Anda di halaman 1dari 11

Islam dan Budaya Lokal:

Larung Sesaji dan Budaya Lain dalam Pertentangan Umat Islam di Indonesia

Oleh:

Zulfikar Alamsyah dan Fajar Abdul Malik Al-Mansur

Universitas Pendidikan Indonesia, Fakultas Pendidikan Bahasa dan Sastra, Departemen


Pendidikan Bahasa Sunda.

zulfikaralamsyah11@student.upi.edu , almansurfajar@gmail.com

Abstrak

Makalah ini bertujuan untuk mengetahui apa itu Islam dan kebudayaan. Selain itu makalah ini juga bertujuan
untuk mengidentifikasi permasalahan di Indonesia yang berhubungan dengan islam dana budaya. Salah satunya
adalah tentang budaya Larung Sesaji. Metode yang digunakan dalam makalah jurnal ini adalah metode kualitatif
deskriptif. Berdasarkan data yang didapatkan, di Indonesia banyak sekali kebudayaan yang bentuknya
merupakan ritual upacara adat dengan cara menyerahkan, membuang, menghanyutkan hasil bumi ke laut. Pada
kenyataannya terkadang kebudayaan ini sering ditentang oleh ormas-ormas islam dengan alasan akan membawa
bencana alam bagi umat manusia di bumi. Bahkan ada beberapa pula yang menyebutkan bahwa hal ini
merupakan aktivitas yang musyrik meskipun di dalam upacaranya diisi dengan doa-doa bernafas islam.

Kata kunci: Budaya, Islam, Larung Sesaji.

Abstract

This paper aims to find out islam and culture. In addition, this paper also aims to identify problems in Indonesia
related to islam and culture. One of them is about Larung Sesaji. The method used in this journal paper is a
qualitive descriptive method. Based on the data obtained, in Indonesia there are a lot of cultures whose motivies
are traditional ceremonial rituals buy submitting, disposing, washing away the produce to the sea. In fact,
sometimes this cultural is often opposed by Islamic organizations on the grounds that it will cause disasters for
Muslim. There are even some who say that this activity an idolatrous activity even though the ceremony is filled
with islamic prayers

Key words: Islam, culture, Larung Sesaji.


PENDAHULUAN tinggal dan menikah dengan penduduk
lokal. Mereka membentuk komunitas-
Manusia adalah mahluk Allah yang
komunitas muslim. Sejak saat itu, Islam
diciptakan untuk menjadi khalifah di bumi.
terus berkembang sehingga kini
Manusia lahir, hidup, dan berkembang di
menjadikan Indonesia sebagai negara
dunia, sehingga bisa disebut seebagai
mayoritas muslim.
mahluk bumi. Sebagai mahluk duniawi
sudah tentu akan berhubungan dengan Islam sebagai agama yang diturunkan oleh
dunia, terhadap segala segi, masalah dan Allah SWT untuk semua umat manusia
tantangannya, dengan menggunakan budi telah memainkan peranannya di dalam
dan dayanya serta menggunakan segala mengisi kehidupan umat manusia di muka
kemampuannya baik yang bersifat cipta, bumi ini. Kehadiran Islam di tengah-
rasa, maupun karsa. Hal ini menunjukan tengah masyarakat yang sudah memiliki
bahwa hubungan manusia dengan dunia budaya tersendiri, ternyata membuat islam
tidaklah selalu diwujudkan dalam sikap dengan budaya setempat mengalami
pasif, pasrah, dan menesuaikan diri dengan akulturasi, yang pada akhrinya tata
tuntutan lingkungannya. Tetapi justru pelaksanaan islam sangat beragam. Namun
harus diwujudkan dalam sikap aktif, demikian, Al-Quran dan As-Sunnah
memanfaatkan lingkungannya untuk sebagai sumber hukum Islam tetap
kepentingan hidup dan kehidupannya. Dari menjadi ujung tombak di dalam suatu
hubungan yang bersifat aktif itu tumbulah masyarakat muslim, sehingga Islam begitu
sebuah kebudayaan. identik dengan keberagaman.

