Anda di halaman 1dari 19

TUGAS UJIAN TENGAH SEMESTER

MATA KULIAH AGAMA HINDU

Sraddha Sebagai Pondasi dalam Menjalankan


Kehidupan Beragama Umat Hindu

DOSEN :
Suryanto, M.Pd

DISUSUN OLEH :
Gede Gupta Rastika (112190046)

PROGRAM STUDI SARJA TEKNIK PERTAMBANGAN


JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI MINERAL
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”
YOGYAKARTA
2019
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI ........................................................................................................... i

BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................1

1.1 Latar Belakang................................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah ..........................................................................................3

1.3 Tujuan Penulisan ............................................................................................3

BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................4

2.1 Pengertian Sraddha .........................................................................................4

2.2 Evolusi dan Perkembangan Sraddha ..............................................................5

2.3 Pengertian dan Bagian-Bagian Panca Sraddha ...............................................7

2.3.a Brahman .................................................................................................7

2.3.b Atman ....................................................................................................8

2.3.c Karmaphala ..........................................................................................10

2.3.d Punarbhawa..........................................................................................12

2.3.e Moksha .................................................................................................13

BAB III PENUTUP ..............................................................................................15

3.1 Simpulan .......................................................................................................15

3.2 Saran .............................................................................................................15

Daftar Pustaka ........................................................................................................17

i
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Agama Hindu merupakan agama tertua di muka bumi yang
hingga saat ini terus berkembang. Hindu diyakini berkembang pertama kali di
daerah India Selatan yang sekarang telah menjadi Negara Pakistan. Tempat pertama
kali Hindu berkembang adalah di dekat lembah sungai Indus. Para ahli barat
menganggap bahwa Hindu merupakan peleburan dan penyatuan dari berbagai
budaya di India. Namun, sesungguhnya Hindu adalah para penganut weda, sebuah
wahyu suci tuhan yang suci dan kekal abadi.

Kita ketahui bahwa umat Hindu sendiri menyebut ajarannya


sebagai Sanatana Dharma atau jalan dharma yang kekal dan abadi. Veda sendiri
diturunkan bertahap dari zaman ke zaman. Veda tidak hanyalah terdiri dari satu
buku atau kitab saja namun terdiri dari banyak sekali kitab, buku, ataupun pustaka
lainnya yang bersifat memberi kita pengetahuan dan membawa kita ke jalan yang
benar. Veda sendiri secara etimologi berasal dari kata vid yang artinya ilmu
pengetahuan. Dari hal tersebut sangat jelas bahwa veda atau weda adalah kumpulan
ilmu pengetahuan yang kekal dan abadi. Ilmu pengetahuan ini banyak yang
diterima sebagai wahyu dari Brahman atau Tuhan. Wahyu ini diberikan kepada
orang-orang terpilih yang disebut Sapta Rsi. Seluruh ilmu pengetahuan yang
diterima oleh para Sapta Rsi dihimpun oleh Bhagawan Byasa dan belialulah yang
dianggap sebagai Maharsi utama dalam ajaran Sanata Dharma atau Agama Hindu.

Di dalam Veda ini terdapat banyak sekali ilmu yang dapat


menuntun kita ke jalan kebenaran. Veda adalah kumpulan ilmu yang sangat
kompleks. Hampir seluruh bidang ilmu pengetahuan ada di dalam veda. Bahkan
ilmu pengetahuan modern seperti fisika, kimia, ataupun biologi sudah ada di dalam
Veda ini sendiri. Dapat kita lihat bagaimana kekalnya ajaran Veda ini. Salah satu
contohnya adalah di bidang astronomi, bahwa bumi mengelilingi matahari sebagai

1
porosnya, hal ini ditemukan jauh setelah Veda lahir saat Galileo baru menemukan
teleskopnya. Sementara di Veda yang sudah berumur sangat tua disebutkan bahwa:

“Ayam gauh prsnir akramid,


asadan mataram purah,
pitaram caprayam svah.”
Yajur Veda III.6

Bumi yang berbintik-bintik ini ada dan berputar dilangit seperti seorang ibu, ia
berjalan mengelilingi matahari sebagai seorang ayah.

