Disusun Oleh :
Kelompok 3
I Putu Aditya Suryadana 1907511037
Puji syukur kehadiran Tuhan Yang Maha Esa atas segala Rahmatnya, kami sebagai
Kelompok 4, sebagai penyusunan makalah ini dapat menyelesaikannya secara
sederhana dan tepat waktu. Adapun penugasan Team Based Project ini kami rangkum
dari beberapa sumber yang dapat dipercaya yang kami cantumkan dalam lembar
Daftar Pustaka dengan harapan karyaini dapat menambah pengetahuan kita tentang
“Penduduk dan Pembangunan Ekonomi”. Penulisannya didasari dari sumber-sumber
dibuku dan internet. Team Based Project yang berjudul “Kepadatan Penduduk Di
Provinsi DKI Jakarta” disusun guna memenuhi tugas dari Prof. Dr. Drs. I Ketut
Sudibia, S.U.. pada mata kuliah Teori dan Kebijakan Ekonomi Kependudukan di
Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Udayana. Selain itu, penulis juga berharap
agar makalah ini dapat menambah wawasan bagi pembaca.
Kami menyadari bahwa penulisan karya tulis ini masih jauh dari
kesempurnaan, baik dari segi isi maupun tulisan. Oleh sebab itu kami sangat
mengahrapkan kritik dan saran guna lebih menyempurnakan penulisan pada masa
yang akan datang. Akhir kata, semoga karya ini dapat menambah ilmu pengetahuan
dan kemampuan kita semua.
Penulis
DATAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
oleh pemerintah yang sampai sekarang belum dapat diatasi, hal ini disebabkan karena terjadi
peningkatan jumlah penduduk setiap tahunnya. Peningkatan jumlah penduduk semakin lama
DKI Jakarta merupakan Ibu Kota Negara Republik Indonesia yang merupakan pusat
kegiatan seperti pemerintahan, bisnis, keuangan, perdagangan, dan jasa. Hal ini membuat
DKI Jakarta memiliki daya tarik tersendiri bagi masyarakat di luar ibu kota khususnya dari
desa untuk datang bermigrasi. Dalam hal ini kegiatan imigrasi dimanfaatkan sebagai peluang
untuk mendapatkan lapangan pekerjaan yang lebih beragam dengan pendapatan yang lebih
tinggi dari pada di desa, selain itu juga pilihan pendidikan dan fasilitas kehidupan yang lebih
Indonesia (P2 Kependudukan LIPI) menyatakan bahwa DKI Jakarta tidak hanya menerima
penduduk masuk ke wilayahnya, tetapi juga turut menyumbang migran tetap ke luar ibu
kota .
Provinsi DKI Jakarta sebagai Ibukota Negara Kesatuan Republik Indonesia, sebagai
permasalahan yang sangat kompleks dan berbeda dengan provinsi lain, seperti permasalahan
sosial kemasyarakatan lain yang memerlukan pemecahan masalah secara sinergis melalui
berbagai instrumen [2]. Banyaknya pembangunan di DKI Jakarta memicu pertumbuhan
dalam berbagai sektor kehidupan, termasuk jumlah penduduk di ibu kota yang selalu
bertambah seiring berjalannya waktu. Penambahan penduduk bukan hanya disebabkan oleh
angka kelahiran penduduk yang tinggi, melainkan para pendatang dari berbagai daerah [3].
Pendatang atau orang-orang yang pindah ke kota, biasanya memiliki tujuan untuk mengubah
hidup menjadi lebih baik seperti contohnya mendapatkan pekerjaan dan kehidupan yang lebih
Adanya fakta bahwa DKI Jakarta menjadi salah satu zona merah ketika
berlangsungnya pandemi Covid-19 di tahun 2020 kemarin, ternyata tak menyurutkan ratusan
ribu orang untuk datang ke DKI Jakarta. Dilansir dari Tirto.id, Gubernur Provinsi DKI
Jakarta, Anies Baswedan menegaskan bahwa setiap orang berhak pergi dan bekerja di
manapun, termasuk di DKI Jakarta. Menyadari hal tersebut, Gubernur DKI Jakarta lebih
memilih untuk fokus pada keterampilan kelompok pendatang yang ingin tinggal di DKI
Jakarta. Pendatang harus punya keahlian bekerja atau berwirausaha dan memastikan sudah
1.3 Tujuan
BAB II
PEMBAHASAN
Karl Marx, populasi manusia tidak menekan makanan, tapi mempengaruhi kesempatan
kerja. Kemelaratan atau kemiskinan bukan terjadi karena cepatnya pertumbuhan penduduk,
tapi karena kaum kapitalis mengambil sebagian hak para buruh. Selanjutnya, Karl Mark
menyatakn bahwa semakin tinggi tingkat populasi manusia maka akan semakin tinggi
Pusat Statistik laju pertumbuhan penduduk per tahun adalah angka yang menunjukkan rata-
rata tingkat pertambahan penduduk per tahun dalam jangka waktu tertentu.
Sensus Penduduk tahun 2020 mencatat terdapat 3 kota di DKI Jakarta dengan laju
pertumbuhan penduduk per tahun di bawah angka provinsi, sementara lainnya di atas angka
provinsi. Laju pertumbuhan penduduk terbesar tercatat di Kabupaten Kepulauan Seribu
sebesar 2,69 persen, sedangkan yang terkecil di Kota Jakarta Barat (0,63%).
