Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH

HUBUNGAN BONUS DEMOGRAFI DENGAN PERTUMBUHAN


EKONOMI INDONESIA
Dosen Pengampu : Drs. Singgih Susilo, M.S, M.Si

Disusun Oleh:
1. Lorenza De Araujo (170722637066)
2. Nindy Ayu Isdiana P. (170722637034)

Offering H / 2017

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


FAKULTAS ILMU SOSIAL
JURUSAN GEOGRAFI
PRODI S1 GEOGRAFI
2019
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama Lengkap : - Lorenza De Araujo


- Nindy Ayu Isdiana Putri
NIM : - 170722637066
- 170722637034
Jurusan/Program Studi : Geografi/S1 Geografi
Fakultas/Universitas : Fakultas Ilmu Sosial/Universitas Negeri Malang

Dengan ini menyatakan bahwa makalah yang berjudul “Hubungan Bonus


Demografi dengan Pertumbuhan Ekonomi Indonesia” ini sepenuhnya karya saya
sendiri. Tidak ada bagian didalamnya yang merupakan plagiat dari okarya orang
lain dan saya tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan cara-cara
yang tidak sesuai dengan etika keilmuan yang berlaku dalam masyarakat
keilmuan. Atas peenyataan ini saya siap menanggung risiko/sanksi yang
dijatuhkan kepada saya apabila dikemudian ditemukan adanya pelanggaran
tterhadap etika keilmuan dalam karya saya ini.

Malang 10 Novermber 2019


Yang membuat pernyataan,

Penulis 1 Penulis 2

Lorenza De Araujo Nindy Ayu Isdiana Putri

ii
ABSTRAK

Putri, Nindy A.I., dan Araujo, Lorenza D. 2019. Hubungan Bonus Demografi
dengan Pertumbuhan Ekonomi Indonesia. Makalah. Jurusan Geografi,
Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Malang.

Kata Kunci : Bonus Demografi, Pertumbuhan Ekonomi

iii
KATA PENGANTAR

Rasa syukur penulis sampaikan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
berkat rahmat serta karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah yang
berjudul “Hubungan Bonus Demografi dengan Pertumbuhan Ekonomi
Indonesia”.
Makalah ini dibuat dalam rangka mempresentasikan tugas kelompok dan
memperdalam pemahaman dalam suatu harapan mendapatkan ilmu dalam
mempelajari Dinamika Kependudukan dan sekaligus melakukan apa yang
menjadi tugas mahasiswa yang mengikuti mata kuliah Dinamika Kependudukan.
Sebagai akhir kata penulis mengucapkan terima kasih kepada pihak –
pihak yang turut membantu kelancaran pembuatan makalah dan bantuan dalam
bertukar pikiran mengenai isi materi tulis dalam pembuatan makalah kali ini.

10 November 2019
Penulis

iv
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL......................................................................................... i
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN......................................................... ii
ABSTRAK.........................................................................................................iii
KATA PENGANTAR........................................................................................ iv
DAFTAR ISI...................................................................................................... v

BAB I. PENDAHULUAN.................................................................................
1.1 Latar Belakang........................................................................................
1.2 Rumusan Masalah...................................................................................
1.3 Tujuan......................................................................................................
1.4 Manfaat...................................................................................................
1.5 Definisi Operasional................................................................................

BAB II. KAJIAN PUSTAKA...........................................................................


2.1 Pertumbuhan Penduduk..........................................................................
2.2 Bonus Demografi....................................................................................
2.3 Pertumbuhan Ekonomi............................................................................

BAB III. METODOLOGI................................................................................


3.1 Rancangan Peelitian................................................................................
3.2 Diagram Alir............................................................................................
3.3 Teknik Pengumpulan Data .....................................................................
3.4 Sumber Data............................................................................................
3.5 Analisis Data...........................................................................................

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN..........................................................


4.1 Bonus Demografi di Indonesia................................................................
4.2 Dampak Bonus Demografi Terhadap Pertumbuhan Ekonomi ...............
4.3 Proyeksi Bonus Demografi dan Pertumbuhan ekonomi Indonesia.........

BAB V. PENUTUP............................................................................................
5.1 Kesimpulan.............................................................................................
5.2 Saran........................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................

