Anda di halaman 1dari 76

MODUL 2

WAWASAN IPTEKS

DR. SYAHRUDDIN KASIM, S.Si., M.Si.

UNIT PELAKSANAN TEKNIS MATA KULIAH UMUM


UNIVERSITAS HASANUDDIN
2019

i
MODUL 2
WAWASAN IPTEKS

JUDUL:
IPTEKS BERNUANSA ETIKA DAN KARAKTER
(Topik: Ilmu Pengetahuan dan Perkembangannya)

OLEH:

DR. SYAHRUDDIN KASIM, S.Si, M.Si.

UNIT PELAKSANA TEKNIS MATA KULIAH UMUM


UNIVERSITAS HASANUDDIN
2019

ii
KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah adalah ungkapan yang sepatutnya


kita haturkan kepada Allah Subhanahu Wataala Tuhan Yang Maha
Esa, yang telah menganugerahkan nikmat kekuatan, kesehatan,
kesempatan dan kebesaran jiwa kepada kita semua. Selaku Penulis
setelah mendengarkan dan menyimak beberapa masukan dari
beberapa pihak termasuk melalui Lokakarya Mata Kuliah
WAWASAN IPTEKS pada tahun 2009, workshop RPS DAN
LMS UPT MKU UNHAS pada bulan Mei tahun 2019, juga saran
secara langsung atau tidak langsung dari TIM Dosen Wawasan
Ipteks dan berbagai fihak lainnya yang tidak dapat penulis sebut
satu per satu, maka MODUL 2 WAWASAN IPTEKS dapat selesai
dan diterbitkan untuk dipakai di kalangan mahasiswa Universitas
Hasanuddin dan mungkin kalangan lain yang dapat menjadikannya
rujukan pembanding sebagai MODUL bahan ajar. Beberapa
perbaikan materi MODUL 2 telah dilakukan pada beberapa sub
pokok bahasan, demikian pula ditambahkan beberapa variasi
terbaru untuk memperkaya nilai science, teknologi dan seninya.
Untuk itulah diharapkan mahasiswa dapat mendalaminya agar
MODUL 2 buku ajar ini dapat menjadi salah satu landasan
pemahaman konsepsi IPTEKS khususnya yang berkaitan dengan
Prinsip Pengetahuan, Ilmu Pengetahuan dan Perkembangannya.

iii
Penyajian mata kuliah WAWASAN IPTEKS adalah salah
satu cara atau upaya untuk mempersiapkan profil keperibadian
lulusan Mahasiswa Universitas Hasanuddin sesuai Visi dan Misi
yang diembannya yang berkaitan dengan karakter MARITIM dan
selalu mengedepankan nalar, bertaqwa dan beriman kepada Tuhan
Yang Maha Esa, memiliki pengetahuan dan ilmu yang luas pada
perkembangan dunia IPTEKS secara utuh khususnya kompetensi
dibidang keilmuan masing-masing.
MODUL 2 yang berkaitan dengan Buku ajar WAWASAN
IPTEKS Ini diharapkan dapat dikembangkan pembahasan dan
penyajiannya disertai contoh yang relevan secara khusus sesuai
bidangnya masing-masing termasuk yg berkaitan dengan kearifan
lokal. Sedangkan bagi mahasiswa, diharapkan dapat
mendiskusikan istilah dan topik IPTEKS di MODUL 2 ini, atau
mengacu pada tugas Learning dan soal latihan dalam Mata Kuliah
ini serta tugas tambahan dari Dosen masing-masing melalui
metode pembelajaran SCL (Student Centre Learning) yang
pelaksanaannya secara teknis diserahkan kepada masing-masing
Dosen kelas yang disesuaikan dengan kondisi faktual dan
kebutuhan bidang ilmu masing-masing.
Penulis sebagai penyusun MODUL 2 dalam kaitan dengan
buku ajar Wawasan Ipteks, menyampaikan terima kasih kepada
semua fihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu atas
sumbangan naskah, saran dan kritikan demi kelengkapan materi

iv
kuliah berbentuk MODUL 2 ini. Akhirnya kami menyadari,
sebagai manusia punya keterbatasan, namum karena tugas ini
adalah amanah, maka tersusunlah hasil pemikiran kami yang
mungkin masih jauh dari kesempurnaan namun semoga
bermanfaat bagi yang membacanya, wassalam.

Penulis

Dr. Syahruddin Kasim, S.Si. M.Si.


(Dosen Wawasan Ipteks UPT MKU UNHAS)

v
DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN JUDUL ................................................................ i
KATA PENGANTAR..............................................................iii
DAFTAR ISI ...........................................................................vi
RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER (RPS) ............1
MODUL 2 .................................................................................8
KONSEP PENGETAHUAN DAN ILMU ..............................8
SEJARAH ILMU PENGETAHUAN MANUSIA..................26
PENGEMBANGAN ILMU PENGETAHUAN .....................43
KEGIATAN BELAJAR 1 .......................................................51
.ILMU PENGETAHUAN .............................................. 51
A. Deskripsi Singkat ....................................................... 51
B. Relevansi .................................................................... 52
C. Capaian Pembelajaran ................................................ 53
1. Uraian ................................................................... 53
2. Latihan .................................................................. 53
3. Rangkuman ........................................................... 54
4. Pustaka .................................................................. 55
D. Tugas dan Lembar Kerja ............................................. 56
E. Tes Formatif ................................................................ 58
F. Umpan Balik dan Tindak Lanjut ................................. 59
KEGIATAN BELAJAR 2 ........................................................ 60
PERKEMBANGAN ILMU PENGETAHUAN .............60
A. Deskripsi Singkat ....................................................... 60

vi
B. Relevansi ....................................................................62
C. Capaian Pembelajaran ............................................... 62
1. Uraian ................................................................... 62
2. Latihan .................................................................. 62
3. Rangkuman ........................................................... 63
4. Pustaka .................................................................. 64
D. Tugas dan Lembar Kerja ........................................... 65
E. Tes Formatif .............................................................. 67
F. Umpan Balik dan Tindak Lanjut ............................... 68

vii
RPS MATA KULIAH WAWASAN IPTEKS

1
2
3
4
5
6
7
MODUL 2

WAWASAN IPTEKS

KONSEP PENGETAHUAN DAN ILMU


Pada hakikatnya pengetahuan atau knowledge merupakan
segenap apa yang kita ketahui tentang sesuatu obyek tertentu termasuk
kedalamnya adalah ilmu, sehingga ilmu dikatakan merupakan bagian
dari pengetahuan yang diketahui oleh manusia. Bahkan seorang anak
kecilpun telah mempunyai berbagai pengetahuan sesuai dengan tahap
pertumbuhan dan tingkat kecerdasan otaknya. Seandainya seseorang
berkata kepada kita bahwa dia tahu bagaimana caranya bermain gitar,
maka seorang yang lainnya mungkin bertanya, apakah pengetahuan anda
itu merupakan ilmu?. Tentu saja dengan mudah dia dapat menjawab
bahwa pengetahuan bermain gitar itu tidak tepat jika disebut ilmu,
melainkan berkaitan dengan seni yang ada kaitannya dengan aspek psiko
motorik dalam diri manusia.
Demikian juga sekiranya seseorang mengatakan bahwa sesudah
mati semua manusia akan dibangkitkan kembali dialam bardzah, maka
pertanyaan berikutnya yang serupa atau berkaitan dengan itu adalah
apakah pengetahuan tentang sesuatu yang bersifat transendental (gaib
atau abstrak) yang areanya seakan melampaui batas tentang sesuatu yang
bersifat ilmu?, tentu saja jawabannya adalah ‘bukan’ sebab pengetahuan
yang berkaitan dengan masalah ini lebih tepat disebut agama, walaupun
agama oleh sekelompok orang disebut juga ilmu agama. Oleh karena

8
itulah pengetahuan memiliki pengertian dan batasan-batasan tersendiri
secara spesifik yang berbeda dari seni dan teknologi.
Pengetahuan merupakan khasanah kekayaan mental yang secara
langsung atau tidak langsung turut memperkaya kehidupan kita. Sukar
untuk dibayangkan bagaimana kehidupan manusia jika seandainya
pengetahuan itu tidak ada oleh karena pengetahuan merupakan sumber
jawaban bagi berbagai jawaban yang muncul dalam kehidupan. Sebagai
contoh apa yang harus kita lakukan sekiranya anak kita demam dan
menderita kejang?, maka sudah pasti kita melakukan pencegahan awal
lalu kemudian dibawa pergi berobat agar dapat sembuh, prilaku
keilmuan ini tidak dapat dilakukan oleh mahluk hidup lain.
Manusia adalah satu-satunya makhluk yang mengembangkan
pengetahuan ini secara sungguh-sungguh. Binatang juga mempunyai
pengetahuan namun pengetahuan ini terbatas untuk kelangsungan
hidupnya (survival). Seekor kera tahu mana buah jambu yang enak,
seekor kelelawar tahu mana buah yang masak. Seekor tikus mengetahui
mana kucing yang ganas, anak tikus itu tentu saja diajari induknya utuk
sampai pada pengetahuan bahwa kucing itu berbahaya. Tetapi dalam hal
ini berbeda dengan tujuan pendidikan yang diperoleh binatang dalam
hidupnya, jika dibandingkan dengan manusia yang mengembangkan
pengetahuannya untuk mengatasi kebutuhan dan kelangsungan
hidupnya.
Sebagai mahluk individu, manusia terdiri atas substansi bathin
yang menginspirasi spirit dan mental dan substansi dzahir akan berkaitan
dengan insani dan ragawi. Keempat substansi tersebut akan melahirkan
aspek transendental, idealita, sosialita dan populasi yang merupakan

9
pembentuk tatanan suprastruktur dan inprastruktur dalam khasanah
kolektivita dalam lingkungannya. Karenanya pola pikir yang akan
dikembangkan sedapat mungkin melihat keterkaitan harmonisasi
manusia sebagai mahluk individu sekaligus sebagai mahluk yang
bermasyarakat dalam lingkungan yang lebih luas dan lebih besar.
Manusia memiliki kemampuan memikirkan hal-hal baru atau
menjelajah ufuk baru, karena manusia hidup bukan hanya sekedar untuk
kelangsungan hidupnya namun lebih dari itu. Manusia itu dalam
hidupnya mempunyai tujuan tertentu yang sangat mulia dan lebih tinggi
dari sekedar kelangsungan hidupnya. Inilah yang menyebabkan manusia
selalu berusahan mengembangkan pengetahuannya yang selanjutnya
akan mendorong manusia untuk menjadi makluk yang bersifat khas di
muka bumi ini.
Walaupun demikian manusia tetap memiliki keterbatasan dalam
memahami sepenuhnya tentang sifat-sifat penomena alam. Terkadang
pula manusia saat merasa mampu mengontrol alam tiba-tiba segera
disambut dengan bencana alam yang tidak terduga. Oleh karenanya
diperlukan sikap yang tawadhu atau merendahkan diri dengan penuh
keikhlasan dalam mengelola potensi diri untuk pengembangan
pengetahuan dan ini mutlak diperlukan. Artinya pengetahuan yang
dikembangkan harus bersinergi dengan tata nilai yang berlaku dan saat
akan kita kembangkan, sedapat mungkin tidak bertentangan dengan tata
nilai tersebut.
Pengetahuan yang dimiliki manusia memang mampu
dikembangkan, hal ini karena dua hal utama yakni : Pertama, manusia
mempunyai bahasa yang mampu mengkomunikasikan informasi dan

10
jalan pikiran yang malatar belakangi informasi tersebut. Pada binatang
misalnya, seekor beruk bisa saja memberikan informasi kepada
kelompoknya bahwa ada segerombolan gorilla datang menyerang,
namun bagaimana berkembang bahasanya, dia tidak mampu
mengkomunikasikan kepada beruk-beruk lainnya. Kedua, yang
menyebabkan manusia mampu mengembangkan pengetahuannya
dengan cepat dan mantap, adalah kemampuannya berfikir menurut suatu
alur kerangka berfikir tertentu. Secara garis besar cara berfikir seperti itu
disebut penalaran (pemikiran logis dan analitis).
Binatang mampu berfikir namun tidak mampu berfikir nalar.
Insting yang dimiliki binatang jauh lebih peka dari insting seorang
insinyur geologi. Binatang sudah jauh-jauh berlindung ke tempat yang
aman sebelum gunung meletus, namun binatang tidak dapat menalar
gejala tersebut tentang mengapa gunung meletus, faktor apa yang
menyebabkannya, apa yang dapat dilakukan untuk mencegah semua itu
terjadi. Kelebihan inilah yang memungkinkan manusia mengembangkan
pengetahuan yakni, bahasa yang bersifat komunikatif dan pikiran yang
mampu menalar walaupun memang tidak semua pengetahuan berasal
dari penalaran.
PENGETAHUAN NON ILMIAH
Pengetahuan non ilmiah atau dikenal sains semu (Pseudo
Science) diperoleh terutama dengan mengandalkan dugaan, perasan,
keyakinan dan tanpa diikuti proses pemikiran yang cermat. Oleh
karenanya pencarian pengetahuan dengan cara ini prosentase
kebenarannya rendah. Pengetahuan yang diperoleh mungkin benar
namun mungkin juga salah seperti pada cara prasangka dan intuisi, serta

11
tidak efisien karena harus mencoba-coba (coba ralat) tanpa dasar dan
kalaupun benar sering karena kebetulan saja.
Sampai saat ini belum ada metode tertentu atau khusus yang
dapat digunakan untuk mendekati kebenaran pengetahuan non ilmiah
namun pada umumnya manusia melakukan pendekatan terhadap suatu
hal dengan melalui beberapa cara berikut ini :
1. Mitos. Mitos merupakan gabungan dari pengamatan, pengalaman
namun sebagian lainnya berupa dugaan, imajinasi dan kepercayaan.
Mitos dapat diterima karena keterbatasan penginderaan, penalaran,
dan hasrat ingin tahu yang harus dipenuhi pada manusia, jadi mitos
muncul karena keterbatasan alat indera manusia (sebagai alat bantu
utama ). Contoh mitos adalah cerita-cerita legenda.
2. Wahyu. Wahyu merupakan komunisasi antara Sang Pencipta dengan
makhluknya dan merupakan substansi pengetahuan yang
disampaikan kepada utusannya. Manusia dalam menerima
pengetahuan ini bersifat passif, namun dengan keyakinan bahwa
semuanya benar, jadi penerimaannya dalam islam dikenal istilah
sami’naa waatha’naa. Wahyu merupakan kebenaran mutlak dan tidak
dapat dipertanyakan dan di perdebatkan kebenarannya dengan akal
pikiran manusia namun dapat dipelajari maksud atau makna yang
terkandung didalamnya. Bahkan mempelajari wahyu diwajibkan oleh
sang pencipta untuk memperdalam keyakinan kita akan keberadaan
Tuhan Yang Maha Esa pencipta alam semesta. Dengan mempelajari
wahyu atau ayat-ayat Allah Tuhan Yang Maha Kuasa baik yang
tersurat (kitab suci agama) maupun yang tersirat (alam semesta
beserta segala isinya), merupakan suatu kewajiban, sehingga kelak