Indonesia adalah negara yang Salah satu contoh akulturasi dari budaya
multikultural. Banyaknya pulau dan etnik islam dan budaya lokal adalah upacara
masyarakat, menjadikan Indonesia sebagai Larung Sesaji. Larung sesaji merupakan
negara yang memiliki kebudayaan salah satu upacara adat yang sering
beragam. Islam merupakan salah satu dilakukan oleh masyarakat Indonesia
agama yang masuk ke Indonesia pada abad hususnya di daerah pesisir pulau jawa.
ke 7 (Sunanto, 2005. Hlm. 8-9). Hal ini Acara yang berbentuk ritual ini bertujuan
sejalan dengan teori Arabia/Makkah yang untuk ungkapan rasa syukur atas limpahan
menyebutkan bahwa menjelang perempat nikmat yang diberikan oleh Tuhan. Pada
pertama abad ke-7, sudah berdiri awalnya, upacara adat ini ering diisi
perkampungan Arab-Muslim di pesisir dengan mantra-mantra husus yang sesuai
pantai Sumatera. Di sana orang-orang arab dengan kebudayaan leluhur orang
Indonesia. Namun kini, upacara adat dari bahasa latin colere yaitu mengolah
Larung Sesaji telah diisi oleh doa-doa yang atau mengajarkan.
bersifat islami. Tapi pada kenyataannya Menurut Koentjaraningrat (dalam
asih banyak masyarakat yang menganggap Maftuhin, 2016) menggunakan perspektif
bahwa upacara adat ini meurapakan antropolohi yang mengartikan budaya
kegiatan musyrik meskipun didalamnya sebagai seluruh sistem gagasan dan rasa,
terdapat motif-motif yang sangat islami. tindakan, serta karya yang dihasilkan
manusia dalam kehidupan bermasyarakat,
METODE
yang dijadikan miliknya dengan belajar.
Metode yang digunkan dalam makalah ini Sehigga menurut Koentjaraningrt hampir
adalah metode kualitatif deskriptif. semua tindakan manusia adalah
Menurut Bogdan dan Taylor (dalam kebudayaan, karena jumlah tindakan yang
Moleong, 2002. Hlm 3) metode ini dilakukannya dalam kehidupan
merupakan metode penelitian yang bermasyarakat yang tidak dibiasakannya
menghasilkan data deskriptif mengenai dengan belajar
kata-kata lisan maupun tulis dan tingkah Berdasarkan penjelasan itu, bisa
laku yang dapat diamati dari orang-orang disimpulkan bahwa budaya adalah hasil
yang diteliti. Metode ini digunakan untuk cipta, rasa, dan karsa yang dianggap baik
mengetahui apa itu Islam, Budaya, dan karena disertai ole penyaringan akal
juga permasalahan yang terjadi dalam fikiran manusia, yaitu bisa bersifat
kedua bidang ilmu tersebut. Sumber data abstrak/metafisik dan benda/material.
dari makalah ini adalah buku-buku dan Cipta adalah hasil pengolahan pikiran
jurnal artikel yang membahas seputar manusia yang terus berkembang menjadi
kebudayaan, islam, dan upacara adat suatu pola tertentu, atau bahkan menjadi
larung. sebuah keyakinan, Keyakinan nilah yang

