Anda di halaman 1dari 7

Pokok-Pokok Ajaran Hindu (Sradha)

Keimanan (Sradha) kepada Tuhan ini merupakan dasar kepercayaan agama Hindu. Inilah
yang menjadi pokok-pokok keimanan agama Hindu. Adapun pokok-pokok keimanan
dalam agama Hindu dapat dibagi menjadi lima bagian disebut Panca Sraddha terdiri dari :
Brahman, Atman, Karma Phala, Punarbhawa dan Moksa.

1. Brahman (Percaya adanya Tuhan/Hyang Widhi)


Percaya terhadap Tuhan, mempunyai pengertian yakin/iman terhadap Hyang
Widhi/Tuhan itu sendiri. Hal ini merupakan pengakuan atas dasar keyakinan bahwa
sesungguhnya Tuhan itu ada, Maha Kuasa, Maha Adil dan Bijaksana, Maha Esa dan
Maha segala-galanya.

Tuhan Yang Maha Esa yang juga disebut Hyang Widhi (Brahman) Ia yang kuasa atas
segalanya ini. Tidak ada apapun yang luput dari kuasa-Nya. Ia sebagai pencipta, sebagai
pemelihara, dan pelebur alam semesta dengan segala isinya

2. Atman (Percaya adanya Jiwa)


Dalam berbagai Upanisad Atman dikatakan sebagai percikan dari Hyang Widhi/Tuhan
(Paramātma). Atman dalam badan manusia disebut Jiwatma, yang menyebabkan manusia
itu hidup. Atman dengan badan ibarat kusir dengan kereta. Kusir adalah atma yang
mengemudikan, kereta adalah badan.

Atman bersifat sempurna dan kekal abadi, tidak mengalami kelahiran dan kematian,
bebas dari suka dan dukha.

Dalam Bhagawadgita II,23-25 disebutkan bahwa sifat-sifat atman sebagai berikut :


Senjata tidak dapat melukai Dia, dan api tak dapat membakarnya, angin tak dapat
mengeringkan Dia, dan air tidak bisa membasahiNya.

Dia adalah abadi, tiada berubah, tidak bergerak, tetap selama-lamanya. Dia dikatakan
tidak termanifestasikan, tidak dapat dipikirkan, tidak berubah-ubah, dan mengetahui
halnya demikian engkau hendaknya jangan berduka. Dia mengatasi segala elemen materi,
kekal abadi dan tidak terpikirkan. Oleh karena itu atman tidak dapat menjadi subyek
maupun obyek dari perubahan-perubahan yang dialami oleh pikiran, hidup dan badan
jasmani. Karena semua bentuk-bentuk yang dialami ini bisa berubah, datang dan pergi,
tetapi jiwa itu tetap langgeng untuk selamanya.

Perpaduan jiwatman dengan badan jasmani, menyebabkan Dia terpengaruh oleh sifat-sifat
maya yang menimbulkan avidya (kegelapan). Jadi manusia lahir dalam keadaan avidya,
yang menyebabkan ketidaksempurnaannya. Atman itu tetap sempurna, tetapi manusia itu
sendiri tidaklah sempurna. Manusia tidak luput dari hukum lahir, hidup dan mati.
Walaupun manusia itu mengalami kematian, namun atman itu tidak akan bisa mati.
Hanya badan yang mati dan hancur, sedangkan atman tetap kekal abadi.

“Ibarat orang yang menanggalkan pakaian lama dan menggantikannya dengan pakaian
yang baru demikian jiwa meninggalkan badan tua dan memasuki jasmani yang baru.
Apabila badan jasmani tua dan hancur, maka alam pikiran sebagai pembalut jiwa
merupakan kendaraan baginya untuk berpindah-pindah dari satu badan ke badan lain
yang disebut reinkarnasi atau punarbhawa sesuai dengan karma phalanya. Karena itu
atman tidak akan selalu dapat kembali kepada asalnya yaitu Tuhan. Orang-orang yang
berbuat baik di dunia akan menuju sorga dan yang berbuat buruk akan jatuh ke neraka. Di
neraka jiwatman mendapat siksaan dan setelah itu menjelma terus berkelanjutan sampai
jiwatman sadar akan jati dirinya sebagai atman terlepas dari pengaruh awidya dan
mencapai moksa (kebahagiaan dan bersatu kembali kepada-Nya).

