, dan review atas
implementasinya. RKPD mempunyai fungsi penting dalam sistem perencanaan daerah, karena
RKPD menerjemahkan perencanaan strategis jangka menengah daerah (RPJMD dan Renstra
SKPD) ke dalam rencana, program, dan penganggaran tahunan. RKPD menjembatani
sinkronisasi harmonisasi rencana tahunan dengan rencana strategis; mengoperasionalkan rencana
strategis ke dalam langkah-langkah tahunan yang lebih konkrit dan terukur untuk memastikan
tercapainya rencana strategis jangka menengah.

e. Rencana Kerja Satuan Kerja Perangkat Daerah (Renja SKPD)


Rencana Kerja Satuan Kerja Perangkat Daerah atau Renja SKPD merupakan satu
dokumen rencana resmi daerah yang dipersyaratkan bagi mengarahkan program dan kegiatan
pelayanan SKPD khususnya dan pembangunan tahunan daerah pada umumnya. Renja SKPD
mempunyai fungsi penting dan sangat fundamental dalam sistem perencanaan daerah karena
Renja SKPD adalah perencanaan pada unit organisasi terendah dan terkecil di pemerintah daerah
yang memberikan masukan utama dan mendasar bagi perencanaan di peringkat yang lebih atas
seperti RKPD, Renstra SKPD, RPJMD dan bahkan RPJPD. Renja SKPD berhubungan langsung
dengan pelayanan kepada masyarakat yang merupakan tujuan utama penyelenggaraan
pemerintahan daerah. Kualitas penyusunan Renja SKPD dengan demikian akan sangat
menentukan kualitas pelayanan SKPD yang diberikan kepada masyarakat penggunanya.

PEMBANGUNAN NASIONAL

PENGERTIAN PEMBANGUNAN NASIONAL


Pembangunan nasioanal adalah upaya untuk meningkatkan seluruh aspek kehidupan
masyarakat, bangsa, dan negara yang sekaligus merupakan proses pembangunan keseluruhan
sistem penyelenggaraan negara untuk mewujudkan tujuan nasional. Dalam pengertian lain,
pembangunan mewujudkan nasional dapat diartikan sebagai rangkaian upaya pembangunan yang
berkesinambungan nasional dapat diartikan sebagai rangkaian upaya pembangunan yang untuk
melaksanakan tugas mewujudkan tujuan nasional.
Pelasanaan pembangunan mewujudkan aspek kehidupan bangsa, yaitu aspek politik,
ekonomi, sosial budaya, dan pertahanan keamanan secara berencana, menyeluruh, nasional
dalam rangka mewujudkan kehidupan yang sejajar dan sederajat dengan bangsa lain yang lebih
maju. Oleh karena itu, sesungguhnya pembangunan nasional merupakan pencerminan kehendak
untuk terus menerus meningkatkan kesejahteraan kehidupan masyarakat dan penyelenggaraan
negara yang maju dan demokrasi berdasarkan Pancasila.

HAKIKAT PEMBANGUNAN NASIONAL

Hakikat pembangunan nasional adalah pembangunan manusia Indonesia seutuhnya dan


pembangunan masyarakat Indonesia seluruhnya. Hal ini berarti dalam pelaksanaan pembangunan
nasional adalah sebagai berikut :

1) Ada keselarasan, keserasian, keseimbangan, dan kebulatan yang utuh dalam seluruh
kegiatan pembangunan. Pembangunan adalah untuk manusia dan bukan sebaliknya manusia
untuk pembangunan. Dalam pembangunan dewasa ini dan jangka panjang, unsur manusia, unsur
sosial budaya, dan unsur lainnya harus mendapat perhatian yang seimbang.

2) Pembangunan adalah merata untuk seluruh masyarakat dan di seluruh wilayah tanah air.

3) Subyek dan obyek Pembangunan adalah manusia dan masyarakat Indonesia, sehingga
pembangunan harus berkepribadian Indonesia dan menghasilkan manusia dan masyarakat maju
yang tetap berkepriadian Indonesia pula.

4) Pembangunan dilaksanakan bersama oleh masyarakat dan Pemerintah. Masyarakat adalah


pelaku utama pembangunan dan pemerintah berkewajiban untuk mengarahkan, membimbing,
serta menciptakan suasana yang menunjang. Kegiatan masyarakat dan kegiatan Pemerintah
saling mendukung, saling mengisi, dan saling melengkapi dalam satu kesatuan langkah menuju
tercapainya tujuan pembangunan nasional.