v
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Penduduk merupakan semua orang yang berdomisili di wilayah geografis
Indonesia selama enam bulan atau lebih dan atau mereka yang berdomisili kurang
dari enam bulan tetapi bertujuan untuk menetap. Indonesia sendiri merupakan
negara dengan populasi penduduk terbesar ke 4 di dunia. Hal itu berarti bahwa
Indonesia adalah negara dengan penduduk terbanyak didunia setelah Republik
Rakyat Cina, India, dan Amerika Serikat (Indraswari,2017). Jumlah penduduk
Indonesia pada tahun 2010 adalah sebesar 237.641.300 jiwa dan pada tahun 2018
naik menjadi 265.015.300 jiwa (BPS,2019).
Tingginya jumlah penduduk diikuti pula oleh laju pertumbuhan penduduk
di Indonesia. Laju pertumbuhan penduduk sendiri merupakan angka yang
menunjukkan presentase pertambahan penduduk dalam jangka waktu tertentu
(Pancasasti,2018). Berdasarkan data BPS Indonesia, laju pertumbuhan penduduk
di Indonesia pada tahun 2000 – 2010 adalah 1,49% dan pada tahun 2010 – 2018
menjadi 1,33% (BPS,2019).
Jumlah penduduk Indonesia dapat dibedakan menurut kelompok umur.
Menurut data dari BPS terdapat kelompok umur dari 0 hingga 29 tahun yang
memiliki jumlah lebih besar dibandingkan kelompok umur diatas 29 tahun
(BPS,2019). Hal itu tidak terlepas dari adanya pengaruh ledakan penduduk yang
terjadi pada tahun 1998.
Ledakan penduduk merupakan kejadian dimana angka kelahiran sangat
tinggi dan kematian mengalami penurunan drastis. Ledakan penduduk merupakan
kondisi bertambahnya jumlah penduduk di suatu daerah dengah jumlah kelahiran
lebih besar daripada jumlah kematian (Umar,2017). Ledakan penduduk
berdampak bagi Indonesia dalam hal bonus demografi. Hal tersebut sejalan
dengan pernyataan Umar yang menyatakan bahwa Indonesia pada tahun 2020
hingga 2030 diprediksi mengalami bonus demografi (Yusmarni,2016).
Bonus demografi atau Demographic Dividend merupakan keadaan saat
negara Indonesia memiliki jumlah penduduk usia muda atau produktif dengan
jumlah yang melimpah, yaitu sekitar 2/3 dari jumlah penduduk keseluruhan.

1
Bonus demografi dapat dilihat dari parameter angka beban ketergantungan
(Dependency Ratio). Dependency Ratio yaitu rasio yang menggambarkan
perbandingan antara jumlah penduduk usia tidak produktif dan penduduk usia
produktif (Dewi,2018). Hal itu juga didukung oleh pernyataan Dewi yang
menyatakan bahwa bonus demografi diartikan sebagai keuntungan yang
disebabkan rasio ketergantungan, yang mana pada saat terjadinya bonus
demografi maka rasio ketergantungan berada pada angka paling rendah dan terjadi
hanya satu kali dalam sejarah kependudukan (Astuti,2016). Selain itu terdapat
pernyataan dari Astuti yang menyatakan bahwa turunnya rasio ketergantungan
pada saat menunjukkan angka yang paling terendah yang biasanya berada
dibawah 50%, disebut dengan Jendela Kesempatan (The Window of Opportunity)
dimana kesempatan tersebut sangat singkat hanya terjadi satu kali saja dalam satu
dekade seluruh perjalanan kehidupan penduduk (Jati,2015).
Rasio ketergantungan (Dependency Ratio) yang rendah berarti proporsi
jumlah penduduk usia produktif (15 – 64 tahun) tinggi sedangkan proporsi usia
penduduk yang tidak produktif (kurang dari 15 tahun dan lebih dari 64 taun)
adalah rendah. Kependudukan Indonesia menunjukkan tren positif dengan usia
produktif tahun 2010 mencapai 66% dari total penduduk dan pekerja usia muda
mencapai 26,8% atau 64 juta jiwa (Syabrina,2017). Angka usia produktif kerja
naik dengan angka ketergantungan 100 penduduk usia produktif menanggung 51
orang penduduk usia tidak produktif. Artinya beban yang ditanggung lebih sedikit
daripada yang menanggung sehingga terdapat penghasilan yang lebih dan dapat
dialokasikan untuk hal lain seperti tabungan dan investasi.
Rendahnya rasio ketergantungan akan membawa dampak bagi roda
perekonomian Indonesia sehingga dapat berputar dengan baik. Rasio
ketergantungan yang rendah akan memberikan implikasi pada perekonomian
negara yang mana dapat dijadikan sebagai sebuah kesempatan untuk
meningkatkan produktifitas sebuah negara (Maryati,2015). Kondisi tersebut dapat
menjadi sumber pertumbuhan ekonomi melalui pemanfaatan sumber daya
manusia yang produktif yang mampu meningkatkan tabungan mereka sehingga
dapat di ubahkan menjadi bentuk investasi.
Adanya bonus demografi ini dapat dimanfaatkan dengan baik pada sebuah
negara. Syarat bonus demografi agar dapat dimanfaatkan dengan baik oleh

2
Indonesia adalah pertambahan penduduk usia kerja dibarengi oleh peningkatan
kualitas sumber daya manusia baik dari segi kesehatan maupun pendidikan dan
keterampilan serta serta peningkatan soft skill sehingga mereka memiliki daya
saing secara global, penduduk usia kerja dapat diserap oleh pasar kerja yang
tersedia, serta tersedianya cukup lapangan kerja yang dapat menyerap tenaga kerja
yang tersedia (Dewi,2018). Jikalau syarat tersebut tidak dapat terpenuhi, maka
yang akan terjadi adalah kebalikan dari bonus demografi yaitu beban demografi
(Demographic Burden) yang mana banyaknya jumlah penduduk produktif yang
tidak dapat terserap oleh pasar kerja dapat menjadi beban ekonomi sebuah negara.
Pada kondisi ini tingkat pengangguran menjadi tinggi, sehingga penduduk usia
kerja yang tidak memiliki pekerjaan dapat menjadi beban bagi penduduk yang
bekerja.
Makalah ini membutuhkan penelitian terdahulu yaitu penelitian dari Jati
yang membuahkan hasil bahwa pemanfaatan bonus demografi di Indonesia belum
dimanfaatkan secara maksimal walaupun dalam segi produksi maupun konsumsi
sudah baik namun belum kuat sebagai mesin pertumbuhan ekonomi negara
(Syabrina,2017). Oleh karena itu, penelitian ini dilakukan seperti penelitian
tersebut namun pengajian lebih mendalam untuk mengetahui pemanfaatan bonus
demografi dalam bidang perekonomian Indonesia.
Berdasarkan uraian latar belakang diatas, penting untuk dilakukan
penelitian dengan judul “Hubungan Bonus Demografi dengan Pertumbuhan
Ekonomi Indonesia”

