Anda di halaman 1dari 8

UPACARA NAHUNAN UMAT HINDU KAHARINGAN DI DESA

PANGI KECAMATAN BANAMA TINGANG KABUPATEN PULANG


PISAU

OLEH :
Nama : SINTO
Nim : 19 13 006
Semester : III (TIGA)
Program Studi : KEPANDITAAN
Jenjang : Strata Satu (S-1)
Fakultas : Dharma Duta Brahma Widya
Mata kuliah : Teknik Penulisan Karya Ilmiah

INSTITUT AGAMA HINDU NEGERI


TAMPUNG PENYANG (IAHN-TP)
PALANGKA RAYA
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Penduduk asli Kalimantan Tengah adalah suku Dayak, suku ini merupakan
masyarakat terbesar yang mendiami Provinsi Kalimantan Tengah bersama dengan berbagai
suku lain di Indonesia. Suku Dayak terbagi atas beberapa sub etnis yang masing-masing
memiliki satu kesatuan bahasa, adat istiadat dan budaya. Sub-sub etnis tersebut antara lain
Suku Dayak Ngaju (termasuk Bakumpai dan Mendawai), Tumbang Onah Pasak Talawang
Kab. Kapuas Tengah dan lain-lain. Provinsi Kalimantan Tengah merupakan daerah yang
memiliki aneka ragam tradisi yang berasal dari budaya Suku Dayak. Untuk mempertahankan
serta melestarikan kebudayaan Dayak yang mulai terkikis oleh perkembangan zaman tidaklah
mudah. Perlu kesadaran yang tinggi dari masyarakat Dayak sendiri. Oleh karena itulah perlu
suatu apresiasi serta pengembangan khusus yang paling tidak dapat mengurangi arus dampak
kemajuan atau globalisasi dunia. Oleh karena itulah makalah singkat tentang Upacara
Nahuana ini disusun. Sasarannya adalah generasi muda Kalimantan Tengah agar mereka
dapat mengenal, menghargai bahkan mencintai budaya lokal atau budaya leluhurnya.
Penduduk asli Kalimantan Tengah adalah suku Dayak, suku ini merupakan
masyarakat terbesar yang mendiami Provinsi Kalimantan Tengah bersama dengan berbagai
suku lain di Indonesia. Suku Dayak terbagi atas beberapa sub etnis yang masing-masing
memiliki satu kesatuan bahasa, adat istiadat dan budaya. Sub-sub etnis tersebut antara lain
Suku Dayak Ngaju (termasuk Bakumpai dan Mendawai), Tumbang Onah Pasak
Talawang,Kab. Kapuas Tengah dan lain-lain. Provinsi Kalimantan Tengah merupakan daerah
yang memiliki aneka ragam tradisi yang berasal dari budaya Suku Dayak. Untuk
mempertahankan serta melestarikan kebudayaan Dayak yang mulai terkikis oleh
perkembangan zaman tidaklah mudah. Perlu kesadaran yang tinggi dari masyarakat Dayak
sendiri. Oleh karena itulah perlu suatu apresiasi serta pengembangan khusus yang paling
tidak dapat mengurangi arus dampak kemajuan atau globalisasi dunia. Oleh karena itulah
makalah singkat tentang ³Lima Ritual Besar Suku Dayak di Kalteng´ ini disusun. Sasarannya
adalah generasi muda Kalimantan Tengah agar mereka dapat mengenal, menghargai bahkan
mencintai budaya lokal atau budaya leluhurnya. Lima Ritual Besar Suku Dayak di kalinatan
tengah.
Adapun yang menjadi penampiilan atau pelaksanaan agama Hindu Kaharingan adalah
apa yang disebut “Upacara Keagamaan Hindu Kaharingan”. Yang dirangkai menjadi
beberapa acara agama Hindu Kaharingan adalah menjadi sebuah tradisi atau kebiassaan yang
bersumber dari kaidah hukum agama Hindu Kaharingan yang ajeg baik yang bearasal dari
sember hukum yang tertulis maupun yang tidak tertulis sebagai tradisi setempat yang
merupakan suatu kebiasaan yang dilakukan secara turun temurun yang diyakini sejak nenek
moyang umat Hindu Kaharingan sebagai wahyu Ranying Hatalla. Oleh karena acara Agama
Hindu Kaharingan merupakan bagian upacara keagamaan Hindu Kaharingan yang menjadi
suatu penampilan atau pelaksanaan ajara-ajaran agama Hindu Kaharingan, maka jelaslah
bagian ini pula merupakan tampak dari luar yang menjadi sebuah fenomena ajaran agama.
(Mariatie, Dkk. 2016.1).

1.2 Rumusan Masalah


1. apa yang dimaksud dengan upacara Nahunan ?
2. apa yang menjadi Tujuan upacara nahunan ?
3. mengapa upacara nahunan harus dilaksanakan?

1.3 Tujuan Penelitian


Adapun yang menjadi tujuan dari proposal ini adalah untuk mengetahui
1. Apa yang dimaksud dengan upacara Nahunan
2. Apa yang menjadi tujuan upacara Nahunan
3. Mengapa upacara Nahunan harus dilaksanakan

1.4 Manfaat Penelitian


Penelitian ini di harapkan dapat bermanfaat sebagai berikut :
1. Bagi ilmu pengetahuan : penelitian ini di harapkan dapat di manfaat kan sebagai
pengembangan tentang tradisi.
2. Bagi peneliti : penelitian ini di harapkan menjadi tempat bagi peneliti dalam
mengaplikasi kan ilmu dalam kehidupan bermasyarakyat dan memperkaya wawasan
yang bermanfaat untuk pengembangan ilmu pengetahuan peneliti.
3. Bagi masyarakyat : penelitian ini di harapka dapat memberi masukan informasi
menjadi acuan dalam melestarikan budaya.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Upacara Nahunan

Upacara Nahunan yang dilaksanakan oleh umat Hindu Kaharingan didasarkan pada
ajaran kitab suci panaturan yaitu pada pasal 20 yang berbunyi sebagai berikut :
Kameluh putak bulau janjulen karangan limut batu kamasan tambun handiwung kanyurung
pusu pandung bapangku anak’e.
Artinya :
Kameluh putak bulau janjulen karangan limut batu kamasan tambun mengandung (hamil).
Sebagaimana tertulis dalam kitab suci tersebut di atas, tergambarlah bahwa seseorang ibu
yang baru mengandung (hamil) perlu dilaksanakan upacara :
1. Upacara paleteng kalangkang sawang adalah dilakukan pada saat umur bayi dalam
kandungan berumur 3 bulan.
2. Upacara nyaki ehet/nyerongin dilit adalah dilakukan pada saat umur bayi dalam
kandungan berumur 7 bulan.
3. Upacara mangkang kahang badak adalah dilakukan pada saat umur bayi dalam
kandungan berumur 9 bulan.
Setelah bayi tersebut lahir, Langkah awal yang dilakukan oleh orang tua setelah lepas tali
pusat bayi tersebut adalah melaksanakan petoka anak atau palas Bidan, kemudian baru
dilaksanakan upacara pemberian nama bayi tersebut sebagaimana tersirat dalam ajaran suci
Panaturan pada pasal 20 ayat 20 sebagai berikut :
Sana ewen raja uju hakanduang jadi sembang bukit batu nindan tarung, kareng liang batilung
nyaring, te ewen malalus nahunan garinng tarantang manyamei tunggul garing janjahunan
laut sintung telu, palus manyaki mamalas tumun peteh tuntang kahandak Ranying Hatalla
ewen ndue Jatha Balawang Bulau, hayak mananggare gangguranan ara’e ie te :
a. Raja Sangen
b. Raja Sangiang
c. Raja Bunu

Upacara Nahunan yaitu upacara pemberian nama bayi yang baru berumur 40 hari s/d
1 tahun, disamping upacara pemberian nama bayi tersebut, Nahunan juga merupakan suatu
balas jasa atau ucapan terima kasih kepada bidan dan para leluhur yang telah menjaga dan
melindungi bayi dan ibunya tersebut, sehingga dari proses awal sejak bayi dalam kandungan
sampai bayi itu lahir tidak mengalami gangguan berbagai penyakit dan pengaruh buruk,
karena dilakukan Meteng Manas (diikat dengan lilies lamiang). Upacara Nahunan memiliki
kaitan erat dengan ritual nyaki ehet atau tujuh bulanan, dimana pada saat itu kedua orang tua
bayi manggantung sahur mencari sahur yang akan melindungi ibu dan bayi agar sehat,
selamat dan melahirkan dengan lancar dengan janji jika tekabul doa harapan maka kedua
orang tua bayi. Tersebut akan membayar Hajat Niat tadi pada saat Nahunan.
Upacara Nahunan ini sudah dikenal oleh masyarakat dayak Kalimantan tentang
khususnya umat Hindu Kaharingan, karena upacara Nahunan merupakan kewajiban bagi
orang tua untuk melaksankan dan melestarikannya. Namun pada hakekatnya adalah satu
upacara yang sangat penting sekali menurut masyarakat Kalimantan tengah khususnya umat
hindu kaharingan, karena upacara Nahunan adalah upacra sakral yang diyakini dan dipercayai
terhadap Ranying Hatalla, untuk itu upacara Nahunan merupakan hakekat dan hajat hidup
menyangkut pembentukan watak dan karakter manusia.

2.2 Tujuan Upacara Nahunan dan Alat/Sarana

1. Upacara dilaksanakan dengan maksud sebagai ungkapan rasa syukur dan


terimakasih kepada bidan kampung atau dukun bayi karena telah membantu
proses kelahiran agar ibu dan bayi lahir dengan selamat.
2. Sebagai sanjungan atas kelahiran bayi yang sangat didambakan dalam
kehidupan berumah tangga.
3. Makna yang terakhir dan yang terpenting yaitu pemberian nama untuk sang
bayi agar dikenal oleh masyarakat dalam pergaulan keseharian.

Alat/Sarana Sebagai Berikut :


1. Batang Sawang
2. Rabayang
3. Uei/rotan
4. Panduduk
5. Benang (Bahalai/Tapih)
6. Senaman/Besi Atau Parang dan Batu
7. Tambak
8. Sirih Pinang (Pinang yang masih muda)
9. Bahalai akan entang
10. Tanggui layah
11. Kawu/debu di simpan di dalam tempurung kelapa/piring
2.3 Mengapa Upacara Nahunaan Dilaksanakan

Nahunan adalah salah satu upacara adat khas masyarakat Suku Dayak di Kalimantan
Tengah berkaitan dengan daur hidup kelahiran. Tujuannya untuk memberikan nama bagi si
bayi pada usia 1-2 tahun. Upacara Nahunan bisa dilaksanakan pada setiap kelahiran bayi di
kalangan Suku Dayak Ngaju Kalteng.
Upacara Nahunan memiliki berbagai makna. Pertama upacara dilaksanakan dengan
maksud sebagai ungkapan rasa terimakasih kepada bidan kampung (dukun bayi) karena telah
membantu proses kelahiran bayi agar ibu dan bayi lahir dengan selamat. Kedua, bermakna
sebagai sanjungan atas kelahiran bayi yang sangat didambakan dalam kehidupan berumah
tangga. Makna terakhir dan yang terpenting adalah pemberian nama untuk sang anak agar
dikenal oleh masyarakat dalam pergaulan keseharian.
Untuk melaksanakan upacara Nahunan tersebut, disiapkanlah beberapa perlengkapan
upacara Nahunan baik perlengkapan untuk sang bayi maupun perlengkapan bidan. Untuk
sang bayi, disiapkan sebuah keranjang pakaian guna menyimpan pakaian sang bayi, Tuyang
atau ayunan untuk menidurkannya ketika upacara Nahunan sedang dilangsungkan, tuyang ini
terbuat dari kulit kayu nyamu dan terhiaskan dengan mainan sederhana terbuat dari lingkaran
rotan dan kulit siput bakang yang dirangkai sehingga menimbulkan bunyi-bunyian yang
unik, sekaligus untuk mengusir roh yang jahat jika ingin mengganggu sang bayi.
Kemudian untuk melengkapi perlengkapan Upacara Nahunan terdapat Sangku besar
berbentuk seperti mangkuk besar yang digunakan untuk memandikan bayi dan tak lupa
garantung untuk tempat pijakan bayi ketika keluar. Tidak hanya sang bayi yang mempunyai
perlengkapan, sang bidan pun memiliki pelengkapan khusus dalam upacara Nahunan sebuah
Tangkui Perohon, sebuah topi yang digunakan sang bidan untuk menutup kepala ketika
membawa dan memandikan sang bayi ke sungai.
Ditambah lagi dengan benda-benda yang memang sering digunakan seperti peludahan
untuk menampung air ludah kinangan pada pasca upacara Nahunan, Karungan untuk
menyimpan sirih pinang, Mangkok Petak untuk meletakkan tanah atau air, Apar untuk
menyimpan sesajen. Mangkuk Tampung Tawar untuk menyimpan ramuan tampung tawar
serta ceret untuk menyimpan air minuman tradisional (baram atau anding) dan terakhir adalah
Sangku Penduduk untuk menaruh beras dan kelapa.
Terdapat juga benda-benda yang sarat dengan spiritual dan perlambang. Benda-benda
inilah yang lebih diutamakan. Batang Samelum misalnya, merupakan sebuah perlambang
kesuburan pada saat upacara tersebut berlangsung. Hampatung Kalekang Karuhei merupakan
perlambang untuk mengundang rejeki setelah upacara Nahunan dilaksanakan, Tutup Rinjing
(tutup wajan) untuk menutup segala hal buruk dan tidak baik, sebagai perlambang, sedangkan
benda yang sarat dengan keyakinan yaitu Parapen atau Pendupaan yang berfungsi untuk
membakar kemenyan guna mengusir roh halus pada upacara Nahunan tersebut, Pisau Lantik
untuk pengeras hamburan (roh roh orang yang melaksanakan upacara atau dukun bayi).
Semua upacara dan perlengkapan ini tak lepas dari tujuan upacara Nahunan itu sendiri
yakni menghargai daur kehidupan dari kelahiran hingga kematian. Masyarakat Dayak sangat
memahami bahwa kehidupan mempunyai makna yang sangat dalam, semua tertuang dalam
berbagai upacara yang diadakan, termasuk upacara Nahunan.
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 TEKNIK PENGUMPULAN DATA

Untuk memperoleh data dalam penelitian penulis menggunakan beberapa


teknik pengumpulan data yaitu wawancara, dokumentasi, dan kepustakaan.

3.1.1 Wawancara
Wawancara adalah proses percakapan dengan maksud untuk mendapat kan data
mengenai hal yang di teliti, kejadian dan perasan yang di lakukan oleh dua pihak yaitu
antara pewawancara dan yang di wawancara. Metode wawancara adalah cara yang
ampuh untuk kita mengungkapkan masalah yang sedang di teliti.

3.1.2 Dokumentasi
Dari kamus besar bahasa indonesia (KBBI), dokumentasi adalah pengumpulan,
pemilihan, pengolahan, dan penyimpanan informasi dalam bidang pengetahuan
dan tujuan untuk memperoleh data langsung dari tempat penelitian, menepati
buku-buku yang relevan.

3.1.3 Kepustakaan
Kepustakaan adalah salah satu metode yang di gunakan penulis dalam penelitian
ini, kepustakaan berhubungan sumber-sumber tertulis berupa buku-buku yang
dapat di temukan penulis di perpustakaan.

3.2 LOKASI PENELITIAN


Penelitian ini di lakukan di desa pangi kecamatan banama tingang kabupaten pulang
pisau.

Anda mungkin juga menyukai