HASIL DAN PEMBAHASAN mengantarkan manusia kepada hakikat dari


pikiran itu sendiri. Rasa adalah hasil
A. BUDAYA
perenungan yang mendalam tentang
Secara etimologis, budaya berasal dari kata pikiran beserta realita atau keadaan yang
Sansakerta yaitu budhayah, yang sudah ataupun yang belum dialami. Rasa
merupakan bentuk jamak dari budhi yang inilah akan menghasilkan suatu perbuatan
berarti Budi atau akal. Kata kebudayaan dengan nilai baik atau buruk. Sedangkan
atau budaya bisa disejajarkan dengan kata Karsa merupakan hasil peikiran ditambah
culture dalam Bahasa Inggris, yang berasal
dengan rasa dan diwujudkan dalam suatu Secara etimolois, islam berarti tunduk,
tindakan yang berpola. patuh, atau berserah diri. Menurut syariat
Budaya memiliki ruang lingkup (terminologi), apabila dimutlakan berada
yang sangat luas. Untuk itu, dalam karya pada dua pengertian: pertama apabila
tulis ini kita akan mengerucutkn budaya itu disebutkan sendiri tanpa diiringi dengan
sendiri. Yang akan dibahas mengenai kata iman, maka pengertian Islam
budaya sunda dalam karya tulis ini adalah mencakupi seluruh agama. Baik ushul
etika orang-orang sunda. Etika juga maupun furu’ (cabang), juga seluruh
merupakan bagian dari kebudyaan. Etika masalah aqidah, ibadah, keyakinan,
selalu berhubungan denga budaya karena perkataan, dan perbuatan. Jadi pengertian
merupakan tafsiran atau penilaian terhadap ini menunjukkan bahwa islam adalah
kebudayaan. Etika mempunyai nilai mengakui dengan lisan, meyakini dengan
kebenaran yang harus selalu disesuaikan hati dan berserah diri kepada Allah atas
dengan kebudayaan karena sifatnya tidak semua yag telah dientukan dan diakdirkan.
absolut dan memiliki standar moral yang Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab
berbeda-beda tergantung budaya yang rahimahullah menyataka bahwasanya
berlaku dimana kita tinggal dan kehidupan Islam adalah berserah diri kepada Allah
sosial apa yang kita jalani. dengan mentauhidkan-Nya, tunduk dan
patuh kepada-Nya dengan ketaatan, dan
B. ISLAM
berlepas diri dari perbuatan syirik dan para
Islam merupakan agama yang menyembah pelakunya.
satu tuhan yakni Allah. Islam merupakan
Kedua, apabila Islam disebut bersamaan
agama dengan pengikut kedua terbesar di
dengan kata iman, maka yang dimaksud
bumi setelah Kristen. Pegikut ajaran islam
Islam adalah perkataan dan amal-amal
disebut dengan nama Muslim yang
lahiriyah yang dengannya terjaga diri dan
memiliki arti seorang yang tunduk kepada
hartanya, baik dia meyakini islam atau
tuhan. Islam mengajarkan bahwa Allah
tidak. Tidak diragukan lagi bahwa prinsip
menurunkan firmannya kepada manusia
agama islam yang wajib diketahui dan
melalui para nabi dan rasul utusan-Nya,
diamalkan oleh setiap agama ada tiga
dan meyakini dengan sungguh-sungguh
yaitu; (1) mengenal Alla Azza wa Jalla, (2)
bahwa Muhammad adalah nabi dan rasul
mengenal agama islam beserta dalil-
terakhir yang diutus ke dunia oleh Allah.
dalilnya, dan (3) mengenal Nabi-Nya,
Muhammad shallallahu alaihi wa sallam.
Mengenal agama islm adalah landasan tak bisa dilepaskan dari keanekaragaman
yang kedua dari prinsip agama ini dan budayanya.
padanya terdapat tiga tingkatan, yaitu
Pada perkembangannya, Islam disebarkan
Islam, Iman, dan Ihsan (Irawan, 2014).
tidak dengan cara-cara kekerasan seperti
Islam berupa ajaran yang berisi perintah, perang atau penaklukan-penaklukan yang
larangan, dan petunjuk untuk kebahagiaan jamak terjadi pada masa itu. Para penyebar