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang, rumusan masalah dalam makalah ini adalah:
a. Bagaimana bonus demografi di Indonesia?
b. Bagaimana dampak bonus demografi terhadap pertumbuhan ekonomi
Indonesia?
c. Bagaimana proyeksi bonus demografi terhadap tingkat ekonomi
Indonesia pada masa mendatang?

1.3 Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah maka tujuan makalah ini adalah:
a. Untuk mengetahui bonus demografi di Indonesia

3
b. Untuk mengetahui dampak bonus demografi terhadap pertumbuhan
ekonomi Indonesia
c. Untuk mengetahui proyeksi bonus demografi terhadap tingkat ekonomi
Indonesia pada masa mendatang

1.4 Manfaat
Hasil dari makalah ini diharapkan dapat memberikan manfaat berupa:
a. Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai
hubungan bonus demografi dengan pertumbuhan ekonomi Indonesia di
serta peneliti dapat mengaplikasikan teori yang telah diperoleh.

b. Manfaat Praktis
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan
dalam menentukan kebijakan bagi pemerintah Indonesia mengenai bonus
demografi. Selain itu, penelitian ini dapat menjadi referensi bagi peneliti
berikutnya yang akan mendalami topik yang berkaitan dengan tulisan ini.

1.5 Definisi Operasional


a. Bonus Demografi

4
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

2.1 Pertumbuhan Penduduk


Penduduk adalah orang dalam matranya sebagai pribadi, anggota keluarga,
anggota masyarakat, warga negara dan himpunan kuantitas yang bertempat
tinggal di suatu tempat dalam batas wilayah tertentu. Pertumbuhan penduduk
adalah perubahan jumlah penduduk di suatu wilayah tertentu pada waktu tertentu
dibandingkan waktu sebelumnya. Prediksi jumlah penduduk yang akan datang
dapat bermanfaat untuk mengetahui kebutuhan dasar penduduk, tidak hanya di
bidang sosial dan ekonomi tetapi juga di bidang pemenuhan kebutuhan akan lahan
misalnya penggunaan lahan (Mantra,2009). Beberapa teori-teori tentang
kependudukan mutakhir yang merupakan reformulasi teori kependudukan yang
ada :
a. Teori Maltusian
Aliran ini dipelopori oleh Thomas Robert Malthus, seorang pendeta
Inggris, hidup pada tahun 1766 hingga tahun 1834. Pada permulaan tahun
1798 lewat karangannya yang berjudul: “ Essai on Principle of Populations as
it Affect the Future Improvement of Society, with Remarks on the
Speculation of Mr. Godwin, M. Condorcet, and Other Writers”, menyatakan
bahwa penduduk (seperti juga tumbuh-tumbuhan dan binatang) apabila tidak
ada pembatasan, akan berkembang biak dengan cepat dan memenuhi dengan
cepat beberapa bagian dari permukaan bumi ini.

b. Teori Neo-Malthusians
Pada akhir abad ke-19 dan permulaan abad ke-20, teori Maltus mulai
diperdebatkan oleh kelompok Neo-Malthusians mereka tidak sependapat
dengan Malthus bahwa mengurangi jumlah penduduk cukup dengan moral
restraint saja. Untuk keluar dari perangkap Malthus mereka menganjurkan
menggunakan cara preventive cheks. Menurut kelompok ini yang dipelopori

5
oleh Garrett Hardin dan Paul Ehrlich pada abad ke-20 (pada tahun 1950),
dunia baru yang pada jaman Maltus masih kosong kini sudah mulai dengan
manusia..

c. Teori Marxist
Menurut Marxist tekanan penduduk yang terdapat disuatu negara
bukan tekanan penduduk terhadap bahan makanan, tetapi tekanan penduduk
karena kesempatan kerja. Kemiskinan terjadi bukan disebabkan karena
pertumbuhan penduduk yang terlalu cepat, tetapi karena kesalahan
masyarakat itu sendiri seperti yang terdapat pada negara-negara Kapitalis.

