Anda di halaman 1dari 9

1

“Menilik Keberadaan Masyarakat moderenisasi di Kabupaten Bogor tetap


Adat Kampung Urug Bogor, di Era terjaga.
Modernisasi” Kata kunci : kampung adat urug,
keberadaan, moderenisasi.
Oleh : Annisha Rahma Zhafira1
A. PENDAHULUAN
Hukum Adat2
Indonesia merupakan negara
Abstract
kepulauan yang memiliki ribuan pulau dan
Urug vilage Bogor is a part in the di setiap pulau tentu memiliki penduduk
richness of culture and customs that are asli. Karena dengan kekayaan pulau yang
owned by Indonesia. Urug vilage is always dimiliki, masyarakat Indonesia mempunyai
maintained to remain sustainable, to one tata cara dan aspek dalam kehidupan yang
generation to the other generation. But now
berbeda-beda 3 . Tak heran, jika Indonesia
Bogor can be included of Metropolis city.
And as the consequences, many adalah negara yang kaya akan suku, adat
moderenization come into this city. So we serta budaya yang dimiliki. Dan sampai saat
needs protection for Urug village society so ini suku, adat, serta budaya tersebut masih
that existence urug vilage in tetap dijunjung tinggi dan dilestarikan oleh
moderenization era will keep being safe. penduduk asli yang ada di Indonesia.
Keyword : urug vilage, existence, Karena Kebudayaan di Indonesia
modrenization. yang beraneka ragam hal ini menjadikan
suatu kebanggaan sekaligus tantangan
Abstrak
untuk mempertahankan serta mewariskan
Kampung Adat Urug Kabupaten kebudayaan tersebut, terlebih di tengah arus
Bogor adalah salah satu bagian yang ikut moderenisasi. Kebudayaan dapat diartikan
andil dalam kekayaan budaya, dan adat sebagai hasil dari warisan oleh para leluhur
istiadat yang dimiliki Indonesia. Kampung berabad-abad lalu yang dilestarikan
Adat Urug selalu dijaga agar tetap lestari pelaksanaanya dari satu generasi ke
dari generasi ke generasi oleh generasi berikutnya, yang dijadikan sebagai
masyarakatnya. Namun, Kabupaten Bogor pedoman hidup dalam berbangsa dan
kini termasuk Kota Metropolitan akibatnya bernegara bagi masyarakat Indonesia. 4
banyak arus moderenisasi yang datang. Kabupaten Bogor juga ikut ambil bagian
Oleh karena itu, perlu adanya perlindungan dalam kekayaan budaya yang dimiliki
bagi masyarakat Kampung Adat Urug agar Indonesia. Hal ini dapat dilihat dari keadaan
keberadaan mereka, di tengah arus masyarakat Kabupaten Bogor yang
mayoritas adalah bersuku Sunda. Suku

1 4
NIM : 180710101143. Mahasiswa Fakultas Asep Dewantara, 2013, “Peran Elit Masyarakat:
Hukum Universitas Negeri Jember. Studi Kebertahanan Adat Istiadat di Kampung Adat
2
Hukum Adat, kelas B Urug”, Al-turas Vol XIX no.1 Januari 2013,hlm.90
3
Azmi Fikron, Skripsi:“Sikap Generasi Muda
Terhadap Pelestarian Adat Perkawinan Lampung
Pesisir” (Lampung: Universitas Lampung,2017),11
2

