Anda di halaman 1dari 10

TEAM BASED PROJECT

KEPADATAN PENDUDUK DI PROVINSI DKI JAKARTA

Dosen Pengampu : Prof. Dr. Drs. I Ketut Sudibia, S.U.

Disusun Oleh :

Kelompok 3
I Putu Aditya Suryadana 1907511037

Gabriel Daniel Fandy 1907511133

I.G.P Arya Wira Ramajaya 1907511074

PROGRAM STUDI SARJANA EKONOMI PEMBANGUNAN


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS UDAYANA
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadiran Tuhan Yang Maha Esa atas segala Rahmatnya, kami sebagai
Kelompok 4, sebagai penyusunan makalah ini dapat menyelesaikannya secara
sederhana dan tepat waktu. Adapun penugasan Team Based Project ini kami rangkum
dari beberapa sumber yang dapat dipercaya yang kami cantumkan dalam lembar
Daftar Pustaka dengan harapan karyaini dapat menambah pengetahuan kita tentang
“Penduduk dan Pembangunan Ekonomi”. Penulisannya didasari dari sumber-sumber
dibuku dan internet. Team Based Project yang berjudul “Kepadatan Penduduk Di
Provinsi DKI Jakarta” disusun guna memenuhi tugas dari Prof. Dr. Drs. I Ketut
Sudibia, S.U.. pada mata kuliah Teori dan Kebijakan Ekonomi Kependudukan di
Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Udayana. Selain itu, penulis juga berharap
agar makalah ini dapat menambah wawasan bagi pembaca.

Kami menyadari bahwa penulisan karya tulis ini masih jauh dari
kesempurnaan, baik dari segi isi maupun tulisan. Oleh sebab itu kami sangat
mengahrapkan kritik dan saran guna lebih menyempurnakan penulisan pada masa
yang akan datang. Akhir kata, semoga karya ini dapat menambah ilmu pengetahuan
dan kemampuan kita semua.

Denpasar, Desember 2022

Penulis
DATAR ISI
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kepadatan penduduk di Indonesia merupakan salah satu permasalahan yang dihadapi

oleh pemerintah yang sampai sekarang belum dapat diatasi, hal ini disebabkan karena terjadi

peningkatan jumlah penduduk setiap tahunnya. Peningkatan jumlah penduduk semakin lama

menunjukkan permasalahan yang mengkhawatirkan, karena tidak diimbanginya dengan

peningkatan kesejahteraan (Andria, 2012).

DKI Jakarta merupakan Ibu Kota Negara Republik Indonesia yang merupakan pusat

kegiatan seperti pemerintahan, bisnis, keuangan, perdagangan, dan jasa. Hal ini membuat

DKI Jakarta memiliki daya tarik tersendiri bagi masyarakat di luar ibu kota khususnya dari

desa untuk datang bermigrasi. Dalam hal ini kegiatan imigrasi dimanfaatkan sebagai peluang

untuk mendapatkan lapangan pekerjaan yang lebih beragam dengan pendapatan yang lebih

tinggi dari pada di desa, selain itu juga pilihan pendidikan dan fasilitas kehidupan yang lebih

memadai. Meskipun demikian, Pusat Penelitian Kependudukan Lembaga Ilmu Pengetahuan

Indonesia (P2 Kependudukan LIPI) menyatakan bahwa DKI Jakarta tidak hanya menerima

penduduk masuk ke wilayahnya, tetapi juga turut menyumbang migran tetap ke luar ibu

kota .

Provinsi DKI Jakarta sebagai Ibukota Negara Kesatuan Republik Indonesia, sebagai

pusat pemerintahan, dan sebagai daerah otonom berhadapan dengan karakteristik

permasalahan yang sangat kompleks dan berbeda dengan provinsi lain, seperti permasalahan

urbanisasi, keamanan, transportasi, lingkungan, pengelolaan kawasan khusus, dan masalah

sosial kemasyarakatan lain yang memerlukan pemecahan masalah secara sinergis melalui
berbagai instrumen [2]. Banyaknya pembangunan di DKI Jakarta memicu pertumbuhan

dalam berbagai sektor kehidupan, termasuk jumlah penduduk di ibu kota yang selalu

bertambah seiring berjalannya waktu. Penambahan penduduk bukan hanya disebabkan oleh

angka kelahiran penduduk yang tinggi, melainkan para pendatang dari berbagai daerah [3].

Pendatang atau orang-orang yang pindah ke kota, biasanya memiliki tujuan untuk mengubah

hidup menjadi lebih baik seperti contohnya mendapatkan pekerjaan dan kehidupan yang lebih

layak dibandingkan dengan desa tempat tinggalnya .