d. Teori Fisiologi dan Sosial Ekonomi


 John Stuart Mill, seorang ahli filsafat dan ahli ekonomi berkebangsaan
Inggris dapat menerima pendapat Maltus mengenai laju pertumbuhan
penduduk melampaui laju pertumbuhan bahan makanan sebagai suatu
aksioma.
 Arsene Dumont adalah seorang ahli demografi bangsa perancis yang hidup
pada akhir abad ke-19 pada tahun 1890 menulis sebuah artikel berjudul
Depopulation et Civilization Ia melancarkan teori penduduk baru yang
disebut dengan teori Kapilaritas sosial (theory fo sosial capilarity).
 Emile Durkheim, seorang ahli sosiologis Perancis yang hidup pada akhir
abad ke-19 Ia menekankan perhatianya pada keadaan pertumbuhan
penduduk yang tinggi disebakan karena laju pertumbuhan penduduk yang
cepat, akan timbul persaingan di antara penduduk untuk dapat
mempertahankan hidup.
 Michael Thomas Sadler dan Doubleday, kedua ahli ini adalah penganut
teori fisiologi. Sadler mengemukakan bahwa daya reproduksi manusia
dibatasi oleh jumlah penduduk yang ada di suatu negara atau wilayah jika
kepadatan penduduk tinggi, daya reproduksi manusia akan menurun,
sebaliknya jika kepadatan penduduk rendah daya reproduksi manusia akan
meningkat.

6
2.2 Bonus Demografi
Bonus demografi merupakan suatu kondisi perubahan struktur umur
penduduk sebagai akibat dari proses transisi demografi, yaitu penurunan angka
kelahiran dan angka kematian. Penurunan angka kelahiran akan menyebabkan
penurunan jumlah penduduk umur kurang dari 15 tahun, yang diikuti dengan
penambahan penduduk usia produktif 15-64 tahun sebagai akibat banyaknya
kelahiran di masa lalu. Sementara karena perbaikan status kesehatan, umur
harapan hidup semakin panjang, sehingga lansia akan semakin meningkat. Bonus
demografi ini hanya akan terjadi satu kali saja bagi semua penduduk suatu negara
yaitu yang disebut sebagai window of opportunity (Adioetomo,2005).
Demografi adalah suatu studi satatistik dan matematik tentang jumalah
komposisi dan persebaran penduduk, serta faktor-faktor setelah melewati kurun
waktu yang disebabkan oleh lima proses yaitu : fertilitas, mortalitas, perkawinan,
migrasi dan mobiitas sosial (Bogue,1969). Bonus demografi didefinisikan sebagai
keuntungan ekonomis yang disebabkan oleh penurunan rasio ketergantungan
sebagai hasil proses penurunan fertilitas jangka panjang dan peningkatan usia
harapan hidup (Adioetomo dkk, 2012). Penurunan proporsi penduduk muda
mengurangi besarnya biaya investasi untuk pemenuhan kebutuhannya, sehingga
sumber daya dapat dialihkan kegunaannya untuk memacu pertumbuhan ekonomi
dan peningkatan kesejahteraan keluarga.
Jadi kesimpulan bonus demografi merupakan suatu kondisi perubahan
struktur umur penduduk sebagai akibat dari proses transisi demografi. Bonus
demografi adalah kondisi dimana penduduk usia produktif jauh melebihi
penduduk tidak produktif ini akan berpengaruh pada rasio ketergantungan, dimana
beban ekonomi yang harus ditanggung oleh penduduk yang produktif terhadap
penduduk tidak produktif mencapai titik terendah. Bonus Demografi juga
merupakan suatu wilayah atau negara yang memiliki jumlah penduduk usia
produktif (rentang usia 15-64 tahun) lebih banyak dibandingkan dengan usia
nonproduktif (rentang usia 64+). Dikatakan sebagai bonus karena ini tidak terjadi
secara terus menerus melainkan terjadinya hanya sekali dalam beratus-ratus tahun.
Bonus Demografi ini hanya berlangsung sekali dan tidak bertahan lama.

7
2.3 Pertumbuhan Ekonomi
Pertumbuhan ekonomi adalah proses perubahan kondisi perekonomian
suatu negara secara berkesinambungan menuju keadaan yang lebih baik selama
periode tertentu. Dalam definisi yang lain dijelaskan pertumbuhan ekonomi
merupakan terjadinya perkembangan kegiatan dalam perekonomian yang
menyebabkan barang dan jasa diproduksi dalam masyarakat bertambah
(Sukirno,2004). Pertumbuhan ekonomi dapat diartikan juga sebagai proses
kenaikan kapasitas produksi suatu perekonomian yang diwujudkan dalam bentuk
kenaikan pendapatan nasional. Adanya pertumbuhan ekonomi merupakan indikasi
keberhasilan pembangunan ekonomi.
Pengertian lain dipernah dijelaskan pertumbuhan ekonomi ialah naiknya
output perkapita dalam rentang waktu jangka panjang. Terdapat setidaknya tiga
poin yakni, (i) proses, (ii) output perkapita, (iii) jangka panjang. Pertumbuhan
ekonomi menggambarkan aspek dinamis yang memiliki makna yaitu melihat dan
mencermati perkembangan dari waktu ke waktu (Boediono,1985).
Dari definisi tersebut dapat dijabarkan menjadi 3 komponen, pertama
pertumbuhan ekonimi suatu bangsa dapat dilihat dari meningkatnya secara
berkelanjutan semua barang, kedua teknologi yang maju merupakan faktor
penting dalam pertumbuhan ekonomi yang menjadi penentu derajat pentumbuhan
kemampuan dalam penyediaan aneka macam barang kepada penduduk, ketiga
penggunaan teknologi yang efektif dan efisien membutuhkan adanya penyelarasan
pada kelembagaan dan juga ideology sehingga inovasi yang lahir dari ilmu
pengetahuan dalam dimaksimalkan untuk kesejahteraan masyarakat.
Pertumbuhan ekonomi merupakan ukuran utama keberhasilan
pembangunan. Hasil pertumbuhan ekonomi tersebut harus dapat dinikmati
masyarakat sampai ke lapisan yang paling bawah. Pertumbuhan harus berjalan
secara beriringan dan terencana untuk mengupayakan terciptanya pemerataan
kesempatan dan pembangunan hasil-hasilnya dengan lebih merata. Bila
pembangunan dan hasil-hasilnya tersebut terdistribusi secara merata maka daerah-
daerah yang miskin, tertinggal, dan tidak produktif akan menjadi produktif dan
akhirnya akan mempercepat pertumbuhan ekonomi itu sendiri.