Sunda adalah salah satu kelompok etnis Siliwangi. 6 Namun yang menjadi point
atau suku bangsa di Indonesia yang persoalan, apakah keberadaan masyarakat
mendiami Jawa bagian Barat, dan daerah- adat kampung Urug tersebut masih tetap
daerah yang bersuku sunda antara lain: dipertahankan? Apakah tidak terjadi suatu
Bandung, Garut, Sukabumi, Cianjur, pergeseran nilai adat? Karena seperti yang
Tasikmalaya, Sumedang, Ciamis, di ketahui Kabupaten Bogor juga termasuk
Kuningan, Cirebon, Banten, Bekasi, kota metropolitan, yang mulai terkena arus
Karawang dan Bogor. Salah satu yang moderenisasi sekarang ini. Karena itu
mencirikan suku sunda adalah pemakaian muncul pertanyaan-pertanyaan lain seperti,
Bahasa sunda beserta dialeknya dalam Bagaimana solusi intern dari masyarakat
percakapan sehari-sehari dan penggunaan Kampung Adat Urug,dan Ketua Adat. Dan
nama yang menyatakan identitas diri bahwa solusi eksternal yaitu masyarakat
mereka bersuku sunda contohnya Euis, Iis, Kabupaten Bogor serta pemerintah pusat
Iteung untuk perempuan, atau Ujang, dalam menjaga dan melestarikan adat
Cecep, Asep untuk laki-laki. 5 Suatu contoh istiadat tersebut?
masyarakat adat yang masih bertahan dan
Maka dari itu topik pembahasan
tetap terjaga kelestariannya di Kabupaten
Bogor adalah Kampung Adat Urug, yang dalam tulisan ini, akan membahas terkait
bertempat di Desa Kiara Pandak, pertanyaan-pertanyaan tersebut untuk
Kecamatan Sukajaya, Kabupaten Bogor. melihat dan mengetahui keberadaan
Kampung Urug adalah salah satu kampung masyarakat adat, khususnya masyarakat
adat Urug.
adat di Indonesia yang diakui sebagai
warisan budaya kerajaan Siliwangi, B. PEMBAHASAN PERMASALAHAN
masyarakat kampung urug mayoritas
beragama Islam. Namun, mereka masih Profil Kampung Adat Urug Kabupaten
percaya terhadap leluhur dan menjalankan Bogor
ritual-ritual sesuai dengan ajaran nenek
Secara administratif, Kampung
moyang.
Adat Urug berada di wilayah pemerintahan
Hingga kini, masyarakat Kampung Desa Urug, Kecamatan Sukajaya-
Urug terus mempertahankan dan Kabupaten Bogor. Aksesibilitas Kampung
menjalankan adat, tradisi, larangan, serta Adat Urug ke Bandung, sebagai Ibukota
sitem nilai dalam masyarakat, yang sejak provinsi Jawa Barat sekitar 165 Km ke arah
dulu rutin dilaksanakan. Hal ini Barat, sementara untuk ke Ibukota
menyebabkan kekentalan adat istiadat dari Kabupaten Bogor kurang lebih 48 Km.
masyarakat kampung urug dalam Untuk pola perkampungan sendiri,
kehidupan sehari-hari. Kekentalan adat masyarakat di kampung Urug umumnya
istiadat dalam masyarakat urug disebabkan berkelompok padat dan tersebar seperti: di
karena adanya keyakinan bahwa mereka muara sungai, persimpangan sungai dan di
adalah garis keturunan dari Prabu sepanjang sungai 7 . Bentuk rumah,

5 7
Ibid Ibid
6
Dwi agnes natalia Bangun,dkk,, 2017, “Buku profil
seBagai media promosi kampung wisata adat
urug”, Politeknik negeri Jakarta hlm.8
3

