Disusun Oleh:
1. Lorenza De Araujo (170722637066)
2. Nindy Ayu Isdiana P. (170722637034)
Offering H / 2017
Penulis 1 Penulis 2
ii
ABSTRAK
Putri, Nindy A.I., dan Araujo, Lorenza D. 2019. Hubungan Bonus Demografi
dengan Pertumbuhan Ekonomi Indonesia. Makalah. Jurusan Geografi,
Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Malang.
iii
KATA PENGANTAR
Rasa syukur penulis sampaikan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
berkat rahmat serta karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah yang
berjudul “Hubungan Bonus Demografi dengan Pertumbuhan Ekonomi
Indonesia”.
Makalah ini dibuat dalam rangka mempresentasikan tugas kelompok dan
memperdalam pemahaman dalam suatu harapan mendapatkan ilmu dalam
mempelajari Dinamika Kependudukan dan sekaligus melakukan apa yang
menjadi tugas mahasiswa yang mengikuti mata kuliah Dinamika Kependudukan.
Sebagai akhir kata penulis mengucapkan terima kasih kepada pihak –
pihak yang turut membantu kelancaran pembuatan makalah dan bantuan dalam
bertukar pikiran mengenai isi materi tulis dalam pembuatan makalah kali ini.
10 November 2019
Penulis
iv
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL......................................................................................... i
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN......................................................... ii
ABSTRAK.........................................................................................................iii
KATA PENGANTAR........................................................................................ iv
DAFTAR ISI...................................................................................................... v
BAB I. PENDAHULUAN.................................................................................
1.1 Latar Belakang........................................................................................
1.2 Rumusan Masalah...................................................................................
1.3 Tujuan......................................................................................................
1.4 Manfaat...................................................................................................
1.5 Definisi Operasional................................................................................
BAB V. PENUTUP............................................................................................
5.1 Kesimpulan.............................................................................................
5.2 Saran........................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................
v
BAB I
PENDAHULUAN
1
Bonus demografi dapat dilihat dari parameter angka beban ketergantungan
(Dependency Ratio). Dependency Ratio yaitu rasio yang menggambarkan
perbandingan antara jumlah penduduk usia tidak produktif dan penduduk usia
produktif (Dewi,2018). Hal itu juga didukung oleh pernyataan Dewi yang
menyatakan bahwa bonus demografi diartikan sebagai keuntungan yang
disebabkan rasio ketergantungan, yang mana pada saat terjadinya bonus
demografi maka rasio ketergantungan berada pada angka paling rendah dan terjadi
hanya satu kali dalam sejarah kependudukan (Astuti,2016). Selain itu terdapat
pernyataan dari Astuti yang menyatakan bahwa turunnya rasio ketergantungan
pada saat menunjukkan angka yang paling terendah yang biasanya berada
dibawah 50%, disebut dengan Jendela Kesempatan (The Window of Opportunity)
dimana kesempatan tersebut sangat singkat hanya terjadi satu kali saja dalam satu
dekade seluruh perjalanan kehidupan penduduk (Jati,2015).
Rasio ketergantungan (Dependency Ratio) yang rendah berarti proporsi
jumlah penduduk usia produktif (15 – 64 tahun) tinggi sedangkan proporsi usia
penduduk yang tidak produktif (kurang dari 15 tahun dan lebih dari 64 taun)
adalah rendah. Kependudukan Indonesia menunjukkan tren positif dengan usia
produktif tahun 2010 mencapai 66% dari total penduduk dan pekerja usia muda
mencapai 26,8% atau 64 juta jiwa (Syabrina,2017). Angka usia produktif kerja
naik dengan angka ketergantungan 100 penduduk usia produktif menanggung 51
orang penduduk usia tidak produktif. Artinya beban yang ditanggung lebih sedikit
daripada yang menanggung sehingga terdapat penghasilan yang lebih dan dapat
dialokasikan untuk hal lain seperti tabungan dan investasi.
