Anda di halaman 1dari 16

BUKU JAWABAN UJIAN (BJU)

UAS TAKE HOME EXAM (THE)


SEMESTER 2020/21.2 (2021.1)

Nama Mahasiswa : NINA ROSALINA

Nomor Induk Mahasiswa/NIM : 836275849

Tanggal Lahir : SERANG, 18 JULI 1998

Kode/Nama Mata Kuliah : MKDU4221/PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

Kode/Nama Program Studi : 118/PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

Kode/Nama UPBJJ : 22/SERANG

Hari/Tanggal UAS THE : RABU/07 JULI 2021

Tanda Tangan Peserta Ujian

Petunjuk

1. Anda wajib mengisi secara lengkap dan benar identitas pada cover BJU pada halaman ini.
2. Anda wajib mengisi dan menandatangani surat pernyataan kejujuran akademik.
3. Jawaban bisa dikerjakan dengan diketik atau tulis tangan.
4. Jawaban diunggah disertai dengan cover BJU dan surat pernyataan kejujuran akademik.

KEMENTERIAN PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN, RISET, DAN


TEKNOLOGI
UNIVERSITAS TERBUKA
BUKU JAWABAN UJIAN UNIVERSITAS
TERBUKA

Surat Pernyataan
Mahasiswa Kejujuran
Akademik

Yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama Mahasiswa : NINA ROSALINA


NIM : 836275849
Kode/Nama Mata Kuliah : MKDU4221/PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
Fakultas : KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
Program Studi : S1 PGSD
UPBJJ-UT : SERANG

1. Saya tidak menerima naskah UAS THE dari siapapun selain mengunduh dari aplikasi THE
pada laman https://the.ut.ac.id.
2. Saya tidak memberikan naskah UAS THE kepada siapapun.
3. Saya tidak menerima dan atau memberikan bantuan dalam bentuk apapun dalam pengerjaan
soal ujian UAS THE.
4. Saya tidak melakukan plagiasi atas pekerjaan orang lain (menyalin dan mengakuinya sebagai
pekerjaan saya).
5. Saya memahami bahwa segala tindakan kecurangan akan mendapatkan hukuman sesuai
dengan aturan akademik yang berlaku di Universitas Terbuka.
6. Saya bersedia menjunjung tinggi ketertiban, kedisiplinan, dan integritas akademik dengan tidak
melakukan kecurangan, joki, menyebarluaskan soal dan jawaban UAS THE melalui media
apapun, serta tindakan tidak terpuji lainnya yang bertentangan dengan peraturan akademik
Universitas Terbuka.

Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya. Apabila di kemudian hari terdapat
pelanggaran atas pernyataan di atas, saya bersedia bertanggung jawab dan menanggung sanksi akademik
yang ditetapkan oleh Universitas Terbuka.
Serang, 07 Juli 2021

Yang Membuat Pernyataan

NINA ROSALINA
1. Dalam ajaran Islam dilarang untuk terlalu fanatik terhadap golongannya. Islam tidak membedakan
antara suku satu dengan lainnya, antara kelompok satu satu dengan lainnnya, maupun bangsa satu
dengan lainnya.
Dikutip buku berjudul “40 Hadits Shahih: Terapi Nabi Mengikis Terorisme”, Islam melarang
membanggakan kesukuan karena sikap tersebut bertentangan dengan prinsip Islam yang
menghargai perbedaan.
Perbedaan bukanlah alasan untuk saling memusuhi dan berpecah belah. Justru, perbedaan itu
bermanfaat bagi manusia demi menjalin silaturrahim antarmanusia. Perbedaan tercipta bukan untuk
dipisahkan, melainkan untuk saling mendekatkan.
Tidak ada satu suku atau bangsa yang lebih mulia dari suku atau bangsa lainnya. Tidak ada juga
satu kelompok yang lebih mulia dari kelompok lainnya. Islam hanya membedakan manusia dari sisi
amal perbuatannya.

Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:

"Wahai manusia! Sungguh, Kami telah menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang
perempuan, kemudian Kami jadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling
mengenal. Sesungguhnya yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling
bertakwa. Sungguh, Allah Maha Mengetahui, Mahateliti. " (QS. Al-Ḥujurat [49]:13)

Islam juga memandang manusia sama dan berasal dari satu keturunan, yakni Nabi Adam. Allah
Subhanahu wa Ta'ala berfirman:

"Dan sungguh, Kami telah memuliakan anak cucu Adam, dan Kami angkut mereka di darat dan di
laut, dan Kami beri mereka rezeki dari yang baik-baik dan Kami lebihkan mereka di atas banyak
makhluk yang Kami ciptakan dengan kelebihan yang sempurna." (QS.Al-Isra' [17]:70)

Selain itu, kedatangan Islam yang dibawa Nabi Muhammad juga telah menempatkan manusia pada
kedudukan yang semestinya sebagai ciptaan Allah yang paling sempurna di antara makhluk lainnya.

Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:

"Sungguh, Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya," (QS.At-Tin [95]:4).
2. Islam adalah agama rahmatan lil ’alamin sebagai bentuk rahmat dan rasa kasih sayang Allah SWT,
karunia dan nikmat yang diberikan kepada makhluknya di seluruh alam semesta. Di dalamnya
menjunjung tinggi hak-hak asasi manusia, menjaga hak binatang dan tumbuh-tumbuhan Memahami
Islam rahmatan lil ‘alamin sebagai konsep dasar dalam agama Islam, akan memunculkan kembali
keindahan Islam yang sudah lama meredup.
Rahmat ini adalah milik Allah dan diturunkan melalui Islam untuk dinikmati secara bersama –
sama. Nabi Muhammad diutus ke dunia ini adalah untuk menjadi rahmat bagi alam. Dalam diri Nabi,
Allah sudah ciptakan rahmat, bukan bagi umat muslim semata, melainkan juga bagi non muslim.

 Dalil naqlinya yaitu:


Dalam Al Quran surat Al Anbiya ayat 107, Allah SWT juga berfirman mengenai rahmatan lil alamin

Latin: Wa mā arsalnāka illā raḥmatal lil-'ālamīn

Artinya: Dan Kami tidak mengutus engkau (Muhammad) melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi
seluruh alam.

Maksudnya yaitu nabi Muhammad diutus dengan membawa ajaran islam, maka islam adalah
rahmatan lilalamin, islam adalah rahmat bagi seluruh manusia. Rahmat artinya kelembutan yang
terpadu denan rasa iba. Atau dengan kata lain rahmat dapat diartikan dengan kasih sayang.
Jadi, diutusnya nabi muhamad adalah bentuk kasih saying ALLAH SWT terhadap umatnya.
3. MAKALAH
Pemahaman politik dan agama dalam persfektif Islam

Disusun Oleh :
Nina Rosalina (836275849)

UNIVERSITAS TERBUKA (UT)


UPBJJ SERANG
2021
KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur ke hadirat Allah SWT, atas segala limpahan rahmat dan karunia-
Nya kepada hambanya sehingga dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul:
“Pemahaman politik dan agama dalam persfektif Islam”

Dalam penyusunan tugas atau materi ini, tidak sedikit hambatan yang saya hadapi. Namun kami
menyadari bahwa kelancaran dalam penyusunan materi ini tidak lain berkat bantuan dari teman-teman dan saya
menyampaikan ucapan terima kasih yang tak terhingga kepada pihak-pihak yang membantu dalam
menyelesaikan makalah ini,sehingga kendala-kendala yang saya hadapi teratasi.

Dalam Penulisan makalah ini saya merasa masih banyak kekurangan-kekurangan baik pada teknis
penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang dimiliki penulis. Untuk itu kritik dan saran kami
harapkan demi penyempurnaan pembuatan makalah ini.

Akhirnya saya berharap semoga Allah memberikan imbalan yang setimpal pada mereka yang telah
memberikan bantuan, dan dapat menjadikan semua bantuan ini sebagai ibadah, Amiin Yaa Robbal ‘Alamiin.