masyarakat Kampung Adat Urug adalah contoh,panutan, yang dapat digugu,dan


rumah panggung. Hal ini memberikan ditiru bagi masyarakat lain.
makna bahwa karya manusia itu tumbuh
dan berkembang bersamaan dengan Mengenai sejarah atau asal-usul
pertumbuhan dan perkembangan keberadaan kampung adat di Jawa Barat,
tidak akan pernah lepas dari Kerajaan
kebudayaan masyarakat Sunda di Jawa
Barat. Sunda Pakuan Pajajaran (1482-1579) di
Bogor. 9 Abah Ukat sebagai sesepuh dari
Dalam Penamaan Kampung adat Kampung Adat Urug mengatakan bahwa,
ini, Kata “Urug” dijadikan nama untuk kampung adat urug lahir karena peristiwa
melengkapinya. Kata “Urug” tidak semata- Prabu Siliwangi yang menghilang dari
mata begitu saja dijadikan nama kampung, kerajaan Padjajaran Bogor dan pergi
Namun terdapat sejarah tersendiri untuk melarikan diri ke beberapa tempat, hal ini
kata “Urug” sebagi penamaan kampung disebabkan karena Raden Kian Santang,
adat ini. Menurut sejarah Kampung Adat anaknya sendiri menginginkan Prabu
Urug awalnya bernama Kampung Adat Siliwangi masuk Islam, namun karena
Guru. Secara terminologi Bahasa Sunda Prabu Siliwangi tidak ingin masuk Islam ia
guru diartikan sebagai yang digugu, ditiru, pun menghilang dari kerajaan dan
dicontoh atau dijadikan panutan. Namun melarikan diri dari Raden Kian Santang
menurut Abah Ukat sebagai agar tidak masuk Islam. 10 Berikut ini adalah
sesepuh/kokolot Masyarakat adat Urug urutan daerah di mana Prabu Siliwangi
mengatakan bahwa, kata “Guru” dijadikan menghilang dan muncul mulai dari
sebagai nama kampung adalah untuk: Pajajaran Bogor---Panyaungan---Parung
Pertama, sebagai nama penyamar untuk Sapi---Sajra---Seuni (Banten)---Lebak
perkampungan mereka yang subur tersebut Binong---Cipatat--Kampung Urug. 11 jadi
agar tidak dijajah atau direbut oleh Kampung Adat Urug adalah tempat pulang
penguasa ataupun pihak penjajah (VOC) Prabu Siliwangi atau tempat terakhir Prabu
pada saat itu. Kedua, pembalikan nama Siliwangi untuk melarikan diri. 12
“Guru” menjadi “Urug” karena
dikhawatirkan generasi-generasi Kondisi masyarakat Kampung Adat Urug
berikutnya hanya sekedar menyandang Seperti yang diketahui, jumlah
makna Guru tetapi tidak bisa mengamalkan Penduduk Kampung Adat Urug tercatat
nilai-nilai dibalik kata guru tersebut8. Oleh terdiri dari 5.125 jiwa yang terdiri dari
karena itu pembalikan nama “Guru” penduduk laki-laki berjumlah 2.875 dan
menjadi “Urug” agar generasi selanjutnya perempuannya 2.250 jiwa. Dalam
selalu mengingat makna tersirat dari urug pembagian wilayahnya, Kampung Urug
yaitu guru, agar timbul kesadaran jika terbagi ke dalam 4 RW dan 15 RT 13. Warga
mereka kelak nantinya akan menjadi

8 13
Asep Dewantara, 2013, “Peran Elit Masyarakat: Pemerintah Kabupaten Bogor "Masyarakat
Studi Kebertahanan Adat Istiadat di Kampung Adat Kampung Adat Urug",
Urug”, Al-turas Vol XIX no.1 Januari 2013,hlm.90 (Bogor,http://bogorkab.go.id/index.php/post/deta
9
Ibid hlm.96
10 il/1157/kampung-urug#.XOoSMY8xXIU.diakses
Ibid
11
Ibid tanggal 26/Mei/2019. 11:15 )
12
Ibid
4