Rendahnya rasio ketergantungan akan membawa dampak bagi roda
perekonomian Indonesia sehingga dapat berputar dengan baik. Rasio
ketergantungan yang rendah akan memberikan implikasi pada perekonomian
negara yang mana dapat dijadikan sebagai sebuah kesempatan untuk
meningkatkan produktifitas sebuah negara (Maryati,2015). Kondisi tersebut dapat
menjadi sumber pertumbuhan ekonomi melalui pemanfaatan sumber daya
manusia yang produktif yang mampu meningkatkan tabungan mereka sehingga
dapat di ubahkan menjadi bentuk investasi.
Adanya bonus demografi ini dapat dimanfaatkan dengan baik pada sebuah
negara. Syarat bonus demografi agar dapat dimanfaatkan dengan baik oleh
2
Indonesia adalah pertambahan penduduk usia kerja dibarengi oleh peningkatan
kualitas sumber daya manusia baik dari segi kesehatan maupun pendidikan dan
keterampilan serta serta peningkatan soft skill sehingga mereka memiliki daya
saing secara global, penduduk usia kerja dapat diserap oleh pasar kerja yang
tersedia, serta tersedianya cukup lapangan kerja yang dapat menyerap tenaga kerja
yang tersedia (Dewi,2018). Jikalau syarat tersebut tidak dapat terpenuhi, maka
yang akan terjadi adalah kebalikan dari bonus demografi yaitu beban demografi
(Demographic Burden) yang mana banyaknya jumlah penduduk produktif yang
tidak dapat terserap oleh pasar kerja dapat menjadi beban ekonomi sebuah negara.
Pada kondisi ini tingkat pengangguran menjadi tinggi, sehingga penduduk usia
kerja yang tidak memiliki pekerjaan dapat menjadi beban bagi penduduk yang
bekerja.
Makalah ini membutuhkan penelitian terdahulu yaitu penelitian dari Jati
yang membuahkan hasil bahwa pemanfaatan bonus demografi di Indonesia belum
dimanfaatkan secara maksimal walaupun dalam segi produksi maupun konsumsi
sudah baik namun belum kuat sebagai mesin pertumbuhan ekonomi negara
(Syabrina,2017). Oleh karena itu, penelitian ini dilakukan seperti penelitian
tersebut namun pengajian lebih mendalam untuk mengetahui pemanfaatan bonus
demografi dalam bidang perekonomian Indonesia.
Berdasarkan uraian latar belakang diatas, penting untuk dilakukan
penelitian dengan judul “Hubungan Bonus Demografi dengan Pertumbuhan
Ekonomi Indonesia”
1.3 Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah maka tujuan makalah ini adalah:
a. Untuk mengetahui bonus demografi di Indonesia
3
b. Untuk mengetahui dampak bonus demografi terhadap pertumbuhan
ekonomi Indonesia
c. Untuk mengetahui proyeksi bonus demografi terhadap tingkat ekonomi
Indonesia pada masa mendatang
1.4 Manfaat
Hasil dari makalah ini diharapkan dapat memberikan manfaat berupa:
a. Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai
hubungan bonus demografi dengan pertumbuhan ekonomi Indonesia di
serta peneliti dapat mengaplikasikan teori yang telah diperoleh.
b. Manfaat Praktis
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan
dalam menentukan kebijakan bagi pemerintah Indonesia mengenai bonus
demografi. Selain itu, penelitian ini dapat menjadi referensi bagi peneliti
berikutnya yang akan mendalami topik yang berkaitan dengan tulisan ini.
4
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
b. Teori Neo-Malthusians
Pada akhir abad ke-19 dan permulaan abad ke-20, teori Maltus mulai
diperdebatkan oleh kelompok Neo-Malthusians mereka tidak sependapat
dengan Malthus bahwa mengurangi jumlah penduduk cukup dengan moral
restraint saja. Untuk keluar dari perangkap Malthus mereka menganjurkan
menggunakan cara preventive cheks. Menurut kelompok ini yang dipelopori
5
oleh Garrett Hardin dan Paul Ehrlich pada abad ke-20 (pada tahun 1950),
dunia baru yang pada jaman Maltus masih kosong kini sudah mulai dengan
manusia..
c. Teori Marxist
Menurut Marxist tekanan penduduk yang terdapat disuatu negara
bukan tekanan penduduk terhadap bahan makanan, tetapi tekanan penduduk
karena kesempatan kerja. Kemiskinan terjadi bukan disebabkan karena
pertumbuhan penduduk yang terlalu cepat, tetapi karena kesalahan
masyarakat itu sendiri seperti yang terdapat pada negara-negara Kapitalis.