8
BAB III
METODOLOGI

3.1 Rancangan Penelitian


Rancangan penelitian merupakan kerangka dasar dalam penelitian agar
data yang dikumpulkan efisien, efektif serta dapat diolah dan dianalisis sesuai
dengan tujuan yang akan dicapai. Penelitian ini termasuk jenis penelitian studi
literatur dengan mencari referensi teori yang relefan dengan kasus atau
permasalahan yang ditemukan. Referensi teori yang diperoleh dengan jalan
penelitian studi literatur dijadikan sebagai fondasi dasar dan alat utama bagi
praktek penelitian ditengah lapangan.
Jenis data yang digunakan adalah data sekunder yang dikumpulkan dengan
studi kepustakaan dari buku, jurnal, skripsi, thesis, maupun karya tulis ilmiah
yang lain. Selain itu data juga didapatan dari instansi-instansi terkait. Data-data
yang sudah diperoleh kemudian dianalisis dengan metode analisis deskriptif
dengan pendekatan kuantitatif.

3.2 Diagram Alir

Penentuan topik

Pengumpulan data

Pengecekan keabsahan data

Analisis data

Hubungan Bonus
Demografi dengan
Pertumbuhan Ekonomi
Indonesia
9
3.3 Teknik Pengumpulan Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder, yakni
data yang tidak didapatkan secara langsung, akan tetapi melalui perantara.
Pengumpulan data dengan cara melakukan studi kepustakaan yakni mengutip data
dari sumber terpercaya dengan mempertimbangkan kevalidan dan keabsahan data.

3.4 Sumber Data


Data yang dikumpulkan berasal dari buku-buku yang membahas tentang
topik terkait terkait, dan penelitian-penelitian terdahulu baik dalam bentuk jurnal,
skripsi, thesis, maupun karya tulis ilmiah yang lain. Selain itu, data juga
didapatkan dari publikasi online ataupun offline instansi-instansi terkait seperti
BPS.

3.5 Analisis Data


Analisis data menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan
kuantitatif yang berusaha mendeskripsikan suatu gejala peristiwa dan kejadian
yang terjadi pada saat sekarang dimana peneliti berusaha memotret peristiwa dan
kejadian yang menjadi pusat perhatian untuk kemudian digambarkan sebagaimana
adanya dengan bantuan data berupa angka.

10
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Bonus Demografi di Indonesia


Indonesia pada tahun 2020 hingga 2035 akan memperoleh bonus
demografi yang mana merupakan dampak positif dari adanya ledakan penduduk
(baby boom) pada tahun 1998 silam. Parameter bonus demografi di Indonesia
dapat dilihat dari rasio ketergantungan atau dependency ratio. Berikut adalah
angka ketergantungan penduduk Indonesia:

Tabel 4.1 Rasio Ketergantungan Penduduk di Indonesia 2010 – 2035

11
Sumber: BPS, 2019
Tabel 4.1 menunjukkan rasio angka ketergantungan penduduk Indonesia
dan juga proyeksinya dalam kurun waktu 25 tahun. Sebagaimana yang tertera
pada tabel, menunjukkan bahwa pada tahun 2010 hingga 2030 mengalami
penurunan namun pada tahun 2035 terjadi peningkatan kembali. Hal itu
dikarenakan Indonesia diperkirakan mencapai puncak bonus demografi pada 2017
sampai 2019 untuk gelombang pertama. dan 2020 sampai 2030 untuk gelombang
bonus demografi kedua. Hal ini berarti komposisi jumlah penduduk dengan usia
produktif 15-64 tahun mencapai titik maksimal jika dibandingkan dengan usia
non-produktif 0-14 tahun dan 65 tahun ke atas. Sehingga angka dependency ratio
paling rendah berada di tahun 2030 sebagai puncak dari bonus demografi. Hal itu
juga menunjukkan bahwa dengan menurunnya rasio beban ketergantungan berarti
berkurangnya beban ekonomi bagi penduduk umur produktif (usia kerja) yang
menanggung penduduk umur tidak produktif. Dengan kata lain, telah terjadi
kenaikan jumlah angkatan kerja potensial.