Serang , 07 Juli 2021

NINA ROSALINA
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Islam merupakan agama Allah SWT sekaligus agama yang terakhir yang disampaikan kepada Nabi
Muhammad SAW melalui malaikat jibril dengan tujuan untuk mengubah akhlak manusia ke arah yang lebih
baik di sisi Allah SWT. Banyak cara yang dilakukan oleh manusia untuk mencapai ketakwaan di sisi-Nya atau
yang disebut juga dengan kata “Politik”. Karena politik dapat dikatakan sebagai suatu cara untuk mencapai
tujuan tertentu. Tidak sedikit masyarakat menganggap bahwa politik adalah sesuatu yang negatif yang harus
dijauhi. Padahal tidak semestinya selalu begitu, bahkan politik sangat dibutuhkan dalam hidup beragama.
Andai saja kita tidak mempunyai cara untuk melakukan pendekatan kepada Allah SWT, maka dapat dipastikan
kita sebagai manusia biasa juga tidak akan pernah mencapai kata beriman dan takwa disisi-Nya, dikarenakan
tidak akan pernah tercapai suatu tujuan jika tidak ada usaha atau cara yang dilakukannya untuk mencapai tujuan
tersebut. Realita inilah yang harus kita ubah dikalangan masyarakat setempat, setidaknya dimulai dari
lingkungan keluarga, masyarakat, kemudian untuk bangsa dan negara kita.
Islam bukanlah suatu ilmu yang harus dipertandingnya dengan tulisan atau dengan ceramah belaka tanpa
diterapkan dalam kehidupan sehari- hari. Karena islam sangat identik dengan sifat, pemikiran, tingkah laku,
dan perbuatan manusia dalam kehidupan sehari- hari untuk mendekatkan diri kepada Allah dengan tujuan
mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat. Tentunya untuk mencapai hal tersebut, kita harus
mempunyai suatu cara tertentu yang tidak melanggar ajaran agama dan tidak merugikan umat manusia. Banyak
yang beranggapan bahwa jika agama dimasukkan dalam suatu politik, maka agama ini tidak akan murni lagi.
Namun ada yang beranggapan lain, karena jika agama tidak menggunakan suatu politik atau cara, maka agama
tersebut tidak akan sampai pada tujuannya. Kalaupun pada kenyataannya banyak yang tidak berhasil, mungkin
cara yang digunakan belum sempurna dan perlu menambahan ilmu.
Untuk itulah saya sangat berharap kepada pembaca semua, semoga setelah membaca atau membahas makalah
ini, kita semua mampu menjadikan agama islam agama yang kembali sempurna untuk mengubah akhlak
manusia ke arah yang lebih baik di sisi-Nya, Amin.
B. TUJUAN
1. Mengetahui definisi dari politik islam.
2. Mengetahui hal-hal yang berhubungan dengan politik islam.
3. Mengetahui prinsip-prinsip politik luar negeri di dalam islam.
4. Memahami kontribusi umat islam dalam perpolitikan nasional.
5. Dapat membandingkan politik yang terjadi pada saat sekarang dengan politik menurut pandangan Islam.
6. Agar dapat mengetahui dan memahami tentang politik secara Islam.
7. Dengan mengetahui pandangan politik secara Islam agar kita lebih dapat meningkatkan keimanan dan
ketakwaan kita serta lebih mendapatkan posisi yang lebih baik di hadapan AllahSWT.

C. RUMUSAN MASALAH
1. Apa pengertian dari dari politik islam?
2. Apa prinsip – prinsip politik luar negeri dalam islam?
3. Apa saja kontribusi umat islam dalam perpolitikan nasional?
BAB II
PEMBAHASAN