6
2.2 Bonus Demografi
Bonus demografi merupakan suatu kondisi perubahan struktur umur
penduduk sebagai akibat dari proses transisi demografi, yaitu penurunan angka
kelahiran dan angka kematian. Penurunan angka kelahiran akan menyebabkan
penurunan jumlah penduduk umur kurang dari 15 tahun, yang diikuti dengan
penambahan penduduk usia produktif 15-64 tahun sebagai akibat banyaknya
kelahiran di masa lalu. Sementara karena perbaikan status kesehatan, umur
harapan hidup semakin panjang, sehingga lansia akan semakin meningkat. Bonus
demografi ini hanya akan terjadi satu kali saja bagi semua penduduk suatu negara
yaitu yang disebut sebagai window of opportunity (Adioetomo,2005).
Demografi adalah suatu studi satatistik dan matematik tentang jumalah
komposisi dan persebaran penduduk, serta faktor-faktor setelah melewati kurun
waktu yang disebabkan oleh lima proses yaitu : fertilitas, mortalitas, perkawinan,
migrasi dan mobiitas sosial (Bogue,1969). Bonus demografi didefinisikan sebagai
keuntungan ekonomis yang disebabkan oleh penurunan rasio ketergantungan
sebagai hasil proses penurunan fertilitas jangka panjang dan peningkatan usia
harapan hidup (Adioetomo dkk, 2012). Penurunan proporsi penduduk muda
mengurangi besarnya biaya investasi untuk pemenuhan kebutuhannya, sehingga
sumber daya dapat dialihkan kegunaannya untuk memacu pertumbuhan ekonomi
dan peningkatan kesejahteraan keluarga.
Jadi kesimpulan bonus demografi merupakan suatu kondisi perubahan
struktur umur penduduk sebagai akibat dari proses transisi demografi. Bonus
demografi adalah kondisi dimana penduduk usia produktif jauh melebihi
penduduk tidak produktif ini akan berpengaruh pada rasio ketergantungan, dimana
beban ekonomi yang harus ditanggung oleh penduduk yang produktif terhadap
penduduk tidak produktif mencapai titik terendah. Bonus Demografi juga
merupakan suatu wilayah atau negara yang memiliki jumlah penduduk usia
produktif (rentang usia 15-64 tahun) lebih banyak dibandingkan dengan usia
nonproduktif (rentang usia 64+). Dikatakan sebagai bonus karena ini tidak terjadi
secara terus menerus melainkan terjadinya hanya sekali dalam beratus-ratus tahun.
Bonus Demografi ini hanya berlangsung sekali dan tidak bertahan lama.
7
2.3 Pertumbuhan Ekonomi
Pertumbuhan ekonomi adalah proses perubahan kondisi perekonomian
suatu negara secara berkesinambungan menuju keadaan yang lebih baik selama
periode tertentu. Dalam definisi yang lain dijelaskan pertumbuhan ekonomi
merupakan terjadinya perkembangan kegiatan dalam perekonomian yang
menyebabkan barang dan jasa diproduksi dalam masyarakat bertambah
(Sukirno,2004). Pertumbuhan ekonomi dapat diartikan juga sebagai proses
kenaikan kapasitas produksi suatu perekonomian yang diwujudkan dalam bentuk
kenaikan pendapatan nasional. Adanya pertumbuhan ekonomi merupakan indikasi
keberhasilan pembangunan ekonomi.
Pengertian lain dipernah dijelaskan pertumbuhan ekonomi ialah naiknya
output perkapita dalam rentang waktu jangka panjang. Terdapat setidaknya tiga
poin yakni, (i) proses, (ii) output perkapita, (iii) jangka panjang. Pertumbuhan
ekonomi menggambarkan aspek dinamis yang memiliki makna yaitu melihat dan
mencermati perkembangan dari waktu ke waktu (Boediono,1985).