Dari sloka diatas kita dapat lihat bahwa Veda merupakan ajaran
yang berisi kebenaran dan sangat akurat. Oleh sebab itu kita sebagai umat Hindu
tidak boleh meragukan isi dari Veda ini sendiri. Di dalam Veda juga berisi fondasi
kita sebagai umat Hindu yang disebut sebagai Sraddha. Sraddha ini harus kita
yakini karena merupakan sebuah kebenaran yang harus kita jalani sama seperti
sloka diatas yang menunjukkan bagaiman akuratnya Veda sebagai penuntun kita
dalam menjalani kehidupan.

Seperti yang telah dijelskan sebelumnya bahwa dalam ajaran


Sanata Dharma tentu dilandasi oleh sebuah fondasi yang sangat kuat berupa
keyakinan-keyakinan. Keyakinan ini disebut sebagai Sraddha. Sraddha sendiri
merupakan dasar atau fondasi bagi kita umat Hindu untuk menjalankan seluruh
ajaran Dharma. Tanpa Sraddha tentu segala sesuatu yang kita jalani tidak ada
makna berartinya. Memperkuat Sraddha merupakan langkah awal kita sebagai umat
Hindu untuk menjalankan seluruh ajaran Dharma.

Namun akhir-akhir ini keyakinan banyak orang mulai luntur, hal


ini disebabkan oleh pemhaman yang kurang baik akan apa Sraddha itu sendiri.
Banyak dari umat kita yang membelot dari ajarannya. Banyak dari umat kita yang
tidak lagi mengindahkan isi dari Veda. Hal ini tetntu sesungguhnya diakarenakan
pondasi keyakinannya yang tidak kuat. Sraddha yang tidak kuat akan menyebabkan
kita terjerumus ke jalan yang salah. Banyak orang yang berbuat sesukanya dan

2
merugikan orang lain seperti korupsi, membully dan merendahkan satu sama lain,
dan masih banyak lagi, itu disebabkan salah satunya karena banyak orang yang
tidak memahami bagian dari salah satu Sraddha yaitu Karmaphala. Masih banyak
lagi contoh yang memperlihatkan bahwa banyak umat Hindu Dharma yang belum
memahami bentuk keyakinannya dalam beragama. Dalam makalah ini akan dibahas
secara mendalam mengenai apa itu Sraddha dan bagaimana seharussnya kita
sebagai Umat Hindu menjalankan ajaran Sraddha dengan baik.

1.2 Rumusan Masalah


Masalah-masalah yang akan dibahas dalam makalah ini antara lain:
a) Apa bentuk keyakinan dari umat Hindu?
b) Apa itu Sraddha?
c) Apa saja bagian-bagian dari Sraddha?
d) Kenapa kita harus selalu meyakini Sraddha?
e) Bagaiman Sraddha mempengaruhi kehidupan kita?
f) Bukti apa saja yang memperlihatkan kuatnya keberadaan Sraddha dalam
ajaran Veda?
g) Sloka-sloka apa saja yang mendasari Sraddha ini?
h) Bagaiman evolusi atau perkembangan Sraddha di masa sekarang ini?
i) Apakah Sraddha masih dijunjung oleh umat Hindu dengan baik?
j) Contoh-contoh prilaku apa saja yang sesuai dan juga melenceng dari ajaran
Sraddha?
k) Bagaimana cara kita memperkuat Sraddha di dalam diri?

1.3 Tujuan Penulisan


Tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:
a) Untuk mengetahui bentuk keyakinan umat Hindu,
b) Untuk Mengetahui apa itu Sraddha dan bagian-bagiannya,
c) Untuk lebih memahami bagaimana ajaran Sraddha mempengaruhi seluruh
aspek kehidupan beragama kita,

3
d) Untuk meyakinkan diri bahwa Sraddha harus senantiasa diikuti dan
dijadikan pedoman dalam menjalankan kehidupan beragama,
e) Untuk mengetahui bagaiman kondisi dan perkembangan ajaran Sraddha di
masa sekarang ini,
f) Untuk mengetahu prilaku-prilaku apa saja yang menunujukkan penerapan
ajaran Sraddha,
g) Untuk mengetahu sloka-sloka dalam Veda yang mendasari ajaran Sraddha.