hidup manusia di dunia dan akhirat. Islam agama Islam lebih memilih cara-cara yang
merupakan agama yang sempurna dan lembut untuk membuktikan bahwa Islam
menyeluruh yang diperuntukkan bagi adalah agama yang lembut dan damai.
sleuruh umat manusia dan memberikan Salah satu di antaranya adalah melalui
pedoman hidup bagi manusia dalam segla pendekatan-pendekatan kultural.
aspek kehidupan jasmaniah dan ruhaniah, Mayoritas penduduk Indonesia yang saat
duniawi dan ukhrawi, perorangan dan itu masih menganut agama Hindu dan
masyarakat, yang terdiri atas ajaran Buddha tidak langsung diajak masuk Islam
tentang akidah, ibadah, akhlak, dan dengan meninggalkan budaya-budaya
muamalah. bercorak Hindu dan Buddha yang mereka
telah anut sebelumnya. Sebaliknya, para
C. ISLAM DAN BUDAYA
wali atau ulama saat itu justru ikut belajar
Islam merupakan agama mayoritas di dan mendalami dulu budaya-budaya
Indonesia. Hampir 90% masyarakat masyarakat sekitar untuk kemudian
Indonesia adalah muslim. Sejarah disisipkan dengan nilai-nilai islam. Para
masuknya Islam di Indonesia sendiri sudah wali tentu sangat hati-hati dalam
terjadi sejak zaman dahulu saat para menggunakan cara ini, karena dituntut
pedagang dari India juga pemuka agama untuk memasukkan nilai-nilai Islam pada
dari timur tengah memasuki Indonesia budaya-budaya masyarakat, tetapi tidak
untuk berdagang dan menyebarkan agama sampai menyimpang dari ajaran dan
Islam. Sementara menurut KBBI, budaya kaidah-kaidah Islam itu sendiri.
mengandung arti pikiran, akal budi, juga
Cara dakwah seperti ini sangat efektif
adat istiadat. Budaya juga memiliki arti
menarik masyarakat untuk mengenal dan
sebagai sesuatu yang sudah menjadi
masuk Islam bahkan tanpa paksaan.
kebiasaan dan sukar diubah. Dengan
Dengan menyentuh budaya, masyarakat
kondisi Indonesia yang memiliki banyak
lebih merasa bahwa mereka tidak akan
etnis, sudah tentu masyarakat Indonesia
kehilangan jati dirinya meskipun masuk
Islam. Begitu juga dengan Islam sendiri, pula pola-pola pembagian seperti ini.
yang tidak kehilangan inti ajaran Islamnya Bentuk Jawi seringkali menonjol di
dan tetap bisa berbaur dengan budaya pedesaan dan “terdiri dari integrasi yang
masyarakat yang ada di Indonesia. Hingga seimbang dari unsur-undur animis, Hindu
saat ini, warisan peninggalan akulturasi dan Islam”. Integrasi ini yang biasanya
budaya tersebut masih banyak ditemui di menjadi dasar-dasar tradisi rakyat yang
Indonesia karena sifat budaya yang masih dianut hingga kini. Jenis santri
memang melekat dan sudah menjadi adalah bentuk Islam yang tidak tercampur.
kebiasaan yang sukar diubah. Pengertian dan praktik keagamaan yang
lebih mendalam dan penolakan terhadap
D. LARUNG SESAJI DAN BUDAYA
kepercayaan dan praktek-praktek animis,
LAIN DALAM PERTENTANGAN
Hindu atau Buddha yang dianggap
UMAT ILAM DI INDONESIA
menyimpang dari kaidah Islam adalah
Meskipun kira-kira 90% orang Indonesia yang membedakan kaum santri dari
mengidentifikasikan diri mereka sebagai golongan lain. Sedang golongan Priyayi
“Muslim”, individu-individu dari adalah golongan yang memiliki strata
kebanyakan tempat tidak bisa tinggi dan dianggap terhormat di
dikategorikan sebagai muslim. Sudah masyarakat. mereka tidak menerima
menjadi rahasia umum bahwa, meskipun praktek-praktek animisme yang dilakukan
menjadi negara dengan warga Muslim golongan Jawi, tetapi biasanya menerima
terbayak di dunia, di Indonesia masih beberapa doktrin tradisi Jawa yang sudah
terdapat kelompok-kelompok yang meski dianutnya dan cenderung lebih abstrak.