Adanya fakta bahwa DKI Jakarta menjadi salah satu zona merah ketika

berlangsungnya pandemi Covid-19 di tahun 2020 kemarin, ternyata tak menyurutkan ratusan

ribu orang untuk datang ke DKI Jakarta. Dilansir dari Tirto.id, Gubernur Provinsi DKI

Jakarta, Anies Baswedan menegaskan bahwa setiap orang berhak pergi dan bekerja di

manapun, termasuk di DKI Jakarta. Menyadari hal tersebut, Gubernur DKI Jakarta lebih

memilih untuk fokus pada keterampilan kelompok pendatang yang ingin tinggal di DKI

Jakarta. Pendatang harus punya keahlian bekerja atau berwirausaha dan memastikan sudah

memiliki jaminan kesehatan.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apakah pandemi covid 19 mempengaruhi kepadatan penduduk dan mobilitas

penduduk di Provinsi DKI Jakarta ?

2. Bagaimana kondisi kepadatan penduduk dan mobilitas penduduk di Provinsi DKI

Jakarta saat pandemi covid 19?

1.3 Tujuan

1. Untuk mengetahui apakah pandemi covid 19 mempengaruhi kepadatan penduduk dan

mobilitas penduduk di Provinsi DKI Jakarta.


2. Untuk mengetahui bagaimana kondisi kepadatan penduduk dan mobilitas penduduk di

Provinsi DKI Jakarta saat pandemi covid 19

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pertumbuhan Penduduk

Karl Marx, populasi manusia tidak menekan makanan, tapi mempengaruhi kesempatan

kerja. Kemelaratan atau kemiskinan bukan terjadi karena cepatnya pertumbuhan penduduk,

tapi karena kaum kapitalis mengambil sebagian hak para buruh. Selanjutnya, Karl Mark

menyatakn bahwa semakin tinggi tingkat populasi manusia maka akan semakin tinggi

produktivitasnya, jika teknologi tidak menggantikan manusia. Sedangkan menurut Badan

Pusat Statistik laju pertumbuhan penduduk per tahun adalah angka yang menunjukkan rata-

rata tingkat pertambahan penduduk per tahun dalam jangka waktu tertentu.

Grafik 2.1 laju pertumbuhan penduduk per tahun kabupaten/kota

Sumber : Badan Pusat Statistik DKI Jakarta

Sensus Penduduk tahun 2020 mencatat terdapat 3 kota di DKI Jakarta dengan laju

pertumbuhan penduduk per tahun di bawah angka provinsi, sementara lainnya di atas angka
provinsi. Laju pertumbuhan penduduk terbesar tercatat di Kabupaten Kepulauan Seribu

sebesar 2,69 persen, sedangkan yang terkecil di Kota Jakarta Barat (0,63%).

2.2 Jumlah Penduduk

Lembaga BPS dalam Statistik Indonesia menjelaskan “Penduduk adalah semua orang yang

berdomisili di wilayah geografis Republik Indonesia selama 6 bulan atau lebih dan mereka

yang berdomisili kurang dari 6 bulan tetapi bertujuan untuk menetap”

Grafik 2.2 Jumlah Penduduk DKI Jakarta, 1961-2022

Sumber : BPS DKI Jakarta


Sensus Penduduk tahun 2020 mencatat penduduk DKI Jakarta pada bulan September

2020 sebanyak 10,56 juta jiwa. Dibandingkan dengan hasil sensus sebelumnya, jumlah

penduduk DKI Jakarta terus meningkat. Dalam jangka waktu sepuluh tahun sejak tahun 2010,

jumlah penduduk DKI Jakarta meningkat sekitar 954 ribu jiwa, atau rata-rata sebanyak 88
ribu jiwa setiap tahun (Gambar 2). Dalam kurun waktu sepuluh tahun terakhir (2010-2020),

laju pertumbuhan penduduk DKI Jakarta sebesar 0,92 persen per tahun (Gambar 2). Terdapat

pengurangan laju pertumbuhan penduduk sebesar 0,49 persen per tahun jika dibandingkan

dengan periode 2000–2010. Sedangkan jika dibandingkan dengan periode 1971–1980, laju

pertumbuhan penduduk turun sebesar 3,01 persen per tahun. Penurunan laju pertumbuhan

penduduk ini diduga adanya migrasi keluar yang besar dari DKI Jakarta yang melebihi

migrasi masuk ke DKI Jakarta, sehingga mengakibatkan migrasi neto yang minus. Dari tahun

2010 ke tahun 2015 migrasi neto di DKI Jakarta menunjukkan besaran -23 artinya 23 dari

1000 penduduk keluar dari DKI Jakarta.