12
akan dipertanggung jawabkan kepada Sang Pencipta. Prilaku yang
tidak boleh dilakukan adalah mempertanyakan atau memperdebatkan
wujud zat dari sang pencipta Tuhan Yang Maha Esa sebagai pemilik
wahyu.
3. Otoritas dan tradisi. Pengetahuan yang telah ada dan mapan sering
di gunakan oleh pemimpin atau secara tradisi untuk menyatakan
kebenaran. Sebagai contoh sampai abad pertengahan manusia
menganggap bumi adalah pusat dari alam semesta (geosentris),
sehingga pada saat Copernicus menyatakan bahwa bumi bukan
sebagai pusat alam semesta dan hanya merupakan planet dari sistem
tata surya (heliosebritis), maka penguasa dan kepercayaan pada saat
itu menolak dengan keras. Sampai–sampai Bruno pengikut
Copernicus dengan paham heliosentrisnya serta penemuan–
penemuan yang lain yang sangat bertentangan dengan penguasa saat
itu, dianggap kemasukan setan dan dibakar mati pada tahun 1600.
4. Prasangka. Berupa dugaan yang kemungkinannya benar atau
mungkin juga salah. Dengan prasangka orang sering mengambil
keputusan atau kesimpulan yang keliru. Cara ini hanya berguna
untuk mencari kemungkinan lain tentang konsep kebenaran.
5. Intuisi. Cara ini merupakan salah satu kegiatan berfikir tertentu yang
non analitik (tanpa nalar), tidak berdasarkan pada pola berpikir
tertentu yang analitik rasional dan empiris, dan biasanya pendapat
tersebut diperoleh dengan cepat tanpa melalui proses yang dipikirkan
terlebih dahulu. Intuisi manusia terkadang tidak terlalu tajam melihat
dan memproyeksikan masa depan, kecuali jika diproyeksikan melalui
”trend” secara linier dan eksponensial. Dengan kata lain cara intuitif

13
tidak mempunyai logika atau pola berpikir tertentu serta langkah
yang sistimatik dan terkendali. Ungkapan yang dikemukakan sering
masuk akal atau sering rasional karena ”trend” saat itu tetapi belum
tentu cocok dengan kenyataan empirik. Contoh cara ini adalah
ramalan bintang (astrologi), seorang astrolog pada saat meramal
nasib seorang, disamping menggunakan rumusnya juga sering
menggunakan intuisinya.
6. Penemuan kebetulan. Beberapa pengetahuan pada awalnya
ditemukan secara kebetulan dan beberapa diantaranya adalah sangat
berguna. Sebagai contoh adalah penemuan obat kina sebagai obat
malaria. Seorang pengembara yang sedang mengalami demam
malaria melalui sebuah rawa, karena merasa haus mareka meminum
air rawa tersebut. Namun demikian air rawa terasa pahit oleh karena
mengandung hancuran (ekstrak) pohon kina besar yang tumbang di
dalamnya. Ternyata setelah meminum air tersebut demam yang
dideritanya berangsur-angsur sembuh. Beberapa penemuan secara
kebetulan yang penting lagi adalah penemuan Newton tentang
hukum gaya-gaya yang melingkupi alam semesta dan segala benda-
benda angkasa lainnya, penemuan Archimedes tentang gaya angkut
air serta penemuan Flemming tentang obat penisilin, semuanya
didasarkan pada penemuan kebetulan.
7. Cara coba-coba (Trial and Error). Cara ini merupakan
serangkaian percobaan asal atau coba-coba saja yang tidak didasari
oleh teori yang ada sebelumnya, sehingga tidak memungkinkan
diperolehnya kepastian pemecahan suatu masalah atau hal yang
diketahui. Sebagai contoh adalah anak kecil yang berusaha

14
mengetahui bagaimana cara kerja mainan yang dimilikinya dengan
membongkar mainan tersebut sampai didapatkan kepuasan tentang
rasa ingin tahunya. Kemudian apakah dia mendapatkan jawaban apa
yang diinginkannya atau tidak, mereka akan berusaha memasang
atau merakitnya kembali ke bentuk semula. Hasil percobaan tersebut
dapat seperti bentuk semula dan berfungsi dengan baik, atau seperti
bentuk semula tetapi tidak berfungsi bahkan mungkin saja tidak
dapat dibentuk lagi apalagi berfungsi sebagaimana semula. Cara ini
mengajarkan orang aktif mencoba meskipun belum pasti usahanya
akan berhasil. Percobaan pertama yang gagal akan diulangi dengan
percobaan berikutnya dengan perbaikan berdasarkan pengalaman
sebelumnya. Oleh karenanya cara ini mengandung unsur
pembelajaran dengan pengalaman yang bertambah, tentu termasuk
waktu yang lama dan biaya yang relatif besar. Cara coba ralat juga
sering disebut sebagai cara aproksimasi dan koreksi.
Kendatipun kebenaran pengetahuan yang diperoleh melalui
beberapa cara diatas yang sifatnya pseudo science atau sains semu yang
tidak bersifat ilmiah, hal ini tidak berarti kebenaran tersebut tidak punya
arti sama sekali. Kebenaran melalui cara ini juga terkadang dapat
digunakan sebagai penunjang untuk melakukan penelitian ilmiah lebih
lanjut, sehingga yang tadinya tidak ilmiah dapat berubah menjadi
bersifat ilmiah jika dapat diteliti secara ilmiah dan telah memenuhi
syarat atau criteria ilmiah. Artinya tidak menutup kemungkinan suatu
jenis pengetahuan non ilmiah akan menjadi pengetahuan ilmiah apabila
memenuhi kriteria-kriteria pengetahuan secara ilmiah, begitu pula
pengetahuan non ilmiah jika diabstraksikan keluar akan menjadi ilmu

15
yang non ilmiah yang dapat menjadi ilmu yang ilmiah jika memenuhi
criteria ilmiah.
PENGETAHUAN ILMIAH (SCIENCE)
Pencarian pengetahuan dengan cara ilmiah dilakukan
berdasarkan beberapa cara yaitu: Pemikiran rasional, pengalaman
empiris (fakta) maupun berdasarkan referensi pengalaman sebelumnya.
Pengetahuan yang diperoleh dengan menggunakan cara atau metode
ilmiah (Scientific Method) disebut ilmu. Artinya nanti dapat disebut
ilmu apabila memenuhi dua kriteria utama yaitu rasional dan empirik.
a. Pengertian Ilmu Pengetahuan
Pengetahuan ilmiah atau ilmu pengetahuan atau ilmu, menurut para ahli
dan pemikir, mempunyai pengertian sebagai berikut:
1. Ralph Ross and Ernest Van Den Haag dalam bukunya ‘The Fabric
of society’ menulis bahwa science is empirical, rasional, general and
cummulative and it is all four at once. Artinya Ilmu memiliki kriteria
empiris, rasional, umum, kumulatif dan keempatnya serentak
terpenuhi.
2. Ashley Montagu dalam bukunya ‘The Cultured Man’ menyebutkan:
Science is a systematized knowledge services from observation,
study and experimentation carried on order to determine the nature or
principles of whatbeing studied. Artinya ilmu pengetahuan ialah
pengetahuan yang disusun dalam satu sistim yang berasal dari
pengalaman, studi dan percobaan yang telah dilakukan dipakai untuk
menentukan hakikat prinsip tentang hak yang sedang dipelajari.
3. V. Afayanev dalam bukunya ‘Marxist Philosophy’ menyatakan
bahwa: Science is the systems of man’s knowledge on nature,

16
societiy, and thought. It reflect the world in concepts, categories and
laws, the correctness and truth of wich are verified by practical
experience. Artinya: Ilmu pengetahuan adalah pengetahuan manusia
tentang alam, masyarakat, dan pikiran yang mencerminkan alam
dalam konsep, kategori-kategori dan hukum ketepatan dan kebenaran
dapat diuji dengan pengalaman praktis.
4. Helmy A. Kotto, menyatakan bahwa ilmu pengetahuan adalah
kumpulan pengetahuan yang terusun secara sistematik, konsisten dan
berkesinambungan serta telah teruji kebenarannya dan dapat
diandalkan kegunaannya bagi manusia.
5. Dadang Ahmad Suriamiharja, menyebutkan bahwa ilmu
pengetahuan adalah suatu proses pembentukan (konstruksi)
pengetahuan yang berlangsung secara terus-menerus sampai dapat
menjelaskan fenomena dan keberadaan alam semesta itu sendiri.
6. Mappadjantji Amien, merumuskan bahwa ilmu pengetahuan adalah
sesuatu yang berawal dari pengetahuan, bersumber dari wahyu, hati
dan semesta yang memiliki paradigma, obyek pengamatan, metode
dan media komunikasi membentuk sains baru dengan tujuan untuk
memahami semesta untuk memanfaatkannya dan menemukenali diri
untuk menggali potensi fitrawi guna mengenal Allah.
7. Syahruddin Kasim, menyatakan bahwa “ilmu pengetahuan” harus
dipandang dalam arti yang luas dan utuh, yaitu sesuatu yang bemula
dari pancaran hasil metabolisme ragawi manusia, sebagai hidayah
Sang Pencipta yang berasal dari proses interaksi fenomena fitrawi
melalui dimensi hati, akal, nafsu yang rasional, empirik dan hakiki

17
dalam menjelaskan hasanah alam semesta dengan segala isinya, demi
untuk menyempurnakan tanggung jawab kekhalifaan.
b. Fungsi Ilmu Pengetahuan
Ilmu pengetahuan secara umum dapat memiliki tiga fungsi yang
paling utama yaitu:
1. Menjelaskan (Explaining, Discribing)
Fungsi menjelaskan, mempunyai empat bentuk yaitu: a) Deduktif:
Suatu ilmu harus dapat menjelaskan sesuatu berdasarkan premis
pangkal ilir yang telah ditetapkan sebelumnya, b) Probabilistik:
Ilmu dapat menjelaskan berdasarkan pola pikir induktif dari sejumlah
kasus yang jelas, sehingga hanya dapat memberi kepastian (tidak
mutlak) yang bersifat kemungkinan besar atau hampir pasti, c)
Fungsional: Ilmu dapat menjelaskan letak suatu komponen dalam
suatu sistem secara keseluruhan, d) Genetik: Ilmu dapat
menjelaskan suatu faktor berdasarkan gejala-gejala yang sudah
sering terjadi sebelumnya.
2. Meramalkan (Prediction)
Ilmu harus dapat menjelaskan faktor sebab akibat suatu peristiwa
atau kejadian, misalnya apa yang akan terjadi jika harga naik.
3. Mengendalikan (Controlling)
Ilmu haurs dapat mengendalikan gejala alam berdasarkan suatu teori,
misalnya bagaimana mengendalikan kurs rupiah dan harga.
c. Kriteria Ilmu Pengetahuan
Tidak semua pengetahuan dapat disebut ilmu, suatu konsep akan
merupakan suatu ilmu pengetahuan apabila cara mendapatkannya
memenuhi syarat-syarat berikut yaitu:

18
1. Logis atau masuk akal
Sesuai dengan kaidah ilmu pengetahuan yang diakui kebenarannya.
2. Objektif
Harus sesuai dengan obyek yang dikaji dan didukung oleh fakta
empiris.
3. Metodik
Pengetahuan diperoleh dengan cara-cara tertentu yang penuh
keteraturan, dirancang, diamati dan terkontrol.
4. Sistematik
Berarti bahwa pengetahuan tersebut disusun dalam satu sistem yang
satu dengan lainnya saling berkaitan dan saling menjelaskan
sehingga merupakan satu kesatuan yang utuh.
5. Berlaku Umum atau Universal
Pengetahuan berlaku untuk siapa saja dan dimana saja atau disebut
universal, yaitu dengan tata cara dan variabel eksperimentasi yang
sama, akan diperoleh hasil yang sama atau konsisten.
6. Kumulatif berkembang dan tentatif
Khasanah ilmu pengetahuan selalu bertambah dengan hadirnya ilmu
pengetahuan baru. Ilmu pengetahun yang terbukti salah harus diganti
dengan pengetahuan yang benar (sifatnya tentatif).
d.Tinjauan Konstruksi Ilmu Pengetahuan
Di antara berbagai prosedur pengembangan ilmu pengetahuan,
Soeparmo (1984) menyatakan bahwa sering kali digunakan proses
induktif-deduktif dalam suatu hubungan yang saling melengkapi dan
terpadu. Proses induksi dimulai dari fakta-fakta yang teramati, lalu dari
pengamatan ini ditarik suatu kesimpulan yang logik, matematis dan

19
intuitif sehingga terbentuk kerangka konsep (verbal). Bilamana kerangka
konsep telah berkembang menjadi suatu item proporsisi (himpunan
asumsi) tersusunlah suatu teori. Bentuk prinsip-prinsip tersebut termasuk
kata-kata dan rumusan matematik, yang terorganisasi menurut pola-pola
logika deduktif dan aturan-aturan sintaksis.
Ilmu pengetahuan dapat mengalami kemajuan dengan
melibatkan kombinasi dari ketiga hal yang merupakan pergeseran
pemahaman dari rasional-empirik ke rasional-eksperimental yang
interpretatif, tiga hal tersebut:
1. Perumusan hipotesis atau ’conjecture’ secara intuitif,
komprehensif, dan referensial.
2. Eksperimentasi seperangkat peralatan dan fasilitas tertentu yang
memungkinkan gejala yang akan ditinjau (dimodelkan) dapat
berlangsung.
3. Interpretasi melalui kompilasi, seleksi dan memproses data
sesuai dengan keperluan metode inferensi yang digunakan dengan
melibatkan konsep, hukum dan teori yang tersedia.
Proses penerimaan sebuah konsep baru menuju teori baru
(proporsisi) secara umum dapat mengikuti tahapan berikut secara
dinamis. Tahapan tersebut adalah minimal dimulai dari melakukan
prediksi, konfirmasi, menyusun prinsip, hukum, merumuskan dan
membuktikan hipotesis, sehingga dengan menggabungkan tahapan
perlakuan tersebut kita dapat menarik kesimpulan.
Kesimpulan tersebut berdasarkan fakta terprediksi dan observasi
atau penelitian untuk melahirkan fakta terobservasi, sehingga akan
menghasilkan fakta baru yang akan dirumuskan dalam bentuk kerangka

20
konsep teori baru. Metode penemuan teori baru tersebut biasanya juga
menerapkan prinsip induksi atau deduksi atau bahkan penggabungan
kedua konsep tersebut, tergantung kondisi dan situasi bagaimana konsep
teori baru tersebut, oleh karena setiap cabang ilmu kontennya berbeda-
beda.
Konstruksi pembentukan konsepsi teori ilmu pengetahuan harus
mengikuti atau memiliki metode ilmiah (Scientific Method). Metode
ilmiah tersebut, dijabarkan dalam beberapa tahapan sebaga berikut:
1. Perumusan Masalah
Masalah adalah topik atau obyek yang diteliti dengan batasan yang
jelas serta dapat diidentifikasi faktor-faktor yang terkait.
2. Penyusunan Hipotesis
Hipotesis merupakan argumentasi tentang kemungkinan jawaban
sementara tentang masalah yang ditetapkan, disusun berdasarkan
pengetahuan atau teori yang ada dan harus diuji kebenarannya
dengan observasi atau eksperimentasi.
3. Pengujian Hipotesis
Pengujian hipotesis merupakan usaha pengumpulan fakta yang
relevan dengan hipotesis dan kemudian diuji apakah fakta tersebut
dapat mendukung hipotesis yang diajukan.
4. Penarikan Kesimpulan
Kesimpulan diambil berdasarkan hasil analisis data untuk melihat
apakah hipotesis yang diajukan diterima atau tidak. Hipotesis yang
diterima merupakan pengetahuan yang kebenarannya teruji secara
ilmiah dan merupakan bagian dari ilmu pengetahuan.