dalam catatan kependudukan beragama
Larung sesaji adalah salah satu tradisi yang
Islam, namun masih menganut
ada di masyarakat di pesisir pulau Jawa.
kepercayaan-kepercayaan leluhur seperti
Ada beberapa sebutan lain untuk tradisi ini
animisme, dinamisme dll. Namun mereka
seperti petik laut di Banyuwangi, nadran di
juga ada yang tetap menjalankan perintah-
pesisir utara pantai Cirebon dan sekitarnya,
perintah Islam seperti sholat dan puasa.
juga nama-nama lainnya. Bentuk tradisi ini
Di jawa misalnya, menurut Raiz Hassan adalah ritual atau upacara adat dengan cara
(1985), dalam problematika keagamaan menyerahkan, membuang, menghanyutkan
terbagi menjadi tiga golongan: agama (melarungkan) hasil bumi ke laut (sesajen).
Jawi, santri, dan priyayi. Di daerah-daerah Sebelumnya sesajen itu diberi mantra,
lain tidak menutup kemungkinan terjadi jampi, atau doa dan diarak sepanjang
pantai sebelum dilarungkan. Motif dari sekaten dalam momen peringatan maulid
ritual ini biasanya adalah sebagai rasa Nabi (muludan).
syukur atas panen yang melimpah. Ada
Namun pelaksanaan upacara adat ini
juga di sebagian daerah yang melakukan
bukanlah tanpa hambatan. Perdebatan
ritual ini dengan tujuan menolak bala, atau
panjang antara boleh tidaknya ritual
bencana. Waktu pelaksanaan upacara
semacam ini dalam Islam masih
inipun beragam. Di beberapa daerah,
berlangsung hingga kini. Yang terbaru, di
upacara ini dilangsungkan pada tanggal
daerah Cilacap ada sekelompok orang
satu suro (1 Muharram), di daerah lainnya
yang mengatasnamakan diri sebagai salah
ada juga yang melaksanakan ritual ini pada
satu ormas Islam menyerukan larangan
bulan sapar (Safar).
terhadap larung sesaji karena dianggap
Upacara ini memang lekat sekali kaitanya akan menyebabkan tsunami. Di daerah
dengan kepercayaan animisme. Namun, di lainnya bahkan penolakan ini berujung
beberapa tempat, upacara ini diisi dengan pada tindakan anarkis dengan melakukan
doa-doa bernafas Islam sebagai bentuk pengrusakan pada acara tersebut dan
akulturasi budaya. Cara pelaksanaan ritual meyebabkan beberapa orang menderita
ini setelah mengalami akulturasi dan luka-luka. Mereka meyakini bahwa
dimasukkan nilai-nilai Islampun terdapat perbuatan seperti itu akan membuat Allah
perbedaan. Di Cirebon misalnya, selain murka dan mendatangkan bencana dengan
doa-doa yang dipanjatkan adalah doa-doa mengutip dalil berikut.
yang ditujukan kepada Allah, bukan
kepada dewa-dewa. Sesajen yang dilempar
ke laut boleh diperebutkan oleh warga atau ْ َ‫ب‬H‫ا َك َس‬HH‫يبَ ٍة فَبِ َم‬H ‫ص‬
‫ت‬ َ ‫َو َما َأ‬
ِ ‫ابَ ُك ْم ِم ْن ُم‬H‫ص‬
peserta upacara. Ini bertujuan untuk
‫ير‬HHHHHHHHِ‫و َع ْن َكث‬HHHHHHHHُ‫ ِدي ُك ْم َويَ ْعف‬HHHHHHHHْ‫َأي‬
menghilangkan kesan bahwa sesajen yang
“Dan musibah apa saja yang menimpa
diberikan adalah untuk dewa laut. Sesajen
kalian, maka disebabkan oleh perbuatan
yang boleh diperebutkan warga juga
tangan kalian sendiri, dan Allah
dimaksudkan agar hasil bumi yang
mema’afkan sebagian besar (dari
biasanya berupa makanan tidak terbuang
kesalahan-kesalahanmu)”(Qs.Asy-
mubadzir, karena dalam Islam tentu saja
Syuura:30)
perbuatan mubadzir tidaklah dianjurkan.
Cara ini juga serupa yang dilakukan oleh
masyarakat Jogja dalam tradisi grebeg
Dan hadis Rasulullah saw. jalurnya diriwayatkan oleh para perawi
yang shahih”, Majma Az Zawaid, 7/217 )
‫لى هللا‬HHH‫بي ص‬HHH‫لمة زوج الن‬HHH‫عن أم س‬
Dalil berikut memang menjelaskan bahwa
‫ول هللا‬HH‫معت رس‬HH‫ س‬:‫الت‬HH‫لم ق‬HH‫عليه وس‬ perbuatan maksiat akan diganjar adzab