Dari definisi tersebut dapat dijabarkan menjadi 3 komponen, pertama
pertumbuhan ekonimi suatu bangsa dapat dilihat dari meningkatnya secara
berkelanjutan semua barang, kedua teknologi yang maju merupakan faktor
penting dalam pertumbuhan ekonomi yang menjadi penentu derajat pentumbuhan
kemampuan dalam penyediaan aneka macam barang kepada penduduk, ketiga
penggunaan teknologi yang efektif dan efisien membutuhkan adanya penyelarasan
pada kelembagaan dan juga ideology sehingga inovasi yang lahir dari ilmu
pengetahuan dalam dimaksimalkan untuk kesejahteraan masyarakat.
Pertumbuhan ekonomi merupakan ukuran utama keberhasilan
pembangunan. Hasil pertumbuhan ekonomi tersebut harus dapat dinikmati
masyarakat sampai ke lapisan yang paling bawah. Pertumbuhan harus berjalan
secara beriringan dan terencana untuk mengupayakan terciptanya pemerataan
kesempatan dan pembangunan hasil-hasilnya dengan lebih merata. Bila
pembangunan dan hasil-hasilnya tersebut terdistribusi secara merata maka daerah-
daerah yang miskin, tertinggal, dan tidak produktif akan menjadi produktif dan
akhirnya akan mempercepat pertumbuhan ekonomi itu sendiri.
8
BAB III
METODOLOGI
Penentuan topik
Pengumpulan data
Analisis data
Hubungan Bonus
Demografi dengan
Pertumbuhan Ekonomi
Indonesia
9
3.3 Teknik Pengumpulan Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder, yakni
data yang tidak didapatkan secara langsung, akan tetapi melalui perantara.
Pengumpulan data dengan cara melakukan studi kepustakaan yakni mengutip data
dari sumber terpercaya dengan mempertimbangkan kevalidan dan keabsahan data.
10
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
11
Sumber: BPS, 2019
Tabel 4.1 menunjukkan rasio angka ketergantungan penduduk Indonesia
dan juga proyeksinya dalam kurun waktu 25 tahun. Sebagaimana yang tertera
pada tabel, menunjukkan bahwa pada tahun 2010 hingga 2030 mengalami
penurunan namun pada tahun 2035 terjadi peningkatan kembali. Hal itu
dikarenakan Indonesia diperkirakan mencapai puncak bonus demografi pada 2017
sampai 2019 untuk gelombang pertama. dan 2020 sampai 2030 untuk gelombang
bonus demografi kedua. Hal ini berarti komposisi jumlah penduduk dengan usia
produktif 15-64 tahun mencapai titik maksimal jika dibandingkan dengan usia
non-produktif 0-14 tahun dan 65 tahun ke atas. Sehingga angka dependency ratio
paling rendah berada di tahun 2030 sebagai puncak dari bonus demografi. Hal itu
juga menunjukkan bahwa dengan menurunnya rasio beban ketergantungan berarti
berkurangnya beban ekonomi bagi penduduk umur produktif (usia kerja) yang
menanggung penduduk umur tidak produktif. Dengan kata lain, telah terjadi
kenaikan jumlah angkatan kerja potensial.
12
kerja (labour supply), peranan perempuan, tabungan (savings), dan modal
manusia (human capital) (Adioetomo,2005)
.
4.3 Proyeksi Bonus Demografi dan Pertumbuhan Ekonomi Indonesia
13
yang masih dalam level mendasar tersebut mempunyai kecenderungan dibayar
murah sehingga kesejahteraan pun juga menurun. Dengan semakin rendahnya
kesejahteraan tenaga kerja, akan semakin sulit bagi perekonomian Indonesia
untuk mengandalkan penguatan permintaan domestik di masa depan sekalipun
Indonesia akan mendapatkan bonus demografi hingga tahun 2020.