21
e. Unsur-Unsur Pembentuk Ilmu Pengetahuan
Keberadaan ilmu pengetahuan terbentuk dari hukum secara
khusus dan teori yang lebih general, baik dalam rumusan hukum
maupun teori dan melibatkan unsur konsep yang merupakan konstruksi
mental dalam menginterpretasi hasil observasi. Konsep merupakan
simbol-simbol yang membantu untuk mengorganisasikan pengalaman.
Hukum adalah korelasi antara dua konsep atau lebih yang dekat
kaitannya dengan hal-hal yang terobservasi. Hukum mencerminkan
urutan sistematik suatu pengalaman dan berfungsi untuk memberikan
pengalaman baru menurut pola yang beraturan dan dapat dinyatakan
dalam bentuk grafik, persamaan atau ekspresi verbal tentang interrelasi
antara konsep yang satu dengan yang lainnya. Sedangkan teori adalah
kerangka konsepsi yang terorganisasi menjadi suatu generalisasi yang
dapat dijabarkan menjadi hukum-hukum. Dibandingkan dengan hukum,
teori memiliki generalisasi yang jauh lebih luas dan konprehensif.
Konsep-konsep yang digunakan dalam teori adalah konstruksi
mental yang disusun dari hasil penangkapan (encoding) pertanda alam
dan fenomena sosial melalui metode survey atau eksperimen. Konsep-
konsep ini mempunyai ciri-ciri yang berbeda dari bahan mentahnya
(data) oleh karena obyek pengamatan dapat bersifat organik dan omni-
obyektif, dan sudah siap untuk masuk ke fase penjelasan tentang
fenomena yang sedang ditinjau.
Penjelasan tersebut bukan sekedar daftar konsep yang berhasil
dirumuskan tetapi merupakan kaitan langsung antara dua atau lebih
konsep yang memiliki tingkat keterkaitan. Kualitas teori yang

22
dirumuskan oleh seseorang, kemudian diuji dan dievaluasi wilayah
keberlakuannya dan kemampuan peramalannya.
Kriteria yang digunakan untuk mengevaluasi teori diantaranya
adalah: kesesuaiannya dengan observasi, konsistensi internal hubungan
konsep-konsepnya, dan sifat konfrehensif cakupannya. Kriteria pertama
adalah hubungannya dengan data yang dapat direproduksi dalam
masyarakat keilmuan, atau kesesuaiannya dengan pengalaman empiris.
Krteria kedua menyangkut konsistensi dan koherensi. Kedua
syarat ini mengkonfirmasikan ketidakhadiran suatu kontradiksi diantara
konsep-konsep yang menyusun teori. Jika ini dipenuhi maka teori
tersebut memiliki validitas seperti yang telah diperlihatkan oleh teori-
teori lain yang telah lahir sebelumnya. Hasil lain dari pemeriksaan kedua
kriteria tersebut adalah tercapainya simplitas (kebersahajaan), suatu
teori yang dicirikan oleh jumlah minimal asumsi yang dijadikan dasar
penyusunan.
Kelompok kriteria ketiga berkenan dengan sifat komprehensif
suatu teori, termasuk generalitasnya, atau kemampuan untuk
menunjukkan kepaduan yang melatar belakangi fenomena yang
beragam. Kebenaran suatu teori adalah tujuan ilmu pengetahuan, tetapi
dalam prosesnya yang dipertimbangkan adalah derajat kesesuaiannya
(adekuasi) dengan data yang diketahui dan sifat koherensi dan
komprehensifnya dibandingkan teori-teori lain yang tersedia.
Semua rumusan teori bersifat tentatif dan tidak kebal untuk
direvisi, sebagaimana tujuan utama ilmu pengetahuan adalah
meningkatkan pemahaman terus menerus menuju kesempurnaan
penjelasan intelektual terhadap fenomena alam dan sosial yang secara

23
alamiah menurut sunnatullah (hukum Tuhan), tidak akan habis untuk
dikaji dan dipelajari karena kekuasaan-Nya.
SIKAP ILMIAH
Berdasarkan beberapa karakteristik yang berkaitan dengan
syarat, kriteria, langkah operasional dan unsur-unsur pembentukan ilmu
pengetahuan, maka semua aspek tersebut hendaknya diperhatikan secara
menyeluruh agar dapat menuntun kita dalam rangka pembentukan
karakter seorang ilmuan yang pada umumnya diharapkan mempunyai
sikap ilmiah. Berikut ini di uraikan beberapa sikap ilmiah antara lain
sebagai berikut :
1. Jujur
Seorang ilmuan wajib melaporkan hasil penelitian atau
pengamatannya secara obyektif dan jujur oleh karena tanggung
jawab yang dimilikinya melekat sebagai khalifah Tuhan di bumi,
sehingga apabila hasil penelitiannya tersebut diuji kembali oleh
peneliti lain akan memberikan hasil yang sama.
2. Terbuka
Seorang ilmuan harus mempunyai pandangan yang luas, cakupan
cakrawala ide yang dipikirkannya seyogyanya sangat dalam,
orientasi berfikirnya lebih terbuka, jauh dari praduga dan selalu
menghargai pendapat orang lain, meskipun untuk menerimanya
harus melakukan pengujian terlebih dahulu.
3. Toleran
Seorang ilmuan tidak akan merasa dirinya paling hebat, bersedia
belajar dari orang lain atau membandingkan pendapatnya dengan
yang lain serta tidak pernah memaksakan pendapatnya pada orang

24
lain. Oleh karenanya tidaklah disebut ilmuan orang yang berprilaku
sombong walaupun telah menemukan karya ilmu pengetahuan,
malah harus semakin rendah diri dan semakin memahami
kemahakuasaan Sang Pencipta serta semakin memahami kelemahan
dan keterbatasan dirinya.
4. Skeptis
Dalam mencari kebenaran, seorang ilmuwan seyogyanya bersikap
hati-hati, sedapat mungkin mengedepankan sikap ragu terhadap
sesuatu dan skeptis akan tetapi tetap bersikap kritis sehingga akan
melakukan tahapan penyelidikan atau memferifikasi atau bahkan
melakukan observasi (penelitian) terlebih dahulu terhadap bukti-
bukti (informasi) yang akan dipakai untuk mendasari suatu
kesimpulan, mengambil keputusan atau melakukan pemecahan
dalam menyelesaikan masalah.
5. Optimis
Seorang ilmuan tidak akan mengatakan bahwa terdapat sesuatu yang
tidak dapat dikerjakan sebelum memikirkan dan mencoba
mengerjakannya terlebihi dahulu, artinya harus selalu bersikap
optimis yang dijiwai oleh semangat yang konsisten.
6. Pemberani
Sifat ilmuan adalah manusia yang aktifitas hidupnya selalu mencari
kebenaran, maka pasti akan selalu berani melawan ketidak benaran,
kepura-puraan yang meghambat kemajuaan, sekalipun harus
merugikan dirinya sendiri. Sifat pemberani ini dicontohkan oleh
Kisah para Nabi-Nabi terdahulu dan pengikutnya, juga ilmuan
seperti Copernicus dan Galileo mengenai keyakinan tentang

25
heliosentrisnya yang sangat bertentangan dengan kepercayaan dan
penguasa saat itu, sehingga dalam mempercayai faham geosentris
yang diyakininya, akhirnya mengorbankan dirinya sendiri.
7. Kreatif dan Inovatif
Selalu ingin mendapatkan, menciptakan, memvariasikan sesuatu
yang baru terutama guna mendapatkan nilai tambah bagi dirinya.
Setiap saat pola hidupnya selalu dinamis, tidak passif sehingga
berkreasi, berkarya, melakukan inovasi-inovasi baru dan melahirkan
konsep-konsep ilmu pengetahuan terbaru sudah menjadi sikap dan
prilaku hidupnya.
8. Bertanggung Jawab
Seorang ilmuan harus memiliki rasa tanggung jawab baik secara etik
maupun moral oleh karena itu ilmu yang dihasilkannya harus
diarahkan agar sejalan dengan fungsinya sebagai seorang ilmuan dan
atau sebagai khalifah dimuka bumi. Manusia dengan segala
kelebihannya dibandingkan dengan mahluk hidup lain, telah diberi
amanah mengelola dan memelihara kelangsungan hidup alam
semesta ini serta bertanggung jawab mengembangkannya kearah
yang lebih baik, bukan sebaliknya sehingga dengan kriteria ini antara
manusia dengan mahluk hidup lain dapat dibedakan kemulian
derajatnya dimata Tuhan.

SEJARAH ILMU PENGETAHUAN MANUSIA


Sebenarnya pengetahuan telah diperoleh manusia sejak manusia
muncul di permukaan bumi ini. Perkembangan pengetahuan manusia
yang cukup pesat telah dimulai sejak ratusan tahun sebelum masehi.

26
Para ahli sejarah membagi sejarah perkembangan pengetahuan manusia
menjadi beberapa zaman yaitu:
a. Zaman Purba
Zaman ini ditandai dengan ditemukannya alat-alat yang terbuat
dari batu dan tulang belulang. Manusia pada zaman ini telah mengetahui
cara bercocok tanam dan berternak meskipun masih secara berpindah-
pindah. Pengetahuan yang diperolehnya, terbatas pada pengalaman dan
kemampuannya mengamati alam sekitarnya. Pada zaman purba sampai
dengan zaman Babilonia, pengetahuan yang dipunyai manusia saat itu
masih berupa mitos.
b. Zaman Yunani (600-200 SM)
Pada zaman ini kemampuan berfikir manusia sudah mulai lebih
maju, oleh karena telah adanya penemuan alat bantu yang lebih baik dan
mulai menggunakan akal sehat, sehingga mitos dengan berbagai
legendanya sedikit demi sedikit mulai ditinggalkan. Pola pikir saat itu
sudah lebih maju dari mitos, yang ditandai dengan penggabungan antara
pengamatan, pengalaman, akal sehat, logika dan pola pikir lebih rasional
yang kemudian dikenal sebagai faham ’Rasionalisme’. Beberapa tokoh
atau ilmuan Yunani yang berpengaruh dan memberikan sumbangan
besar terhadap perubahan pola pikir manusia pada masa itu adalah:
Thales (624 – 548 SM), Pytagoras (580 – 548 SM), Socrates (470 – 399
SM), Plato (427– 347 SM), Aristoteles (384 – 322 SM), Hyppocrates
(460 – 377 SM), Archimedes (287 – 212 SM) dan lain-lain.
c. Zaman Pertengahan
Pada zaman pertengahan, merupakan zaman keemasan islam
dimana pengaruh Bangsa Arab sangat menonjol. Banyak peninggalan

27
pengetahuan Yunani diterjemahkan serta penemuan tentang kedokteran
yang ditulis dalam bentuk buku dan dipakai sebagai acuan dalam dunia
pendidikan Islam dan Eropa. Zaman ini juga banyak dikembangkan
metode ekperimentasi yang memungkinkan perluasan bidang
kedokteran, farmasi, astronomi, kimia dan biologi. Penemuan penting
yang tetap digunakan sampai saat ini adalah penulisan bilangan (angka
Arab) dan desimal yang menghasilkan ilmu aljabar.
Kata aljabar diambil dari judul kitab terkenal Persia abad ke-9
”Kitab Al-Jabr Wal-Mugabala” yang kemudian diterjemahkan ke dalam
buku ”The Book of Reasoning and Balancing”. Matematikawan, Al-
Khawarizmi yang pertama kali memperkenalkan konsep angka aljabar
menjadi bilangan yang dapat menjadi kekuatan.
Beberapa diantara filosof zaman pertengahan atau zaman
keemasan islam yang lain, diantaranya adalah: Al-Zahrawi
mempublikasikan 1500 halaman ensiklopedia berillustrasi tentang
operasi bedah di bidang kedokteran dan digunakan di Eropah sebagai
reverensi medis selama lebih dari 500 tahun.
Avicenna (Ibnu-Shina pada abad ke-11), merupakan ahli
dibidang kedokteran dan seorang naturalis asal Persia yang mengusulkan
teori ”Cairan Petrifying” untuk fosil.
Ilmuan lain adalah Al-Jazari pada abad ke-12 menemukan cara
mengkonversi gerakan lurus dengan gerakan memutar yang
memungkinkan obyek berat terangkat lebih mudah yang mengispirasi
ditemukannya sepeda yang di pakai hingga kini.
Abbas Ibnu Firnas di abad ke-9 adalah orang pertama yang
membuat rancangan konstruksi pesawat terbang. Perangkat sayapnya