Kampung Adat Urug juga mengenal Pembangunan rumah, sebagai masyarakat


pemerintahan formal, dan ketua adat hanya Urug sudah mengganti bangunan rumahnya
sebagai pemimpin adat atau informal. dengan bangunan modern. Dari segi mata
Dalam sistem Ketua Adat terdapat tiga pencaharian, Masyarakat Urug mayoritas
kepemimpinan yang mengendalikan berprofersi sebagai petani, berdagang,
kampung adat yaitu: Kikolot Ukat yang penambang emas tradisional,dan sektor
bertugas mengendalikan dan wisata. Dalam sistem kekerabatan,
mempertahankan adat istiadat yang sudah Masyarakat Urug tidak membedakan garis
turun temurun, Kikolot Amat yang bertugas keturunan baik dari pihak ayah (patrilineal)
memberikan petunjuk bagi kesepakatan maupun pihak ibu (matrilineal). Karena
adat yang sedang dijalankan. Kikolot mereka menganngap mereka yakin berasal
Tengah bernama Rajaya. Ketua Adat dari sumber yang sama. 16
tersebut melaksanakan kepemimpinannya
Dalam Kondisi sosial, Masyarakat
di Gedung Ageung, Gedong Alit dan
Gedong Pangkaleran. Urug mempunyai sifat guyup atau sikap
gotong royong yang masih terjaga dengan
Kondisi Masyarakat Kampung Adat erat. Hal ini terjadi karena terdapat ajaran
Urug bisa dikategorikan sebagai yang ditanamkan dari leluhur mereka
masyarakat adat yang tidak tertutup dan yaitu“kudu paheuyeuk-heuyeuk leungeun
mampu mengikuti moderenisasi tanpa paantai-antai tangan, nulung ka nu butuh,
meninggalkan adatnya tersebut. Hal ini nalang ka nu susah” . Artinya dalam
dapat dilihat dalam berbagai bidang seperti: kehidupan mereka harus saling membantu,
Untuk masalah pendidikan formal bisa bekerjasama atau saling menolong. Sifat
dikatakan, masyarakat kampung urug gotong royong ini dapat dilihat dan
memiliki pendidikan namun tingkat dirasakan di segala aktivitas masyarakat
masyarakat bersekolah masih dalam Urug seperti saat acara perkawinan,
kategori rendah. Karena sampai bulan kematian atau kegiatan-kegiatan lain.
Maret-Juni 2012 tercatat hanya 384 murid Budaya Gotong yang paling kuat terjalin
Sekolah Dasar, tingkat SLTP 235 orang, adalah di sektor pertanian, dimana
tingkat SLTA 30 orang dan 2 orang untuk masyarakatnya masih bahu-membahu
tingkat Perguruan Tinggi. 14 Dari segi dalam menggarap sawah. Karena hasil
politik, keikutsertaan masyarakat kampung bertani yang mereka kerjakan tidak dijual,
adat urug dalam Pemilihan Umum (Pemilu) namun akan di bagikan kepada Masyarakat
bisa dikatakan cukup aktif, karena terlihat Urug sendiri. Hal ini diharapakan agar
tidak ada masyarakat yang golput dalam Masyarakat Urug dapat merasakan hasil
pemilu. Mereka mempunyai pilihan partai padi yang mereka tanam. Oleh karena itu,
politik sendiri yaitu PDI (Partai Demokrasi tak heran jika angka kesejahteraan
Indonesia). Pemilihan PDI sebagai pilihan Masyaraakt Urug cukup tinggi.
mereka dalam pemilu tidak terlepas dari
leluhur mereka yang juga PDI.15 Dari sitem

14 15
Ahmadi Anjas, 2017, “Analisis empat jenis Asep Dewantara, 2013, “Peran Elit Masyarakat:
kearifan lokal dalam masyarakat adat kampung Studi Kebertahanan Adat Istiadat di Kampung Adat
urug”, Universitas Singa Perbangsa Karawan, Urug”, Al-turas Vol XIX no.1 Januari 2013,hlm.95
16
hlm.4 Ibid
5