4
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Sraddha
Setiap agama tentu memiliki keyakinannya begitu pula dengan
Agama Hindu. Dalam ajaran Hindu keyakinan ini disebut sebagai Sraddha. Secara
etimologis, Sraddha berasal dari kata srat yang bermakna hati dan dha yang
bermakna menempatkan. Dengan demikian, Sraddha berarti menempatkan sesuatu
di dalam hati. Ketika kita menempatkan sesuatu di dalam hati kita tentu itu
berkmakna bahwa kita benar-benar mempercayai hal tersebut.

Namun, menurut beberapa ahli Sraddha memiliki makna yang


berbeda-beda. Menurut seoarng sastrawan Veda yang bernama Nighantu, Yaska,
mengartikan Sraddha sebagai sikap pikiran berdasarkan kebenaran. Kemudia,
menurut Sayana, Sraddha sitafsirkan bermakna sebagai suatu penghormatan yang
tinggi, kepercayaan, dan suatu bentuk tertentu dari keinginan manusia. V.S Apte di
dalam bukunya yang berjudul the Practical Sanskrit-English Dicitionary
menyampaikan bahwa Sraddha bermakna kepercayaan, percaya terhadap wahyu
Tuhan, ketenangan pikiran, kerukunan dan keakraban, rasa hormat dan
penghormatan,serta keinginan yang kuat. Pada akhirnya, Bohtlingk dan Roth dalam
buku Sanskrit Woterbuch menguraikan bahwa Sraddha bermakna Yakin, setia,
meyakini, percaya atau dalam kata benda bisa bermakna kepercayaan, kesetiaan,
dan ketulusan hati.

Dari semua makna tersebut, dapat kita simpulkan bahwa Sraddha


dapat dilihat sebagai sebuah keinginan hati untuk mencapai suatu tujuan. Selain itu
Sraddha juga dapat dipandang sebagai sebuah kepercayaan dan keyakinan akan
suatu hal untuk mewujudkan hal tersebut. Terlepeas dari pandangan mengenai
makna dari Sraddha diatas, apapun makna Sraddha bagi diri kita, yang terpenting
kita harus melaksanakan Sraddha tersebut dengan tulus.

Sraddha sebagai fondasi kita dalam beragama harus benar-benar


dijunjung tinggi dan dilaksanakan dengan sepenuh hati. Tanpa fondasi yang kuat

5
tentu bangun agama yang kita miliki akan mudah sekali runtuh. Sebelum
menjalankan ajaran lain dalam agama kita hal pertama yang harus kita lakukan tentu
adalah memperkuat Sraddha kita.

2.2 Evolusi dan Perkembangan Sraddha

Konsep keyakinan dalam Agama Hindu atau Sraddha terus


berkembang seiring jaman. Konsep Sraddha mengalami evolusi dari masa kke
masa, tetapi tetap menjunjung tinggi konsep Sraddha di dalam Veda. Secara umum,
evolusi Sraddha melalui tiga babak besar, sesuai dengan perkembangan jaman dan
kematangan spiritual umat Hindu, yaitu Sraddha Brahmanik, Sraddha Upanisad,
dan Sraddha Bhagavadgita.

Pertama, konsep Sraddha Brahmanik, yang terdapat dalam kitab-


kitab Brahmana, menyatakan Sraddha sebagai suatu keinginan untuk mendapatkan
surga. Surga dapat diacapai dengan pelaksanaan ritual keagamaan. Dengan
demikian, Sraddha Brahmanik tergolong karma kanda, menekankan pada tindakan
ritualistis, keyakinan pada pendeta, kesediaan untuk melakukam persembahan, dan
kurang memperhatikan aspek moral, dan bermakna ganda.