Besar kemungkinan bonus demografi yang akan terjadi pada 2020 tersebut
akan terlewati. Sebanyak 60 persen penduduk Indonesia masih didominasi angka
buruh informal upah rendah yang berimplikasi pada sedikitnya tabungan investasi
sebagai pemacu pertumbuhan ekonomi. Saving rate di Indonesia saat ini hanya
sekitar 44,2 persen karena 50 juta masyarakat belum tersentuh perbankan.
Menurut data dari Bank Dunia pada 2009, jumlah rekening simpanan di Indonesia
sebanyak 504,7 per 1.000 orang. Sementara itu, rasio simpanan terhadap produk
domestik bruto (PDB) sebesar 36,9 persen. Jumlah rekening kredit sebanyak
196,9 per 1.000 orang dengan kantor cabang tiap 1.000 penduduk sebanyak 7,7
buah. Rasio kredit terhadap PDB sebesar 26,9 persen. Masih sedikitnya nominal
penarikan dana dari masyarakat yang dilakukan oleh bank menunjukkan
kesadaran berinvestasi masih belum merata (Bank Dunia,2009). Dalam berbagai
kasus, penduduk Indonesia memiliki kecenderungan menginvestasikan hartanya
berupa rumah, tanah, emas, maupun properti lainnya yang nilai ekonominya
dianggap tidak gampang jatuh. Hal itulah yang menjadi alasan sektor properti
masih berjaya sebagai sektor investasi nomor wahid setelah emas mulia.
Minimnya penarikan dana berupa surat berharga, surat utang negara, maupun
produk deposito mengindikasikan penduduk Indonesia jarang melakukan investasi
berisiko tinggi. Kondisi perekonomian yang masih gonjang-ganjing, baik di level
dunia maupun nasional, membuat produk perbankan kurang begitu diminati.
Permasalahan likuidasi Bank Century tahun 2008 silam merupakan titik skeptis
penduduk terhadap investasi perbankan. Kekhawatiran terhadap jumlah tabungan
yang raib secara mendadak maupun portofolio yang tidak dapat dicarikan menjadi
alasan produk perbankan dijauhi masyarakat. Padahal bonus demografi yang
jumlahnya mencapai hampir separuh penduduk Indonesia diharapkan
menginvestasikan pendapatan demi pertumbuhan ekonomi negara. Namun pada
14
kenyataannya, sulit diharapkan bonus demografi memiliki kapasitas menabung
dalam sektor perbankan.
Pada lokus krusial inilah, diperlukan cara pikir kritis tentang memaknai
kembali bonus demografi sebagai jendela peluang (windows of opportunity)
ataukah jendela bencana (windows of disasters)? Jika dilihat sekelumit kisah
kondisi makro perekonomian Indonesia yang masih belum stabil sepenuhnya
dengan ketimpangan pembangunan antara berbagai daerah di Indonesia, tentunya
bonus demografi belum dapat menjadi jaminan alat katrol perekonomian nasional.
Konteks bonus demografi menjadi jendela bencana terjadi pada saat banyak
penduduk usia produktif tidak tertampung dalam lapangan pekerjaan
(Srihadi,2012). Hal ini terjadi lantaran permintaan tenaga kerja tidak berbanding
lurus dengan penawaran kerja dari dunia kerja. Setiap tahunnya terjadi kenaikan
dua juta angkatan kerja yang didominasi lulusan dengan minim kapabilitas kerja,
tetapi pada saat bersamaan, dunia kerja juga mengalami keterbatasan menampung
tenaga kerja baru dan lebih mengoptimalkan pekerja lama. Akibatnya adalah
pengangguran semakin menumpuk sehingga rasio ketergantungan berpotensi
melebar. Kekhawatiran yang realistis bila bonus demografi dalam dua dekade ini
tidak dilakukan secara maksimal adalah proyeksi rasio ketergantungan tahun 2050
menjadi 10 tahun lebih cepat. Pada waktu tersebut dipastikan bahwa kebanyakan
kelompok usia tidak produktif berasal dari kelompok kaum tua yang hidupnya
harus ditanggung karena tidak memiliki tabungan pada saat bonus demografi
berlangsung.