3. Karma Phala (Percaya akan Hukum Sebab Akibat)


Segala gerak (aktivitas) yang dilakukan disengaja atau tidak, baik atau buruk, benar atau
salah disadari atau diluar kesadaran kesemua itu disebut “karma” berasal dari √kr (bahasa
Sanskerta) artinya bergerak atau berbuat. Menurut hukum sebab-akibat, maka setiap
sebab pasti ada akibat. Demikian pula sebab dari suatu gerak atau perbuatan akan
menimbulkan akibat, buah atau hasil.

Dengan demikian Karma Phala dapat dibedakan atas 3 (tiga) macam yaitu :

1. Sancita Karmaphala ialah hasil perbuatan dalam kehidupan terdahulu yang dinikmati
pada masa kehidupan ini.
2. Prarabda Karmaphala ialah hasil perbuatan pada masa kehidupan ini tanpa ada sisanya
lagi.
3. Kryamana Karmaphala ialah hasil perbuatan yang tidak sempat dinikmati pada saat
kehidupan ini, sehingga harus diterima pada kehidupan yang akan datang.

4. Punarbhawa/Samsara (Percaya adanya Penitisan/Penjelmaan Kembali)


Punarbhawa artinya kelahiran berulang-ulang yang disebut reinkarnasi. Kelahiran yang
berulang-ulang ini membawa akibat sukha dan dukha. Samsara (punarbhawa) ini terjadi
akibat jiwatman masih dipengaruhi/diliputi oleh kenikmatan dan kematian akan diikuti
oleh kelahiran.

Sebab sebagai manusia sekarang ini adalah akibat baik dan buruknya karma itu juga.
Setelah selesai menikmati phala dari perbuatan baik dan buruk menjelmalah ia mengikuti
sifat karma phala itu. Adapun perbuatan baik atau buruk di akhirat tidak berakibat sesuatu
apapun. Oleh karena itu yang sangat menentukan adalah perbuatan baik atau buruk yang
dilakukan sekarang juga (Sarasamuscaya.7).

Karma dan Punarbhawa ini merupakan suatu proses yang terjalin erat. Setiap karma yang
dilakukan atas dorongan asubha karma akan menimbulkan dosa dan atma akan
mengalami neraka serta dalam punarbhawa yang akan datang akan mengalami
penjelmaan dalam tingkat yang lebih rendah, sengsara atau menderita bahkan menjadi
mahluk yang hina. Sebaliknya, setiap karma yang baik (subha karma) akan
mengakibatkan atma menuju sorga dan jika menjelma kembali akan mengalami tingkat
penjelmaan lebih sempurna/lebih tinggi (Sarasamuscaya.48).

5. Moksa (Percaya adanya Kelepasan/Merdeka)


Sebagaimana makna sutra berupa sesanti tujuan agama Hindu “Moksartham Jagadhita ya
ca iti dharma” maka moksa merupakan tujuan yang terakhir/tertinggi. Moksa adalah
kebebasan dari keterikatan benda-benda duniawi dan terlepasnya atman dari pengaruh
maya serta bersatu kembali dengan sumberNya.

Dalam keadaan ini atman mengalami kesadaran dan kebahagiaan yang kekal abadi “Sat
cit ananda”.

Orang yang telah mencapai moksa, tidak lahir lagi ke dunia karena tidak ada apapun yang
mengikatnya. Ia telah bersatu dengan Nya. Bila air sungai telah menyatu dengan air laut,
maka air sungai yang ada di laut itu akan kehilangan identitasnya. Tidak ada lagi
perbedaan antara air sungai dengan air laut. Demikianlah juga halnya atman yang
mencapai moksa. Ia akan kembali menyatu dengan sumbernya yaitu Brahman.

Selain setelah di dunia akhirat, moksa juga dapat dicapai semasa hidup di dunia ini,
(jiwan mukti) namun terbatas kepada orang-orang yang sudah bebas dari keterikatan
duniawi. Sebagaimana halnya para Maharsi yang bebas dari keinginan menikmati
mayanya dunia ini dan bekerja tanpa pamrih untuk kesejahteraan dan kedamaian serta
kebahagiaan dunia.

KITAB-KITAB AGAMA HINDU


Veda adalah kitab agama Hindu yang tertua. Kapan kitab ini mulai ada tidak diketahui orang dengan
pasti. Pendapat para sarjana bermacam-macam tentang hal ini, ada yang berpendapat kitab ini mulai
ada 1.200 tahun SM, ada yang mengatakan 2.400 SM ada pula yang berpendapat lain lagi.