Kedua, dalam kitab-kitab Upanisad, Sraddha dimaknai sebagai


keinginan untuk mencapai kebebasan dari kehidupan duniawi, sebagaimana
diungkapkan dalam mahavakya: tat tvam asi, aham brahma asmi, so ham dan
sarvam kalu idam brahman. Penyatuan dengan Brahman dapat dicapai melalui
kontemplasi, meditasi, dan brahmacarya. Dengan demikian, Sraddha Upanisad
lebih menekankan pada pengendalian diri. Dengan perkataan lain, Sraddha
Upanisad tidak menyetujui pembebasan diri lewat persembahan, tetapi sebaliknya
pengorbanan diri sendiri.

Ketiga, sraddha dalam Bhagawadgita dimaknai sebagai keinginan


untuk bersatu dengan Tuhan. Cara untuk mencapai tujuan tersebut adalah niskama
karmayoga, yaitu menunaikan kewajiban tanpa pamrih dan egoisme. Penekanan
ajaran pada semangat cinta kasih, pengabdian (pelayanan), dan penyerahan diri
sepenuhnya kepada Tuhan.

6
Ketiga konsep Sraddha diatas terlihat berbeda karena berasal dari
kitab Veda yang berbeda pula. Namun inti dari seluruh konsep Sraddha dalam
evolusi diatas tetaplah sama dapat dilihat dari tujuannya yaitu untuk mencapai
kebebasan lahir batin. Dari semua konsep tersebut, yang paling lumrah digunakan
saaat ini adalah konsep Sraddha Bhagavadgita, karena konsep ini yang paling baru
dan kita ketahui sendiri Kita Bhagavadgita merupakan Kitab Veda terbaru dan
paling universal saat ini dikalangan semua Umat Hindu Dharma.

2.3 Pengertian dan Bagian-Bagian Panca Sraddha

Dengan dasar konsep Sraddha dan evolusinya, seperti yang telah


dijelaskan diatas, maka Umat hindu di Indonesia telah merumuskan dasar-dasar
keyakinan atau Sraddha dalam bentuk Panca Sraddha, yang meliputi keyakinan
terhadap Brahma, Atman, Hukum Karma (Karmaphala), Reinkarnasi (Punarbhawa
atau Samsara), dan Moksa. Kelima unsur tersebut bersifat saling terkait, sehingga
tidak boleh dipahami secara parsial. Kelima unsur tersebut merupakan satu
kesatuan yang harus diyakini secara utuh. Berikut adalah penjelasan dari masing-
masing bagian atau unsur Panca Sraddha:

2.3.a Brahman

Umat Hindu di Indonesia sempat dianggap politeisme karena


menyembah banyak sekali dewa, mulai dari dewa Brahma, Wisnu, Siwa, Agni,
Bayu, Indra, dan masih banyak lagi. Namun sesungguhnya kita ketahui sendiri
bahwa Tuhan kita hanyalah satu yang disebut sebagai Brahman atau Umat Hindu
di Bali menyebutnya sebagai Ida Sang Hyang Widhi Wasa. Dewa-dewa tersebut
hanyalah sebagai manifestasi dari kekuatan Brahman. Diibaratkan seperti matahari
dan sinarnya, matahari adalah Brahman dan sinarnya adalah para dewa yang
merupakan wujud kekuatan dari Brahman itu sendiri. Keyakinan akan Brahman
merupakan keyakinan paling mendasar di dalam ajaran Hindu. Di dalam
menjalankan ajaran Hindu tentu yang paling pertama kita yakini adalah keberadaan
Brahman.

7
Selain itu, di dalam kitab Brahman Sutra dinyatakan “Jan Ma
Dhyasya Yatah” artinya Brahman adalah asal mula dari semua yang ada di alam
semesta ini. Dari pengertian tersebut bahwa Brahman adalah asal dari segala yang
ada. Kata ini diartikan semua ciptaan, yaitu alam semesta beserta isinya termasuk
dewa-dewa dan lain-lainnya berasal dan ada di dalam Brahman. Tidak ada sesuatu
di luar diri beliau serta semua penciptaan dan peleburan adalah kekuasaan beliau.

Di dalam Veda hal diatas telah banyak dijelaskan, berikut adalah


contohnya:

"Ekam sad vipra bahuda vadanti"


(Reg Weda 1.1964.46)

Brahman (kebenaran) itu satu hanya orang-orang bijaksana menyebut dengan


banyak nama.