Tempat yang di Anggap Suci bagi Masyarakat Urug dalam mengolah sawah
Masyarakat Adat Urug melakukannya dengan serentak dan
Dalam Kampung Adat Urug bergotong royong mulai dari tahap
terdapat beberapa tempat yang dijadikan penanaman hingga panen. Yang menarik
sebagai tempat suci bagi Masyarakat
dari Masyarakat Urug adalah, mereka tidak
Kampung Adat Urug seperti: Gedong
Gede, adalah tempat yang digunakan untuk menjual hasil pertanian mereka tetapi hasil
melakukan pertemuan bagi masyarakat pertanian tersebut diperuntukan untuk
Urug biasanya Gedog Gede ini digukanan
kebutuhan hidup masyarakat Urug sendiri
untuk menyelesaikan permasalahan, atau
tempat menerima tamu-tamu yang Selain bertani, terdapat 1.279 orang
berkunjung ke Kampung Adat Urug. Lalu Masyarakat Urug yang bermata
terdapat Gedog Paniisan, Gedog Paniisan
pencaharian sebagai pedagang, mereka ada
adalah bangunan yang digunakan abah
kolot (Kepala Adat masyarakat Urug) untuk yang memilih untuk menjual Ikan air laut di
bersemedi (bermeditasi). Selanjutnya, daerah Leuwiliang, Atau menjadi
terdapat Gedog Alit yaitu makam leluhur penambang emas Liar di Gunung Pongkor,
Masyarakat Adat Urug, Gedog Alit sering
Dan mata Pencaharian Masyarakat Urug
diziarahi masyarakat pada perayaan Seren
Taun. Dan tempat terakhir yang dianggap yang terakhir, terdapat pada sektor
suci bagi Masyarakat Adat Urug adalah pariwisata. Karena Kampung Adat Urug
Hutan Keramat. 17
telah resmi menjadi salah satu warisan
Mata Pencaharian Masyarakat Urug kebudayaan maka, tak heran jika
Masyarakat Adat Urug mayoritas banyaknya turis lokal maupun
berkerja sebagai petani dalam mencukupi mancanegara yang berwisata ke Kampung
kebutuhan hidupnya sehari-hari. Tercatat Urug.
terdapat 4.320 orang bekerja sebagai petani, Sistem Nilai yang Berkembang dalam
Masyarakat Urug
dan 36 orang yang menjadi pemilik lahan
pertanian. Siklus Bertani masyarakat Dalam masyarakat urug juga
Kampung Adat Urug dilakukan 6-7 bulan terdapat sistem nilai moral yang
sekali pada musim hujan18. Dalam bertani berkembang, Nilai yang berkembang pada
masyarakat Urug masih menggunakan cara Masyarakat Urug yaitu Ngaji Diri atau
tradisional seperti, irigasi sebagai pengairan mengoreksi diri sendiri. Ajaran ini
dan memakai alat seperti lesung, diturunkan oleh para leluhur dari generasi
lelempangan, dan ketam untuk bertani. ke generasi sebagai bentuk upaya untuk

17
Ibid urug”, Universitas Singa Perbangsa Karawan,
18
Ahmadi Anjas, 2017, “Analisis empat jenis hlm.4
kearifan lokal dalam masyarakat adat kampung
6