‫ “إذا‬:‫ول‬HHH‫لم يق‬HHH‫ه وس‬HHH‫لى هللا علي‬HHH‫ص‬ oleh Allah. Namun, penyebab terjadinya
bencana bukan semata-mata hanya karena
‫ َع َّمهم هللا‬،‫تي‬HH‫ظهرت المعاصي في أم‬ perbuatan maksiat, atau dalam hal ini,

‫ول‬HH‫ا رس‬HH‫ ي‬:‫ فقلت‬. ”‫ده‬HH‫ذاب من عن‬HH‫بع‬ budaya larung sesaji. Bencana alam bisa
datang kapan saja dan hanya kuasa Allah-
:‫ال‬HH‫الحون؟ ق‬HH‫اس ص‬HH‫ا فيهم أن‬HH‫ أم‬،‫هللا‬ lah yang menggerakkannya. Meskipun

‫ك؟‬HH‫نع أولئ‬HH‫ف يص‬HH‫ فكي‬:‫الت‬HH‫ ق‬،”‫“بلى‬ begitu, sesuai ayat dan hadis di atas,
orang-orang shalih akan mendapat
‫ ثم‬،‫اس‬H‫اب الن‬H‫ا أص‬H‫يبهم م‬H‫ “يص‬:‫ال‬H‫ق‬ ampunan dari Allah sekalipun ia mendapat

‫يصيرون إلى مغفرة من هللا ورضوان‬ musibah yang sama dengan orang yang
berbuat maksiat.