"Ekam eva adityam brahman"


(Chandogya Upanisad IV.2.1)
Tuhan hanya satu, tidak ada yang kedua.

2.3.b Atman

Sraddha kedua adalah, yakin terhadap adanya Atman atau jiwa


yang mengisi setiap maklhuk hidup. Tubuh kita tidak hidup begitu saja tetapi di
dalam diri kita terdapat Atman yang menjadi sumber kehidupan utama kita. Atman
juga dapat disebut sebagai jiwa atau roh dalam diri setiap manusia. Tanpa adanya
Atman tentu tubuh kita hanya sekadar tubuh tanpa ada yang menghidupi. Atman ini
bagaikan kusir dalam tubuh kita yang mengendalikan segala aspek kehidupan
dalam diri kita. Badan kita ini juga dapat diibaratkan sebagai kereta yang pastinya
diarahkan oleh si kusir tadi. Tanpa adanya kusir kereta tidak akan bergerak dengan
arah yang benar ataupun sama sekali tidak akan bergerak.

8
Atman atau Jiwatman sendiri berasal dari Brahman, Atman dan
Brahman sesungguhnya adalah satu. Hal itu terdapat dalam Upanisad yang
berbunyi “Brahman atman Aikyam”. Atman merupakan bagian atau percikan-
percikan kecil dari Brahman. Dari hal sebut dapat kita lihat bahwa jika Atman
merupakan bagian dari Brahman maka Atman memiliki sifat yang sama dengan
Brahman. Namun pertemuan antara Atman dan badan kasar kita ketika dilahirkan
menimbulkan kegelapan atau Avidya. Kegelapan ini menimbulkan berbagai
ketidaksempurnaan dalam diri manusia. Itulah mengapa walaupun Atman memiliki
sifat yang sama dengan Brahman namun diri kita yang di dalamnya terdapat Atman
tidak bisa sehebat Brahman.

Keberadaan Atman ini juga dapat dibuktikan dengan ilmiah salah


satunya melalui hukum kekekalan energi. Dalam hukum ini kita ketahui bahwa
energi yang ada di alam semesta ini tidak dapat dimusnahkan hanya bisa diubah ke
bentuk yang lain, hal ini tentu sangat sama dengan sifat Atman yang tentu setelah
manusia mati Atman ini masih akan ada. Hanya saja energi dalam diri kita ini atau
Atman tidak dapat kita ukur dan rasakan keberadaanya. Atman tidak akan hilang
begitu saja, tetatpi dia akan pergi untuk mempertanggungjawabkan segala sesuatu
yang telah diperbuatnya, hal ini akan dibahas lebih lanjut dalam bagaian Panca
Sraddha berikutnya yaitu mengenai karmaphala.

Keberadaan Atman tentu juga tertuang di berbagai Veda, berikut


adalah beberapa contohnya:

Aham atma gudakedda,


sarwabuthayaathi,
aham adis camadhyam ca,
bhutanam anta eva ca
(Bhagavadgitha X.20)

“Oh Arjuna Aku adalah Atma, menetap dalam hati semua maklhuk hidup, aku
adalah permulaan, pertengahan dan akhir daripada semua Mahluk.”

9
Dehino smin yatha dehe
kaumaram yauvanam jara
tatha dehantara-praptir
dhiras tatra na muhyati
(Bhagavadgita II.13)

“Sebagaimana halnya sang roh itu ada pada masa kecil, masa muda, dan masa tua
demikian juga dengan diperolehnya badan baru, orang bijaksana takkan
tergoyahkan.”

2.3.c Karmaphala

Karmaphala adalah hukum universal yang melekat dalam setiap


diri manusia. Karmaphala juga sering disebut hukum karma akan selalu dibawa
oleh Atman dari dalam diri kita. Dalam karmaphala, apa yang kita perbuat semua
aka nada hasilnya atau konsekuensinya. Ketika kita berbuat baik (Subha Karma)
maka tentu hasil yang kita dapatkan juga baik. Sebaliknya jika kita berbuat yang
buruk (Asubha Karma) maka tentu hasil yang kita petik juga akan bersifat buruk.
Hasil atau karma yang kita dapatkan dari setiap perbuatan kita dapat kita peroleh di
masa sekarang (Prarabda Karmaphala), atau nanti di kehidupan kita nanti
(Kryamana Karmaphala). Selain itu kita juga lahir ke dunia ini membawa karma
dari kehidupan sebelumnya yang disebut Sancita Karmaphala.