TUJUAN PEMBANGUNAN NASIONAL

Pembangunan nasional dilaksanakan untuk mewujudkan Tujuan Nasional seperti termaktub


dalam Pembukaan UUD 1945 alinea IV, yaitu melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh
tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan
ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan
keadilan sosial serta mewujudkan cita-cita bangsa sebagaimana termaktub dalam alinea II
Pembukaan UUD 1945.

Visi

Terwujudnya masyarakat Indonesia yang damai, demokratis, berkeadilan, berdaya saing, maju,
dan sejahtera dalam wadah negara Republik Indonesia yang didukung oleh manusia Indonesia
yang sehat, mandiri, beriman dan bertakwa, berakhlak mulia, cinta tanah air, berkesadaran
hukum dan lingkungan, menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi, memiliki etos kerja yang
tinggi dan disiplin.

Misi

Untuk mewujudkan visi bangsa Indonesia masa depan, misi yang diterapkan adalah sebagai
berikut :

Pengamalan Pancasila secara konsisten dalam kehidupan bermasyarkat, berbangsa


dan bernegara.
Penegakan kedaulatan rakyat dalam segala aspek kehidupan bermasyarakat,
berbangsa, dan bernegara.
Peningkatan pengamalan ajaran agama dalam kehidupan sehari-hari untuk
mewujudkan kualitas keimanan dan ketakwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa
dalam kehidupan persaudaraan umat beragama yang berakhlak mulia, toleran,
rukun dan damai.
Penjaminan kondisi aman, damai, tertib dan ketenteraman masyarakat.
Perwujudan sistem hukum nasional yang menjamin tegaknya supremasi hukum
dan hak asasi manusia berlandaskan keadilan dan kebenaran
Perwujudan kehidupan sosial budaya yang berkepribadian, dinamis, kreatif, dan
berdaya tahan terhadap pengaruh globalisasi.
Pemberdayaan masyarakat dan seluruh kekuatan ekonomi nasional, terutama
pengusaha kecil, menengah dan koperasi, dengan mengembangkan sistem
ekonomi kerakyatan yang bertumpu pada mekanisme pasar yang berkeadilan,
bersumber daya alam, dan sumber daya manusia yang produktif, mandiri maju,
berdaya saing dan berwawasan lingkungan.
Perwujudan otonomi daerah dalam rangka pengembangan daerah dan pemerataan
pertumbuhan dalam wadah negara kesatuan Republik Indonesia.
Perwujudan kesejahteraan rakyat yang ditandai oleh meningkatnya kualitas
kehidupan yang layak dan bermartabat serta perhatian utama pada tercukupinya
kebutuhan dasar, yaitu pangan, sandang, papan, kesehatan, pendidikan, dan
lapangan kerja.
Perwujudan aparatur negara yang berfungsi melayani masyarakat, profesional,
berdaya guna, produktif, transparan; yang bebas dari korupsi, kolusi dan
nepotisme.
Perwujudan sistem dan iklim pendidikan nasional yang demokratis dan bermutu
guna memperteguh akhlak mulia, kreatif, inovatgif, berwawasan kebangsaan,
cerdas, sehat, berdisiplin, bertanggungjawab, berketerampilan, serta menguasai
ilmu pengetahuan dan teknologi dalam rangka mengembangkan kualitas manusia
Indonesia.
Perwujudan politik luar negeri yang berdaulat, bermanfaat, bebas dan proaktif
bagi kepentingan nasional dalam menghadapi perkembangan global.

Visi (impian/harapan) dan misi (hal-hal yang akan dilakukan untuk mencapai visi) tersebut
merupakan dasar dan rambu-rambu untuk mencapai tujuan bangsa dan cita-cita nasional.
Berdasarkan visi dan misi itu, maka disusunlah suatu kebijakan pembangunan nasional. Berikut
secara sederhana dapat diberikan bagan tentang paradigma pembangunan nasional berdasarkan
konsep, prinsip dan nilai-nilai Pancasila.

CIRI-CIRI PEMBANGUNAN NASIONAL


Pembangunan nasional mempunyai ciri-ciri umum, yaitu sebagai berikut.

Pembangunan nasional merupakan proses perbaikan dalam berbagai aspek kehidupan


agar terjadi perubahan-perubahan yang lebih berarti, yang dilakukan secara terus
menerus dari waktu ke waktu.
Dalam pembangunan nasional diperlukan adanya rencana-rencana yang terarah.