4.2 Dampak Bonus Demografi terhadap Pertumbuhan Ekonomi Indonesia


Bonus demografi Indonesia sangat menguntungkan untuk pembangunan
ekonomi. Jumlah penduduk usia kerja relatif jauh lebih besar daripada jumlah
penduduk yang menjadi beban (anak dan lansia). Inilah kesempatan emas yang
amat berharga. Disebut bonus, karena kesempatan ini tidakakan bertahan lama.
Angka ketergantungan muda akan terus menurun, tetapi lama kelamaan
penurunannya akan semakin pelan. Disisi lain, peningkatan angka ketergantungan
tua akan meningkat dan terus meningkat dengan cepat. Oleh sebab itu suatu titik
akan tercapai ketika peningkatan angka ketergantungan tua lebih besar daripada
penurunan angka ketergantungan muda. Di saat itu, angka ketergantungan total
meningkat dan beban demografis pada perekonomian meningkat kembali
(Krista,2008).
Kaitannya dengan pertumbuhan ekonomi, momentum bonus demografi
perlu benar-benar dimanfaatkan secara maksimal. Secara lebih spesifik, Bongaarts
dan Blom menyatakan bahwa ada empat faktor penting dalam menjelaskan bonus
demografi yang berkaitan dengan pertumbuhan ekonomi yaitu penawaran tenaga

12
kerja (labour supply), peranan perempuan, tabungan (savings), dan modal
manusia (human capital) (Adioetomo,2005)
.
4.3 Proyeksi Bonus Demografi dan Pertumbuhan Ekonomi Indonesia

Potensi manfaat ekonomi dari bonus demografi yang ditandai dengan


besarnya jumlah penduduk usia produktif dan rendahnya angka ketergantungan
penduduk terancam sia-sia. Bonus yang hanya terjadi sekali bagi sebuah bangsa
itu akan dialami Indonesia tahun 2020-2030. Jika penduduk usia produktif lebih
banyak menganggur dan tidak mempunyai penghasilan, ini akan menjadi beban
dan ancaman. Pada tahun 2020-2030, 100 penduduk usia produktif diperkirakan
menanggung 44 orang tidak produktif dan setelah itu, angka ketergantungan
penduduk akan naik kembali. Badan Perencanaan Pembangunan Nasional
menyebutkan jumlah pengangguran terbuka nasional tahun 2011 mencapai 6,56
persen (7,7 juta jiwa) penduduk. Pengangguran terbuka usia muda (15-24 tahun)
mencapai 5,3 juta jiwa, 20 persen (1,06 juta jiwa) di antaranya adalah lulusan
perguruan tinggi. Organisasi Buruh Internasional (ILO) menyebut pekerja usia
muda Indonesia 4,6 kali lebih sulit mendapatkan kerja dibandingkan dengan
pekerja dewasa. Angka ini jauh lebih tinggi daripada rata-rata dunia yang
mencatat pekerja usia muda 2,8 kali lebih sulit mendapat kerja. ILO juga mencatat
pengangguran terbuka berumur 15-29 tahun di Indonesia berjumlah 19,9 persen
dan merupakan yang tertinggi di antara negara-negara di Asia Pasifik. Namun ini
lebih rendah daripada negara-negara di Eropa yang sedang dilanda krisis
keuangan.

Dalam struktur ketenagakerjaan Indonesia, 44,2 juta orang (39,86 persen)


bekerja pada sektor formal dan 66,6 juta orang (60,14 persen) bekerja pada sektor
informal. Besarnya angka pekerja informal tersebut didasarkan pada kualitas
tenaga kerja Indonesia yang tidak berimbang. Sebagian besar masih didominasi
berpendidikan rendah, yaitu SD ke bawah sebesar 53,9 juta orang (48,63 persen)
dan Sekolah Menengah Pertama sebesar 20,2 juta orang (18,25 persen). Penduduk
bekerja yang berpendidikan tinggi hanya sekitar 10,0 juta orang yang mencakup
3,0 juta orang (2,68 persen) berpendidikan diploma dan 7,0 juta orang (6,30
persen) berpendidikan universitas. Oleh karena itulah, kapabilitas tenaga kerja