Dari Ummu Salamah, istri Nabi Lalu, betulkah budaya-budaya di Indonesia


Shallallahu’alaihi Wasallam, ia berkata: bertentangan dengan Islam? Dalam
Aku mendengar Rasulullah sejarahnya, seperti yang telah disebutkan
Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda: di atas. Para wali atau ulama yang
Jika maksiat telah menyebar diantara menyebarkan Islam di Indonesia,
umatku, Allah akan menurunkan adzab berpegang pada pendekatan yang lebih
secara umum”. Ummu Salamah bertanya: bersifat kultural. Dalam buku Atlas
Wahai Rasulullah, bukankah di antara Walisongo karya K.H Agus Sunyoto
mereka ada orang shalih? Rasulullah (2016), dituturkan bahwa para ulama saat
menjawab: Ya. Ummu Salamah berkata: itu dalam dakwahnya ikut mendalami
Mengapa mereka terkena juga? kebiasaan-kebiasaan masyarakat sekitar
Rasulullah menjawab: Mereka terkena ( yang masih beragama Hindu, Buddha,
musibah yang sama sebagaimana yang atau tidak beragama) untuk kemudian
lain, namun kelak mereka mendapatkan diluruskan sesuai ajaran Islam. Begitulah
ampunan Allah dan ridha-Nya” (HR. cara-cara halus para ulama menyentuh hati
Ahmad no.27355. Al Haitsami berkata: masyarakat. Masyarakat yang tertarik
“Hadits ini ada 2 jalur riwayat, salah boleh masuk dan mendalami agama Islam,
sementara yang tidak, tetap dibiarkan
ِ َّ‫انَ ُك ْم ِإ َّن هّللا َ بِالن‬HH‫ي َع ِإي َم‬H ‫ُض‬
‫اس‬ ِ ‫ان هّللا ُ لِي‬
َ ‫َك‬
dengan keyakinannya masing-masing.
Inilah mengapa Islam mudah diterima di
Indonesia, karena bisa hidup ‫َّحي ٌم‬
ِ ‫وف ر‬ٌ ‫لَ َرُؤ‬
berdampingan dengan masyarakat yang
Dan demikian (pula) Kami telah
bahkan tidak mau saat itu untuk masuk
menjadikan kamu (umat Islam), umat yang
Islam.
adil dan pilihan agar kamu menjadi saksi
Cara-cara moderat seperti ini kini justru atas (perbuatan) manusia dan agar Rasul
ditentang oleh sebagian kelompok yang (Muhammad) menjadi saksi atas
menganggap bahwa cara itu terlalu toleran (perbuatan) kamu. Dan Kami tidak
dan menghujat dengan sebutan TBC menetapkan kiblat yang menjadi kiblatmu
(takhayul, bid’ah, churafat). Padahal, umat (sekarang) melainkan agar Kami
Islam di Indonesia butuh sikap tawassuth mengetahui (supaya nyata) siapa yang
(moderat) , tawazun (seimbang), dan mengikuti Rasul dan siapa yang membelot.
tasamuh (toleran). Sikap seperti inilah Dan sungguh (pemindahan kiblat) itu
yang dikedepankan para ulama zaman terasa amat berat, kecuali bagi orang-
dahulu dalam menyebarkan Islam sehingga orang yang telah diberi petunjuk oleh
Islam yang masuk tidak merusak budaya Allah; dan Allah tidak akan menyia-
yang menjadi jati diri bangsa Indonesia, nyiakan imanmu. Sesungguhnya Allah
juga tidak rusak karena arifnya para ulama Maha Pengasih lagi Maha Penyayang
dalam membentuk budaya yang tidak kepada manusia. (QS: Al-Baqarah: 143)
bertentangan dengan Islam. Ketiga sikap
Prof. Dr. M. Quraish Shibab (2008)
itu merupakan prinsip jalan tengah yang
menjelaskan bahwa ummatan wasathan
disebut dalam al-Qur’an sebagai ummatan
disitu diartikan sebagai umat penengah,
wasathan (masyarakat yang moderat).
umat pilhan. Bentuk umat seperti inilah
ْ ُ‫طًا لِّتَ ُكون‬HH‫ا ُك ْم ُأ َّمةً َو َس‬HHَ‫ك َج َع ْلن‬
‫وا‬HH َ ِ‫ َذل‬HH‫َو َك‬ yang oleh Al-Qur’an disebut dengan
khaira ummah atau sebaik-baik
‫و ُل‬HHH‫َّس‬ َ ‫اس َويَ ُك‬
ُ ‫ون الر‬HHH ِ َّ‫هَ َداء َعلَى الن‬HH‫ُش‬ masyarakat.