memperbaiki sifat manusia agar, manusia atau indera, yaitu jangan sampai
tersebut bisa berfikir dan sadar akan disalahgunakan untuk hal-hal yang tidak
kesalahan yang telah pernah ia lakukan. baik.
Dalam Masyarakat Kampung Adat Urug, Dalam menindak Masyarakat
ajaran ngaji diri atau disebut tapa manusa Kampung Adat Urug jika melanggar nilai-
melahirkan beberapa larangan dan anjuran nilai tersebut akan berlaku tiga hukum
yang diperuntukan bagi diri sendiri maupun sekaligus, yaitu Hukum Kasepuhan/Adat
untuk hidup bermasyarakat, meliputi: Mipit digunakan untuk masalah berupa Ngaji
kudu amit ngala kudu menta yaitu Larangan Diri, Budaya Pamali, dan Sikap Gotong
untuk mengambil yang bukan haknya 19 , Royong. Lalu Hukum Agama Islam, karena
dengan kata lain jangan mencuri. Jadi, jika Masyarakat Urug mayoritas beragama
seseorang menginginkan sesuatu, ia tidak Islam. Dan Hukum Negara untuk masalah
boleh mencuri, jika ingin, maka ia harus sosial seperti jual-beli, pemidanaan,
meminta izin terlebih dahulu untuk perkawinan,dll.
mengambil barang tersebut. Murah Bacot Tradisi yang dilestarikan masyarakat Urug
Murah Congcot yang artinya murah bacot, Masyarakat Adat Urug masih rutin
senang menyapa orang lain dengan ramah dalam menjalankan tradisi-tradisi yang
dan sopan santun 20 , sedangkan murah diwariskan oleh leluhurnya. Hal ini
disebabkan karena kekentalan adat
congcot, baik hati suka memberi atau
Masyarakat Urug yang masih terjaga, Sifat
berbagi, makanan, jadi Murah bacot, gotong royong dan guyup masyarakat di
murah adalah sikap ramah tamah yang berbagai kegiatan, dan berlakunya Pamali/
Hukum Adat yang akan diterima jika
harus ditunjukkan seorang pribumi kepada
Masyarakat Urug tersebut tidak melakukan
tamu. Karo Guru Ratu Wong Atua karo, tradisi tersebut. Tradisi yang di jalankan
bermakna wajib menghormati guru, ratu masyarakat Urug sendiri yaitu: Upacara
Seren Taun yaitu upacara setelah masa
(pemerintah) dan kedua orang tua, Ulah
panen setiap tanggal 10 Muharram.
hareup teuing bisi tijongklok, ulah tukang Salametan Ngabuli yaitu upacara tutup taun
teuing bisi tijengkang segala sesuatu dilaksanakan pada bulan Muharram di
Artinya hidup harus jangan berlebihan dan Gedong Sanghyang Tunggal. Upacara
rewah yaitu untuk memperingati karuhun
sesuai proporsinya atau hidup yang Mandiri Adam dan keturunannya, yang
dan jangan berlebihan 21 . Dan nilai moral dilaksanakan setiap tanggal 12 Rewah.
yang terakhir adalah mengenai Alat tubuh Salametan Maulud dilaksanakan setiap

19 20
Asep Dewantara, 2013, “Peran Elit Masyarakat: Ibid
21
Studi Kebertahanan Adat Istiadat di Kampung Adat Ibid
Urug”, Al-turas Vol XIX no.1 Januari 2013,hlm.96
7

tanggal 12 Maulud di ruang pancaniti Berikut adalah contoh Pantang bagi


gedong sanghyang tunggal. Selamatan ini masyarakat Urug yaitu: Pertama, tidak
adalah untuk memperingati kelahiran nabi mengurus padi pada hari Senin, lalu
Muhammad SAW. Upacara sedekah Bumi pantangan bagi petani Urug untuk pergi ke
tidak dipastikan kapan harus dilaksanakan, ladang sawah di hari Jumat, hal ini
hanya saat waktu mau tebar saja setahun dianggap sebagai pamali karena kisah dari
sekali pada hari rabu. Upacara Salametan Dewi Sri. Menurut Abah Ukat sebagai
Puasa dan Lebaran diadakan sehari kokolot nya Masyarakat Urug, Dewi Sri ini
sebelum bulan ramadhan dimulai. Setelah adalah putri dari Prabu Siliwangi yang
menjalankan ibadah puasa sebulan penuh, meninggal saat usianya masih muda dan
masyarakat melaksanakan selametan belum sempat menikah. Saat mendapatkan
Lebaran. Lalu yang terakhir adalah Tradisi menstruasi pertama kali, darahnya tidak
Pemilihan Kikolot atau pemimpin desa adat pernah berhenti sampai akhirnya meninggal
berasal dari upeti dan ilham-ilham dari dunia. Menurut mereka, Dewi Sri mendapat
kekuatan sekitar. haid pertama kali pada hari Senin, makanya
pantang bagi masyarakat Urug untuk
Larangan atau Pamali yang diyakini mengurus padi pada hari tersebut. Sedang
dalam Masyarakat Urug pada hari Jumat, darah menstruasinya
Dalam Masyarakat Adat Urug yang disiram dengan air dan jatuh ke bumi. Hari
terdapat tradisi, serta nilai-nilai moral yang Jumat inilah merupakan pantangan bagi
tertanam dalam masyarakat secara turun petani Urug untuk pergi ke ladang atau
temurun. Tradisi, nilai moral, dan sesuatu sawah. Oleh karena itu untuk menjaga
yang di anggap sakral harus dijaga dan tradisi Para karuhun tidak akan pergi ke
dipatuhi segala aturannya. Dalam sawah, khususnya para pemegang adat. 22
Masyarakat Adat Urug terdapat istilah Pamali yang terakhir adalah suatu anggapan
larangan/pamali. Larangan/pamali adalah "haram" hukumnya menyatukan padi yang
suatu hukuman yang diberikan bagi mereka belum dikeluarkan zakatnya ke leuit
yang melanggar adat istiadat, tidak dicampurkan dengan padi yang lama. Hal
melakukan tradisi yang telah ditetapkan, ini terjadi karena adanya kewajiban
dan melakukan hal-hal yang dianggap berzakat atau mengeluarkan sedekah dari
mengganggu roh-roh leluhur adat. hasil panen yang mereka dapatkan, jika
Larangan/ pamali sering dikaitkan dengan beras tercampur dengan beras lama maka
hal-hal yang mistis karena berhubungan seolah-olah beras tersebut seperti sudah
dengan roh-roh leluhur. Agar tidak terjadi dikeluarkan zakatnya.
suatu seperti larangan/pamali maka
Upaya seluruh pihak untuk menjaga
Masyarakat Urug wajib melakukan tradisi,
Adat Istiadat khususnya Adat
nilai-nilai moral, menjaga tempat-tempat Masyarakat Urug
yang dianggap suci, dan mematuhi roh
leluhur. Untuk dapat melestarikan adat
istidat yang berlaku di Masyarakat