13
yang masih dalam level mendasar tersebut mempunyai kecenderungan dibayar
murah sehingga kesejahteraan pun juga menurun. Dengan semakin rendahnya
kesejahteraan tenaga kerja, akan semakin sulit bagi perekonomian Indonesia
untuk mengandalkan penguatan permintaan domestik di masa depan sekalipun
Indonesia akan mendapatkan bonus demografi hingga tahun 2020.
Besar kemungkinan bonus demografi yang akan terjadi pada 2020 tersebut
akan terlewati. Sebanyak 60 persen penduduk Indonesia masih didominasi angka
buruh informal upah rendah yang berimplikasi pada sedikitnya tabungan investasi
sebagai pemacu pertumbuhan ekonomi. Saving rate di Indonesia saat ini hanya
sekitar 44,2 persen karena 50 juta masyarakat belum tersentuh perbankan.
Menurut data dari Bank Dunia pada 2009, jumlah rekening simpanan di Indonesia
sebanyak 504,7 per 1.000 orang. Sementara itu, rasio simpanan terhadap produk
domestik bruto (PDB) sebesar 36,9 persen. Jumlah rekening kredit sebanyak
196,9 per 1.000 orang dengan kantor cabang tiap 1.000 penduduk sebanyak 7,7
buah. Rasio kredit terhadap PDB sebesar 26,9 persen. Masih sedikitnya nominal
penarikan dana dari masyarakat yang dilakukan oleh bank menunjukkan
kesadaran berinvestasi masih belum merata (Bank Dunia,2009). Dalam berbagai
kasus, penduduk Indonesia memiliki kecenderungan menginvestasikan hartanya
berupa rumah, tanah, emas, maupun properti lainnya yang nilai ekonominya
dianggap tidak gampang jatuh. Hal itulah yang menjadi alasan sektor properti
masih berjaya sebagai sektor investasi nomor wahid setelah emas mulia.
Minimnya penarikan dana berupa surat berharga, surat utang negara, maupun
produk deposito mengindikasikan penduduk Indonesia jarang melakukan investasi
berisiko tinggi. Kondisi perekonomian yang masih gonjang-ganjing, baik di level
dunia maupun nasional, membuat produk perbankan kurang begitu diminati.
Permasalahan likuidasi Bank Century tahun 2008 silam merupakan titik skeptis
penduduk terhadap investasi perbankan. Kekhawatiran terhadap jumlah tabungan
yang raib secara mendadak maupun portofolio yang tidak dapat dicarikan menjadi
alasan produk perbankan dijauhi masyarakat. Padahal bonus demografi yang
jumlahnya mencapai hampir separuh penduduk Indonesia diharapkan
menginvestasikan pendapatan demi pertumbuhan ekonomi negara. Namun pada

14
kenyataannya, sulit diharapkan bonus demografi memiliki kapasitas menabung
dalam sektor perbankan.
Pada lokus krusial inilah, diperlukan cara pikir kritis tentang memaknai
kembali bonus demografi sebagai jendela peluang (windows of opportunity)
ataukah jendela bencana (windows of disasters)? Jika dilihat sekelumit kisah
kondisi makro perekonomian Indonesia yang masih belum stabil sepenuhnya
dengan ketimpangan pembangunan antara berbagai daerah di Indonesia, tentunya
bonus demografi belum dapat menjadi jaminan alat katrol perekonomian nasional.
Konteks bonus demografi menjadi jendela bencana terjadi pada saat banyak
penduduk usia produktif tidak tertampung dalam lapangan pekerjaan
(Srihadi,2012). Hal ini terjadi lantaran permintaan tenaga kerja tidak berbanding
lurus dengan penawaran kerja dari dunia kerja. Setiap tahunnya terjadi kenaikan
dua juta angkatan kerja yang didominasi lulusan dengan minim kapabilitas kerja,
tetapi pada saat bersamaan, dunia kerja juga mengalami keterbatasan menampung
tenaga kerja baru dan lebih mengoptimalkan pekerja lama. Akibatnya adalah
pengangguran semakin menumpuk sehingga rasio ketergantungan berpotensi
melebar. Kekhawatiran yang realistis bila bonus demografi dalam dua dekade ini
tidak dilakukan secara maksimal adalah proyeksi rasio ketergantungan tahun 2050
menjadi 10 tahun lebih cepat. Pada waktu tersebut dipastikan bahwa kebanyakan
kelompok usia tidak produktif berasal dari kelompok kaum tua yang hidupnya
harus ditanggung karena tidak memiliki tabungan pada saat bonus demografi
berlangsung.

15
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
a. Indonesia akan mengalami bonus demografi pada tahun 2020 hingga
2035 yang merupakan dampak positif dari adanaya ledakan penduduk
pada tahun 1998 silam. Indonesia diperkirakan mencapai puncak bonus
demografi pada 2017 sampai 2019 untuk gelombang pertama. dan 2020
sampai 2030 untuk gelombang bonus demografi kedua. Hal ini berarti
komposisi jumlah penduduk dengan usia produktif 15-64 tahun mencapai
titik maksimal jika dibandingkan dengan usia non-produktif 0-14 tahun
dan 65 tahun ke atas. Sehingga angka dependency ratio paling rendah
berada di tahun 2030 sebagai puncak dari bonus demografi. Hal itu juga
menunjukkan bahwa dengan menurunnya rasio beban ketergantungan
berarti berkurangnya beban ekonomi bagi penduduk umur produktif (usia
kerja) yang menanggung penduduk umur tidak produktif. Dengan kata
lain, telah terjadi kenaikan jumlah angkatan kerja potensial.
b. Bonus demografi Indonesia sangat menguntungkan untuk pembangunan
ekonomi. Jumlah penduduk usia kerja relatif jauh lebih besar daripada
jumlah penduduk yang menjadi beban (anak dan lansia). Kaitannya
dengan pertumbuhan ekonomi, bonus demografi perlu benar-benar
dimanfaatkan secara maksimal. Terdapat empat faktor penting dalam
menjelaskan bonus demografi yang berkaitan dengan pertumbuhan
ekonomi yaitu penawaran tenaga kerja (labour supply), peranan
perempuan, tabungan (savings), dan modal manusia (human capital).
c. Pemanfaatan ekonomi dari bonus demografi terancam sia-sia. Bonus
yang hanya terjadi sekali bagi sebuah bangsa itu akan dialami Indonesia
tahun 2020-2030. Jika penduduk usia produktif lebih banyak
menganggur dan tidak mempunyai penghasilan, ini akan menjadi beban
dan ancaman. Pada tahun 2020-2030, 100 penduduk usia produktif
diperkirakan menanggung 44 orang tidak produktif dan setelah itu, angka
ketergantungan penduduk akan naik kembali. Hal ini dikarenakan pekerja
usia muda Indonesia 4,6 kali lebih sulit mendapatkan kerja dibandingkan