28
menyerupai kostum sayap burung dan selanjutnya menginspirasi ilmuan
Eropah asal Italia Leonardo da Vinci ratusan tahun kemudian.
Ibnu Al-Haitham, membuktikan bahwa manusia dapat melihat
obyek dari refleksi cahaya dan masuk ke mata dan mengacuhkan Teori
Euclid dan Ptolemy bahwa cahaya dihasilkan dalam mata sendiri pada
abad ke 10.
Selain itu Ilmuan lain dari dunia Islam yaitu Al-Biruni seorang
ahli ilmu pengetahuan murni atau asli (pure science) dan ahli ilmu
pengetahuan komtemporer. Pada abab 9 - 11 ilmu pengetahuan dan
filasafat Yunani banyak yang diterjemahkan dan dikembangkan kedalam
bahasa Arab. Kebudayaan Arab di zaman pertengahan atau zaman
keemasan islam tersebut berkembang pesat dan menjadi kebudayaan
Internasional.
d. Zaman Moderen (Abad 15 sampai sekarang)
Zaman ini dimulai pada abad ke-15, banyak penemuan yang
mengubah pola pikir sebelumnya terutama dengan penemuan empiris
yang didukung oleh alat bantu yang lebih baik. Pada zaman ini juga
menganut metode induksi yang merupakan dasar dari perkembangan
metode ilmiah sekarang yang intinya adalah bahwa pengambilan
kesimpulan dilakukan berdasarkan data pengamatan atau eksperimentasi
yang diperoleh berdasarkan fakta. Cara berpikir induktif terkait dengan
empirisme, oleh karena dibutuhkan fakta-fakta yang mendukung.
Empirisme adalah paham yang berpendapat bahwa fakta yang
tertangkap lewat pengalaman atau pengamatan manusia adalah sumber
kebenaran. Pada zaman tersebut berkembang gerakan yang disebut
Ranaissance, berarti kelahiran kembali. Secara historis Ranaissance

29
adalah suatu gerakan yang meliputi suatu zaman dimana orang merasa
dirinya telah dilahirkan kembali dalam peradaban yang baru yaitu
kembali pada sumber-sumber yang murni bagi pengetahuan dan
keindahan (Harun Hadiwidjoyo, 1980).
Penemuan alat bantu yang lebih canggih ini kadang harus
bertentangan dengan kepercayaan maupun kekuasaan yang ada saat itu.
Hal ini terjadi pada abad pertengahan (15-16) yang dikemukakan oleh
Nicolas Copernicus (1473-1540 M) mengenai heliosentris (matahari
sebagai pusat tata surya) yang sangat bertentangan dengan paham
Ptolemeus yaitu geosentris (bumi sebagai pusat tata surya). Paham
heliosentris ini didukung oleh penemuan Gallileo (1564-1642 M) dan
Johanes Keppler (1571-1630 M). Untuk membuktikan bahwa bumi
mengelilingi matahari, harus ditemukan aberasi cahaya dan paralaks
yang mana belum bisa dibuktikan oleh Copernicus pada waktu itu.
Aberasi cahaya baru dibuktikan pada tahun 1728 oleh Bredley, seorang
ahli astronomi dari Inggris, sedangkan paralaks ditemukan oleh Bessel
seorang ahli astronomi Jerman pada tahun 1840.
Ilmuan lain yang juga memberi konstibusi dalam pengembangan
teori ini adalah Francis Bacon (1561-1662) yang memperkenalkan teori
empiris induktif serta Rene descartes (1596-1650) yang membangun
filsafat reduksionisme dan metode rasional deduktif. Rene Descartes
adalah ahli filsafat dan matematika dari Prancis yang dalam usahanya
mencari kebenaran justru pada awalnya meragukan segalanya, ragu akan
adanya dunia dan segenap alam semesta, ragu akan adanya Tuhan dan
bahkan ragu akan adanya dirinya, namun dalam kondisi itulah akhirnya
membawa dia sampai pada suatu kesimpulan yaitu: karena saya ragu

30
maka saya berpikir, karena saya berpikir maka saya ada, karena saya ada
dan orang lain ada dan maka Tuhan pun ada.
Semua hasil-hasil yang telah dipaparkan diatas dianalisis,
disintesis dan dikembangkan lebih lanjut oleh Isaac Newton (1642-
1727) yang merumuskan secara matematika hukum gerak. Newton
adalah ilmuan terbesar sepanjang abad, seorang ahli matematika, fisika,
astronomi dan ahli filsafat yang telah menemukan hukum gravitasi dan
hukum gerak. Keberhasilan Newton ini mendorong ilmuan lain untuk
mencoba mengembangkan ilmu yang ditekuninya dengan mengacu pada
prisip-prinsip dasar penemuan Newton antara lain: Freud
mengembangkan teori tentang relasi-obyek yaitu adanya keterpisahan
antara satu sistem dengan sistem lain. Locke mengembangkan teorinya
dengan keyakinan bahwa terhadap hukum-hukum alam yang mengatur
masyarakat manusia yang sama dengan hukum yang mengatur alam
semesta. Adam Smith mengembangkan pemikirannya dalam ilmu
ekonomi dan Frederick Taylor mengembangkan teorinya di bidang
manajemen.
Kemudian berikutnya, revolusi industri awal abad 19 telah
memberi dampak yang besar terhadap alam semesta dan penghuninya.
Penambahan populasi manusia, kemampuan alat yang tersedia,
komunikasi antar bangsa serta persyaratan hidup nyaman menimbulkan
peningkatan kebutuhan akan ruang, baik untuk kehidupan, produksi
maupun untuk eksploitasi sumber daya alam bagi penyediaan energi dan
industri yang semakin bertambah. Akibat dari tata cara hidup manusia,
maka lingkungan yang azasi telah berubah menjadi ruang hidup yang
akan dapat menampung fungsi masyarakat modern.

31
Selanjutnya manusia modern dengan kondisi sedemikian seolah-
olah telah melepaskan diri dari lingkungan alamnya karena mereka
sudah menganggap mampu mengatur, mengubah dan mengkondisikan
sesuai keinginannya, terutama dibidang ilmu pengetahuan dengan
tokohnya antara lain Auguste Comte (1789 – 1857) pada abad 20 saat
berkembangnya aliran ’Pragmatisme’ suatu faham yang menyatakan
bahwa segala sesuatu tidak tetap melainkan tumbuh dan terus berubah
dengan tokohnya adalah William James (1842 – 1910) dan John
Deway (1859 – 1952).
Perkembangan Ilmu Pengetahuan di Zaman modern ini
mengilhami banyak pemikir di Universitas Hasanuddin, diantaranya
adalah: Prof. Dr. Dadang A. Suriamiharja, M.Eng.Sc., yang juga
mantan Wakil Rektor I Unhas 2 periode yang membidangi Akademik,
Mengatakan bahwa paradigma ilmu pengetahuan seharusnya bergeser
dari sains mekanistik ke sains humanistik. Paradigma sains mekanistik
adalah mereduksi yang disebut kompleks kepada yang disebut
sederhana, dengan analisis, dan pemisahan yang makin lama makin
halus sampai kepada yang tidak dapat direduksi lagi atau diskontinyu.
Paradigma sains humanistik adalah mencerminkan keutuhan wawasan
dan berpartisipasi dalam membangun alam semesta agar dapat
membantu manusia menjadi lebih manusiawi.
Pemikiran lain oleh Prof. Dr. Mappadjantji Amien,
MT.Surv.Sc. yang menyampaikan bahwa perkembangan sains modern
akan bergeser ke sains baru. Alasan yang disampaikan adalah bahwa
sains modern memiliki doktrin reduksionisme-atomisme menghasilkan
budaya individualisme yang akan melahirkan kompetisi dan akibatnya

32
akan menimbulkan kesenjangan yang semakin meluas. Faham
reduksionisme menurutnya mengakibatkan budaya ”aku” dan ”bukan
aku” sehingga dapat mengakibatkan eksploitasi ”aku” terhadap ”bukan
aku”, termasuk eksploitasi alam semesta yang akan mendegradasi
kualitas alam semesta tersebut.
Berdasarkan pemahaman Mappadjantji Amien, sains baru
memiliki paradigama ”holisme”, berbeda dengan sains modern yang
sifatnya ”Cartesian-Newtonian”. Obyek pengamatan sains baru yaitu
semesta bersifat organik, pengamat dan cara mengamati mempengaruhi
yang diamati demikian pula sebaliknya sehingga disebut juga bersifat
omni-obyektif, hal ini berbeda dengan sains modern yang fisik
materialisme dan obyektif serta tidak ada kaitannya dengan pengamat
dan cara mengamatinya. Metode sains baru bernuansa dialogis,
mengandalkan kemampuan otak kanan dan kemampuan menerima pesan
dari alam semesta yang disebut kemampuan intuitif atau intuisi
intelektual, dan ini berbeda dengan metode sains modern.
Metode sains modern bersifat empirisme yang mengandalkan
kemampuan indrawi dan kebenaran harus dapat dibuktikan secara
empiris. Sains modern juga bersifat rasionalisme yang mengandalkan
kemampuan akal atau otak kiri, dimana kebenaran harus bersifat logis
atau dapat diterima oleh nalar. Akhirnya sains baru memiliki
kesatupaduan IPTEKS yang dimulai dari sumber, nilai, sains, teknologi
dan kemudian peradaban. Sumber yang dimaksud adalah wahyu,
semesta, dan hati serta nilai yang dimaksud adalah benar, baik dan indah
yang bermuara pada kebermanfaatan dan kebermaknaan.

33
Pemikiran yang berbeda juga disampaikan oleh Prof. Dr. H.
Hanapi Usman, MS., yang sekaligus merupakan Kepala UPT MKU
Unhas tahun 2006 – 2013 dan Dekan Fakultas MIPA Unhas mulai tahun
2013-2015, menyampaikan bahwa Sains Modern, memiliki substansi
keteraturan yang selalu bersinergi antara satu komponen dengan
komponen yang lain. Sinergitas sains modern tersebut memiliki makna
holistik yang merupakan runutan dari batang tubuh sains modern dan
bersumber dari satu sumber sains utama yang pundamental yaitu Allah
Tuhan Yang Maha Kuasa.
Manusialah yang diberi amanah menggali dan menemukan
keteraturan tersebut untuk selanjutnya mengembangkannya menjadi
sains modern secara terus menerus tanpa henti dengan tujuan memahami
kebesaran Tuhan sekaligus memahami ketidak berdayaan manusia
dihadapan-Nya. Hal ini disebabkan karena sumber pengkajian sains
modern yang dihamparkan Ilahi Rabbi dialam semesta ini adalah suatu
nikmat yang tidak akan sanggup kita menelaah dan menulisnya sampai
pada hari kiamat, maka antara sesama Ilmuan harus selalu
mengedepankan ketawadhuan dan kerendahan hati, sehingga semua
ilmuan akan memaknai sains modern yang selalu terpadu dengan tata
nilai Ilahiyah.
RUANG LINGKUP PERKEMBANGAN SCIENCE
1. Klasifikasi Ilmu Pengetahuan
Sampai mendekati abad pertengahan, perkembangan ilmu
pengetahuan belum begitu luas dan dalam, sehingga seseorang yang
mempunyai cara berfikir tajam dan kritis akan sangat mungkin dapat
menguasai beberapa bidang ilmu sekaligus. Sebagai contoh Copernicus

34
(1473-1543 M) dikenal sebagai ahli austronomi, ahli matematika dan
juga ahli pengobatan. Seorang pemikir Yunani, Pythagoras (500 SM)
dikenal sebagai seorang ahli astronomi yang juga ahli matematika dan
ahli kimia khususnya transmutasi unsur.
Akan tetapi setelah abad pertengahan atau abad kemajuan
pemikir-pemikir islam, perkembangan ilmu relatif lebih pesat dan
mendalam sehingga tidak mungkin lagi seseorang menguasai berbagai
bidang ilmu secara mendalam, oleh karena itulah diperlukan adanya
klasifikasi ilmu pengetahuan.
Perkembangan ilmu pengetahuan dari berbagai abad ditampilkan
melalui pembahasan sasaran-sasarannya dengan meninjau dari berbagai
sudut pandang atau aspek tinjauan yang disebut obyek forma. Obyek
forma inilah yang membedakan antara satu jenis ilmu pengetahuan
dengan jenis ilmu pengetahuan yang lainnya. Timbulnya berbagai
macam ilmu pengetahuan yang semakin lama semakin banyak adalah
disebabkan karena obyek forma yang semakin berkembang yang juga
terkadang bersinergi antara satu obyek forma dengan obyek forma yang
lain.
Berdasarkan aktifitas dan kreasi akalnya, manusia semakin maju
dalam mengembangkan ilmu pengetahuan. Sekarang ini berbagai
macam ilmu pengetahuan baru bermunculan seiring dengan bertambah
banyaknya kebutuhan manusia dalam kehidupannya. Pertumbuhan ilmu
pengetahuan ini dimungkinkan oleh sifat kumulatifnya yang dengan sifat
itu ilmu dapat disusun secara konsisten dan sistematis diatas dasar-dasar
ilmu sebelumnya dan membentuk suatu kerangka ilmu yang utuh dan
terintegrasi satu sama lain.

35
Disamping itu ilmu pengetahuan sebagai produk akal manusia,
juga mempunyai ciri lain, yaitu sifatnya yang relatif atau tentatif,
sehingga tidak mengenal adanya istilah final dalam suatu produk ilmu
pengetahuan. Kebenaran ilmu pengetahuan tidak bersifat mutlak atau
absolut, sehingga terbuka kesempatan setiap saat bagi siapa saja untuk
menyempurnakannya. Disinilah peranan daya pikir, nalar dan kreatifitas
manusia yang berawal dari rasa ingin tahu atau ”Cuoriousity” yang
harus selalu dihidupkan dan bersamaan dengan itu harus bekerja secara
terus menerus tanpa henti untuk mengembangkan dan menghasilkan
pengetahuan baru buat memenuhi kepentingan dan kebutuhan hajat
hidup manusia di dunia yang kian hari kian berkembang dengan pesat
seiring dengan tujuan hidupnya.
Berdasarkan beberapa argumentasi dalam arti yang luas, maka
ilmu pengetahuan atau sains diklasifikasikan atas:
A. Ilmu Pengetahuan Sosial (Sosial Science)
Ilmu pengetahuan sosial banyak membahas hubungan antara
manusia sebagai mahluk sosial, klasifikasi ilmu ini sekarang telah
memiliki cabang-cabang ilmu diantaranya adalah:
1. Sosiologi
Studi tentang tingkah laku sosial terutama tentang asal-usul
organisasi, institusi dan perkembangan masyarakat manusia.
2. Ekonomi
Cabang ilmu pengetahuan sosial yang berhubungan dengan produksi,
tukar menukar barang, pengelolaan dalam ruang lingkup rumah
tangga perusahaan atau negara.