Sejak tahun 1998 bangsa Indonesia mengalami krisis moneter yang disusul adanya krisis
multidimensional sehingga melahirkan era baru reformasi. Krisis moneter ini ditandai oleh
adanya kelesuan perekonomian nasional. Apakah wujud kelesuan perekonomian nasional ini?
Terjadinya peningkatan harga-harga secara umum (inflasi), menurunnya kurs rupiah terhadap
mata uang asing, maraknya PHK, rendahnya kinerja aparatur negara, korupsi yang merajalela
tanpa adanya penegakan hukum yang adil, dan rendahnya produktivitas BUMN merupakan
berbagai wujud kelesuan perekonomian nasional.

Dalam era reformasi dilakukan perubahan-perubahan dalam sistem ketatanegaraan


bangsa Indonesia. Di antaranya adalah amandemen Undang- Undang Dasar 1945. Dalam UUD
1945 yang telah diamandemen tersebut, program pembangunan yang dilaksanakan oleh bangsa
Indonesia tidak lagi dituangkan dalam sebuah garis-garis besar haluan negara yang ditetapkan
oleh Majelis Permusyawaratan Rakyat setiap lima tahun. Platform politik atau visi dan misi
presiden terpilihlah yang menggantikannya. Maka, sejak pemilihan umum tahun 2004 berhasil
dilaksanakan, platform politik atau visi dan misi presiden terpilihlah yang digunakan sebagai
arah tujuan pembangunan.

Selama masa kampanye para calon presiden secara terbuka membeberkan platform atau visi dan
misi mereka dalam pembangunan Indonesia ke depan. Dengan demikian, seluruh rakyat
Indonesia dapat mengetahui dan mencatat janji apa saja yang mereka ucapkan. Pakar politik dari
UI Arbi Sanit berpendapat, tidak adanya GBHN membuat presiden terpilih mendatang memiliki
keleluasaan menginterpretasikan Pancasila sesuai visi dan misinya ke dalam program-program
yang dituangkan dalam UU tentang APBN. Jadi, cerminan program-program pembangunan yang
akan dilaksanakan dapat dilihat dari APBN yang ditetapkan oleh DPR sebagai UU. Sehingga,
berbagai kebijakan yang akan dijalankan oleh pemerintah mendatang masih harus dibahas
dengan DPR.

Presiden terpilih harus menyertakan tim yang tangguh di sector ekonomi, pendidikan,
kesehatan, pertanian, perikanan, dan sektor lainnya. Untuk program ini harus ada program aksi.
Kalau ada yang belum dilaksanakan, rakyat termasuk LSM dan pers bisa menanyakan sekaligus
mengingatkan pemerintah bahwa target 100 hari pemerintahan belum tercapai. Tim ini harus
menguasai masalah yang sedang dihadapi bangsa. Misalnya, kalau ingin membebaskan SPP
murid SD dan SLTP harus jelas anggaran diambil dari pos mana dan berapa. Ini harus dihitung
dengan tepat agar program lainnya tetap berjalan dengan baik.

DINAMIKA PEMBANGUNAN

Secara ilmu, pembangunan ekonomi, politik dapat diklasifikasi secara sosiologis ke


dalam tiga kategori. Pertama, masyarakat yang masih bersifat tradisional; kedua adalah
masyarakat yang bersifat peralihan; dan ke tiga adalah masyarakat maju. Ke tiga kategori
tersebut saling berkaitan, karena berada dalam satu negara. Semua negara di dunia masih
mempunyai tiga kategori tersebut, meskipun dalam negara modern sekalipun. Hanya dalam
negara maju lebih mempunyai kondisi sosial yang stabil, bila dibandingkan dengan kategori dari
yang pertama dan ke dua.