‫ةَ الَّتِي‬HHَ‫ا ْالقِ ْبل‬HHَ‫ا َج َع ْلن‬HH‫ ِهيدًا َو َم‬HH‫َعلَ ْي ُك ْم َش‬ Budaya sendiri, yang bisa disebut

ُ ‫ ُع الر‬H ِ‫نت َعلَ ْيهَا ِإالَّ لِنَ ْعلَ َم َمن يَتَّب‬


‫و َل‬H ‫َّس‬ َ ‫ُك‬ perbuatan atau kebiasaan-kebiasaan yang
terdapat pada masyarakat, bukanlah suatu
‫ت‬ْ َ‫ان‬HHHH‫ ِه َوِإن َك‬HHHHْ‫ِم َّمن يَنقَلِبُ َعلَى َعقِبَي‬ hal yang dilarang dalam Islam. Setiap

‫ا‬HHH‫ َدى هّللا ُ َو َم‬HHHَ‫ين ه‬


َ ‫يرةً ِإالَّ َعلَى الَّ ِذ‬HHH
َ ِ‫لَ َكب‬
negara atau setiap bangsa pasti memiliki Agama dan budaya tidak bisa lepas dari
budaya. Dalam firman Allah disebutkan. keberadaan suatu masyarakat, khususnya
di Indonesia. Budaya yang baik tentulah
ِ ‫ون ِإلَى ْال َخي‬
‫ر‬HHHHْ َ ‫ ْد ُع‬HHHHَ‫َو ْلتَ ُكن ِّمن ُك ْم ُأ َّمةٌ ي‬ budaya yang tidak bertentangan dengan

ْ َ‫ُوف َويَ ْنه‬


‫و َن َع ِن‬HHH ْ ِ‫ُون ب‬
ِ ‫ال َم ْعر‬HHH َ ‫ْأ ُمر‬HHHَ‫َوي‬ agama. Agama Islam mengedepankan
kedamaian dan kelembutan, bukan
َ ‫ك هُ ُم ْال ُم ْفلِح‬
‫ُون‬ َ ‫ْال ُمن َك ِر َوُأ ْوالَِئ‬ kekearasan. Dalam perkembangannya,

“Dan hendaklah ada di antara kamu para ulama sudah beitu arif dan bijak

segolongan umat yang menyeru kepada menyebarkan Islam dengan tidak merusak

kebajikan, menyuruh kepada yang ma’ruf budaya-budaya yang sudah ada, tetapi

dan mencegah dari yang mungkar; hanya meluruskannya agar tidak

mereka adalah orang-orang yang menyimpang dari syariat Islam. Islam dan

beruntung.” (Al-Imran:104). budaya bukanlah sesuatu yang


bertentangan. Justru harmonisasi Islam dan
Dari ayat tersebut dijelaskan bahwa
budaya harus kita jaga demi keutuhan
manusia disuruh berbuat yang ma’ruf dan
bangsa.
menjauhi yang munkar. Artinya, tidak ada
masalah pada suatu budaya dalam DAFTAR PUSTAKA
masyarakat selama memang itu termasuk
ke dalam perbuatan yang baik, dengan
tujuan yang baik pula. Dalam kasus
Larung Sesaji, perbuatan yang
dimaksudkan untuk bersyukur kepada
Allah, juga doa-doa yang hanya
dipanjatkan kepada Allah, dan tidak
terdapat kemungkaran di dalamnya, tentu
tidak masalah. Lain cerita, dengan budaya-
budaya yang dengan sengaja diciptakan
untuk tujuan yang munkar dan
menjauhkan diri dari Allah, tentu budaya
seperti itu haruslah kita hindari.

KESIMPULAN
Hassan, R. (1985). Islam: Dari Konservatisme sampai Fundamentalisme. Jakarta: Rajawali.
Irawan, D. (2012). Islam dan Peace Building. Religi Vol. X no. 2, 158-171.
Maftuhin. (2016). Pendidikan Sosial Budaya. Kota Bandung: CV Maulana Media Grafika.
Moleong, L. J. (2012). Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Shihab, M. Q. (2008). M. Quraish Shihab Menjawab. Jakarta: Lentera hati.
Sunanto, M. (2005). Sejarah Peradaban islam di Indonesia. Jakarta: PT. RAJAGRAFINDO
PERSADA.
Sunyoto, A. (2016). Atlas Walisongo. Tangerang: Pustaka IMAN.

Anda mungkin juga menyukai