DINAMIKAMASYARAKAT DINAMIKAKEBUDAYAAN INDONESIA Disusun oleh: NURINASUSANTI C0613037 SENI RUPAMURNI FAKULTAS SASTRADAN SENI RUPA UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA SEPTEMBER 2014 2 Kebudayaan Klasik dalam Aspek Sejarah, Arsitektur, Teknologi, dan Dinamika Masyarakat A. Kebudayaan Klasik dalamAspek Sejarah Kebudayaan klasik di Indonesia terjadi pada masa kerajaan-kerajaan di Indonesia. Dilihat dari aspek kebudayaan klasik, Indonesia bisa dibilang mengalami masa kejayaannya pada masa kerajaan majapahit. Seperti yang sudah kita pelajari tentang kerajaan majaapahit pada jaman dahulu, kerajaan majapahit adalah kerajaan terbesar di Indonesia yang berpusat di Jawa Timur pada masanya, yang kekuasaannya terbentang di Jawa, Sumatra, Semenanjung Malaya, Kalimantan, hingga Indonesia timur. Pada masa kejayaannya, Hayam Wuruk, juga disebut Rajasanagara, memerintah Majapahit dari tahun 1350 hingga 1389. Pada masanya Majapahit mencapai puncak kejayaannya dengan bantuan mahapatihnya, Gajah Mada. Di bawah perintah Gajah Mada (1313-1364), Majapahit menguasai lebih banyak wilayah. Majapahit juga memiliki hubungan dengan Campa, Kamboja, Siam, Birma bagian selatan, danVietnam, dan bahkan mengirim duta-dutanya ke Tiongkok. Majapahit telah menjadi sumber inspirasi kejayaan masa lalu bagi bangsa-bangsa Nusantara pada abad-abad berikutnya. Sumber: http://melinmelinda49.blogspot.com/2013/01/perkembangan-kebudayaan-indonesia_ 13.html B. Kebudayaan Klasik dalamAspek Arsitektur a. Hubungan Arsitektur dengan Kebudayaan Kebudayaan adalah pola bagi kelakuan, artinya Kebudayaan mengatur manusia dapat mengerti bagaimana seharusnya bertindak, berbuat, menentukan sikap kalau berhubungan dengan orang lain. Bila manusia hidup sendiri maka tidak ada manusia lain yang merasa terganggu oleh tindakan-tindakannya. Tapi setiap orang bagaimanapun hidupnya akan selalu menciptakan kebiasaan bagi dirinya sendiri. Dengan adanya kebudayaan, terwujud suatu kelakuan untuk memahami dan 3 mentafsirkan lingkungan yang dihadapi. Kelakuan ini menghasilkan benda-benda purba kebudayaan yang dalam pembahasan ini adalah karya arsitektur. (Irawan Maryono dkk, 1985: 13-14) b. Kebudayaan dalam aspek arsitektur Salah satu bentuk arsitektur yang paling purba adalah gundukan. Gundukan merupakan prinsip konstruksi yang paling sederhana yang dapat dibuat. Kegiatan ini melibatkan aktivitas menumpukkan material tertentu---misalnya pasir, tanah, batu, batang kayu, hingga melibatkan batu bata dan batu yang sudah diproses (dressed story)-- sehingga mencapai bentuk dan ketinggian tertentu. Seringkali pembentukan gundukan disertai dengan aktivitas menggali, mengurangi volume sebuah lahan di tempat tertetu untuk menamnah volume di tempat lain. (Setiadi Sopandi, 2013:2) Bagi manusia, struktur gundukan dalam bentuk tertentu kebanyakan memiliki arti religius dan bersifat simbolis. Manusia tercatat telah memanfaatkan struktur ini sejak ribuan tahun lalu. Menurut ahli antropologi struktural, struktur gundukan ini diduga memiliki maka universal. Praktik-praktik kuno membuktikan bahwa manusia membuat gundukan-gudukan besar di berbagai penjuru dunia dan menjadikannya situssitus suci. Selain kadang berfungsi sebagai kubur, gunung-gunung buatan tersebut merupakan perlmbang darigunung-gunung suci yang mengasosiasikan proses penciptaan dunia dari lautan purba (primordial ocean). Gunung-gunung buatan ini kemudian berkembang seiring dengan semakin canggihnya polapola ritual. Sejak abad ke-13, di Trowulan, Jawa Timur, pembangunan kota dan candi-candi Kerajaan Majapahit didominasi oleh material batu bata/terakota, tanah liat yang dibentuk an dibakar. Di Sumatra, candi-candi juga dibuat dengan material batu bata karena ketiadaan material batu. Konstruksi batu bata tidak dibuat dengan teknik sambungan batu melainkan direkatkan dengan semacam adukan semen. Akibatnya ketahanan candi-candi bata tersebut tidak sebaik candi-candi batu. 4 b. Nilai-nilai Budaya