36
3. Sejarah
Suatu ilmu yang mempelajari tentang pencatatan rekam jejak atau
peristiwa yang telah terjadi pada suatu bangsa, negara atau individu.
4. Etnologi
Ilmu yang mempelajari tentang antropologi dari aspek sistem sosio
ekonomi, faktor pertumbuhan, pewarisan, perkembangan kebudayaan
serta perubahannya dalam masyarakat primitif.
5. Antropologi
Cabang ilmu yang mempelajari asal-usul dan perkembangan jasmani,
sosial, kebudayaan serta tingkah laku manusia.
6. Pendidikan
Model perlakuan atau proses latihan yang terarah, teratur dan
sistematis menuju ke suatu tujuan tertentu.
7. Psikologi
Suatu cabang lmu pengetahuan yang mempelajari tentang proses
yang terjadi dalam diri manusia dalam hal mental, sikap, tingkah laku
dan lain-lain.
B. Ilmu Pengetahuan Alam (Natural Science)
Ilmu pengetahuan alam banyak membahas tentang alam semesta
yang sangat kompleks beserta isinya mulai dari materi berskala sangat
kecil, unsur, senyawa atau molekul, paduan atau gabungan senyawa
membentuk materi yang lebih besar, sampai materi yang sangat besar
dan begitu kompleks dan selanjutnya terbagi atas cabang ilmu:
1. Fisika (Physics)
Cabang ilmu pengetahuan alam yang mempelajari tentang fenomena
alam semesta dengan segala isinya, mulai dari mikrokosmos sampai

37
dengan makrokosmos khususnya yang berkaitan dengan benda atau
materi baik padat, cair dan gas, energi dalam aspek wujud dan
perubahan fisik yang bersifat sementara. Fisika secara klasik dibagi
dalam : Mekanika, teknik, bunyi, cahaya, gelombang, listrik, magnet
dan teknik mekanik, sipil, teknik listrik yang sekarang merupakan
fisika terapan, dan lain-lain.
2. Kimia (Chemistry)
Suatu ilmu pengetahuan yang mempelajari benda hidup dan tidak
hidup dari aspek susunan materi dan perubahan-perubahan secara
kimiawi yang bersifat tetap. Filosopi ilmu Kimia secara garis besar
dibagi menjadi : Kimia anorganik (mempelajari tentang unsur kimia
dalam zat tak hidup) dan kimia organik (mempelajari karakter unsur
kimia dalam zat hidup dan keterkaitan antara keduanya). Kedua
bagian ini pada dasarnya membahas dasar ilmu secara keseluruhan
kemudian diikuti dengan cabang ilmu analisis kimia yang terbagi atas
analisis kualitatif dan analisis kuantitatif. Kimia fisika merupakan
ilmu pengetahuan yang merupakan bagian dari ilmu kimia namun
digabungkan sedemikian rupa sehingga identitas masing-masing
menjadi hilang karena telah menyatu menjadi kimia fisika artinya
batas buatan manusia antara kimia dan fisika menjadi kabur, misalnya
beberapa perkembangan yang besar dalam kimia teori seperti
transformasi inti atom yang telah dikembangkan oleh para ilmuan
baik dalam bidang kimia maupun fisika. Kondisi yang sama dengan
Kimia Fisika adalah, Biokimia (gabungan biologi dan kimia) dan
Kimia Lingkungan (gabungan semua jenis ilmu kimia dengan
berbagai cabang ilmu seperti fisika, biologi, klimatologi, dan lain-

38
lain). Kimia radiasi, mempelajari tentang atom dan perubaha-
perubahan yang berkaitan dengan inti dan partikel serta peluruhan inti
atom. Cabang ilmu kimia lain adalah kimia terapan yang mempelajari
aspek-aspek terapan science kimia yang fokusnya pada produk
misalnya: Karet sintesis, pupuk sintesis, plastik, bahan makanan,
bahan peledak dan lain-lain.
3. Biologi (Biological Science)
Ilmu pengetahuan yang mempelajari mahluk hidup dan gejala-
gejalanya. Biologi dibagi atas berbagai cabang ilmu antara lain:
a. Botani, cabang biologi yang mempelajari seluk beluk tentang
tumbuhan.
b. Zoologi, suatu cabang biologi yang mempelajari tentang hewan.
c. Marfologi, suatu studi tentang bentuk struktur luar mahluk hidup.
d. Anatomi, suatu studi tentang bentuk struktur dalam mahluk hidup
e. Fisiologi, suatu studi tentang fungsi atau faal bagian-bagian tubuh
atau organ mahluk hidup.
f. Sitologi, cabang ilmu biologi yang mempelajari tentang sel secara
mendalam yang meliputi struktur, molekuler dan sebagainya.
C. Ilmu Bumi dan Antariksa (Earth Science and Space)
Cabang ilmu pengetahuan yang membahas tentang bumi, planet
lain dan ruang angkasa dalam tata surya, terdiri atas:
1. Geologi
Cabang ilmu yang mempelajari tentang struktur bumi, yang
menyangkut pembahasan tentang struktur, perubahan materi baik
yang terdapat dipermukaan tanah maupun yang terdapat dalam perut
bumi, menggunakan konsep dasar kimia dan fisika. Bagian geologi

39
yang penting ialah petrologi yang membahas tentang batuan,
vulkanologi membagas tentang aktifitas geologi bumi, mineralogi
membahas tentang bahan atau material galian menggunakan konsep
kimia fisika dan sub cabang yang penting adalah kristalografi yang
membahas tentang bentuk kristal dan mineral.
2. Astronomi
Suatu ilmu pengetahuan yang membahas tentang benda-benda ruang
angkasa dan semua aspek yang berkaitan dengan alam semesta. Ilmu
ini meliputi; bintang, matahari, planet, satelit dan semua benda
angkasa lainnya. Penerapan yang praktis tentang ilmu astronomi
adalah dalam navigasi, perhitungan waktu dan kalender.
3. Geografi
Golongan ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang muka bumi
dan produk ekonomi sehubungan dengan mahluk hidup terutama
manusia. Geografi sebagai ilmu pengetahuan dan informasi yang
diperoleh dalam semua cabang ilmu lain, sehingga merupakan cabang
ilmu pengetahuan yang dapat dipakai manusia untuk memecahkan
masalah yang dihadapi dalam rangka adaptasinya dengan lingkungan.
Sub cabang yang penting adalah fisiografi yang membahas sifat fisis
bumi dan geografi biologi serta geografi ekonomi sebagai bagian dari
geografi biologi.
Matematika sebagai salah satu bidang ilmu tidak termasuk dalam
kategori pembagian ilmu pengetahuan tersebut oleh karena kedudukan
matematika merupakan penunjang pengembangan semua disiplin ilmu
yang lain. Matematika merupakan alat bahasa yang dapat dipakai untuk
membahasakan hukum-hukum alam dan beberapa fenomena pada semua

40
bidang ilmu, sehingga disebut juga bahwa Matematika merupakan
cabang ilmu yang tidak hanya berdiri sendiri, tetapi dapat menyatu pada
semua disiplin Ilmu Pengetahuan. Statistika sebagai bagian dalam ilmu
Matematika, dimanfaatkan untuk pengolahan, pengorganisasian, analisis
dan peringkasan atau perumusan kesimpulan dari data-data yang
terdapat pada semua bidang ilmu.
2. Fokus Pembentukan Multidisiplin Ilmu
a. Pemfokusan Ilmu
Perkembangan ilmu terus menerus dan begitu cepatnya terutama
mulai abad ke-20, menyebabkan klasifikasi ilmu berkembang ke arah
disiplin ilmu yang lebih spesifik. Sebagai contoh dalam disiplin ilmu
kimia, maka terjadi pemfokusan ilmu menjadi sub disiplin ilmu kimia
seperti : Kimia teoritis, kimia analisis, kimia bioanorganik, kimia
kompleks, kimia organik sintesis, biokimia, kimia polimer, dan lain-lain.
Selanjutnya bagian disiplin ilmu tersebut berkembang menjadi
spesialisasi tertentu, sebagai contoh adalah dalam bagian disiplin ilmu
kimia organik, maka terdapat antara lain fokus kearah kimia organik
sintesis dan kimia organik bahan alam. Kimia bahan alam juga dapat
terbagi lagi berdasarkan sumber dari bahan alam tersebut, apakah dari
darat atau dari lautan ataupun berdasarkan kelompok senyawa kimianya
bahkan kelompok spesies tanaman sebagai sumber bahan kimia dari
ilmu kimia bahan alam.
Berdasarkan pengembangan fokus ilmu tersebut menunjukkan
bahwa ilmu pengetahuan berkembang dengan pesatnya, sehingga tidak
memungkinkan lagi seseorang dapat menguasai beberapa atau bahkan
satu bidang ilmu tertentu. Untuk dapat menguasai bidang ilmunya

41
dengan baik, maka seseorang akan lebih mempokuskan atau
menspesialisasikan dirinya dalam salah satu fokus disiplin ilmu tertentu.
b. Multidisiplin, Interdisiplin dan Transdisiplin Ilmu
Arah perkembangan ilmu sekarang ini dalam aspek lain bukan
hanya ke arah pemfokusan disiplin ilmu tertentu, akan tetapi banyak
ilmu baru yang tidak bisa dibahas berdasarkan satu disiplin ilmu saja.
Ilmu semacam ini akan membentuk model lain yaitu gabungan beberapa
disiplin ilmu menjadi interdisiplin ilmu, multidisiplin ilmu dan
transdisiplin ilmu.
Multidisiplin ilmu merupakan ilmu pengetahuan yang cakupan
pembahasannya menggunakan lebih dari satu kelompok disiplin ilmu,
misalnya kelompok IPA, IPS dan IPBA. Contoh ilmu multidisiplin yang
paling populer adalah ilmu lingkungan. Pembahasan ilmu lingkungan
dapat dilihat dari ilmu sosial, ilmu pengetahuan alam dan ilmu bumi
antariksa. Pendekatannya dapat dilihat dari disiplin ilmu seperti kimia
(kimia lingkungan), fisika (fisika lingkungan), biologi (biologi
lingkungan atau ekologi), sosial ekonomi (antropologi dan ekonomi
lingkungan) dan geografi (pencemaran udara berdasarkan tinjauan
geografi).
Transdisiplin ilmu merupakan kelompok ilmu yang terintegrasi
kedalam satu disiplin ilmu hasil interdisiplin ilmu tertentu, contohnya
ilmu konsultan yang disiplin ilmunya adalah hasil interdisiplin ilmu
matematika dibidang komputer dengan ilmu keteknikan, manajemen,
ekonomi, administrasi, dan lain-lain. Seorang konsultan dapat ditinjau
atau dikaji dalam aspek keilmuan yang luas baik ilmu eksakta maupun
non-eksakta termasuk ilmu terapan.

42
Interdisiplin ilmu merupakan ilmu pengetahuan yang cakupan
pembahasannya menggunakan satu kelompok disiplin ilmu saja. Sebagai
contoh adalah ilmu komputer dikembangkan dari disiplin ilmu IPA
paling tidak mencakup ilmu bahan untuk pembuatan prosessor, semi
konduktor, elektronika (Kimia, fisika), pemrograman (matematika) dan
sebagainya.
Perkembangan interdisiplin ilmu cukup banyak dan berkembang
dengan sangat pesat, sebagai contoh adalah bioteknologi, teknologi
informasi dan ilmu material. Perkembangan tersebut sangat
mempengaruhi pola pandang dan kehidupan sosial manusia saat ini.
Oleh karenanya suatu ilmu yang dikembangkan berdasarkan interdisiplin
ilmu tetapi karena dampak sosialnya juga perlu dipertimbangkan
sehingga pembahasannya berubah menjadi multidisiplin ilmu. Sebagai
contoh perlunya etika penelitian bioteknologi terutama yang
menyangkut manusia (cloning), dampak teknologi informasi (internet,
multimedia) terhadap perkembangan anak serta dampak material baru
(plastik, karet sintesis, pestisida dan lain-lain) terhadap lingkungan.
Perkembangan interdisipliner ilmu dalam IPA yang berakar dari ilmu
kimia, fisika dan biologi, didukung oleh matematika, statistika dan
informatika.
PENGEMBANGAN ILMU PENGETAHUAN
Dalam abad 20 terakhir ini pengembangan ilmu pengetahuan
mencatat loncatan-loncatan penting dan kemajuan yang sangat pesat.
Penemuan baru dan penciptaan karya terjadi silih berganti, informasi
ilmiah diproduksi dengan cepat bahkan dua kali lipat setiap tahunnya
bahkan dalam disiplin ilmu tertentu seperti genetika, bioteknologi dan

43
teknologi informasi, telah menimbulkan kesulitan tersendiri dalam
penyimpanan, penyebaran, penelusuran dan penerapannya oleh karena
perkembangannya yang begitu pesat. Berkali-kali telah terjadi revolusi
dalam ilmu pengetahuan dengan akibat yang besar dan tak terduga.
Pada bidang kedokteran tercatat perubahan besar oleh
Hippokrates yang melihat kedokteran secara holistik dimana individu
diamati secara utuh dalam lingkungannya sebagai bagian dari alam.
Akhir-akhir ini terjadi perubahan besar dengan gagasan manusia yang
harus menguasai alam sehingga materi dan jiwa harus dipisahkan. Alam
tidak hanya diamati tetapi diselidiki fenomena-fenomena yang tersirat
dan tersurat didalamnya. Mulailah abad analisis, misalnya dalam bidang
kedokteran menimbulkan patologi sel dan reduksionisme yang
menganggap manusia sebagai kumpulan unsur lalu menjadi senyawa
kimia sederhana sampai pada yang paling kompleks.
Pengembangan ilmu biologi sebelum abad 20 hanya
bersifat deskriptif namun sekarang orientasinya berkembang
kearah analisis dan berkembang begitu pesat. Experimentasi dan
induksi memegang peranan penting, rasio dan mekanisasi menjadi
kiblat dan tujuan. Orang tidak hanya memberikan dan mengurai
kehidupan tetapi berusaha mengubah dan menciptakannya. Kalau
hal ini dilakukan terhadap tumbuhan dan hewan akibatnya
tidak terlalu menghawatirkan malahan menggembirakan, tetapi
kalau diterapkan terhadap manusia maka mulai menjadi
masalah, karena berkaitan dengan aspek etika dan moral. Walaupun
berbagai macam ketakjuban dapat ditimbulkan oleh
perkembangan bidang ilmu biologi ini apalagi jika berinterkoneksi