22
Halimi, Skripsi:“Kearifan local dalam upaya
ketahanan pangan di kampung adat urug bogor”
(Jakarta: UIN Syarif Hidayattullah,2013),12.
8

Kampung Adat, diperlukan upaya bagi gunakan untuk memberikan ketegasan


seluruh pihak seperti intern yaitu bahwa masyarakat urug itu adalah suatu
masyarakat urug, sesepuh, serta ekstern masyarakat adat yang dimiliki kabupaten
yaitu masyarakat kabupaten bogor dan bogor yang diharapkan dapat terjaga
pemerintah. Pihak-pihak inilah yang keberadaannya. Pemerintah bogor
diharapkan dapat menjadi pengaruh bagi mengharapkan dengan adanya kampung
masyarakat lain dalam menjaga adat urug sebagai tempat wisata, hal ini dapat
istiadat maupun kebudayaan yang dimiliki. menimbulkan peningkatan pendapatan
Diharapkan pihak-pihak ini dapat ikut ekonomi bagi masyrakat sekitar. Bentuk
mejaga dan melestarikan budaya dan adat pemerintah untuk menjaga kampung urug
istiadat Urug kepada generasi selanjutnya. adalah dengan melihat corak batik para
pegawai negeri, terdapat motif rumah
Upaya bagi pihak intern hal yang panggung, atau rumah pelarian Prabu
dapat dilakukan untuk menjaga adat istiadat Siliwangi di Urug.
Kampung Adat Urug yaitu: Untuk
Masyarakat Urug sendiri dapat diberikan PENUTUP
suatu stigmatisasi atau pemahaman jika
Meskipun berada di tengah kota
mereka tidak masalah untuk mengikuti
metropolitan seperti Kabupaten Bogor,
modernisasi. Tetapi mereka juga harus
yang mulai terkena arus moderenisasi.
diberikan suatu pemahaman atau
Tetapi nyatanya, Masyarakat Adat
stigmatisasi jika, dengan diberikannya
kebebasan untuk mereka dalam mengikuti Kampung Urug sendiri dapat mengikuti
arus modernisasi tidak serta merta mereka, moderenisasi tanpa harus meninggalkan
akan dengan mudah meninggalkan tradisi, adat yang telah ditanamkan oleh leluhur
nilai moral, serta kebudayaan yang sudah mereka. Hal ini dapat dilihat dari tradisi
yang masih di jalankan oleh masyarakatnya
ditanamkan oleh leluhur tetapi harus
setiap tahun. Nilai moral yang masih di
terdapat keseimbangan antara
modereniasasi dan adat. patuhi, terlebih untuk sifat gotong royong
dalam pertanian, jadi tak heran jila
Lalu, upaya bagi pihak ekstern, kehidupan masyarakat Urug sejahtera. Hal-
untuk menjaga adat istiadat kampung adat hal tersebut di jalankan oleh Masyarakat
Urug. Untuk Masyarakat Kabupaten Bogor Kampung Urug karena adanya larangan
dapat mengunjungi Kampung Adat Urug atau pamali yang akan mereka dapatkan
sebagai tempat wisata dan belajar akan jika tidak dilakukan.
kebudayaan adat yang dimiliki masyarakat
adat urug tesebut, karena sebagai Maka di perlukan peranan-peranan
masyarakat asli kabupaten Bogor harus dari pihak intern dan ekstern untuk
bersama-sama menjaga warisan
mengetahui adat istiadat serta kebudayaan
kebudayaan Indonesia. Sebagai generasi
tempat tinggalnya sendiri dan untuk
penerus bangsa nantinya, mereka akan
pemerintah Kabupaten Bogor dalam
dituntut untuk melestarikan warisan
mejaga keberlangsungan adat istiadat
adalah dengan menambahkan nama kebudayaan tersebut. Bukan hanya warisan
kampung urug dengan nama yang baru kebudayaan wilayah tempat tinggal mereka
yaitu Kampung Adat Urug. Yang di saja, Tetapi alangkah baiknya jika mereka
bersama-sama untuk mengetahui, ikut
9