Veda terdiri dari kitab Sruti dan Smerti berikut beberapa pembagian kitab suci Veda :

1. Sruti (kitab yang merupakan wahyu Tuhan yang Maha Esa yang diterima oleh para Maharsi)

2. Reg Veda (isinya berupa kumpulan mantra-mantra)

3. Sama Veda (tidak mempunyai nilai tersendiri, sebab sebagian besar nyanyian-nyanyiannya diambil
dari Rg Veda yang dinyanyikan dengan melodi yang telah ditetapkan).

4. Yajur Veda (Isinya kumpulan mantra-mantra yang memuat ajaran umum mengenai pokok-pokok
yadnya ,yajur veda juga mengandung mantram-mantram Rg Veda yang ditambah dengan prosa-
prosa yang tidak berasal dari Rg Veda. Pokok ajaranya dalam Yajur Veda ada dua macam Yajur veda
hitam dan Yajur veda putih)

 Yajur Veda hitam (Krşņa Yajur Veda) yang terdiri atas beberapa resensi a.l. Taiyiriya samhita dan
Maitrayanisamhita.

 Yajur Veda putih (Śukla yajurVeda) yang juga disebut Wajasaneji samhita.

5. Atharwa Veda Isi kumpulan mantra-mantra yang memuat ajaran yang bersifat magis (atharwan).

6. Smerti (kelompok Veda yang disusun kembali berdasarkan ingatan)

7. Wedangga (kitab yang berisi petunjuk-petunjuk tertentu untuk mendalami Veda.)


8. Shiksa (Ilmu Phonetika)

 Vyakarna (ilmu tata bahasa)

 Nirukta (Yakni ilmu yang menjelaskan tentang etimologi kata-kata)

 Chanda (cabang Veda yang khusus membahas aspek ikatan bahasa yang disebut lagu)

 Jyotisha (ilmu astrologi)

 Kalpa (Kitab mempelajari tentang Upacara Agama)

9. Upaveda

 Ayurveda (adalah kitab-kitab yang menurut materi isinya menyangkut bidang ilmu kedokteran)

 Dhanur Veda (seni bela diri dan persenjataan)

 Gandharva Veda (seni music,sajak,dan tari)

 Arthaveda (ilmu tentang politik atau ilmu tentang pemerintihan)

10. Purana (Jenis ini merupakan kumpulan ceritera-ceritera kuno yang isinya memuat tradisi tampat
setempat)

 Mahapurana ( oleh Maharsi Vyasa ) Mahapurana berjumlah 18 buah, antara lain : Visnu.
Narada, Bhagavata, Garuda, Padma, Varaha, Brahmanda, Brahmavaivarta, Markandeya,
Bhavisya, Varuna, Brahma, Matsya, Kurma, Lingga, Siva, Agni, Skanda.

 Upapurana Upapurana juga berjumlah 18, antara lain : Sanatkumara, Narasimha,


Brhannaradiya, Siva, Durvasa, Kapila, Manava, Varuna, Kalika, Mahesvara, Samba, Saura,
Parasara, Devi Bhagavata, Aditya, Vasistha, Visnu Darmottara, Ausanasa.

11. Itihasa (epos yang terdiri atas dua macam yaitu ramayana dan Mahabharata)

12. Nibandha (memuat banyak aturan yang mencakup sistem atau cara pemujaan terhadap Tuhan)

13. Sarasamuscaya (kitab suci sebagai tuntunan bagi mereka yg sudah melewati grehasta asrama)

14. Bhasya (Berisi tentang komentar terhadap buku Yogasutra ( Patanjali ). Buku ini ditulis
oleh Bhojaraja.)

15. Uttaramimamsa (Kitab-kitab ini membahas Aranyaka dan Upanisad)

16. Shrauta Sutra (membahas tentang berbagai cara pemujaan, pemeliharaan atau melakukan
penghormatan kepada Triagni, yaitu Daksiagni, Ahawaniyagni, dan Grhapatyagni)

17. Shulwa Sutra (memuat tentang peraturan-peraturan mengenai tata cara membuat tempat
peribadatan (Pura, Candi), bangunan-bangunan lain)
18. Dharma Sutra (memuat tentang aturan dasar yang mencakup bidang hokum, agama, kebiasaan atau
Acara dan Sistacara, dan sebagainya)

19. Sthapatya Veda ( ilmu arsitektur,seni pahat,ilmu geomansi)

20. Upanishad (himpunan mantra-mantra yang membabas berbagai aspek teori mengenai ke-Tuhan-an)

21. Aranyaka (Kitab suci yang menguraikan falsafah agama hindu serta sifat-sifat Tuhan)

22. Brahmana (kitab yang berisi himpunan doa-doa yang dipergunakan upacara yajna)

Dewa Tertinggi Agama Hindu


Penganut agama hindu mengakui dan menyembah adanya tiga dewa yang
disebut Trimurti, yaitu:

