Anda di halaman 1dari 18

KELOMPOK 6

1.ZAKIRAH TAQIYYANI TORIPUJI_J011201146


2.M.AIDIL SULTAN_J011201147
3.NURUL AISYAH MUTIARANI_J011201148
4.MUHAMMAD RAFLY ILHAM_J011201149
5.WAFIQAH IZZATUL AULIYAH_J011201151
6.GIRWAN GRATANCA_J011201152
7.MUHAMMAD ARIFIN_J011201155
8.FERA AYUDIA FAISAL_J011201156
KEBUDAYAAN MARITIM , UNSUR –
UNSUR , DAN FUNGSI SOSIALNYA .
KEBUDAYAAN MARITIM

•KONSEP KEBUDAYAAN MARITIM


Kebudayaan maritim adalah dunia kehidupan masyarakat maritim berkaitan dengan pengelolaan
lingkungan dan pemqnfaatan SDL yang diperoleh dengan belajar.Menurut koendjaranigrat
,kebudayaan ialah “sistem gagasan tindakan dan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan
masyarakat manusia yang diperoleh dengan belajar.Jadi,dengan kebudayaan maka manusia
menjadi manusiawi.

•WUJUD KEBUDAYAAN
Wujud kebudayaan maritim terbagi atas 3 bagian yaitu :
1.Kognitif
2.Tindakan / praktik terpola
3.Benda-benda budaya buatan manusia
UNSUR-UNSUR KEBUDAYAAN MARITIM

Unsur – unsur kebudayaan maritim terdiri atas 7 unsur ,yaitu :


1.Sitem Pengetahuan
Sistem pengetahuan adalah salah satu unsur kebudayaan maritim yang mencakup tentang
semua unsur kehidupan .
(a) sistem gagasan atau ide
(b) sistem pengetahuan
(c) Pengetahuan astronomi
(d) Pengetahuan ekosistem dan tipologi laut
(e) Pengetahuan biota laut
(f) Pengetahuan lokasi penangkapan dan letak rumah ikan dilaut
(g) Sistem nilai
2.Bahasa
3.Organisasi sosial
4.Sistem ekonomi/mata pencaharian hidup
5.Sistem teknologi
6.Sistem kesenian
7 sistem kepercayaan
FUNGSI SOSIAL KEBUDAYAAN MARITIM

1.Memperkuat tatanan berkehidupan bersama pada tingkat kekompok kerja


Misal : Ponggawa-Sawi (Bugis, Makassar), Juragang-Pandega (Jawa, Madura).
• Kekompakan bekerja
• Loyalitas/ setia kawan
• Tolong-menolong
• Kejujuran dan tanggung jawab
• Hub. persaudaraan dan pertemanan
• Hub. patron-client yang positif.

2.Memperkuat tatanan berkehidupan bersama pada tingkat komunitas sedesa


• Kesadaran kebersamaan komunitas internal kuat
• Jiwa gotong royong dan tolong-menolong kental
• Loyalitas kemasyarakatan tinggi
• Kerukunan/damai dan harmoni sosial
• Simbol identitas komunitas sedesa, misalnya kecenderungan memilih alat tangkap atau lokasi
penangkapan. Contoh kasus: komunitas nelayan Kambuno Desa Pengharapan (Kec. Pulau
Sembilan) hingga dekade 1980-an diidentikkan dengan pengembara pencari teripang dengan
teknik selam di perairan kawasan Timur dan Selatan Indonesia, bahkan sering sampai di perairan
pantai utara Australia. Lain halnya komunitas nelayan Burunglo(h)e Desa Buhungpitue dari
kecamatan yang sama yang diidentikkan dengan tradisi menangkap ikan-ikan kecil berkelompok
dengan teknik bagang di lokasi-lokasi penangkapan (fishing grounds) dalam daerah-daerah
kabupaten lain di Sulawesi Selatan, bahkan hingga Sulawesi Tenggara.

3.Memperkuat tatanan berkehidupan bersama pada daerah kabupaten dan provinsi


• Interaksi sosial/pergaulan dan jual-beli di laut atau pasar ikan di kota-kota pantai, hubungan mitra
kerjasama usaha
• Interaksi simbol identitas kedaerahan : keunikan dialek atau bahasa, bentuk perahu, alat
tangkap, jenis tangkapan, dll.
• Saling menghargai dan memberi peluang memasuki daerah-daerah penangkapan yang subur di
wilayah perairan provinsi
• Saling memberi peluang mendatangi lokasi-lokasi penangkapan ikan dalam wilayah perairan
mereka masing-masing dengan prosedur kepemilikan surat izin, bahkan seringkali hanya dengan
sepengeta- huan dengan aparat pemerintah tingkat kecamatan atau desa. Misalnya, kelompok
nelayan penyelam teripang dari Sulawesi Selatan yang beroperasi di perairan Kupang harus
memiliki surat izin operasi di daerah tersebut.