Hukum karmaphala ini ternyata juga ada di dunia fisika modern


yaitu Hukum Newton kedua yaitu setiap gaya yang diberikan ke suatu benda maka
benda itu akan memberikan gaya timbal balik yang besarnya sama namun arahnya
berlawanan, atau lebih familiar di rumuskan sebagai F aksi = F reaksi. Hal ini
menunjukkan bahwa konsep Sraddha yang ada di ajaran kita memang benar-benar
nyata dan harus selalu kita percaya karena dalam fisika yang merupakan ilmu
modern sendiri memiliki konsep yang sama.

Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa karampahala ini


terikat dalam diri setiap manusia lebih tepatnya terikat dalam Atman dalam diri
manusia. Segala sesuatu yang kita perbuat akan terikat di dalam Atman dan akan

10
dibawa hingga mati nanti, Oleh sebab itu, walaupun Atman telah meninggalkan
badan kasar manusia, karma itu akan selalu melekat padanya. Karma ini akan
dibawa dan dipertanggungjawabkan di akhirat nanti. Karma baik akan dinikmati di
Surgaloka dan sebaliknya karma yang tidak baik akan dinikmati di Nerakaloka.
Karena itu, kita sebagai manusia harus selalu berbuat baik dan menebar kebaikan
kepada sekitar kita.

Berikut adalah beberapa sloka dalam Veda yang mendasari


mengenai karmaphala:

A dhumagrannivarrttante jnatayah saha bandhavih


yena taih saha genvyam tat karma sukrtam kuru
(Sarasamuscaya 32)

“Keluarga, sahabat, dan teman hanya bisa mengantar hingga ke pembakaran


(kuburan) ketika kematian itu dating, adapun yang tetap turut mengantarkan
Atman hingga kea lam akhirat adalah perbuatan baik dan buruk semasa hidupnya,
lakukanlah segera perbuatan baik itu yang akan menjadi teman pengantar ke alam
surga.”

Annad bhavanti bhutani


Parjanyad annasambhavah
Yajnad bhavati parjanyo
Yajnah karma samudhavah
(Bhagavadgita III.4)

Dari makanan maklhuk hidup menjelma, dari hujan lahirnya makanan, dari
yadnya muncullah hujan dan yadnya lahir dari pekerjaan.

11
2.3.d Punarbhawa

Punarbhawa atau reinkarnasi atau juga samsara bermakna sebagai


kelahiran kembali ke dunia ini. Sesuai dengan bagian Panca Sraddha yang
sebelumnya yaitu karmaphala, Atman dalam diri manusia membawa segala bentuk
karma atau hasil perbuatannya selam hidup, jika ada karma yang belum sempat
didapatkan atau dinikmati oleh sang Atman dalam hidupnya saat itu, maka dia tentu
harus lahir kembali ke dunia ini untuk menikmatinya. Selain itu Atman akan
dilahirkan kembali ke dunia ini untuk memperbaiki kualitasnya sehingga bisa
mencapai tujuan kehidupan dalam ajaran Hindu yaitu Moksha.