15
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
a. Indonesia akan mengalami bonus demografi pada tahun 2020 hingga
2035 yang merupakan dampak positif dari adanaya ledakan penduduk
pada tahun 1998 silam. Indonesia diperkirakan mencapai puncak bonus
demografi pada 2017 sampai 2019 untuk gelombang pertama. dan 2020
sampai 2030 untuk gelombang bonus demografi kedua. Hal ini berarti
komposisi jumlah penduduk dengan usia produktif 15-64 tahun mencapai
titik maksimal jika dibandingkan dengan usia non-produktif 0-14 tahun
dan 65 tahun ke atas. Sehingga angka dependency ratio paling rendah
berada di tahun 2030 sebagai puncak dari bonus demografi. Hal itu juga
menunjukkan bahwa dengan menurunnya rasio beban ketergantungan
berarti berkurangnya beban ekonomi bagi penduduk umur produktif (usia
kerja) yang menanggung penduduk umur tidak produktif. Dengan kata
lain, telah terjadi kenaikan jumlah angkatan kerja potensial.
b. Bonus demografi Indonesia sangat menguntungkan untuk pembangunan
ekonomi. Jumlah penduduk usia kerja relatif jauh lebih besar daripada
jumlah penduduk yang menjadi beban (anak dan lansia). Kaitannya
dengan pertumbuhan ekonomi, bonus demografi perlu benar-benar
dimanfaatkan secara maksimal. Terdapat empat faktor penting dalam
menjelaskan bonus demografi yang berkaitan dengan pertumbuhan
ekonomi yaitu penawaran tenaga kerja (labour supply), peranan
perempuan, tabungan (savings), dan modal manusia (human capital).
c. Pemanfaatan ekonomi dari bonus demografi terancam sia-sia. Bonus
yang hanya terjadi sekali bagi sebuah bangsa itu akan dialami Indonesia
tahun 2020-2030. Jika penduduk usia produktif lebih banyak
menganggur dan tidak mempunyai penghasilan, ini akan menjadi beban
dan ancaman. Pada tahun 2020-2030, 100 penduduk usia produktif
diperkirakan menanggung 44 orang tidak produktif dan setelah itu, angka
ketergantungan penduduk akan naik kembali. Hal ini dikarenakan pekerja
usia muda Indonesia 4,6 kali lebih sulit mendapatkan kerja dibandingkan
16
dengan pekerja dewasa. Sebagian besar penduduk yang bekerja pada
sector formal masih didominasi berpendidikan rendah, yaitu SD ke
bawah sebesar 53,9 juta orang (48,63 persen) dan Sekolah Menengah
Pertama sebesar 20,2 juta orang (18,25 persen). Oleh karena itulah,
kapabilitas tenaga kerja yang masih dalam level mendasar tersebut
mempunyai kecenderungan dibayar murah sehingga kesejahteraan pun
juga menurun. Selain itu ada sebanyak 60% penduduk Indonesia masih
didominasi angka buruh informal upah rendah yang berimplikasi pada
sedikitnya tabungan investasi sebagai pemacu pertumbuhan ekonomi.
Dengan semakin rendahnya kesejahteraan tenaga kerja, akan semakin
sulit bagi perekonomian Indonesia untuk mengandalkan penguatan
permintaan domestik di masa depan sekalipun Indonesia akan
mendapatkan bonus demografi hingga tahun 2020.
5.2 Saran
17
DAFTAR PUSTAKA
18
Sukirno, Sadono. 2004. Pengantar Teori Makroekonomi. Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada.
Syabrina, Hanna. 2017. Faktor Penyebab Ledakan Pertumbuhan Penduduk di
Kabupaten Malang. Jurnal Ekonomi Pembangunan. Vol. 10 No. 3
Umar, M.A. 2017. Bonus Demografi Sebagai Peluang dan Tantangan
Pengelolaan Sumber Daya Alam di Era Otonomi Daerah. Jurnal Genta
Mulia. Vol. 8 No. 2
Yusmarni. 2016. Analisis Bonus Demografi Sebagai Kesempatan dalam
Mengoptimalkan Pembangunan Pertanian di Sumatera Barat. Jurnal
AGRISEP. Vol. 16. No 1
19