dan Arsitektur 1. Agama Hindu Pada zaman Majapahit, agama Hindu berkembang dengan baik, dan dibangun candi-candi yang megah. Pada masa ini sudah dikenal bahan bangunan tanah liat yang dibakar (bata) dan batu andesit, tetapi bahan bangunan ini masih dianggap istimewa, sehingga tidak dipakai oleh umum. Selain itu keabadian rumah tinggal juga dirasakan tidak perlu. Bahanbahan istimewa ini hanya di peruntukkan bagi dewa-dewa. (Irawan Maryono dkk, 1985:23) Majapahit memiliki pengaruh yang nyata dan berkelanjutan dalam bidang arsitektur di Indonesia. Penggambaran bentuk paviliun (pendopo) berbagai bangunan di ibukota Majapahit dalam kitabNegarakretagama telah menjadi inspirasi bagi arsitektur berbagai bangunan keraton di Jawa serta Pura dan kompleks perumahan masyarakat di Bali masa kini. Sumber: http://melinmelinda49.blogspot.com/2013/01/perkembangan-kebudayaan-indonesia_ 13.html Nilai Budaya dan Pencerminannya Pada Arsitektur Masyarakat Tradisional - Susunan dan corak masyarakat homogen - Menghargai dan akrab dengan alam sekitarnya - Interaksi luas, selalu bekerja sama (gotong royong) - Dipengaruhi kepercayaan mystis - Sangat menikmati suasana kebersamaan - Keterikatan pada aturanaturan yang ada - Banyak menggunakan tenaga fisik - Kebutuhannya relatip sederhana - Membuat jarak dengan pengaruh dari luar - Kemampuan berpikir relatif rendah (Irawan Maryono, dkk 1985: 102) 5 C. Kebudayaan Klasik dalamAspek Teknologi Sebagai salah satu unsur kebudayaan teknologi dapat berkembang dan mempunyai corak tertentu karena dukungan dari unsur-unsur kebudayaan lainnya. Teknologi tidak akan berkembang dan mempunyai suatu corak tertentu tanpa dukungan dari sistem sosial yang mengatur kehidupan sosial manusia serta bahan mentah yang ada di lingkungan alam dan fisik manusia. (Irawan Maryono dkk, 1985:53) Selama masa kerajaan Majapahit, telah banyak karya budaya yang ditinggalkan dan menjadi warisan budaya yang kemudian merupakan bukti-bukti tentang adanya local wisdom sebagai hasil dari local geniusmasa lalu. Kebudayaan pada hakikatnya adalah alat system adaptasi manusia terhadap lingkungan sekitar. 1. Teknologi Keairan Bukti-bukti arkeologis berwujud jejak-jejak kanal di wilayah Trawulan membuktikan bahwa teknologi keairan merupakan hal yang sangat penting yang berfungsi bukan saja sebagai irigasi namun juga kemungkinan besar sebagai sarana-prasarana transportasi air dalam rangka menunjang ekonomi di wilayahnya, kepentingan irigasi juga untuk pertanian dan sarana mengalirkan air sungai ke waduk: penampungan dan penyimpanan air, serta pengendali banjir. 2. Terakota Di Trawulan dan sekitarnya telah ditemukan banyak artefak terakota dalam berbagai bentuk dan ukuran, sepeti bata, genteng, maniatur bangunan, patung-patung kecil(binatang maupun manusia), jobong, bak air, berbagai jenis wadah, ubin segi enam. Dilihat dari dimensi bentuk, berbagai karya terakota seperti tersebut menunjukkan bahwa teknologi tanah sudah sangat maju kerena mereka sudah menerapkan berbagai teknik pembuatan seperti teknik cetak (casting), teknik roda putar (whell made), teknik tatap-pelandas (paddle-anvil), dan teknik tangan (hand-made). Di dalam prasasti dan kitab-kitab kesastraan, para pembuat benda-benda gerabah tersebut bernama andyun.Selain tanah liat, juga ada bahan lain seperti bambo, ijuk, dan dari tanaman lain yang digunakan untuk bahan pembuatan artefak. Seni Terakota adalah satu karakter budaya pada masa Majapahit 6 yang cukup terkenal dan banyak diketemukan. Hasil seni ini diketahui dari tinggala-tinggalan yang diketemukan baik yang berbentuk arca, bak air, jambangan, vas bunga, hiasan atap rumah, genteng, dinding sumur (jobong), kendi, atau celengan. Terakota Majapahit dibuat sekitar di abad 13 hingga abad ke 15. Artefak gerabah terakota dari periode ini ditemukan di Trowulan, Jawa Timur. C.1. Metode Metode yang digunakan para pengrajin Terakota jaman Majapahit. Kata terakota berasal dari kata Latin yang berarti bumi