16
dengan pekerja dewasa. Sebagian besar penduduk yang bekerja pada
sector formal masih didominasi berpendidikan rendah, yaitu SD ke
bawah sebesar 53,9 juta orang (48,63 persen) dan Sekolah Menengah
Pertama sebesar 20,2 juta orang (18,25 persen). Oleh karena itulah,
kapabilitas tenaga kerja yang masih dalam level mendasar tersebut
mempunyai kecenderungan dibayar murah sehingga kesejahteraan pun
juga menurun. Selain itu ada sebanyak 60% penduduk Indonesia masih
didominasi angka buruh informal upah rendah yang berimplikasi pada
sedikitnya tabungan investasi sebagai pemacu pertumbuhan ekonomi.
Dengan semakin rendahnya kesejahteraan tenaga kerja, akan semakin
sulit bagi perekonomian Indonesia untuk mengandalkan penguatan
permintaan domestik di masa depan sekalipun Indonesia akan
mendapatkan bonus demografi hingga tahun 2020.

5.2 Saran

17
DAFTAR PUSTAKA

Adioetomo, Sri Moertiningsih. 2005. Bonus Demografi. Menjelaskan Hubungan


antara Pertumbuhan Penduduk dengan Pertumbuhan Ekonomi. Pidato
pengukuhan Guru Besar Tetap Bidang Ekonomi pada Fakultas Ekonomi
Universitas Indonesia. Jakarta
Adioetomo, Sri Moertiningsih dan Samosir, Omas Bulan. 2012. Dasar-dasar
Demografi. Lembaga Demografi Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia,
Salemba Empat, Jakarta.
Astuti, Hesti Widi. 2016. Mengukur Peluang dan Ancaman Bonus Demografi
Terhadap Kualitas Sumberdaya Manusia dalam Pembangunan Ekonomi di
Bandar Lampung. Jurnal Bisnis Darmajaya. Vol. 2 No. 1
Badan Pusat Statistik. 2019. Statistik Indonesia 2019. BPS
Bank Dunia. 2009. Indonesia 2014 and Beyond: A Selective Look. Jakarta: Bank
Dunia
Boediono. 1985. Teori Pertumbuhan Ekonomi. Penerbit BPFE: Yogyakarta.
Bogue, D, J. 1969. Priciple of Demography. New York: John Wiley and Son, Inc.
Dewi, Siti. 2018. Bonus Demografi di Indonesia.: Suatu Anugerah atau Petaka.
Journal of Information System, Applied, Management, Accounting and
Research. Vol. 2 No. 3
Indraswari, R.R. 2017. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penundaan Kelahiran
Anak Pertama di Wilayah Perdesaan Indonesia: Analisis Data SDKI 2012.
Jurnal Kependudukan Indonesia. Vol 12 No 1
Jati, Warsito R. 2015. Bonus Demografi Sebagai Mesin Pertumbuhan Ekonomi.
Jurnal Kependudukan. Vol. 23 No. 1
Krista, Maria. 2008. Menyongsong Bonus Demografi. Tersedia dalam www.
kristamariapujantoro.com/ 2008, diakses pada tanggal 7 November 2019
Mantra, Ida Bagus. 2009. Demografi Umum. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Offset
Maryati, Sri. 2015. Dinamika pengangguran terdidik: tantangan menuju bonus
demografi di indonesia. Journal of economic and economic education. Vol.
3 No. 2
Pancasasti, Ranthy. 2018. Analisis Dampak Laju Pertumbuhan Penduduk
Terhadap Aspek Kependudukan Berwawasan Gender pada Urban Area di
Kota Serang. Jurnal Tirtayasa Ekonomika. Vol 12 No 1
Srihadi, Endang. 2012. “Bonus Demografi: Jendela Kesempatan atau Jendela
Bencana?”. Update Indonesia Vol. 7 No. 1

18
Sukirno, Sadono. 2004. Pengantar Teori Makroekonomi. Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada.
Syabrina, Hanna. 2017. Faktor Penyebab Ledakan Pertumbuhan Penduduk di
Kabupaten Malang. Jurnal Ekonomi Pembangunan. Vol. 10 No. 3
Umar, M.A. 2017. Bonus Demografi Sebagai Peluang dan Tantangan
Pengelolaan Sumber Daya Alam di Era Otonomi Daerah. Jurnal Genta
Mulia. Vol. 8 No. 2
Yusmarni. 2016. Analisis Bonus Demografi Sebagai Kesempatan dalam
Mengoptimalkan Pembangunan Pertanian di Sumatera Barat. Jurnal
AGRISEP. Vol. 16. No 1

19

Anda mungkin juga menyukai