Kebenaran teradinya reinkarnasi atau punarbhawa ini telah


banyak diselidiki secara ilmiah. Orang berjasa dalam penelitian tersebut adala Dr.
Ian Stevenson (guru besar di Universitas Virginia USA) dan Hemendra Banerjee
(Pendiri Lembaga Parapsikologi India di USA). Mereka menyelidiki kasus-kasus
reinkarnasi di seluruh dunia dengan menggunakan metode regresi ke abad yang
jauh (far age regression). Dalam tehknik tersebut seseorang dihipnotis, dan dalam
kondisi terhipnotis diminta untuk melihat dan menceritakan kehidupannya yang
lalu mulai dari kehidupan yang terdekat dengan kehidupan sekarang. Apa yang
mereka katakan selanjutnya dicek dengan pristiwa-pristiwa dengan sejarah yang
terjadi pada masa kehidupannya yang lampau. Dalam banyak kasus, apa yang
mereka ceritakan menunjukkan ketepatan secara mengagumkan, walaupun dalam
keadaan sadar mereka tidak mengatahui peristiwa, tempat, atau nama-nama yang
dikisahkan pada saat terhipnotis. Sekali lagi kita lihat bahwa dasar keyakinan kita
yaitu Panca Sraddha bukanlah keyakinan yang hanya bualan belaka tetapi memang
nyata adanya bahkan dapat dibuktikan dengan ilmiah.

Berikut terdapat beberapa sloka yang mendasari keyakinan akan


adanya punarbhawa dalam hidup kita ini:

Bahuni me vyantitani janmani tava ca Arjuna


Tanya aham veda sarvani na tvam vittha paramtapa
(Bhagavadgita IV.5)

12
Banyak kehidupan yang telah kujalani dan demikian juga engkau oh Arjuna,
semua kelahiran itu aku ketahui tetapi engkau tidak dapat mengetahuinya oh
Arjuna

Iccha dvesasamutthna dvandyamohena bharata


Sarvabhutai sammoham sarge yanti paramtapa
(Bhagavadgita VII.27)

Semua mahluk lahir dalam kedaan tertipu, o bharata disebabkan oleh kedua sifat
yang timbul dari keinginan dan kemarahan, o penakluk musuh.

2.3.e Moksha

Bagian terakhir dari Panca Sraddha adalah Moksha. Moksha


merupakan tujuan utama dan terakhir dalam kehidupan spritual umat Hindu yaitu
kebebasan hidup dan menyatunya atman dengan Brahman. Secara rinci Moksa atau
kamoksan berarti kebebasan yaitu bebas dari pengaruh ikatan duniawi, bebas dari
karmaphala, bebas dari samsara, dan lenyap dalam kebahagiaan yang tiada tara.
Karena telah lenyap dan tidak mengalami lagi hukum karma, samsara, maka alam
kamoksam itu telah bebas dari urusan – urusan kehidupan duniawi, tidak
mengalami kelahiran lagi ditandai oleh kebaktian yang suci dan berada pada alam
Parama Siwa.

Moksa sering juga diartikan berstunya kembali atma dengan


Parama Atma di alam Parama Siwa. Dialam ini tiada kesengsaraan, yang ada hanya
kebahagiaan yang sulit dirasakan dalam kehidupan di dunia ini (Sukha tan pawali
Dukha). Alam moksa sesungguhnya bisa juga dicapai semasa masih kita hidup di
dunia ini, keadaan bebas di alam kehidupam ini disebut Jiwan Mukti atau moksa
semasa masih hidup. Jadi Moksa tidak harus dicapai saat kita meninggal tetapi juga
bisa diacapai semasa kita hidup.

Kisah-kisah tentang Moksha sangatlah menajubkan dan membuat


kita berpikir bagaimana bisaa seperti itu. Salah satunya adalah kisah pencapaian

13
Moksha Dang Hyang Nirartha yang hilang dan langsung menyatu dengan Parama
Atman tanpa meninggalkan jejak apapun. Lokasi Moksha Dang Hyang Nirartha
sekarang telah menjadi Pura yaitu Pura Uluwatu di ujung paling Selatan Pulau Bali.
Masih banyak lagi kisah-kisah menakjubkan mengenai Moksha yang dapat kita
ketahui melalui Veda ataupun sastra-sastra yang ada.

Berikut adalah beberapa uraian sloka mengenai Moksha:

Brahman bhutah prasann Atma


Nascati na ka ksati
Samah sarrvesu bhu bhutesu
Madabaktim labhate param
(Bhagavadgita XVII.54)

Setelah manunggal Brahman dan tenang dalam jiwa, ia bebas dari duka cita dan
keinginan. Memandang semua maklhuk param bakti pada ku.