2.3 Dinamika Penduduk Masuk Dan Keluar DKI Jakarta Pada Tahun 2020

Grafik 2.3 jumlah penduduk masuk dan keluar DKI Jakarta tahun 2020

Sumber : Dinas kependudukan dan pencatatan sipil DKI Jakarta

Sepanjang tahun 2020, jumlah penduduk yang pindah keluar DKI Jakarta lebih

banyak daripada penduduk yang masuk ke wilayah DKI Jakarta. Dalam hal ini, sesuai dengan

Peraturan Daerah Provinsi DKI Jakarta Nomor 4 Tahun 2004 tentang Pendaftaran Penduduk

dan Pencatatan Sipil ditetapkan pengaturan tentang Pendaftaran Penduduk dan Pencatatan

Sipil di Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta Pasal 8-10, penduduk yang keluar DKI

Jakarta adalah penduduk yang melaporkan perpindahannya dari wilayah DKI Jakarta kepada
Lurah yang dibuktikan dengan diberikannya Surat Keterangan Pindah. Begitupun dengan

penduduk masuk, yaitu penduduk yang melaporkan kedatangannya kepada Lurah karena

perpindahan ke dalam wilayah DKI Jakarta. Jika membandingkan antara penduduk yang

masuk dan keluar wilayah DKI Jakarta, maka penduduk yang masuk ke dalam DKI Jakarta

adalah sebanyak 124.177 orang atau 44%, sementara jumlah penduduk yang keluar dari DKI

Jakarta lebih banyak 12% yaitu sebanyak 157.441 orang atau 56%. Belum diketahui faktor

yang menyebabkan jumlah penduduk yang keluar DKI Jakarta lebih banyak daripada yang

masuk pada tahun 2020. Namun, salah satu penyebab yang memungkinkan adalah wilayah di

DKI Jakarta berstatus zona merah Covid-19, sehingga terdapat penduduk yang

mengurungkan niat untuk bermigrasi masuk ke wilayah DKI Jakarta [7]. Di samping itu, DKI

Jakarta menjadi wilayah di Indonesia yang paling awal terdampak oleh Covid-19. Hal ini

terlihat dari banyaknya jumlah pemutusan hubungan kerja (PHK) pada April 2020 yang

mencapai 499.318 pekerja yang merupakan 1/3 dari total PHK nasional [8], sehingga

memungkinkan penduduknya pindah ke wilayah lain di luar DKI Jakarta.

Sebelum PSBB diberlakukan di DKI Jakarta—Januari sampai dengan Maret 2020—

terjadi penurunan penduduk yang masuk ke DKI Jakarta dan kenaikan penduduk yang pindah

keluar DKI Jakarta. Puncak penurunan dan kenaikan tersebut terjadi pada Maret 2020. Pada

bulan tersebut kasus Covid-19 pertama kali terkonfirmasi di Indonesia dan juga di DKI

Jakarta, jumlah pasien positif Covid-19 pun meningkat secara pesat dan memunculkan

kecemasan bagi para penduduk di DKI Jakarta. Oleh sebab itu, penduduk yang masuk pun

cenderung menurun dan sebaliknya jumlah penduduk yang pindah atau keluar meningkat.

Saat PSBB diberlakukan di DKI Jakarta, grafik penduduk masuk maupun keluar DKI

Jakarta terlihat tidak stabil dengan kenaikan dan penurunan yang cukup signifikan. Titik

terendah dari perpindahan penduduk yang keluar dan masuk DKI Jakarta terjadi pada April

sampai dengan Mei tahun 2020. Hal tersebut dapat disebabkan karena PSBB yang
diberlakukan secara ketat sehigga mobilisasi masyarakat terbatas. Sejak PSBB dilonggarkan

menjadi PSBB transisi pada Juni 2020, jumlah penduduk yang migrasi pindah keluar dari

DKI Jakarta maupun masuk ke wilayah DKI Jakarta mengalami kenaikan yang cukup

signifikan. Pada Agustus sampai dengan September 2020, jumlah penduduk yang keluar dan

masuk wilayah DKI Jakarta mulai terlihat stabil dan jumlahnya tidak jauh berbeda dari

sebelum masa PSBB. Pada Januari sampai dengan Februari 2020 sebelum PSBB

diberlakukan, jumlah penduduk yang masuk ke DKI Jakarta sebanyak 25.248 orang.

Sedangkan, pada Agustus sampai dengan September 2020 saat PSBB masih berlangsung

jumlah penduduk yang masuk ke DKI Jakarta sebanyak 21.990 orang. Dapat dilihat

selisihnya adalah sebanyak 3.258 orang atau terjadi penurunan sebesar 13%.

Anda mungkin juga menyukai