mempelajari, ikut menjaga, dan ikut Halimi, 2013 “Kearifan local dalam upaya
melestarikan semua kebudayaan, adat ketahanan pangan di kampung adat urug bogor”
istiadat yang ada di Indonesia. Karena Skripsi. UIN Syarif Hidayattullah
bangsa yang hebat lahir dari masyarakat
Internet :
yang paham akan budayanya bangsanya,
serta masyarakat yang tidak melupakan Pemerintah Kab. Bogor. 2017. Kampung Adat
sejarah yang dimiliki bangsanya. Karena Urug di
jika terdapat ketidaktahuan bagi mereka http://bogorkab.go.id/index.php/post/detail/115
akan adat istiadat serta kebudayaan yang 7/kampung-urug#.XOoSMY8xXIU (di akses
mereka miliki, tidak ada yang tidak 26/Mei/2019. 11:15).
mungkin jika nantinya adat istidat,
kebudayaan Indonesia yang kaya akan
sedikit demi sedikit diklaim oleh Negara
lain. Bangsa yang maju adalah bangsa yang
kenal dan mencintai kebudayaan dan
adatnya, oleh karena itu mari kita lestarikan
kebudayaan serta adat yang kita miliki demi
warisan budaya yang dapat dirasakan untuk
anak dan cucu kita mendatang.

DAFTAR PUSTAKA

Jurnal :

Asep Dewantara, 2013, “Peran Elit


Masyarakat: Studi Kebertahanan Adat Istiadat di
Kampung Adat Urug”, Al-turas Vol XIX no.1 Januari
2013,hlm.90.

Dwi agnes natalia Bangun,dkk,, 2017, “Buku


profil seBagai media promosi kampung wisata adat
urug”, Politeknik negeri Jakarta hlm.8

Skripsi :

Ahmad Anjas. 2017. Analisis empat jenis


kearifan lokal dalam masyarakat adat kampung
urug”. Skripsi. UNSIKA.

Azmi Fikron. 2017. “Sikap Generasi Muda


Terhadap Pelestarian Adat Perkawinan Lampung
Pesisir”. Skripsi. Universitas Lampung.

Anda mungkin juga menyukai