Moksartham jagaditha ya ca iti dharma


(Rg.Veda)

Tujuan utama dari dharma atau agama adalah jagaditha dan moksa.

14
BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
Dengan demikian, dari uraian diatas dapat kita lihat bahwa
Sraddha dalam perkembangan atau evolusinyaa serta dalam bentuk Panca Sraddha
merupakan pondasi utama kita dalam menjalankan kehidupan beragama sebagai
umat Hindu. Sraddha meruppakan dasar keyakinan yang harus selalu kita pegang
teguh. Panca Sraddha sebagai salah satu bentuk keyakinan yang ada sangatlah nyata
dan bukan hanya sekadar konsep dalam Veda. Keberadaan Panca Sraddha sendiri
dapat dibuktikan secara ilmiah dari berbabagi teori fisika dan kasus-kasus unik yang
ada di kehidupan kita.

Selain itu Panca Sraddha merupakan satu kesatuan yang tidak


dapat dipisahkan. Antara satu Sraddha dengan Sraddha lainnya memiliki hubungan
yang sangat erat. Brahman merupakan yang Maha Kuasa dan pencipta segalanya
juga terdapat dalam diri kita sebagai bentuk Atman yang telah mengalami Avidya,
kemudian Atman ini akan merekam segala jenis Karmaphala yang kita dapatkan
selama hidup dan akan membuat kita harus bereinkarnasi ke dunnia ini lagi.
Terakhir, ketika Atman kita telah bebas dari segala bentuk karma dan samsara maka
kita dapat mencapai tujuan utama dalam ajaran Hindu yaitu Moksha atau kebebasan
abadi. Jadi dapat kita lihat bahwa Panca Sraddha adalah satu kesatuan yang sangat
erat dan sangat mempengaruhi bagaimana kehidupan kita sebagai umat Hindu.

3.2 Saran
Sudah semestinya kita sebagai umat Hindu harus selalu
menjunjung tinggi keberadaan Sraddha. Saat ini ajaran dan konsep Sraddha mulai
dilupakan oleh umat Hindu. Padahal, seperti yang telah diuraikan diatas bahwa
Sraddha merupakan pondasi utama kita dalam beragama. Kita sebagai generasi
muda Hindu harus selalu ingat dan yakin dengan ajaran Sraddha dan harus
senantiasa berbuat baik, karena hal itu, dengan sendirinya akan terbentuk Sraddha

15
yang kuat di dalam hati dan pikiran kita. Dengan Sraddha yang kuat maka kita akan
lebih mantap dalam menjalankan kehidupan beragama kita sebagai umat Hindu.

16
DAFTAR PUSTAKA

Galang, Bali.2010.Agama dan Dharma.https://www.babadbali.com/canangsari/pa-


agama-dan-dharma.html.Diakses Tanggal 13 Oktober 2019.

Prasanti, Komang.2014.Moksa Tattwa.


http://komangprasanti.blogspot.com/2014/10/tatwa-ii-moksa-tatwa.html?m=1.
Diakses Tanggal 13 Oktober 2019.

Pratama.2016.Sloka-Sloka Karmaphala dan Phunarbawa.


https://www.google.com/amp/s/eliciadwipratama.wordpress.com/2016/09/19/slok
a-sloka-kharmaphala-dan-phunarbhawa/amp/. Diakses Tanggal 13 Oktober 2019.

Sastrawan, Wayan.2013.Sloka Terkait Karmaphala.


https://www.google.com/amp/s/wayanrastawan.wordpress.com/2013/01/22/sloka-
terkait-karmaphala/amp/.Diakses Tanggal 12 Oktober 2019.

Nyoman.2011.Pengertian Panca Sraddha.


https://www.google.com/amp/s/hinducintadamai1wordpresscom.wordpress.com/2
011/01/16/1-pengertian-panca-sradha/amp/.Diakses Tanggal 12 Oktober 2019.

Anonim.2011.Weda.https://id.m.wikipedia.org/wiki/Weda.Diakses Tanggal 12
Oktober 2019

PHDI.2010.Evolusi Sraddha.http://phdi.or.id/artikel/evolusi-sraddha

17

Anda mungkin juga menyukai