4.Memperkuat tatanan berkehidupan bersama pada tingkat kesatuan bangsa atau negara
• Pertemuan dan saling kenal-mengenal antarkelompok nelayan atau pelayar dari etnik berbeda
dengan menggunakan bahasa nasional/ bahasa persatuan
• Interaksi sosial/ pergaulan dan transaksi jual-beli antarkelompok nelayan dari etnik berbeda di
laut atau pasar ikan di kota-kota pantai, dan hubungan mitra kerjasama usaha
• Simbol identitas kesukubangsaan menjadi jelas : keunikan bahasa, tipe perahu, alat tangkap, jenis
tangkapan, bentuk dan struktur organisasi kerjasama, sistem bagi hasil, sistem pengetahuan,
hingga pandangan/persepsi budaya tentang jagat laut dan isinya
• Saling meniru dan meminjam unsur-unsur kebudayaan dalam rangka pengayaan dan dinamika
kebudayaan kelompok etnik yang berbeda-beda
• Saling menghargai dan memberi peluang memasuki daerah-daerah penangkapan yang subur di
perairan Nusantara, misalnya perairan Natuna, Perairan Kep. Banda, Selat Makassar, perairan
Maluku, dll.
• Saling memberi peluang mendatangi lokasi-lokasi penangkapan ikan yang subur dalam wilayah
perairan pesisir dan teritorial dari mana mereka berasal. Misalnya, kelompok-kelompok nelayan
Bugis dan Makassar yang sejak dahulu telah memasuki wilayah-wilayah perairan Maluku, Papua,
NTT, Kaltim, Jatim di Madura, dll., sama halnya kelompok nelayan Madura yang baru di tahun 2004
memasuki perairan pesisir Teluk Bone (Sulawesi Selatan)
• Mematuhi peraturan nasional dalam memanfaatkan ruang laut, sumberdaya perikanan, masuk dan
keluar dari pelabuhan, pajak dan retribusi, kelaikan perahu/kapal, izin operasi, dsb.
• Tumbuhnya jiwa nasionalisme yang ditunjukkan antara lain dengan pemasangan/pengibaran
Bendera Merah Putih di setiap perahu/kapal
• Tumbuhnya kesadaran kebinekaan kelompok suku bangsa (multi- ethnic) dan budaya (multi-
cultural) dalam konteks kesatuan bangsa (nation unity).

5.Memperkuat tatanan berkehidupan bersama pada tingkat hubungan bangsa-bangsa/internasional


• Interaksi antarkelompok masyarakat bangsa-bangsa maritim di dunia lainnya. Interaksi
kemaritiman lintas negara hanya terjadi antarmasyarakat bangsa-bangsa melalui kegiatan
pelayaran dan perdagangan yang berpusat pada kota-kota pelabuhan, sedangkan daerah
pedalaman suatu negara hanya mendapatkan sedikit banyak dampak positifnya.
• Tumbuhnya kesadaran suatu masyarakat bangsa maritim sebagai bagian dari masyarakat dunia
maritim internasional. Semua bangsa maritim, terutama kelompok pelayar dan pedagang,
memiliki kesadaran tersebut sebagai reproduksi pengalaman yang kaya mendatangi negara-
negara maritim lainnya dan berinteraksi atau bertransaksi dengan mitra usaha dan konsumen
komoditas barang yang didagangkan.
• Membangun identitas maritim nasional dalam rangka saling kenal-mengenal dan bekerjasama
dengan masyarakat bangsa-bangsa maritim lainnya. Sebagai contoh, kelompok-kelompok nelayan
dan pelayar yang berasal dari perhimpunan Masyarakat Ekonomi Eropah (MEE) yang beroperasi
dan mengambil rute pelayaran di North Sea (Laut Utara) dan Atlantik saling kenal-mengenal dan
memberi ruang di laut. Saling pengenalan di antar mereka sekurang-kurangnya melalui warna
bendera Negara yang dikibarkan di kapal masing-masing. Di kawasan-kawasan perairan Asia,
Afrika, Asia Tenggara hingga Pasifik, interaksi dan perkenalan antar kelompok-kelompok pelayar
dan pedagang yang dipertegas dengan simbol-simbol budaya kebangsaan terutama bahasa tentu
saja sudah berlangsung sejak lama.
• Membuka diri dengan diplomasi kerjasama pembangunan, khususnya bidang kemaritiman, dengan
masyarakat bangsa-bangsa maritim lainnya. Misalnya di saman kerajaan maritim Nusantara,
Raja Gowa Makassar telah mengirim duta-duta besarnya ke Cina, Siam, India, Pilipina, dll. dalam
rangka mempromosikan kerajaan maritim Gowa Makassar, khususnya Benteng Somba Opu,
sebagai Kota Pelabuhan Transito Internasional di kawasan timur Nusantara.
• Di masa kemerdekaan, promosi Indonesia sebagai negara kepulauan dengan Pelabuhan
Tanjung Priuk sebagai pelabuhan internasional terbesar di Asia tenggara tentu saja telah
dilakukan secara intensif dan meluas melalui duta-duta besar di negara-negara sahabat yang
jumlahnya jauh lebih banyak lagi. Visi kemaritiman Indonesia di Era Presiden Joko Widodo :
“Menjadikan Indonesia Sebagai Poros Maritim Dunia” dengan sebuah komponen inti penyatu
yakni “Tol Laut” (maritime highway) merupakan komitmen memajukan peradaban besar maritim
Indonesia “Indonesia maritime grieat tradition” ke depan di tengah-tengah pergaulan
dunia/Internasional yang semakin maju.
• Pada BMI/Benua Maritim Indonesia, secara alamiah jagat laut yang luas adalah penyambung
pulau-pulau dan benua darat, demikian sebaliknya taburan dan jejeran pulau-pulau memperjelas
bentang-bentang dan hamparan laut dengan segenap sumberdaya dan jasa-jasanya untuk
dimanfaatkan masunia secara produktif berkelanjutan dan arif berkeadilan.
• Lebih dari itu, masyarakat dengan kebudayaan maritimnya di BMI sejak dahulu berperan
merekatkan dan mengintegrasikan kelompok-kelompok masyarakat etnik dengan
kebudayaannya yang sangat beragam kedalam kesatuan bangsa Indonesia yang kokoh
“Bhinneka Tunggal Ika”.
THANK YOU

Anda mungkin juga menyukai