44
dengan beberapa disiplin ilmu, namun karena menyentuh inti kehidupan
manusia, maka pasti menimbulkan perdebatan diberbagai kalangan.
Hal ini oleh karena, kita sebagai manusia harus selalu menjaga
dimensi kemuliaan kita diantara berbagai mahluk ciptaan Tuhan Yang
Maha Kuasa. Pengembangan bidang ilmu pengetahuan sosial misalnya
ilmu komunikasi, sangat luar biasa akselerasinya. Penduduk di
pulau-pulau kecil dan desa-desa terpencil sudah semakin mudah
berkumunikasi berkat adanya perkembangan peralatan komunikasi
satelit, sehingga lonjakan penyebaran informasi sangat luar biasa.
Media elektronika merevolusi informasi dengan televisi, koran jarak
jauh (telezeitung) dan lain-lain, sehingga dunia terasa menjadi semakin
kecil. Saat ini ada sekelompok orang tidak mau menerima begitu saja
apa yang diperoleh dalam hidupnya apalagi nasib yang diterimanya
sewaktu dilahirkan. Sekarang mikroelektronik dan multimedia
membawa kita ke masyarakat informasi yang sanggup menyajikan
gambar, suara dan cetakan sekaligus, serta bersifat individual atau
personal. Suatu hal yang jelas ialah masa depan akan bergelimang
dengan informasi yang luar biasa banyak dan sangat cepat.
Tidak semua bidang atau cabang ilmu pengetahuan maju dan
berkembang sama pesatnya pada setiap kurun waktu dan tempat. Dalam
masa belakangan ini, beberapa bidang tampak melaju dengan sangat
menonjol dan oleh karena itu berpengaruh besar terhadap manusia dan
kehidupannya. Bidang-bidang itu yang utama adalah: Ilmu-ilmu nuklir
(Nuclear science), Ilmu-ilmu kimia (Chemistry science), Bioteknologi
(Biotechnology), Ilmu informasi dan komunikasi (Comunication and

45
Information science), Ilmu-ilmu antariksa (Space science) dan Ilmu
Penginderaan (Inpact science).
Kemajuan dalam tiap-tiap bidang ini mempunyai akibat yang
jauh, baik langsung terhadap manusia, masyarakat, prinsip-prinsip yang
dianutnya dan lingkungan hidupnya, maupun tidak langsung melalui
bidang atau disiplin yang lain. Pembaharuan-pembaharuan yang
ditimbulkannya tidak hanya karena perkembangan kebutuhan manusia
tetapi juga rutin direncanakan oleh kelompok khusus yang bertugas
untuk itu.
Fisika dan kimia nuklir telah sanggup menghasilkan buah yang
tidak diduga sama sekali. Fisi dan fusi atom melepaskan tenaga yang
luar biasa besarnya, yang terutama berkembang atau dikembangkan ke
arah pembuatan secara besar-besaran senjata nuklir. Dengan demikian
suatu senjata yang dahsyat berada ditangan manusia yang berkuasa.
Tidak ada senjata yang begitu berbahaya sebelumnya sehingga
Einstein dan lain-lain telah memperingatkan manusia bahwa kita
memerlukan cara berpikir yang substansial baru sama sekali kalau kita
ingin selamat memasuki masa depan. Ahli-ahli fisika sekarang tidak
menyebut senjata pada “senjata” akan tetapi dia mengatakan sebagai
“annihilator”, oleh karena dapat membunuh atau menganiaya manusia
sampai mati secara massal dan merusak ekosistim global dalam waktu
yang sangat singkat.
Bidang kimia tidak kalah pesatnya dimana para ilmuan kimia
telah berhasil membuat sejumlah besar persenyawaan baru yang
sebelumnya belum pernah terdapat di alam dan senyawa tersebut
memiliki manfaat yang begitu besar bagi kehidupan manusia. Dari segi

46
positif kita lihat misalnya obat-obatan baru untuk diagnostik dan terapi
berbagai penyakit pada hewan, tanaman, manusia dan tumbuhan.
Lingkungan akan semakin terbebani dengan senyawa kimia baru baik
yang bermanfaat maupun yang menimbulkan masalah, mulai dari bahan
sintesis dalam makanan, minuman, pakaian, pemukiman, kelautan,
pertanian, perkebunan, pengangkutan, kosmetik dan lain sebagainya.
Senyawa kimia yang bersifat racun untuk mahluk hidup
digunakan untuk manusia, gas racun dan obat psikotropika dipergunakan
sebagai senjata dalam perang prontal maupun secara terselubung yang
didukung oleh kondisi ekonomi masyarakat dan sikap mental yang
sering mencari jalan cepat, instan tanpa memperdulikan resiko atau
akibat yang ditimbulkannya.
Perkembangan senyawa kimia dibidang pertanian, peternakan,
kelautan yang digunakan untuk pemicu pertumbuhan, menambah
kekebalan atau imunitas, meningkatkan jumlah dan produktifitas juga
berkembang sangat pesat, seperti ditemukannya berbagai macam pupuk
kimia organik baru, pestisida ramah lingkungan, senyawa peromon
rekrut pada serangga dan lain-lain.
Bahkan senyawa kimia baru yang berukuran nano telah
menggeser fungsi obat-obatan yang ada sekarang di abad 21 ini,
ditambah lagi senyawa kimia ramah lingkungan yang terkandung dalam
bahan alam baik tumbuhan maupun hewan sehingga menggeser
pemakaian obat-obatan anorganik dan sintesis yang tidak ramah
lingkungan, dengan segala dampak dan resiko yang ditimbulkannya.
Biologi mengembangkan teknologi reproduksi yang baru dan
manipulasi genetik pada mahluk hidup. Keduanya bahkan berimplikasi

47
sangat mendasar, hal ini disebabkan karena terhadap manusia dengan
mahluk hidup lain atau manusia dengan manusia lain dapat dilakukan
manipulasi genetik. Dari sudut yang positif ia dapat meningkatkan
jumlah dan mutu bahan yang meliputi tanaman, tumbuhan, hewan
bahkan menemukan organisme baru selain varietas baru. Pada manusia
dapat mengatur keturunan secara kuantitatif dan kualitatif misalnya sifat
baru yang kita kehendaki dapat dimasukkan ke dalam manusia lain.
Negatifnya adalah mengurangi keaneka ragaman, memahalkan biaya
produksi, menimbulkan varietas organisme baru yang prilakunya dalam
ekosistim belum diketahui dengan benar.
Bidang bioteknologi dapat dipergunakan untuk memproduksi
senjata biologis, terutama kuman, virus dan toksin. Oleh para ahli,
senjata-senjata ini dianggap “manusiawi” bersama senjata kimiawi
karena akibatnya bersifat temporer dan tidak global, namun jika dilihat
dari sudut lain sebenarnya justru sebaliknya karena senjata tersebut
dapat mengorbankan manusia, hewan dan mahluk hidup lain tanpa
kecuali.
Perkembangan senjata biologi, kimia dan nuklir mengakibatkan
dunia menjadi tidak damai. Manusia saling menuduh, menakut-nakuti
dan bahkan saling menyerang, yang dapat menghancurkan peradaban
ummat manusia dimuka bumi. Perang Irak dan Amerika Serikat beserta
sekutunya baru berakhir diawal abad milenium ini namun kedamaian
belum tercapai dan akibatnya kehancuran dimana-mana, lingkungan
rusak manusia cacat pisik dan psikhis dan lain-lain. Ini adalah contoh
terbaru dampak negatif ilmu pengetahuan yang tidak terkendali dan
sewenang-wenang. Diharapkan kita sebagai calon intelektual muda

48
UNHAS dapat menjadi pelopor pengembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi yang selalu bersikap arip dan bijaksana pada manusia dan
lingkungan alam semesta dan selalu memegang teguh prinsip dasar
seorang ilmuan yang beretika dan bermoral.
Mikroelektronika sangat membantu dalam informatika dan
komunikasi sejak dari produksi, pengolahan, penyimpanan dan
penyebaran informasi sampai ke penerimanya. Mikroelektronika
merupakan sambungan indera dan otak, tidak hanya sambungan tangan
dan otot bahkan ia dapat mengganti tenaga manual menjadi sistim
elektronik, dapat membantu dalam aspek lain seperti demokrasi dalam
masyarakat misalnya dalam pilihan informasi. Disamping
menginformasikan sesuatu dari dan kepada masyarakat, juga
mikroelektronika membuat resolusi dalam dunia kerja dengan
otomatisasi dan sistim robotik. Pekerjaan yang terlalu rendah untuk
dilakukan manusia, terlalu berbahaya, rutin atau memerlukan
keseksamaan yang ekstrim dapat diserahkan kepada robot yang akhirnya
dapat diberi instruksi dengan bahasa manusia sehari-hari.
Kondisi lain adalah terjadinya ”perang bintang” yang tidak lain
adalah perang mikroelektronika dalam skala besar. Perang dan senjata
abad millenium sedang dirancang di Laboratorium Mikroelektronik dan
Industri terkemuka di dunia. Mikroelektronika dapat pula menjajah
manusia secara halus, memantaunya bagi kepentingan diluar dirinya,
melenyapkan privasinya, mengatur pemikiran dan mempengaruhi
prilakunya dalam pengelolaan dan memanipulasi informasinya. Buta
komputer dimasa depan akan menimbulkan perbedaan lapisan
masyarakat bawah yang lebih lebar dengan segala akibat yang

49
dialaminya apalagi yang memang terkebelakang ilmu pengetahuannya
alias buta hurup.
Perkembangan ilmu antariksa juga mengalami kemajuan yang
luar biasa pada abad 20 ini, terutama setelah ditemukannya komputer,
satelit dan pesawat ulang-alik. Diantara perkembangan tersebut adalah
Rusia telah sukses membuat laboratorium luar angkasa ”MIR” pada
akhir abad 20 dan sesudah itu abad millenium sekarang ini stasiun
tersebut diganti dengan yang baru yaitu ISS (Internasional Space
Station), milik beberapa negara adikuasa seperti Rusia, Amerika Serikat
dan beberapa negara Eropah. Stasiun ruang angkasa ini dapat memonitor
penomena atmosfer planet bumi kita, sehingga sangat menguntungkan
bagi manusia pada berbagai bidang kehidupan demi untuk kesejahteraan
bahkan dijadikan sarana hiburan dan rekreasi oleh beberapa orang,
diantaranya 2 orang milyuner dunia sudah melakukannya. Di satasiun
bumi antariksa NASA juga telah sukses membuat pesawat ulang-alik
dengan kecepatannya sangat luar biasa yang diperkirakan mencapai
10.000 km per jam.
IPTEKS pengindera yang berkembang pesat saat ini membuat
beberapa Negara telah dapat mengetahui potensi sumberdaya yang
dimilikinya, sehingga Negara yang teknologi penginderaannya sangat
canggih dapat menjual informasi dan kecanggihan teknologinya kepada
Negara lain. Tentu dengan cara ini akan menjadi nilai tambah ekonomi
tersendiri bagi Negara tersebut. Dengan perkembangan IPTEKS
pengindera yang begitu pesat, orang dapat membuat detektor optik,
mekanik, termik, magnetik, elektrik, dan lain-lain dengan tujuan untuk

50
mendeteksi berbagai fenomena alam semesta yang juga dapat dipakai
sebagai sarana untuk merumuskan kebijakan dan mengambil tindakan.
Kemajuan yang pesat pada IPTEKS pengindera tercapai dengan
adanya dua negara maju yakni Cina dan Amerika Serikat telah
memprakarsai pembuatan Teleskop Terbesar di Dunia. Teleskop
tersebut ditujukan untuk memberikan penglihatan yang lebih dalam ke
tahap sangat awal dari alam semsta dan diperkirakan akan rampung pada
tahun 2019 nanti. Rancangan teleskop itu berdiameter 30 meter yang
akan dipasang di puncak Mauna Kea, Hawaii, Amerika Serikat.
Kemampuan teleskop yang menelan biaya 1 miliar dollar AS itu adalah,
untuk memperoleh pandangan paling cepat tentang alam semesta, dan
mengambil citra galaksi bimasakti dan bintang-bintang yang terbentuk
sejauh 13 miliyar tahun cahaya. Teleskop ini disusun dan dirancang atas
kerjasama Universitas California dan Institut Teknologi California
(Caltech) yang dipimpin oleh Jeans Lou Chameau.

51
KEGIATAN BELAJAR 1
JUDUL: ILMU PENGETAHUAN

A. Deskripsi Singkat
Modul 2 Buku Ajar Wawasan Ipteks dengan Judul Ipteks
Bernuansa Etika dan Karakter dengan Sub Judul Science dan
Perkembangannya, dibuat sedemikian rupa oleh karena Wawasan Ipteks
merupakan Mata Kuliah Ciri Khusus suatu perguruan tinggi yang
diberikan kepada mahasiswa yang mengambil mata kuliah Wawasan
Ipteks pada tahun pertama. Capaian pembelajaran pada mudul ini
disajikan agar aspek-aspek karakter dan etika Wawasan Ipteks terutama
yang berkaitan dengan Visi dan Misi perguruan tinggi dan kondisi
perkembangan masyarakat secara global agar dapat dimengerti oleh
mahasiswa baik menyeluruh maupun terintegrasi satu sama lain.
Mahasiswa diharapkan mampu menjelaskan semua hal yang berkaitan
dengan aspek tersebut dan berusaha menemukan aspek substantif dari
sudut pandang akademik dan mensinergikannya berdasarkan disiplin
ilmu masing-masing.
Sebelum menggunakan modul ini mahasiswa diharapkan
mempelajari dengan seksama Capaian Pembelajaran Modul Buku Ajar
Wawasan Ipteks, agar tidak terjadi penyimpangan pada saat melakukan
diskusi kelompok. Diharapkan kompetensi minimal didalami lebih jauh
pada saat diskusi sehingga diakhir proses diskusi sasaran pembelajaran
dapat tercapai. Semua mahasiswa diharuskan mempelajari buku-buku
yang berkaitan dengan hal ini dan memperkaya pengetahuannya dengan
pencarian pada media internet dan buku teks lain yang berkaitan

52
walaupun tidak tercantum pada daftar pustaka dibagian akhir modul ini.
Kuliah pakar, diskuis pleno dengan melibatkan Dosen pakar dapat
disajikan untuk kesempurnaan proses pembelajaran kita, tentu dengan
aktifitas mahasiswa sebagai peserta kuliah dan diskusi harus lebih
dinamis dan terencana karena itu semua akan berpengaruh pada
penilaian akhir mahasiswa untuk mata kuliah ini.
Terakhir, diharapkan agar Modul 2 Wawasan Ipteks ini dapat
menuntun dan membantu mahasiswa memahami dan dapat menjelaskan
serta melihat keterkaitan yang lebih luas pada mata kuliah Wawasan
Ipteks baik terhadap bidang ilmu yang digeluti maupun pada lingkungan
masyarakat secara luas, juga diharapkan nantinya dapat membantu anda
untuk menjawab soal-soal ujian Wawasan Ipteks.
B. Relevansi
Modul 2 Wawasan Ipteks, relevansinya berkaitan dengan buku
ajar ini merupakan modul yang memiliki berhubungan atau tidak dapat
lepas dengan semua BAB pembelajaran dalam Buku Ajar Wawasan
Ipteks yang akan menjelaskan secara luas tentang ruang lingkup
wawasan ipteks sebagai mata kuliah ciri khusus suatu perguruan tinggi
sekaligus sebagai mata kuliah MBB (Mata Kuliah Berkehidupan
Bermasyarakat). Selanjutnya secara khusus membahas tentang Ilmu
Pengetahuan dan Perkembangannya dan beberapa hal-hal yang
berkaitan. Ruang lingkup ini diberikan dengan maksud agar mahasiswa
mendapatkan pemahaman atau gambaran terhadap isi materi
pembelajaran mata kuliah Wawasan Ipteks. Hal ini bertujuan agar
mahasiswa mudah mempelajari isi Materi Buku Ajar pada pembelajaran
mata kuliah Wawasan Ipteks dengan metode Learning/SCL.