 Dewa Brahma, bertugas menciptakan alam dan dilambangkan sebagai


dewa berkepala empat, bertangan empat dan berkendaraan angsa. Istrinya
bernama saraswati (dewi kecantikan dan kesenian)
 Dewa Wisnu, bertugas memelihara alam semesta, dilambangkan sebagai
dewa berkepala satu, bertangan empat, dan berkendaraan burung garuda.
Istrinya bernama dewi sri atau laksmi (dewi kemakmuran)
 Dewa Syiwa, terkenal sebagai dewa perusak, dilambangkan sebagai dewa
bertangan empat dan memakai candrakapala yang ada gambar tengkorak,
berkendaraan lembu. Istrinya bernama dewi durga (dewi kematian) atau
parwati.

Semua penganut agama hindu memuja ketiga dewa tersebut. Hanya saja
dalam memberikan penghormatan, ada perbedaan antara satu dengan
lainnya. Ada golongan yang lebih memberikan penghormatan kepada
dewa Brahma dibandingkan dengan dua dewa yang lain. Golongan ini
dinamakan Brahmnaisme.

Golongan yang lebih memberikan penghormatan kepada dewa Wisnu


dinamakan Waisynawa, dan golongan yang lebih memberikan
penghormatan kepada dewa Syiwa dinamakan Syiwaisme. Biasanya
golongan Syiwaisme paling banyak jumlahnya, karena dewa Syiwa
dipandang sebagai dewa tertinggi sedangkan Brahma dan Wisnu dianggap
lebih rendah atau dipandang sebagai penjelmaan Syiwa. Selain itu, dewa
Syiwa juga dianggap sebagai dewa bagi kelahiran kembali.

Syiwa digambarkan sebagai mata-mata di tempat mengerikan. Misalnya,


ditempat pembakaran mayat, medan pertempuran, perempatan jalan, dan
sebagainya. Ia mengenakan kalung dari tengkorak dan senantiasa
dikelilingi roh jahat, raksasa, dan lainnya. Ia merusak segala sesuatu.

Selain itu, Syiwa juga digambarkan sebagai seorang petapa yang ulung.
Syiwa juga disembah sebagai Tuhan tari-tarian (Nataraja), yang senantiasa
menari-nari dalam surganya.

Beberapa Dewa dan Dewi dalam agama Hindu[sunting | sunting sumber]

 Agni (Dewa api)


 Aswin kembar (Dewa pengobatan, putera Dewa Surya)
 Brahma (Dewa pencipta, Dewa pengetahuan, dan kebijaksanaan)
 Chandra (Dewa bulan)
 Durgha (Dewi pelebur, istri Dewa Siva)
 Ganesha (Dewa pengetahuan, Dewa kebijaksanaan, putera Dewa Siva)
 Indra (Dewa hujan, Dewa perang, raja surga)
 Kuwera / Kubera (Dewa kekayaan)
 Laksmi (Dewi kemakmuran, Dewi kesuburan, istri Dewa Visnu)
 Maruta (Dewa petir)
 Saraswati (Dewi pengetahuan, istri Dewa Brahmā)
 Shiwa (Dewa pelebur)
 Sri (Dewi pangan)
 Surya (Dewa matahari)
 Waruna (Dewa air, Dewa laut dan samudra)
 Wayu / Bayu (Dewa angin)
 Wisnu (Dewa pemelihara, Dewa air)
 Yama (Dewa maut, Dewa akhirat, hakim yang mengadili roh orang mati)
 Kartikeya (Dewa Pembunuh Iblis,Putra pertama Dewa Shiva)
Bukti Pengaruh Agama dan Kebudayaan India di
Indonesia
1. Banyak penduduk yang memeluk agama Hindu setelah para pendatang dari India
memperkenalkan agama Hindu.

2. Masyarakat Indonesia dahulu tidak mengenal sistem kerajaan.


Sistem pemerintahan yang ada pada waktu itu adalah pemerintahan desa yang dipimpin
oleh kepala suku. Kedudukan kepala suku tidak diwariskan secara turun temurun.

Karena pengaruh agama hindu, sistem pemerintahan desa diganti dengan kerajaan.

3. Adanya hasil kebudayaan khas India seperti bangunan candi, seni pahatan patung, senu
relief, dan seni sastra.
Dalam bidang sastra kebudayaan India memperkenalkan budaya baca tulis dalam huruf
Pallawa dan bahasa Sansekerta.

Anda mungkin juga menyukai