Lembaga BPS dalam Statistik Indonesia menjelaskan “Penduduk adalah semua orang yang
berdomisili di wilayah geografis Republik Indonesia selama 6 bulan atau lebih dan mereka
2020 sebanyak 10,56 juta jiwa. Dibandingkan dengan hasil sensus sebelumnya, jumlah
penduduk DKI Jakarta terus meningkat. Dalam jangka waktu sepuluh tahun sejak tahun 2010,
jumlah penduduk DKI Jakarta meningkat sekitar 954 ribu jiwa, atau rata-rata sebanyak 88
ribu jiwa setiap tahun (Gambar 2). Dalam kurun waktu sepuluh tahun terakhir (2010-2020),
laju pertumbuhan penduduk DKI Jakarta sebesar 0,92 persen per tahun (Gambar 2). Terdapat
pengurangan laju pertumbuhan penduduk sebesar 0,49 persen per tahun jika dibandingkan
dengan periode 2000–2010. Sedangkan jika dibandingkan dengan periode 1971–1980, laju
pertumbuhan penduduk turun sebesar 3,01 persen per tahun. Penurunan laju pertumbuhan
penduduk ini diduga adanya migrasi keluar yang besar dari DKI Jakarta yang melebihi
migrasi masuk ke DKI Jakarta, sehingga mengakibatkan migrasi neto yang minus. Dari tahun
2010 ke tahun 2015 migrasi neto di DKI Jakarta menunjukkan besaran -23 artinya 23 dari
2.3 Dinamika Penduduk Masuk Dan Keluar DKI Jakarta Pada Tahun 2020
Grafik 2.3 jumlah penduduk masuk dan keluar DKI Jakarta tahun 2020
Sepanjang tahun 2020, jumlah penduduk yang pindah keluar DKI Jakarta lebih
banyak daripada penduduk yang masuk ke wilayah DKI Jakarta. Dalam hal ini, sesuai dengan
Peraturan Daerah Provinsi DKI Jakarta Nomor 4 Tahun 2004 tentang Pendaftaran Penduduk
dan Pencatatan Sipil ditetapkan pengaturan tentang Pendaftaran Penduduk dan Pencatatan
Sipil di Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta Pasal 8-10, penduduk yang keluar DKI
Jakarta adalah penduduk yang melaporkan perpindahannya dari wilayah DKI Jakarta kepada
Lurah yang dibuktikan dengan diberikannya Surat Keterangan Pindah. Begitupun dengan
penduduk masuk, yaitu penduduk yang melaporkan kedatangannya kepada Lurah karena
perpindahan ke dalam wilayah DKI Jakarta. Jika membandingkan antara penduduk yang
masuk dan keluar wilayah DKI Jakarta, maka penduduk yang masuk ke dalam DKI Jakarta
adalah sebanyak 124.177 orang atau 44%, sementara jumlah penduduk yang keluar dari DKI
Jakarta lebih banyak 12% yaitu sebanyak 157.441 orang atau 56%. Belum diketahui faktor
yang menyebabkan jumlah penduduk yang keluar DKI Jakarta lebih banyak daripada yang
masuk pada tahun 2020. Namun, salah satu penyebab yang memungkinkan adalah wilayah di
DKI Jakarta berstatus zona merah Covid-19, sehingga terdapat penduduk yang
mengurungkan niat untuk bermigrasi masuk ke wilayah DKI Jakarta [7]. Di samping itu, DKI
Jakarta menjadi wilayah di Indonesia yang paling awal terdampak oleh Covid-19. Hal ini
terlihat dari banyaknya jumlah pemutusan hubungan kerja (PHK) pada April 2020 yang
mencapai 499.318 pekerja yang merupakan 1/3 dari total PHK nasional [8], sehingga
terjadi penurunan penduduk yang masuk ke DKI Jakarta dan kenaikan penduduk yang pindah
keluar DKI Jakarta. Puncak penurunan dan kenaikan tersebut terjadi pada Maret 2020. Pada
bulan tersebut kasus Covid-19 pertama kali terkonfirmasi di Indonesia dan juga di DKI
Jakarta, jumlah pasien positif Covid-19 pun meningkat secara pesat dan memunculkan
kecemasan bagi para penduduk di DKI Jakarta. Oleh sebab itu, penduduk yang masuk pun
cenderung menurun dan sebaliknya jumlah penduduk yang pindah atau keluar meningkat.
Saat PSBB diberlakukan di DKI Jakarta, grafik penduduk masuk maupun keluar DKI
Jakarta terlihat tidak stabil dengan kenaikan dan penurunan yang cukup signifikan. Titik
terendah dari perpindahan penduduk yang keluar dan masuk DKI Jakarta terjadi pada April
sampai dengan Mei tahun 2020. Hal tersebut dapat disebabkan karena PSBB yang
diberlakukan secara ketat sehigga mobilisasi masyarakat terbatas. Sejak PSBB dilonggarkan
menjadi PSBB transisi pada Juni 2020, jumlah penduduk yang migrasi pindah keluar dari
DKI Jakarta maupun masuk ke wilayah DKI Jakarta mengalami kenaikan yang cukup
signifikan. Pada Agustus sampai dengan September 2020, jumlah penduduk yang keluar dan
masuk wilayah DKI Jakarta mulai terlihat stabil dan jumlahnya tidak jauh berbeda dari
sebelum masa PSBB. Pada Januari sampai dengan Februari 2020 sebelum PSBB
diberlakukan, jumlah penduduk yang masuk ke DKI Jakarta sebanyak 25.248 orang.
Sedangkan, pada Agustus sampai dengan September 2020 saat PSBB masih berlangsung
jumlah penduduk yang masuk ke DKI Jakarta sebanyak 21.990 orang. Dapat dilihat
selisihnya adalah sebanyak 3.258 orang atau terjadi penurunan sebesar 13%.