Pembangunan akan membawa masyarakat kepada modernisasi, dalam pengertian


mencapai kemandirian pribadi, melalui suatu proses interaksi yang terjadi dalam masyarakat.
Pembangunan harus dimulai dari proses perubahan-perubahan sosial yang besar dan secara
kontinu. Proses atau usaha perubahan sosial tersebut dapat berati suatu proses dan usaha
pembangunan. Perubahan sosial dimulai dari proses kemandirian atau dimulai dari proses
konsientisasi atau emansipasi diri. Proses ini harus dimulai dengan adanya the school of
change atau educational of change. Peranan pendidikan dalam pembangunan atau proses
perubahan sosial menuju proses pendewasaan merupakan bagian dari proses yang sangat
penting.
Dalam pembangunan, manusia secara pribadi atau masyarakat yang harus mengambil
keputusan. Melalui bantuan dari agen-agen pembangunan yang berada di dalam masyarakat,
mereka memiliki kemampuan untuk mengambil keputusan. Pembangunan tidak akan tercapai
tanpa melibatkan secara langsung seseorang atau masyarakat yang harus mengalami perubahan.
Dalam hal ini, kekuatan-kekuatan pembaharuan yang terdapat dalam masyarakat harus
diperhitungkan secara matang. Dengan ikut sertanya kekuatan-kekuatan pembaharuan dalam
masyarakat, perubahan-perubahan sosial itu akan mempunyai kemampuan berkembang secara
dinamis. Faktor-faktor dominan di dalam masyarakat harus diperhitungkan secara rinci dan
bertanggung jawab. Kalau dilihat dan dievaluasi secara menyeluruh, yang berkaitan dengan
proses pembangunan sosial atau politik, dapat disimpulkan karena kekuatan-kekuatan
pembaharuan dalam masyarakat masih sangat lemah. Hal itu disebabkan oleh karena tingkatan
pendidikan di masyarakat masih sangat rendah. Bahkan, staknasi dalam proses pembangunan
telah mengakibatkan frustrasi, alienasasi, kegoncangan dalam identitas, kemerosotan jati diri dan
timbulnya perilaku-perilaku aneh dalam masyarakat.

Kalau dilihat dari sebab dan akibat terhambatnya proses pembangunan, maka perlu
dipikirkan cara-cara pengembangan kekuatan-kekuatan pembaharuan dalam masyarakat itu
sendiri oleh setiap komponen yang bertanggung jawab dengan proses terjadinya pembangunan
yang bersifat holistik. Para ahli berpendapat bahwa pembarauan dan pembangunan sangat
tergantung dari sekelompok kecil unsur-unsur pembaharu. Peranan change agent dalam proses
pembangunan menjadi sangat penting.

Dalam negara-negara berkembang, pembangunan ekonomi melalui usaha pertumbuhan


ekonomi harus diutamakan. Ekonomi merupakan pusat jantung kehidupan masyarakat.
Pembangunan ekonomi merupakan pusat kegiatan masyarakat yang sedang berkembang.
Kestabilan ekonomi akan disusul dengan kestabilan sosial dan kestabilan politik. Sebaliknya,
ketidak adilan ekonomi adalah penyebab kesenjangan sosial dan ketidakstabilan dalam bidang
politik. Krisis ekonomi menyebabkan kerusuhan-kerusuhan sosial, yang telah mengarah kepeda
disintegrasi dalam masyarakat. Ketidakadilan ekonomi, tidak mencerminkan kemajuan dan
kualitas hidup suatu masyarakat. Ketidakadilan ekonomi juga menyebabkan ketertinggalan
masyarakat dalam memperoleh pendidikan yang lebih tinggi. Dari nalisa ini diperlukan
pendekatan terpadu, pembangunan eknomi, sosial, politik dan pendidikan. Untuk proses
perubahan-perubahan tersebut diperlukan perubahan yang terencana. Perencanaan dipakai
sebagai suatu alat untuk mencapai tujuan-tujuan perubahan masyarakat tersebut secara lebih baik
dan teratur. Perencanaan erubahan harus melibatkan pemerintah, LSM dan masyarakat.
Seharusnya yang mengambil keputusan untuk terjadinya perubahan adalah masyarakat sendiri.
Pemerintah dan LSM-LSM hanya membantu masyarakat untuk mengambil keputusan.

Baik Pemerintah maupun LSM tidak diperbolehkan mengambil alih masyarakat untuk
mengambil keputusan. Pemerintah dan LSM hanya berfungsi sebagai alat bantu agar masyarakat
dimampukan untuk mengambil keputusan. Keputusan terakhir dalam suatu perencanaan adalah
masyarakat sendiri. Untuk ini kelompok-kelompok kecil pembaharu yang sudah terlatih menjadi
agen pembaharuan dan pembangunan.

Pembangunan ekonomi juga harus memperhatikan mekanisme pasar dan harga. Untuk
hal ini diperlukan sistem perencanaan terpadu, karena pembangunan harus melibatkan semua
komponen dan elemen yang ada dalam masyarakat. Pembanguan secara berencana akan bersifat
lebih rasional dan teratur bagi pembangunan masyarakat yang sedang berkembang. Dalam hal ini
peranan riset sangat penting. Melalui riset akan menolong memahami kemampuan dan
kebutuhan masyarakat secara rasional. Berdasarkan riset tersebut, dibuat perencanaan terpadu,
melibatkan semua komponen dan elemen yang ada di dalam masyarakat, melibatkan pemerintah
dan LSM-LSM untuk melaksanakan pembangunan dan kemudian diadakan evaluasi secara
berkala.

Anda mungkin juga menyukai