Anda di halaman 1dari 3

NILAI DAN NORMA YANG ADA DALAM PERKAWINAN ADAT

LAMPUNG PEPADUN

Yonanda Pratama
PPKn, FKIP Universitas Lampung
yonandappratama@gmail.com

Abstrak
Ulun Lampung memiliki dua kebudayaan yang besar, yaitu adat Pepadun dan
Saibatin. Keduanya memiliki perbedaan yang cukup signifikan dalam setiap
tradisinya, tidak terkecuali pada upacara perkawinannya. Setiap budaya yang
dimiliki setiap wilayah juga memiliki nilai dan norma didalamnya. Upacara adat
perkawinan lampung pepadun memiliki nilai dan norma didalamnya, tentunya
harus dipatuhi dan dilaksanakan. Norma dalam budaya lampung sangat
dijunjung tinggi, sehingga harus dipegang erat dan jika melanggar tentunya ada
sanksi yang menanti di setiap pelanggarannya.

A. PENDAHULUAN
B. METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan metode Deskriptif dengan pendekatan
kualitatif. Metode deskriptif adalah metode penelitian yang berusaha
memberikan gambaran tentang permasalahan melalui analisis dengan
pendekatan ilmiah sesuai dengan keadaan. Teknik pengumpulan data
menggunakan dua cara, yaitu wawancara kepada Ulun Lampung yang
beradat pepadun dan mengumpulkan data melalui kajian jurnal, artikel Ilmiah
dan tulisan orang lain. Data data yang diperoleh kemudian dianalisis secara
kualitatif sehingga ditemukan simpulan mengenai nilai dan makna yang ada
dalam Perkawinan adat Lampung Pepadun.

C. HASIL DAN PEMBAHASAN


Masyarakat Lampung terbagi atas dua Kebudayaan , yaitu adat Pepadun
dan adat Saibatin. Keduanya memiliki perbedaan yang signifikan. Menurut
Ahmad Isnaeni & Kiki Muhamad Hakiki (2016), setidaknya ada beberapa
Perbedaan antara Adat Lampung pepadun dan Adat Lampung Saibatin,
diantaranya adalah :
a. Dialek Bahasa, masyarakat Lampung Saibatin memakai dialek (A
api/apa) sedangkan Masyarakat Lampung Pepadun memakai dialek (O
nyow)
b. Wilayah Persebaran, Masyarakat Lampung yang beradat Pepadun
umumnya mendiami daerah-daerah pedalaman seperti Abung, Way Kanan,
Sungkai, Tulang Bawang serta Pubian. Sementara Masyarakat Lampung yang
beradat Saibatin, umumnya menempati daerah sepanjang Teluk Betung,
Teluk Semangka, Krui, Belalau, Liwa, Pesisir Raja Basa, Melinting dan
Kalianda.
c. Bentuk perkawinan, dalam masyarakat Lampung dikenal dua istilah
dalam hal bentuk perkawinan, yaitu Semanda dan Bejujogh.
Masyarakat Lampung Saibatin menganut kedua bentuk perkawinan
tersebut, sementara Masyarakat Lampung pepadun hanya
menggunakan Bentuk Perkawinan Bejujogh

Berdasarkan wawancara dengan Narasumber, terdapat dua tata cara


perkawinan Masyarakat Lampung Pepadun yaitu Lamaran (Rasan Tuha) dan
Larian (
D. KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA

Joko, Susilo. 2006. Gaya Belajar Menjadikan Makin Pintar. Yogyakarta : Pinus
Wahyuni, Yusri. 2017. Identifikasi Gaya Belajar (Visual, Auditorial, Kinestetik)
Mahasiswa Pendidikan Matematika Universitas Bung Hatta. JPPM Vol.
10 No, 2 Tahun 2017
De Porter, Bobby dan Hernacki. 2000. Quantum Learning : Membiasakan Belajar
Nyaman dan Menyenangkan. Bandung : Kaifa
Budiarjo, Lily (2007) . Keterampilan Belajar. Yogyakarta : Andi
Dr. Eveline Siregar dan Hartini Nara. 2015. Teori Belajar dan Pembelajaran.
Jakarta : Ghalia Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai