Anda di halaman 1dari 15

“SYARI’AH FIQIH HUKUM ISLAM”

PENYUSUN : Dede Kurnasih


Akhmarina Nurpitoh
Eva
Della
Jurusan : PGSD
Dosen : Nanih Spd.I

STKIP SUBANG
Kampus Pusat : Jl. Marsinu No. 05 Tegal Kalapa – Subang Telp. 0264 – 417853
Sekretariat : Kp. Cihuni – Pasawahan Purwakarta
No. Hp. 08179264210

Kata Pengantar
Alhamdullillahhirobbil’alamin, segala puji bagi ALLAH swt, berkat rahmat dan
karunianya. Amin.
Mari kita belajar mengetahui tentang “Pengaruh Lingkungan Terhadap Peserta Didik” .
Kita sebagai calon pengajar guru SD sangat perlu tata cara atau bagaimana menempatkan peserta
didik di dalam suatu lingkungan yang baik.
Nah, dalam makalah ini di jelaskan tentang pengaruh lingkungan terhadap peserta didik.
Semua akan di bahas dalam makalah ini, bahasan pada makalah ini mudah di mengerti, di
harapkan kita akan menemukan konsep dalam makalah ini dan lebih memahami isi materi di
dalamnya.

Purwakarta, January 2013

Penyusun
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Di dalam  kepustakaan hukum Islam berbahasa  inggris, Syari’at Islam diterjemahkan dengan
Islamic Law, sedang Fikih Islam diterjemahkan dengan Islamic Jurispudence. Di dalam  bahasa 
Indonesia, untuk syari’at Islam, sering, dipergunakan istilah hukum syari’at atau hukum syara’
untuk fikih Islam dipergunakan istilsh hukum fikih atau kadang-kadang Hukum Islam.

Dalam praktek  seringkali, kedua istilah itu dirangkum dalam kata hukum Islam, tanpa
menjelaskan apa yang dimaksud. Ini dapat dipahami karena hubungan ke duanya memang sangat
erat, dapat dibedakan, tetapi tidak mungkin dicerai pisahkan. Syari’at adalah landasan fikih
adalah pemahaman tentang syari’at. Perkataan syari’at dan fikih (kedua-duanya) terdapat di
dalam al-Qur’an, syari’at dalam surat al-jatsiyah (45):18

Artinya :.  Kemudian kami jadikan kamu berada di atas suatu syariat (peraturan) dari urusan
(agama itu), Maka ikutilah syariat itu dan janganlah kamu ikuti hawa nafsu orang-orang yang
tidak Mengetahui.

Sedangkan perkataan fikih tersebut surat at-Taubah (9): 122.

Artinya :  Tidak sepatutnya bagi mukminin itu pergi semuanya (ke medan perang). Mengapa
tidak pergi dari tiap-tiap golongan di antara mereka beberapa orang untuk memperdalam
pengetahuan mereka tentang agama dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila
mereka Telah kembali kepadanya, supaya mereka itu dapat menjaga dirinya. Akan tetapi,
perangkuman kedua istilah itu ke dalam satu perkataan, sering menimbulkan salah pengertian
terutama kalau dihubungkan dengan perubahan  dan pengembangan hukum Islam.

Oleh karena itu seorang ahli hukum di Indonesia harus dapat membedakan mana hukum islam
yang di sebut (hukum syari’at) dan mana pula hukum Islam yang disebut dengan (hukum fikih).
Ungkapan bahwa hukum Islam adalah hukum suci, hukum Tuhan, syariah Allah, dan
semacamnya, sering dijumpai. Juga demikian yang beranggapan bahwa hukum Islam itu pasti
benar dan diatas segala-galanya, juga tidak jarang kita dengar. Disini tampak tdak adana
kejelasan possi dan wilayah  antara    istilah hukum Islam dan syariah Allah dalam arti
konkritnya adalah wahyu yang murni yang posisinya diluar jangkaan manusia.

Pengkaburan istilah antara hukum islam, hukum syar’i / syari’ah, atau bahkan syari’ah Islam,
pada hakikatnya tidak ada masalah. Namun pengkaburan esensi dan posisi antara hukum Islam
yang identik dengan fiqh, karena merupakan hasil ijtihad tadi, dengan syari’ah yang identik
dengan wahyu, yang berarti diluar jangkauan manusia, adalah masalah besar yang harus
diluruskan dan diletakkan pada posisi yang seharusnya.

Sumber utama hukum islam adalah al-qur’an, maka hukum islam berfungsi sebagai pemberi
petunjuk, pemberi pedoman dan batasan terhadap manusia. Jika sesuatu itu haram, maka hukum
islam berfungsi sebagai pemberi petunjuk  bahwa hal tersebut tidak boleh dikerjakan, sebaliknya
jika sesuatu itu wajib maka haruslah dikerjakan.. dengan istilah lain ketentuan hukum islam itu
berarti hasil ijtihad fuqaha dalam  menjabarkan petunjuk dari wahyu itu. Namun yang terjadi
selama ini  seolah-olah hukum islam itu merupakan seperangkat aturan dan batasan yang sudah
mati, sehingga selalu terkesan pasif. Akhirnya hukum islam menimbulkan kesan menakutkan
bagi masyarakat sekitarnya, padahal hukum islam itu harus bersifat aktif sesuai dengan pendapat
Abu Hanifah adanya istilah ma’rifat (mengetahui) dimana kalimah tersebut memberi inspirasi
untuk aktif tidak terlambat memberi ketentuan hukum islam, jika muncul kasus baru. Batasan-
batasan tersebut dalam ilmu hukum disebut sebagai fungsi sosial control.

Berangkat dari masalah tersebut penuls akan mengkaji dan membahas Hukum Islam , Syariat
dan Fiqh karakter dan tantangannya.
BAB II
PEMBAHASAN

A.     PENGERTIAN-PENGERTIAN DASAR DALAM HUKUM ISLAM: SYARI’AH,


FIQIH,

1.      Syari’ah

a. Syari’ah menurut etimologi berakar pada kata ‫ ش ر ع‬adalah:

‫مورد الماء الذي يقصد للشرب‬

            Artinya : “Sumber air yang dituju untuk minum”

b. Menurut terminologi adalah:

‫مجموعة االوامر والحكام واالعتفادية والعملية التي يوجب االسالم تطبيفها لتحقيق اهدافه االصالحية في المجتمع‬

                        Artinya : “Kumpulan perintah dan hukum-hukum i’tiqadiyah dan ‘amaliyah yang
diwajibkan oleh islam untuk diterapkan guna merealisasikan tujuannya                            yakni   
kebaikan dalam masyarakat.”

Jadi, pembahasan syari’ah meliputi segala hukum, baik yang berhubungan dengan aqidah,
akhlak, dan yang berhubungan dengan perilaku manusia yang berupa perkataan, perbuatan, dan
tindakan-tindakan lainnya yang tidak termasuk dalam masalah aqidah dan akhlaq.

Syariah menurut bahasa memiliki beberapa makna, diantaranya adalah‫ الوارد‬  (al-warid) yang
berarti jalan, ia bermakna pula‫ نحو الماء‬ yaitu tempat keluarnya (mata) air.Al-Raghib menyatakan
syariah adalah metode atau jalan yang jelas dan terang misalnya ucapaan‫ه نهجا‬QQ‫رعت ل‬QQ‫ ش‬ (aku
mensyariatkan padanya sebuah jalan). Manna' Khalil Al-Qathan berkata “Syariat pada asalnya
menurut bahasa adalah sumber air yang digunakan untuk minum, kemudian digunakan oleh
orang-orang Arab dengan arti jalan yang lurus (al-syirath al-mustaqim) yang demikian itu karena
tempat keluarnya air adalah sumber kehidupan dan keselamatan/kesehatan  badan, demikian juga
arah dari jalan yang lurus yang mengarahkan manusia kepada kebaikan, padanya ada kehidupan
jiwa dan pengoptimalan akal mereka
Kata syariah banyak terdapat di dalam Al-Qur'an, misalnya firman Allah ta’ala  dalam QS
Al-Jatsiyah : 18  
  َ‫ثُ َّم َج َع ْلنَاكَ َعلَى َش ِري َع ٍة ِّمنَ اَْأل ْم ِر فَاتَّبِ ْعهَا َوالَتَتَّبِ ْع َأ ْه َوآ َء الَّ ِذينَ الَيَ ْعلَ ُمون‬
Kemudian Kami jadikan kamu berada di atas suatu syariat (peraturan) dari urusan (agama itu),
maka ikutilah syariat itu dan janganlah kamu ikuti hawa nafsu orang-orang yang tidak
mengetahui.
Makna syariah pada ayat ini adalah peraturan atau cara beragama. Sedangkan dalam QS
Asy-Syura ayat 13 bermakna memberikan tata cara beragama : 
‫ص ْينَا بِ ِه ِإ ْب َرا ِهي َم َو ُمو َسى َو ِعي َسى َأ ْن َأقِي ُموا ال ِّدينَ َوالَتَتَفَ َّرقُوا فِي ِه‬ َ ‫ِّين َما َوصَّى بِ ِه نُوحًا َوالَّ ِذي َأوْ َح ْينَآ ِإلَ ْي‬
َّ ‫ك َو َما َو‬ ِ ‫َش َر َع لَ ُكم ِّمنَ الد‬
ُ‫َكبُ َر َعلَى ْال ُم ْش ِر ِكينَ َماتَ ْدعُوهُ ْم ِإلَ ْي ِه هللاُ يَجْ تَبِي ِإلَ ْي ِه َمن يَ َشآ ُء َويَ ْه ِدي ِإلَ ْي ِه َمن يُنِيب‬
Dia telah mensyari'atkan bagi kamu tentang agama apa yang telah diwasiatkan-Nya kepada
Nuh dan apa yang telah Kami wahyukan kepadamu dan apa yang telah Kami wasiatkan kepada
Ibrahim, Musa dan Isa yaitu: Tegakkanlah agama dan janganlah kamu berpecah belah
tentangnya. Amat berat bagi orang-orang musyrik agama yang kamu seru mereka kepadanya.
Allah menarik kepada agama itu orang yang dikehendaki-Nya dan memberi petunjuk kepada
(agama)-Nya orang yang kembali (kepada-Nya).
Makna syariah yang serupa disebutkan dalam QS Al-Syura ayat 21 Allah ta’ala berfirman :  
ِ ُ‫آُؤا َش َرعُوا لَهُم ِّمنَ الدِّي ِن َمالَ ْم يَْأ َذن بِ ِه هللاُ َولَوْ الَ َكلِ َمةُ ْالفَصْ ِل لَق‬
‫ض َى بَ ْينَهُ ْم َوِإ َّن الظَّالِ ِمينَ لَهُ ْم َع َذابٌ َألِي ُُم‬ ْ ‫َأ ْم لَهُ ْم ُش َر َك‬
Apakah mereka mempunyai sembahan-sembahan selain Allah yang mensyariatkan untuk
mereka agama yang tidak diizinkan Allah? Sekiranya tak ada ketetapan yang menentukan (dari
Allah) tentulah mereka telah dibinasakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang zalim itu akan
memperoleh azab yang amat pedih.
Dari beberapa ayat tersebut dapat disimpulkan bahwa kata syariah bermakna peraturan,
agama dan tata cara ibadah. Pengertian ini telah mengarah kepada makna secara istilah, karena
khitab dari ayat-ayat tersebut adalah orang-orang yang beriman agar mereka dapat
merealisasikan syariat tersebut.
Secara istilah “syariat” adalah “Seperangkat norma yang mengatur masalah-masalah
bagaimana tata cara beribadah kepada Allah ta'ala, serta bermuamalah dengan sesama manusia”.
Al-Fairuz Abady menyebutkan bahwa syariat adalah apa-apa yang disyariatkan Allah kepada
para hambaNya.Ibnu Mandzur menyatakan bahwa syariah adalah :
ِّ‫سن هللا من الدِّين وَأ َمر به كالصوم والصالة والحج والزكاة وسائر َأعمال البر‬
َّ ‫والشريعةُ وال ِّشرْ عةُ ما‬
Segala sesuatu yang ditetapkan  Allah dari dien (agama) dan diperintahkanya seperti puasa,
shalat, haji, zakat dan amal kebaikan lainnya.
Definisi ini seperti yang disebutkan oleh Manna' Al-Qathan yang menyebutkan bahwa syariat
secara istilah adalah “Setiap sesuatu yang datang dari Allah ta'ala yang disampaikan oleh
utusan/RasulNya kepada para hambaNya, dan Dia adalah pembuat syariat yang awal, hukumNya
dinamakan syar'an.Senada dengan pengertian ini Mahmud Syalthut mendefinisikannya dengan
"Sebuah nama untuk tata peraturan dan hukum yang diturunkan oleh Allah ta'ala dalam bentuk
ushulnya dan menjadi kewajiban setiap muslim sebagai pedoman dalam berhubungan dengan
Allah dan antar sesama manusia.
Para intelektual muslim Indonesia memberikan definisi dari syariah dengan beraneka ragam,
misalnya Hasbi Ash-Shidieqy mendefinisikannya dengan “Segala yang disyariatkan Allah untuk
kaum muslimin, baik ditetapkan oleh Al-Qur'an ataupun sunnah Rasul yang berupa sabda,
perbuatan, ataupun taqrirnya”.Sedangkan M. Ali Hasan menyatakan bahwa syari'ah adalah :
Hukum-hukum yang disyariatkan oleh Allah bagi hamba-hambaNya (manusia) yang dibawa oleh
para nabi, baik menyangkut cara mengerjakannya yang disebut far'iyah amaliyah (cabang-
cabang amaliyah) dan untuk itulah fiqh dibuat, atau yang menyangkut petunjuk beri'tiqad yang
disebut ashliyah i'tiqadiyah (pokok keyakinan), dan untuk itu para ulama menciptakan ilmu
kalam (ilmu tauhid). Dalam bagian lain disebutkan bahwa syariah adalah “Semua yang
disyariatkan Allah untuk kaum muslimin baik melalui Al-Qur'an maupun melalui sunnah rasul.

2.      Fiqih

1. Secara Etimologi berakar pada kata ‫ف ق ه‬  adalah ‫ الفهم‬yang berarti pemahaman.
2. Menurut terminologi adalah:

‫العلم باالحكام الشرعية العملية المكتسب من ادلتها التفصيلية‬

            Artinya : “Fiqih adalah ilmu yang menerangkan hukum-hukum syara’ yang ‘amali
(praktis) yang diusahakan dari dalil-dalilnya yang tafshil.”

 Secara definitif, fiqih berarti “ilmu tentang hukum-hukum syar’i yang bersifat amaliah
yang digali dan ditemukan dari dalil-dalil yang tafsili”. Dalam definisi ini fiqih diibaratkan
dengan ilmu karena fiqh itu semacam ilmu pengetahuan. Memang fiqih itu tidak sama dengan
ilmu seperti disebutkan di atas, fiqih itu bersifat zhanni. Fiqih adalah apa yang dapat dicapai oleh
mujtahid dengan zhannya, sedang ilmu tidak bersifat zhanni seperti fiqih. Namun karena zhan
dalam fiqih ini kuat maka ia mendekati ilmu, karenanya dalam definisi ini ilmu digunakan juga
untuk fiqih.

Al-Fiqh adalah ilmu tentang sesuatu dan pemahaman tentangnya.


Di dalam Al-Qur’an terdapat beberapa ayat yang menggunakan istilah fiqh yang bermakna
pemahaman, diantaranya dalah firmanNya :
‫ال ٰهَُٓؤآَل ِء ْٱلقَوْ ِم اَل يَ َكا ُدونَ يَ ْفقَهُونَ َح ِدي ۭثًا‬
ِ ‫فَ َم‬
Maka mengapa orang-orang itu (orang munafik) hampir-hampir tidak memahami pembicaraan
sedikit pun?
Dalam ayat yang lainnya disebutkan :
‫و ۟ا ِإلَ ْي ِه ْم لَ َعلَّهُ ْم‬Q ۟ ‫ ِذر‬Q‫دِّين َولِيُن‬Q‫وا فِى ٱل‬Q
ٓ Q‫وْ َمهُ ْم ِإ َذا َر َج ُع‬QQَ‫ُوا ق‬ ِ
۟ Qُ‫ ۭةٌ لِّيَتَفَقَّه‬Qَ‫ ۢ ٍة ِّم ْنهُ ْم طَآِئف‬Qَ‫لِّ فِرْ ق‬Q‫ َر ِمن ُك‬Qَ‫ُوا َكآفَّ ۭةً ۚ فَلَوْ اَل نَف‬
۟ ‫َوما َكانَ ْٱل ُمْؤ ِمنُونَ لِيَنفِر‬
َ
َ‫يَحْ َذرُون‬
Tidak sepatutnya bagi orang-orang yang mukmin itu pergi semuanya (ke medan perang).
Mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan di antara mereka beberapa orang untuk
memperdalam pengetahuan mereka tentang agama dan untuk memberi peringatan kepada
kaumnya apabila mereka telah kembali kepadanya, supaya mereka itu dapat menjaga dirinya.
Sementara di dalam hadits, Rasulullah bersabda :
‫َم ْن ي ُِر ِد هّٰللا ُ بِ ِه خَ ْيرًا يُفَقّ ْههُ فِى ال ّد ْي ِن‬
Barangsiapa dikehendaki Allah sebagai orang baik, pasti Allah akan memahamkannya dalam
persoalan agama.
Sedangkan secara istilah fiqh adalah :
‫معرفة األحكام الشرعية العملية بأدلتها التفصيلية‬
Pengetahuan tentang-tentang hukum syariat yang bersifat praktis yang diambil dari dalil-dalil
yang terperinci. Pengertian yang lebih komprehensif mengenai fiqh adalah :
‫العلم باألحكام ال ّشرعيّة العمليّة المكتسب من أدلّتها التّفصيليّة‬
Ilmu tentang hukum-hukum syari’at yang berkaitan dengan perbuatan dan perkataan mukallaf
(mereka yang sudah terbebani menjalankan syari’at agama), yang diambil dari dalil-dalilnya
yang bersifat terperinci. Dalil-dalil yang tafsili yang dimaksud berupa nash-nash al Qur’an dan
As sunnah serta yang bercabang darinya yang berupa ijma’ dan ijtihad.
Dari pengertian syari'ah dan fiqih yang telah dibahas sebelumnya maka dapat disimpulkan
bahwa keduanya memiliki karakter masing-masing. Dilihat dari sumbernya maka syariah
bersumber dari Allah ta’ala yaitu berupa Al-Qur'an dan Hadits Nabi Muhammad Shalallahu
Alaihi Wasalam. Sedangkan Fiqh bersumber dari para ulama dan ahli Fiqh yang telah menggali
hukum-hukum yang berasal dari Al-Qur'an dan Hadist. Sementara dari segi obyeknya maka
syariah objeknya meliputi bukan saja batin manusia akan tetapi juga lahiriyah manusia dengan
Tuhannya (ibadah). Sedangkan Fiqih objeknya peraturan manusia yaitu hubungan lahir antara
manusia dengan manusia serta manusia dengan makhluk lainnya. Perbedaan selanjutnya adalah
mengenai sanksi ketika melanggarnya, syariah sanksinya adalah pembalasan Allah ta’ala di
akhirat, sedangkan Fiqih Semua norma sanksinya bersifat sekunder yaitu negara sebagai
pelaksana sanksinya.
Dari sini dapat disimpulkan bahwa hukum Islam adalah aturan-aturan yang datang dari Allah
ta’ala melalui perantara para rasulNya yang berupa hukum-hukum yang qath’i (syariah) dan juga
yang bersifat dzanni yaitu fiqh. Dengan kata lain hukum Islam adalah syariat Allah yang bersifat
menyeluruh berupa hukum-hukum yang terdapat di dalam Al-Qur’an dan As-Sunnah serta
hukum-huukm yang dihasilkan oleh para ahli hukum Islam dengan menggunakan metode ijtihad
(fiqh).

3. Pengertian Hukum Islam :

Menurut Hasby Ash Shiddieqie menyatakan bahwa hukum islam yang sebenarnya tidak
lain dari pada fiqh islam atau syariat Islam, yaitu koleksi daya upaya para fuqaha dalam
menerapkan syariat Islam sesuai dengan kebutuhan  masyarakat.

‫ المجتمع‬ ‫مجموع محاوالت الفقهاء لتطبيق الشريعة علي حاجات‬

Kumpulan  daya upaya para ahli hukum untuk menetapkan syari’at atas kebutuhan masyarakat.

Istilah hukum islam walaupun berlafad Arab, namun telah dijadikan bahasa Indoneisa, sebagai
terjemahan dari Fiqh Islam atau syari’at Islam yang bersumber kepada al-Qur’an As-Sunnah dan
Ijmak para sahabat dan tabi’in.lebih jauh Hasby menjelaskan bahwa Hukum Islam itu adalah 
hukum yang terus hidup, sesuai dengan undang-undang gerak dan subur. Dia mempunyai gerak
yang tetap dan perkembangan yang terus menerus.

Hukum islam menekankan pada final goal, yaitu  untuk mewujudkan kemaslahatan manusia..
fungsi ini bisa meliputi beberapa hal yaitu : a. fungsi social engineering. Hukum islam dihasilkan
untuk mewujudkan kemaslahatan dan kemajuan umuat. Untuk merealisasi ini dan dalam
kapasitasnya yang lebih besar, bisa melalui proses siyasah syariyyah, dengan produk qanun atau
perundang-undangan ; b. perubahan untuk tujuan lebih baik. Disini berarti sangat besar
kemungkinannya untuk berubah, jika pertimbangan kemanfaatan untuk masyarakat itu muncul.

2. Ruang Lingkup Hukum Islam


Dalan hukum islam tidak dibedakan antara hukum perdata dengan hukum publik. Hal ini
disebabkan menurut sistem hukum islam pada hukum perdata terdapat segi-segi publik dan pada
hukum publik ada segi-segi perdatanya.  Oleh karena itu dalam hukum Islam tidak dibedakan
kedua bidang hukum itu. Yang disebutkan hanya bagian-bagiannya saja, seperti (1). Munakahat.,
(2.).wirasah (3). Muamalat dalam arti khusus (4). Jinayat atau ukubat (5). Al-ahkam as-
sultoniyyah (khalifa) (6). Siyar.; (7). Mukhasshamat

Kalau bagian bagian-bagian tersebut disusun menurut sistimatika hukum barat yang
membedakan antara hukum perdata dengan hukum publik Maka susunan hukum muamalah
dalam arti luas itu adalah sebagai berikut : Hukum Privat : 1. Munakahat mengatur segala
sesuatu yang berhubungan dengan perkawinan, perceraian serta akibat-akibatnya ; 2. wirasah
(faraidl) mengaur segala masalah yang berhubungan dengan pewaris, ahli waris, harta
peninggalan serta pembagian warisan ;

Muamalah dalam arti yang khusus, mengatur masalah  kebendaan dan hak-hak atas benda, tata
hubungan manusia dalam soal jual beli, sewa menyewa, pinjam meminjam, perserikatan dan
sebagainya.

Hukum Publik  adalah : Jinayat yang memuat aturan-aturan mengenai perbuatan-perbuatan yang
diancam dengan hukuman baik dalam jarimah hudud maupun dalam jarimah takzir. Al-ahkam
assultoniyyah membicarakan soal-soal yang berpusat kepada negara, ke pemerintah 3. Siyar 
mengatur urusan perang dan damai, tata hubungannya dengan pemeluk  agama dan negara lain ;
4. Mukshshonat mengatur soal; peradilan, kehakiman dan hukum acara.

3. Prinsip-prinsip Hukum Islam

Maksud prinsip dalam bahasan ini adalah titik tolak pembinaan hukum Islam dan
pengembangannya. Prinsip ini berlaku dimanapun dan kapanpun di wilayah hukum Islam.
Prinsip-prinsp itu  adalah :

Pertama : Tauhid Allah, prinsip ini menyatakan bahwa segala hukum dan tindakan seorang
muslim mesti menuj kepada satu tujuan, yaitu Tauhid Allah, Tauhid Allah disini berarti kesatuan
substansi hukum dan tujuan setiap tindakan manusia dalam rangka  menyatu dengan kehendak
Tuhan. Jalan untuk meraihnya tidak bisa lain kecuali deng‫ش‬n pernyataan : ‫الاله االهللا محمد رسول هللا‬

Kedua :  ‫الموافقت الصحيح المنقول للصحيح المأقول‬

prinsip ini menyatakan bahwa wahyu yang shah bersesuaian dengan penalaran yang sarih.
Dengan kata lain wahyu tidak akan pernah bertentangan dengan akal. Ini berarti bahwa
kebanaran wahyu adalah kebenaan yang mutlak dengan sendirinya. Wahyu tidak memerlukan
pembuktian kebenarannya, baik secara rasional maupun empirik. Ia telah benar dengan
sendirinya.

Ketiga :  ‫الرجع الى القران وا لسنة‬


Kembali kepada al-qur’an dan assunnah yang tidak pernah berlawanan dengan penalaran akal
yang sarih. Namun demikian karena wahyu telah terhenti seiring dengan wafatnya Rasululah
SAW. Maka pokok-pokok ajaran agama dianggap telah sempurna. Sementara response
masyarakat muslim terhadap perubahan sosial budaya dapat berkembang melalui proses ijtihadi.

Ke empat   ‫ان اصول الدين وفروعها قد يينها الرسول‬

hal-hal yang berkenaan dengan pokok-pokok agama an sich telah dijelaskan oleh Rasul. Ini
berarti bahwa dalam hal-hal kehidupan dunia yang terus berubah menganut prinsip-prinsip
keadlan dan kebenaran.

Kelima al-adalah,  ‫ العذالة‬ yang berarti keadilan. Yaitu keseimbangan dan moderasi yang
menghendaki adanya keseimbangan dan kelayakan antara apa yang seharusnya dilakukan dengan
kenyataan, keseimbangan antara kehendak manusia dan kemampuan merealisasikannya.

Keenam, ‫االن الفى االضحا الحقيقة في‬

Bahwa kebenaran itu bukan pada alam idea, bukan pada alam  cita-cita dan apa seharusnya,
melainkan apa yang menjadi kenyataan. Prinsip ini menghendaki pelaksanaan. Hukum Islam itu
dilakukan sesuai dengan apa yang paling mungkin dan tidak selalu mengharuskan dilaksanakan
sesuai dengan apa yang diyakini paling tepat dan benar.

Ketujuh Al-Huriyyah. ‫الحرية‬

Ini berarti kemerdekaan atas kebebasan. Prinsip ini menyatakan bahwa setiap orang mempunyai
kebebasan baik untuk beragama ataupun tidak. Tidak ada paksaan dalam beragama. Namun
demikian sesuai dengan prinsif tauhid Allah, manusia telah diberi dua pilihan bersyukur atau
berkufur.

Kedelapan al-musawah ‫المساوة‬prinip ini secara etimologis berarti persamaan, prinsip menyatakan
bahwa setiap manusia mempunyai derajat yang sama. Pembentukan qonun hanya mungkin jika
setiap individu masyarakat muslim terlindungi  hak-hak asasinya yang sesuai prinsip hukum
islam, adalah al-hurriyyah, dan al-musawwah ‫الحرية‬  ‫ المساوة‬.  Hak-hak asasi setiap individu
muslim   yang merupakan prinsip hukum islam dalam bermasyarakat itulah yang memungkinkan
terjadinya keseimbangan masyarakat,

Prinsip kesembilan al-musyawarah‫ المشوارة‬. Musyawarah dapat berarti meminta pendapat dari
pihak pimpinan kepada yang dipimpin atau berupa usul dari arus bawah, yakni dari lapisan
masyarakat yang dipimpin kepada yang memimpinnya. Prinsip ini merupakan landasan hukum
islam melalui proses taqnin dan menjadikannya sebagai hukum positif.

4. Tujuan Hukum Islam

Agama Islam diturunkan Alloh mempunyai tujuan yaitu untuk mewujudkan kemaslahatan hidup
manusia secara individual dan masyarakat. Begitu pula dengan hukum-hukumnya. Menurut Abu
Zahroh ada tiga tujuan hukum Islam.
1. Mendidik individu agar mampu menjadi sumber kebajikan bagi masyarakatnya dan tidak
menjadi sumber malapetakata bagi orang lain;

2. Menegakkan keadilan di dalam masyarakat secara internal di antara sesama ummat Islam
maupun eksternal antara ummat Islam dengan masyarakat luar. Agama Islam tidak membedakan
manusia dari segi keturunan, suku bangsa, agama. Warna kulit dan sebagainya. Kecuali
ketaqwaan kepada-Nya.

3. Mewujudkan kemaslahatan hakiki bagi manusia dan masyarakat. Bukan kemaslahatan semu
untuk sebagian orang atas dasar hawa nafsu yang berakibat penderitaan bagi orang ain, tapi
kemaslahatan bagi semua orang, kemaslahatan yang betul-betul bisa dirasakan oleh semua pihak.

Yang dimaksud dengan kemaslahatan hakiki itu  meliputi lima hal yaitu Agama, jiwa, akal,
keturunan, dan harta. Yang lima ini merupakan pokok kehidupan manusia di  dunia dan manusia
tidak akan bisa mencapai kesempurnaan hidupnya di dunia ini kecuali dengan kelima hal  itu.
Menurutnya yang dimaksud dengan lima ini adalah:

1. Memelihara Agama  Memelihara agama adalah memelihara kemerdekaan manusia di


dalam menjalankan agamanya. Agamalah  yang  meninggikan martabat manusia dari
hewan. Tidak ada paksaan di dalam menjalankan agama. Sudah jelas mana yang benar
dan mana yang salah.
2. Memelihara jiwa adalah memelihara hak hidup secara terhormat memelihara jiwa dari
segala macam ancaman, pembunuhan, penganiayaan dan sebagainya. Islam menjaga
kemerdekaan berbuat, berpikir dan bertempat tinggal, Islam melindungi kebebasan
berkreasi di lingkungan sosial yang terhormat dengan tidak melanggar hak orang lain.
3. Memelihara akal adalah memelihara manusia agar tidak menjadi beban sosial, tidak
menjadi sumber kejahatan dan penyakit di dalam masyarakat. Islam berkewajiban
memelihara akal sehat manusia karena dengan akal sehat itu manusia mampu melakukan
kebajikan dan sesuatu yang bermanfaat bagi dirinya dan masyarakat laksana batu merah
di dalam bangunan sosial.
4. Memelihara keturunan, adalah memelihara jenis  anak keturunan manusia melalui ikatan
perkwainan yang sah yang diikat dengan suatu aturan hukum agama.
5. Memelihara harta benda adalah mengatur tatacara mendapatkan dan mengembang
biakkan harta benda secara benar dan halal, Islam mengatur tatacara bermuamalah secara
benar, halal, adil dan saling ridla merdlai. Islam melarang cara mendapatkan harta secara
paksa, melalui tipuan dan sebagainya seperti mencuri, merampok, menipu, memeras dan
sebagainya.

Muhammad Abu Zahro telah membagi kemaslahatan kepada 3 tingkatan : (1). Bersifat dlaruri 
(2). Haaji; (3). Tahsini.;

1. Yang bersifat daruri adalah sesuatu yang tidak boleh tidak harus ada untuk terwujudnya
suatu maslahat seperti kewajiban melaksanakan hukuman qisas bagi yang melakukan
pembunuhan sengaja, diyat bagi pembunuhan yang tidak sengaja.
2. Masalahat yang bersifat haaji adalah sesuatu yang dibutuhkan untuk menolak timbulnya
kemadlaratan dan kesusahan di dalam hidup manusia. Seperti diharamkan bermusuhan,
iri dengki terhadap orang lain, tidak boleh egois.
3. Maslahat yang bersifat tahsini adalah sesuatu yang diperlukan untuk mewujudkan
kesempurnaan hidup manusia.

Menurut Abdul Wahab Khalaf bahwa tujuan hukum Islam itu ada dua tujuan yaitu tujuan
umum dan tujuan khusus. Dimaksud dengan tujuan umum ditetapkannya aturan hukum Islam
adalah untuk mewujudkan kemaslahatan manusia didalam hidupnya, yang prinsifnya adalah
menarik manfaat dan menolak kemadlaratan. Kemaslahatan manusia itu ada yang bersifat daruri,
haaji dan tahsini.Tujuan hukum Islam yang bersifat khusus adalah yang berkaitan dengan satu
persatu aturan hukum Islam. Hal ini dapat diketahui dengan memahami asbabun nuzul dan
hadits-hadits yang shahih.

Persamaan Syari'ah dan Fiqih


Syariah dan Fiqih , adalah dua hal yang mengarahkan kita ke jalan yang benar . Dimana , Syariah
bersumber dari Allah SWT, Al-Qur'an, Nabi Muhammad SAW, dan Hadist. Sedangkan Fiqh
bersumber dari para Ulama dan ahli Fiqh , tetapi tetap merujuk pada Al-Qur'an dan Hadist .

Perbedaan Syari'ah dan Fiqih


Perbedaan yang perlu diketahui yaitu :

 Perbedaan dalam Objek :


o Syariah : Objeknya meliputi bukan saja batin manusia akan tetapi juga lahiriah
manusia dengan Tuhannya (ibadah)
o Fiqih : Objeknya peraturan manusia yaitu hubungan lahir antara manusia dengan
manusia, manusia dengan makhluk lain.
 Perbedaan dalam Sumber Pokok
o Syariah : Sumber Pokoknya ialah berasal dari wahyu ilahi dan atau kesimpulan-
kesimpulan yang diambil dari wahyu.
o Fiqih : Berasal dari hasil pemikiran manusia dan kebiasaan-kebiasaan yang
terdapat dalam masyarakat atau hasil ciptaan manusia dalam bentuk peraturan
atau UU
 Perbedaan dalam Sanksi
o Syariah : Sanksinya adalah pembalasan Tuhan di Yaumul Mahsyar, tapi kadang-
kadang tidak terasa oleh manusia di dunia ada hukuman yang tidak langsung
o Fiqih : Semua norma sanksi bersifat sekunder, dengan Menunjuk sebagai
Pelaksana alat pelaksana Negara sebagai pelaksana sanksinya.

Perbedaan Pokok

 Syariah
o Berasal dari Al-Qur'an dan As-sunah
o Bersifat fundamental
o Hukumnta bersifat Qath'i (tidak berubah)
o Hukum Syariatnya hanya Satu (Universal)
o Langsung dari Allah yang kini terdapat dalam Al-Qur'an
 Fiqih
o Karya Manusia yang bisa Berubah
o Bersifat Fundamental
o Hukumnya dapat berubah
o Banyak berbagai ragam
o Bersal dari Ijtihad para ahli hukum sebagai hasil pemahaman manusia yang
dirumuskan oleh Mujtahid

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan

1.  Hukum Islam  sebenarnya tidak lain dari pada fiqh islam atau syariat Islam, yaitu koleksi
daya upaya para fuqaha dalam menerapkan syariat Islam sesuai dengan kebutuhan  masyarakat
yang bersumber kepada al-Qur’an As-Sunnah dan Ijmak para sahabat dan tabi’in.

2.  Syariat : Bawa syari’at, yang dimaksud adalah  wahyu Allah dan  sabda Rasulullah,
merupakan dasar-dasar hukum yang ditetapkan Allah melalui Rasul-Nya, yang wajib diikuti 
oleh orang islam dasar-dasar hukum ini dijelaskan lebih lanjut oleh Nabi Muhammad sebagai
Rosul-Nya.

3.  Fiqh artinya faham atau pengertian., dapat juga dirumuskan sebagai ilmu yang bertugas
menentukan dan menguraikan norma-norma dasar dan ketentuan- ketentuan umum yang terdapat
di dalam al-Qur’an dan Sunnah Nabi Muhammad yang direkam dalam kitab-kitab hadits, dan
berusaha memahami hukum-hukum yang terdapat di dalam al-Qur’an dan Sunnah nabi
Muhammad  untuk diterapkan pada  perbuatan manusia  yang  telah dewasa yang sehat akalnya 
yang berkewajiban melaksanakan hukum islam.

A. Saran
Akhirnya, penyusun mengharapkan para pembaca yang telah mempelajari isi materi
makalah ini dapat mengetahui dan menerapkan pengaruh lingkungan terhadap peserta didik.
Dengan demikian, mampu membuat perbaikan dalam menghadapi berbagai persoalan. Penyusun
sadar bahwa makalah ini tentunya masih memerlukan pemyempurnaan. Oleh karena itu,
penyusun mengharapkan kritik dan saran dari pembaca untuk penyempuraan makalah ini.

Anda mungkin juga menyukai