terbakar. Saat ini kata tersebut mengacu pada semua benda berbahan tanah liat merah. Sebagian besar penelitian arkeologi di daerah tersebut banyak mengfokuskan pada rekonstruksi dari reruntuhan yang ada. Sejauh ini, di Jawa Timur tidak ditemukan tempat atau alat pembakaran, sebagian besar objek relatif menggunakan pembakaran bersuhu rendah. Ini menunjukkan bahwa pengrajin pada masa itu bekerja dengan metode gerabah. Mereka mungkin bekerja dengan cara yang mirip dengan yang digunakan saat ini di Kasongan, dekat Yogyakarta dan satu di Bali, di mana patung-patung dijemur dengan bantuan sinar matahari, Kemudian sekam padi dan jerami yang menumpuk atas patung dibakar, untuk mencapai obyek lebih keras pembakaran ini diulang. C.2. Artefak Benda-benda, alat-alat, perkakas jaman Majapahit yg ditemukan melalui penggalian arkeologi, dibagi menjadi beberapa jenis diantaranya: 1. Wadah Banyak wadah dalam berbagai ukuran dan bentuk ditemukan di Trowulan. Wadah mungkin digunakan untuk berbagai tujuan, dari wadah air sampai wadah gabah. Ada wadah air berbentuk kotak dan Kendi khas, bejana dengan leher bulat dan tinggi dengan payudara-seperti cerat berasal dari periode Majapahit. 2. Kepala Kepala kecil banyak ditemukan di sekitar Trrowulan. Dari berbagai ukuran dari 3 cm sampai to 10cm. Banyak dari kepala menunjukkan fitur Jawa dengan gaya rambut dan perhiasan telinga. Untuk sebagian besar kepala dibuat solid, tetapi kadang-kadang contoh berdinding tipis yang ditemukan. Hal ini mendalilkan 7 bahwa wajah yang banyak hiasan mewakili wanita kelas atas. 3. Figur Umumnya patung-patung dengan ukuran kecil, dibuat dengan metode kumparan dan mencubit dengan dekorasi ukiran atau gores, metode pembentukan yang mirip patung-patung lain yang dibuat dengan pencetakan.. Berbagai dari patung ini berekspresi tak terbatas dengan sikap dan ekspresi alami. 4. Hewan Salah satu tokoh terkenal hewan terakota Majapahit Majapahit adalah Celengan, Kata Celengan sebenarnya berasal dari Nama binatang Celeng (Babi), karena bentuk Celengan memang banyak yang berbentuk Celeng ditemukan di Trowulan. 8 D. Kebudayaan Klasik dalamAspek Dinamika Masyarakat SOSIAL Kehidupan sosial merupakan aspek tertentu dari kebudayaan. Ia adalah bagian dari kebudayaan, bukan akibat dari kebudayaan. Dr. P.J. Bouman Interaksi sosial adalah kunci dari semua kehidupan sosial oleh karena tanpa interaksi sosial tidak mungkin ada kehidupan bersama. Interaksi sosial ini menyangkut hubungan a.) antara orang perorangan; b.) antara orang perorangan dengan kelompok manusia; c.) antara kelompok manusia dengan kelompok manusia lainnya. Bentuk-bentuk Interaksi Sosial 1. Kerjasama Maksudnya adalah kerja-sama antara orang perorangan atau kelompok manusia untuk mencapai suatu tujuan tertentu secara bersama-sama. 2. Persaingan Persaingan selalu timbul di dalam suatu masyarakat karena dalam masyarakat karena di dalam masyarakat itu sendiri selalu terjadi pelapisan-pelapisan sosial dalam hal: kekayaan (material), kekuasaan, kehormatan, ilmu pengetahuan. 3. Pertentangan Maksudnya adalah proses sosial di mana orang perorangan atau kelompok manusia berusaha memenuhi tujuannya dengan jalan menentang pihak lawan dengan ancaman atau kekerasan. 4. Akomodasi Adalah suatu keadaan keseimbangan dalam interaksi antara orang perorangan dan kelompok manusia sehubungan dengan norma-norma sosial yang berlaku di masyarakat. (Irwan Maryono dkk, 1985:30-33) 9 DAFTAR PUSTAKA Setiadi Sopandi, 2013. Sejarah Arsitektur Sebuah Pengantar. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama Maryono Irawan, Silalahi L. Edison, Mulyaningsih Sri, dkk, 1985. Pencerminan Nilai Budaya dalam Arsitektur Di Indonesia. Penerbit Djambatan http://wahyuindahretnanti.blogspot.com/2013/04/bukti-peradaban-majapahit-dengan.htm l (diakses tanggal 29 September 2014, pukul 23:22) http://melinmelinda49.blogspot.com/2013/01/perkembangan-kebudayaan-indonesia_13.h tml (diakses tanggal 29 September 2014, pukul 22:53)