53
C. Capaian Pembelajaran
1. Uraian
Capaian pembelajaran yang berkaitan dengan modul 2 ini,
mahasiswa diharapkan: Mampu menuliskan dan menjelaskan secara
komprehensif esensi mata kuliah wawasan ipteks sesuai dengan
Visi-Misi Perguruan Tinggi, sebagai mata kuliah ciri khas
Universitas Hasanuddin. Selanjutnya diharapkan mampu membuat
ringkasan yang berkaitan dengan konsepsi dasar ilmu pengetahuan
sampai tahapan perkembangannya saat ini.
Setelah mempelajari Modul 2 yang berkaitan dengan BAB 3,
BAB 4 dan BAB 5 dalam Buku Ajar Wawasan Ipteks, lebih lanjut
mahasiswa diharapkan memiliki pemahaman tentang mata kuliah
WAWASAN IPTEKS secara utuh dan komprehensip, dapat
menjabarkan beberapa substansi mendasar diantaranya
pengetahuan, ilmu pengetahuan dan perkembangannya yang
berkorelasi dengan visi-misi Perguruan Tinggi dan tujuan mata
kuliah WAWASAN IPTEKS yang berdasarkan nilai-nilai moral,
kearifan etika, soft skil dan karakter yang lebih komprehensif,
menggunakan nalar yang holistik, rasional dan empiris dan nilai
tersebut diharapkan dapat tercermin dalam aktifitas kesehariannya.
2. Latihan
Latihan diberikan dalam bentuk membaca Materi Bahan Ajar dan
membuat ringkasan yang terdiri dari 3 (tiga) bagian: 1. Materi
Kuliah, 2. Materi Soal Latihan yang berbentuk soal-soal baik model
multiple choice murni, terstruktur, sebab akibat, benar dan salah
serta soal essai, dan 3. Materi Instruksi Learning, dan terakhir

54
membuat ringkasan untuk ke 3 bagian Materi Bahan Ajar tersebut.
Catatan: Ringkasan Materi Bahan Ajar dibuat secara perkelompok
maksimum 1 halaman setiap bagian Materi Bahan Ajar tersebut.
Secara lebih lengkap berkaitan dengan latihan ini, mahasiswa
mengikuti Soal Penugasan Terstruktur (Soal-PT) dan Instruksi
Learning 3, 4 dan 5 yang ”diberikan disetiap akhir kuliah” di
kelas untuk dilaksanakan sesuai intruksi dalam RPS mata kuliah
wawasan Ipteks dan instruksi Dosen di kelas perkuliahan. Penting
untuk diingat: Jika ada dalam RPS membuat ringkasan
perorangan itu berarti ringkasan Kuliah Tatap Muka di kelas
perkuliahan.
3. Rangkuman
Modul 2 Mata Kuliah Wawasan Ipteks ini terdiri dari dua topik
pembelajaran yaitu tentang: Ilmu Pengetahuan dan
Perkembangannya. Sebagai Rangkuman Modul 2 ini, mahasiswa
akan Memiliki wawasan secara komprehensip sehingga mampu
menjelaskan, menjabarkan dan memformulasikan permasalahan
yang berkaitan dengan substansi Pengetahuan, Ilmu Pengetahuan
dan perkembangannya sesuai Visi dan Misi Unhas berbasis nilai-
nilai etika dan karakter secara terintegrasi, menggunakan
pendekatan berdasarkan Prinsip Wawasan Ilmu Pengetahuan,
Teknologi dan Seni (Prinsip Wawasan Ipteks). Hal lain juga mampu
mendemonstrasikan atau mempersentasikan permasalahan yang
tepat dalam pemilihan alternatif tindakan pada situasi yang
kompleks (argumentasi dan fakta yang keliru) berbasis kode etik

55
ipteks, khususnya yang berkaitan dengan topik Pengetahuan, Ilmu
Pengetahuan dan Perkembangannya sampai saat ini.
4. Pustaka
Literatur atau pustaka yang berkaitan dengan mata kuliah Wawasan
Ipteks terdiri dari:
1. Kasim, S. 2017. Filosofi Wawasan Ipteks (Buku Ajar Unhas).
ISBN: 978-602-6332-12-7. Pustaka Pena Press. Makassar.
2. Tim Dosen Wawasan Ipteks Unhas, 2013, Buku Ajar Wawasan
Ipteks UPT MKU UNHAS, Edisi ke 6. Unhas, Makassar.
3. Usman, H., dkk. 2014. Buku Ajar Wawasan Ipteks (Menggunakan
Pendekatan Learning). UPT MKU UNHAS. ISBN: 978-602-99757-
8-9. Percetakan Offset CV. Gelora. Makassar.
4. Dadang Ahmad S., 2009. Materi Lokakarya Mata Kuliah Wawasan
Ipteks UPT MKU Unhas (Gabungan Materi Pembelajaran
IPTEKS), Makassar.
5. Kartono, H. 2003. Pencemaran Lingkungan. Dirjen Dikti,
Depdiknas, Jakarta.
6. Kosela, S. 2003. Ilmu Pengetahuan dan Teknologi bagi Kehidupan
manusia. Dirjen Dikti., Depdiknas, Jakarta.
7. Mappadjantji Amien, 2009. Wawasan Ipteks (Filosofi dan Kerangka
Konsep), Materi Lokakarya mata Kuliah Wastek UPT MKU
Unhas, Makassar.
8. Masnur Muchlis, 2011. Pendidikan Karakter, Menjawab Tantangan
Krisis Multidimensial. PT. Bumi Aksara, Cetakan ke dua. Jakarta.
9. Stock, Paul and Rob J.F. Burton, Journal of Sustainability, 2011.
ISSN 2071-1050, 3, 1090-1113;doi;10.3390/su3081090.

56
10. Suriasumantri, Jujun,. 2003. Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar
Populer. Pustaka Sinar Harapan, Jakarta, dan literatur lain yang
berkaitan, termasuk yang ada dalam Daftar Pustaka Buku Ajar
Wawasan Ipteks, dan juga dari internet.
D. Tugas dan Lembar Kerja
Tugas dan Lembar Kerja disajikan dalam 2 (dua) bentuk:
1. Membuat rangkuman/ringkasan hasil belajar secara
perkelompok, sesuai instruksi point 2 tentang Latihan, yaitu:
Menjawab Soal Penugasan Terstruktur, Mendiskusikan Instruksi
Learning secara perkelompok diluar perkuliahan sebagai bagian
dari Belajar Mandiri yang selalu diakhiri dengan membuat
ringkasan jawaban Penugasan Terstruktur dan Intruksi Learning
yang diberikan kepada Mahasiswa secara simultan di setiap kali
kegiatan perkuliahan selesai melalui portal Tugas di LMS Mata
Kuliah Wawasan Ipteks.
2. Menjawab point pertanyaan pada LEMBAR KERJA secara
perorangan berikut ini.

LEMBAR KERJA
a. Kalimat atau kata kunci: Tulislah kalimat atau kata kunci yang
anda temukan terkait dengan modul ini khususnya yang
berhubungan dengan nilai-nilai karakter sebanyak mungkin
dan tuliskan pula maksudnya serta fahami makna atau artinya.
…………………………………………………………...……………
Pertanyaan-pertanyaan penting. (Jawablah pertanyaan-pertanyaan
pada nomor ini secara benar, jelas dan sistimatis), yaitu:

57
1. Jelaskan secara luas makna/arti substansi kata-kata
”Pengetahuan”, ”Ilmu” dan ”Ilmu Pengetahuan” yang dipelajari
dalam Mata Kuliah Wawasan Ipteks, adakah definisi lain yang anda
dapat tuliskan yang diperoleh dari Literatur lain ?.
JAWABAN: ………………….………………………………………
2. Jelaskan paradigma pembelajaran Wawasan Ipteks sebagai mata
kuliah Ciri Khas Unhas dan proses lahirnya karya science secara
global, diserta beberapa contoh?.
JAWABAN: .........................................................................................
3. Sebagai mahasiswa Unhas, bagaimana pandangan anda tentang
WAWASAN IPTEKS, apakah manfaat yang diharapkan terpatri
dalam diri seorang mahasiswa, agar tujuan mata kuliah ini tercapai
sesuai propil kepribadian mahasiswa pada MK. Wawasan Ipteks,
jelaskan khususnya dalam aspek science?.
JAWABAN: .........................................................................................
4. Ceriterakan dengan singkat pengalaman hidup anda yang
berkaitan dengan WAWASAN IPTEKS yang sarat dengan nilai-
nilai karakter, termasuk apabila anda sendiri menjadi subyek
pencipta karya-karya SCIENCE tersebut (berikan contohnya dalam
disiplin ilmu anda)?.
JAWABAN: .......................................................................................
5. Jelaskan bagaimana proses lahirnya pengetahuan, ilmu pengetahuan
dan bagaimana pula kaitannya dengan karakter quriousitas pada diri
manusia?.
JAWABAN: …………………………………………………………

58
6. Jelaskan yang dimaksud ilmu pengetahuan ilmiah dan non ilmiah
serta apa saja kriteria yang harus dipenuhi untuk mencapai tingkat
kebenaran yang dapat diterima sebagai suatu konsep ilmu?.
JAWABAN:…………………….……………………………………
b. Tuliskan Capaian Pembelajaran Modul 2: Uraikanlah dengan
lengkap Capaian pembelajaran Mata Kuliah Wawasan Ipteks pada
modul 2 ini.
JAWABAN:…………………….……………………………………
c. Pertanyaan Kegiatan Lapangan di Dunia Nyata atau di Internet:
Pertanyaan pada bagian ini akan diberikan jika dilakukan kegiatan
lapangan di Dunia Nyata atau di Internet sesuai arahan Tutor/Dosen
pengajar dikelas SCL.
Pertanyaan: ...........................................................................................
E. Tes Formatif
Tes Formatif dilakukan disetiap akhir sesi kuliah Tatap Muka
(Teaching/Pemberian Stimulus), berupa membuat ringkasan materi
perkuliahan dan diminta untuk menjelaskan kesimpulannya, mahasiswa
di sampling secara acak pada jawaban tertulis yang diserahkan di akhir
perkuliahan, ringkasan ini akan disempurnakan secara tertulis sesuai
aturan PPR (Panduan Penulisan Ringkasan) dalam RPS dan disetor
sebagai tugas secara daring, melalui portal Tugas. Catatan: Waktu
kumpul adalah bagian dari penilaian, ringkasan dapat secara perorangan,
dapat pula secara kelompok, tergantung instruksi Dosen di kelas. Tes
formatif lainnya, dilakukan melalui soal Penugasan Terstruktur (PT)
yang dan Lembar Kerja (LK) yang diatur secara acak antara nomor soal
dan mahasiswa yang mengerjakannya.

59
F. Umpan Balik dan Tindak Lanjut
Hasil Tes Formatif sebagai umpan balik kepada mahasiswa
diberikan nilai tertinggi 100 jika ringkasannya sesuai aturan dan isinya
mencerminkan wawasan mahasiswa tentang konten/isi Materi Bahan
Ajar yang mencakup tiga bagian yaitu: 1. Materi Kuliah, 2. Materi Soal
Penugasan Terstruktur, dan 3. Materi Instruksi Learning. Catatan:
Khusus untuk Soal Penugasan Terstruktur, jawabannya akan
diberikan setelah mahasiswa mengumpulkan tugasnya dan hanya
ditayangkan selama 24 jam pada waktu yang ditentukan oleh Dosennya,
nilai tertinggi diberikan 100. Khusus untuk Lembar Kerja nilainya
akan maksimum 100 apabila jawabannya sesuai konten/isis Materi
Bahan Ajar dan disertai contoh dan pembahasan yang lebih luas,
komprehensif dan holistik (sudut pandangnya tinjauannya lebih banyak
dan lebih lengkap). Nilai akhir adalah nilai rata-rata dari gabungan
ketiga aitem penilaian tersebut. Tindak lanjut dari Modul 2 ini dapat
membantu mahasiswa memahami Modul selanjutnya oleh karena setiap
Modul memiliki keterkaitan. Secara substansi semua Modul membahas
tentang bagaimana Mahasiswa memanfaatkan, mengelola, menikmati
dan menjaga kelestarian alam semesta dengan memanfaatkan substansi
Ilmu Pengetahuan Teknologi dan Seni sebagai sarananya. Bukan malah
sebaliknya dengan substansi IPTEKS menjadikan mahasiswa terbebani
bahkan dapat jadi bumerang bagi dirinya.

60
KEGIATAN BELAJAR 2
PERKEMBANGAN ILMU PENGETAHUAN

A. Deskripsi Singkat
Modul 2 Buku Ajar Wawasan Ipteks dengan Judul Ipteks
Bernuansa Etika dan Karakter dengan Sub Judul Science dan
Perkembangannya, dibuat sedemikian rupa oleh karena Wawasan Ipteks
merupakan Mata Kuliah Ciri Khusus suatu perguruan tinggi yang
diberikan kepada mahasiswa yang mengambil mata kuliah Wawasan
Ipteks pada tahun pertama. Capaian pembelajaran pada mudul ini
disajikan agar aspek-aspek karakter dan etika Wawasan Ipteks terutama
yang berkaitan dengan Visi dan Misi perguruan tinggi dan kondisi
perkembangan masyarakat secara global agar dapat dimengerti oleh
mahasiswa baik menyeluruh maupun terintegrasi satu sama lain.
Mahasiswa diharapkan mampu menjelaskan semua hal yang berkaitan
dengan aspek tersebut dan berusaha menemukan aspek substantif dari
sudut pandang akademik dan mensinergikannya berdasarkan disiplin
ilmu masing-masing.
Sebelum menggunakan modul ini mahasiswa diharapkan
mempelajari dengan seksama Capaian Pembelajaran Modul Buku Ajar
Wawasan Ipteks, agar tidak terjadi penyimpangan pada saat melakukan
diskusi kelompok. Diharapkan kompetensi minimal didalami lebih jauh
pada saat diskusi sehingga diakhir proses diskusi sasaran pembelajaran
dapat tercapai. Semua mahasiswa diharuskan mempelajari buku-buku
yang berkaitan dengan hal ini dan memperkaya pengetahuannya dengan
pencarian pada media internet dan buku teks lain yang berkaitan

61
walaupun tidak tercantum pada daftar pustaka dibagian akhir modul ini.
Kuliah pakar, diskuis pleno dengan melibatkan Dosen pakar dapat
disajikan untuk kesempurnaan proses pembelajaran kita, tentu dengan
aktifitas mahasiswa sebagai peserta kuliah dan diskusi harus lebih
dinamis dan terencana karena itu semua akan berpengaruh pada
penilaian akhir mahasiswa untuk mata kuliah ini.
Terakhir, diharapkan agar Modul 2 Wawasan Ipteks ini dapat
menuntun dan membantu mahasiswa memahami dan dapat menjelaskan
serta melihat keterkaitan yang lebih luas pada mata kuliah Wawasan
Ipteks baik terhadap bidang ilmu yang digeluti maupun pada lingkungan
masyarakat secara luas, juga diharapkan nantinya dapat membantu anda
untuk menjawab soal-soal ujian Wawasan Ipteks.
B. Relevansi
Modul 2 Wawasan Ipteks, relevansinya berkaitan dengan buku
ajar ini merupakan modul yang memiliki berhubungan atau tidak dapat
lepas dengan semua BAB pembelajaran dalam Buku Ajar Wawasan
Ipteks yang akan menjelaskan secara luas tentang ruang lingkup
wawasan ipteks sebagai mata kuliah ciri khusus suatu perguruan tinggi
sekaligus sebagai mata kuliah MBB (Mata Kuliah Berkehidupan
Bermasyarakat). Selanjutnya secara khusus membahas tentang Ilmu
Pengetahuan dan Perkembangannya dan beberapa hal-hal yang
berkaitan. Ruang lingkup ini diberikan dengan maksud agar mahasiswa
mendapatkan pemahaman atau gambaran terhadap isi materi
pembelajaran mata kuliah Wawasan Ipteks. Hal ini bertujuan agar
mahasiswa mudah mempelajari isi Materi Buku Ajar pada pembelajaran
mata kuliah Wawasan Ipteks dengan metode Learning/SCL.

62
C. Capaian Pembelajaran
1. Uraian
Capaian pembelajaran yang berkaitan dengan modul 2 ini,
mahasiswa diharapkan: Mampu menuliskan dan menjelaskan secara
komprehensif esensi mata kuliah wawasan ipteks sesuai dengan
Visi-Misi Perguruan Tinggi, sebagai mata kuliah ciri khas
Universitas Hasanuddin. Selanjutnya diharapkan mampu membuat
ringkasan yang berkaitan dengan konsepsi dasar ilmu pengetahuan
sampai tahapan perkembangannya saat ini.
Setelah mempelajari Modul 2 yang berkaitan dengan BAB 3,
BAB 4 dan BAB 5 dalam Buku Ajar Wawasan Ipteks, lebih lanjut
mahasiswa diharapkan memiliki pemahaman tentang mata kuliah
WAWASAN IPTEKS secara utuh dan komprehensip, dapat
menjabarkan beberapa substansi mendasar diantaranya
pengetahuan, ilmu pengetahuan dan perkembangannya yang
berkorelasi dengan visi-misi Perguruan Tinggi dan tujuan mata
kuliah WAWASAN IPTEKS yang berdasarkan nilai-nilai moral,
kearifan etika, soft skil dan karakter yang lebih komprehensif,
menggunakan nalar yang holistik, rasional dan empiris dan nilai
tersebut diharapkan dapat tercermin dalam aktifitas kesehariannya.
2. Latihan
Latihan diberikan dalam bentuk membaca Materi Bahan Ajar dan
membuat ringkasan yang terdiri dari 3 (tiga) bagian: 1. Materi
Kuliah dari Dosen dan Materi Persentasi dari kelompok SCL
mahasiswa, 2. Materi Soal Latihan yang berbentuk soal-soal baik
model multiple choice murni, terstruktur, sebab akibat, benar dan

63
salah serta soal essai, dan 3. Materi Instruksi Learning, dan terakhir
membuat ringkasan untuk ke 3 bagian Materi Bahan Ajar tersebut.
Catatan: Ringkasan Materi Bahan Ajar dibuat secara perkelompok
maksimum 1 halaman setiap bagian Materi Bahan Ajar tersebut.
Secara lebih lengkap berkaitan dengan latihan ini, mahasiswa
mengikuti Soal Penugasan Terstruktur (Soal-PT) dan Instruksi
Learning 3, 4 dan 5 yang ”diberikan disetiap akhir kuliah” di
kelas untuk dilaksanakan sesuai intruksi dalam RPS MK. wawasan
Ipteks dan instruksi Dosen di kelas perkuliahan. Penting untuk
diingat: Jika ada dalam RPS membuat ringkasan perorangan itu
berarti ringkasan Kuliah Tatap Muka di kelas perkuliahan.
3. Rangkuman
Modul 2 yang terdiri dari dua topik pembelajaran yaitu
tentang: Pengantar Mata Kuliah Wawasan Ipteks dan Manusia serta
alam semesta. Sebagai Rangkuman Modul 2 ini, mahasiswa akan
Memiliki wawasan secara komprehensip sehingga mampu
menjelaskan, menjabarkan dan memformulasikan permasalahan
yang berkaitan dengan substansi Perkembangan Ilmu Pengetahuan
sesuai Visi dan Misi Unhas berbasis nilai-nilai etika dan karakter
secara terintegrasi, menggunakan pendekatan berdasarkan Prinsip
Wawasan Ilmu Pengetahuan, Teknologi dan Seni (Prinsip Wawasan
Ipteks). Hal lain juga mampu mendemonstrasikan atau
mempersentasikan permasalahan yang tepat dalam pemilihan
alternatif tindakan pada situasi yang kompleks (argumentasi yang
keliru dan fakta yang salah) berbasis kode etik ipteks, khususnya
yang berkaitan dengan topik Perkembangan Ilmu Pengetahuan.

64
4. Pustaka
Literatur atau pustaka yang berkaitan dengan mata kuliah Wawasan
Ipteks terdiri dari:
1. Kasim, S. 2017. Filosofi Wawasan Ipteks (Buku Ajar Unhas).
ISBN: 978-602-6332-12-7. Pustaka Pena Press. Makassar.
2. Tim Dosen Wawasan Ipteks Unhas, 2013, Buku Ajar Wawasan
Ipteks UPT MKU UNHAS, Edisi ke 6. Unhas, Makassar.
3. Usman, H., dkk. 2014. Buku Ajar Wawasan Ipteks (Menggunakan
Pendekatan Learning). UPT MKU UNHAS. ISBN: 978-602-99757-
8-9. Percetakan Offset CV. Gelora. Makassar.
4. Dadang Ahmad S., 2009. Materi Lokakarya Mata Kuliah Wawasan
Ipteks UPT MKU Unhas (Gabungan Materi Pembelajaran
IPTEKS), Makassar.
5. Kartono, H. 2003. Pencemaran Lingkungan. Dirjen Dikti,
Depdiknas, Jakarta.
6. Kosela, S. 2003. Ilmu Pengetahuan dan Teknologi bagi Kehidupan
manusia. Dirjen Dikti., Depdiknas, Jakarta.
7. Mappadjantji Amien, 2009. Wawasan Ipteks (Filosofi dan Kerangka
Konsep), Materi Lokakarya mata Kuliah Wastek UPT MKU
Unhas, Makassar.
8. Masnur Muchlis, 2011. Pendidikan Karakter, Menjawab Tantangan
Krisis Multidimensial. PT. Bumi Aksara, Cetakan ke dua. Jakarta.
9. Stock, Paul and Rob J.F. Burton, Journal of Sustainability, 2011.
ISSN 2071-1050, 3, 1090-1113;doi;10.3390/su3081090.
10. Suriasumantri, Jujun,. 2003. Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar
Populer. Pustaka Sinar Harapan, Jakarta, dan literatur lain yang

65
berkaitan, termasuk yang ada dalam Daftar Pustaka Buku Ajar
Wawasan Ipteks, dan juga dari internet.
D. Tugas dan Lembar Kerja
Tugas dan Lembar Kerja disajikan dalam 2 (dua) bentuk:
1. Membuat rangkuman/ringkasan hasil belajar secara perkelompok,
sesuai instruksi point 2 tentang Latihan, yaitu: Menjawab Soal
Penugasan Terstruktur, Mendiskusikan Instruksi Learning secara
perkelompok diluar perkuliahan sebagai bagian dari Belajar Mandiri
yang selalu diakhiri dengan membuat ringkasan jawaban Penugasan
Terstruktur dan Intruksi Learning yang diberikan kepada Mahasiswa
secara simultan di setiap kali kegiatan perkuliahan selesai melalui
portal Tugas di LMS Mata Kuliah Wawasan Ipteks.
2. Menjawab point pertanyaan pada LEMBAR KERJA secara
perorangan berikut ini.

LEMBAR KERJA
a. Kalimat atau kata kunci: Tulislah kalimat atau kata kunci yang
anda temukan terkait dengan modul ini khususnya yang
berhubungan dengan nilai-nilai karakter sebanyak mungkin
dan tuliskan pula maksudnya serta fahami makna atau artinya.
…………………………………………………………...……………
Pertanyaan-pertanyaan penting. (Jawablah pertanyaan-pertanyaan
pada nomor ini secara benar, jelas dan sistimatis), yaitu:
1. Jelaskan wawasan anda secara luas makna/arti substansi kata-kata
”Perkembangan Ilmu Pengetahuan” yang dipelajari dalam Mata
Kuliah Wawasan Ipteks?.

66
JAWABAN: ………….………………………………………………
2. Jelaskan paradigma pembelajaran Wawasan Ipteks sebagai mata
kuliah Ciri Khas Unhas dan proses lahirnya karya-karya hasil
perkembangan Ilmu Pengetahuan yang ilmiah dan non-Ilmiah secara
global, diserta beberapa contoh?.
JAWABAN: ………….………………………………………………
3. Sebagai mahasiswa Unhas, bagaimana pandangan anda tentang
WAWASAN IPTEKS, apakah manfaat yang diharapkan terpatri
dalam diri seorang mahasiswa, agar tujuan mata kuliah ini tercapai
sesuai propil kepribadian mahasiswa pada Wawasan Ipteks, jelaskan
khususnya dalam menyikapi perkembangan Science saat ini?.
JAWABAN: ………….………………………………………………
4. Ceriterakan dengan singkat pengalaman hidup anda yang
berkaitan dengan WAWASAN IPTEKS yang sarat dengan nilai-
nilai karakter, termasuk apabila anda sendiri menjadi subyek
pencipta karya-karya SCIENCE dan perkembangannya tersebut
(berikan contohnya dalam disiplin ilmu anda)?.
JAWABAN: ………….……………………………………………
5. Jelaskan bagaimana tahapan perkembangan ilmu pengetahuan dan
bagaimana pula kaitannya dengan karakter quriousitas manusia?.
JAWABAN:
………………………………………………………………………
6. Jelaskan fungsi unsur-unsur ilmu pengetahuan, dan KARAKTER
ilmiah yang bagaiamanakah yang harus dimiliki oleh seorang
pembelajar sebagai Mahasiswa di suatu Perguruan Tinggi?.
JAWABAN: ………………………………………………………….

67
7. Apakah maksud dari interdisiplin ilmu dan multidisiplin ilmu, dan
berikan contoh ilmu yang dimaksud serta produk karya ilmu
pengetahuan yang berkaitan dengan teknologi didalam interdisiplin
ilmu dan multidisiplin ilmu?.
JAWABAN: …………………………………………………………
b. Tuliskan Capaian Pembelajaran Modul 2: Uraikanlah dengan
lengkap Capaian pembelajaran Mata Kuliah Wawasan Ipteks.
Jawaban: ..............................................................................................
c. Pertanyaan Kegiatan Lapangan di Dunia Nyata atau di Internet:
Pertanyaan pada bagian ini akan diberikan jika dilakukan kegiatan
lapangan di Dunia Nyata atau di Internet sesuai arahan Tutor/Dosen
pengajar dikelas SCL.
Pertanyaan: ...........................................................................................
E. Tes Formatif
Tes Formatif dilakukan disetiap akhir sesi kuliah Tatap Muka
(Teaching/Pemberian Stimulus) dan sesi diskusi SCL, berupa membuat
ringkasan materi perkuliahan dan materi diskusi kelompok SCL.
Kelompok SCL mahasiswa di sampling secara acak pada jawaban
tertulis yang diserahkan di akhir perkuliahan dan materi diskusi
kelompok SCL untuk didengarkan penjelasannya mewakili
kelompoknya, ringkasan ini akan disempurnakan secara tertulis sesuai
aturan PPR (Panduan Penulisan Ringkasan) dalam RPS dan disetor
sebagai tugas kelompok secara daring, melalui portal Tugas. Catatan:
Waktu kumpul adalah bagian dari penilaian. Tes formatif lainnya dapat
dilakukan melalui soal Penugasan Terstruktur (PT) yang dan Lembar

68
Kerja (LK) yang diatur secara acak antara nomor soal dan mahasiswa
yang mengerjakannya (Tes Formatif ini dikerjakan perkelompok).
F. Umpan Balik dan Tindak Lanjut
Hasil Tes Formatif sebagai umpan balik kepada kelompok SCL
mahasiswa diberikan nilai tertinggi 100 bagi kelompok SCL tersebut,
jika ringkasannya sesuai aturan dan isinya mencerminkan wawasan
mahasiswa tentang konten/isi Materi Bahan Ajar yang mencakup tiga
bagian yaitu: 1. Materi Kuliah dan Materi Diskusi SCL, 2. Materi Soal
Penugasan Terstruktur, dan 3. Materi Instruksi Learning. Catatan:
Khusus untuk Soal Penugasan Terstruktur, jawabannya akan
diberikan setelah mahasiswa mengumpulkan tugasnya dan hanya
ditayangkan selama 24 jam pada waktu yang ditentukan oleh Dosennya,
nilai tertinggi diberikan 100. Khusus untuk Lembar Kerja nilainya
akan maksimum 100 apabila jawabannya sesuai konten/isi Materi Bahan
Ajar dan disertai contoh dan pembahasan yang lebih luas, komprehensif
dan holistik (sudut pandangnya tinjauannya lebih banyak dan lebih
lengkap). Nilai akhir adalah nilai rata-rata dari gabungan ketiga aitem
penilaian tersebut. Tindak lanjut dari Modul 2 ini dapat membantu
mahasiswa memahami Modul selanjutnya oleh karena setiap Modul
memiliki keterkaitan. Secara substansi semua Modul membahas tentang
bagaimana Mahasiswa memanfaatkan, mengelola, menikmati dan
menjaga kelestarian alam semesta dengan memanfaatkan substansi
IPTEKS sebagai sarana, bukan malah sebaliknya dengan substansi
IPTEKS, mahasiswa terbebani bahkan dapat jadi bumerang.

69

Anda mungkin juga menyukai