1. Pengertian Poltik Islam


Dalam kamus umum bahasa indonesia, karangan W.J.S poerwa darminza, politik di artikan sebagai
pengetahuan mengenai ketatanegaraan atau kenegaraan, seperti tata cara pemerintahan dan sebagainya
dan dapat pula berarti segala urusan dan tindakan. Siasat dan sebagainya mengenai pemerintahan sesuatu
negara atau terhadap negara lain.
Selanjutnya sebagai suatu sistem, politik adalah suatu konsepsi yang berisikan antara lain ketentuan-
ketentuan tentang siapa sumber kekuasaan negara, siapa pelaksana kekuasaan tersebut, apa dasar dan
bagaimana cara untuk menentukan, serta kepada siapa kewenangan melaksanakan kekuasaan itu di
berikan, kepada siapa pelaksanaan kekuasaan itu bertanggung jawab dan bagaimana bentuk tanggung
jawabnya.
Politik ialah cara dan upaya menangani masalah-masalah rakyat dengan seperangkat undang-undang
untuk mewujudkan kemaslahatan dan mencegah hal-hal yang merugikan bagi kepentingan manusia.
(Salim Ali al-Bahnasawi, Wawasan Sistem Politik Islam [Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, Cet. I]).
Di dunia Islam pun muncul beberapa pengertian mengenai politik atau Siyasah ini. Imam Al Bujairimi
dalam Kitab At Tajrid Linnafi’ al-‘Abid menyatakan Siyasah adalah memperbaiki dan merencanakan
urusan rakyat. Lalu Ibnul Qoyyim dalam kitab ‘Ilamul Muaqqin menyebutkan dua macam politik yakni
siyasah shohihah (benar) dan siyasah fasidah (salah).
Politik Islam (bahasa Arab: ‫ )إسالمي سياسي‬adalah Politik di dalam bahasa Arab dikenal dengan istilah
siyasah. Oleh sebab itu, di dalam buku-buku para ulama dikenal istilah siyasah syar’iyyah. Dalam Al
Muhith, siyasah berakar kata sâsa - yasûsu. Dalam kalimat Sasa addawaba yasusuha siyasatan bererti
Qama ‘alaiha wa radlaha wa adabbaha (mengurusinya, melatihnya, dan mendidiknya). Bila dikatakan
sasa al amra ertinya dabbarahu (mengurusi / mengatur perkara). Bererti secara ringkas maksud Politik
Islam adalah pengurusan atas segala urusan seluruh umat Islam.
Politik Islam ialah aktivitas politik sebagian umat Islam yang menjadikan Islam sebagai acuan nilai dan
basis solidaritas berkelompok. Pendukung perpolitikan ini belum tentu seluruh umat Islam (baca:
pemeluk agama Islam). Karena itu, mereka dalam kategori politik dapat disebut sebagai kelompok politik
Islam, juga menekankan simbolisme keagamaan dalam berpolitik, seperti menggunakan perlambang
Islam, dan istilah-istilah keislaman dalam peraturan dasar organisasi, khittah perjuangan, serta wacana
politik.
Politik Islam secara substansial merupakan penghadapan Islam dengan kekuasan dan negara yang
melahirkan sikap dan perilaku (political behavior) serta budaya politik (political culture) yang
berorientasi pada nilai-nilai Islam. Sikap perilaku serta budaya politik yang memakai kata sifat Islam,
menurut Dr. Taufik Abdullah, bermula dari suatu keprihatinan moral dan doktrinal terhadap keutuhan
komunitas spiritual Islam.

Islam bukanlah semata agama (a religion) namun juga merupakan sistem politik
(a political sistem), Islam lebih dari sekedar agama. Islam mencerminkan teori-teori perundang-undangan
dan politik. Islam merupakan sistem peradaban yang lengkap, yang mencakup agama dan Negara secara
bersamaan (M.Dhiaduddin Rais, 2001:5).
Nabi Muhammad SAW adalah seorang politikus yang bijaksana. Di Madinah beliau membangun Negara Islam
yang pertama dan meletakkan prinsip-prinsip utama undang-undang Islam. Nabi Muhammad pada waktu yang
sama menjadi kepala agama dan kepala Negara.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia pengertian politik sebagai kata benda ada tiga, yaitu :
(1) pengetahuan mengenai kenegaraan (tentang sistem dan dasar pemerintahan)
(2) segala urusan dan tindakan (kebijaksanaan, siasat dan sebagainya) mengenai
(3) kebijakan, cara bertindak (dalam menghadapi atau menangani suatu masalah).
Politik itu identik dengan siasah, yang secara pembahasannya artinya mengatur. Dalam fikih, siasah meliputi :
1. Siasah Dusturiyyah (Tata Negara dalam Islam)
2. Siasah Dauliyyah ( Politik yang mengatur hubungan antara satu negara Islam lainnya)
3. Siasah Maaliyah (Sistem ekonomi negara)
Kedaulatan berarti kekuasaan tertinggi yang dapat mempersatukan kekuatan-kekuatan dan aliran-aliran yang
berbeda-beda di masyarakat. Dalam konsep Islam, kekuasaan tertinggi adalah Allah SWT. Ekrepesi kekuasaan
dan kehendak Allah tertuang dalam Al-Quran dan Sunnah Rasul. Oleh karena itu penguasa tidaklah memiliki
kekuasaan mutlak, ia hanyalah wakil (khalifah) Allah di muka bumi yang berfungsi untuk membumikan sifat-
sifat Allah dalam kehidupan nyata. Di samping itu, kekuasaan adalah amanah Allah yang diberikan kepada
orang-orang yang berhak memilikinya. Pemegang amanah haruslah menggunakan kekuasaan itu dengan
sebaik-baiknya. Sesuai dengan prinsip-prinsip dasar yang telah ditetapkan Al-Quran dan Sunnah Rasul.
2. Norma Politik dalam Islam
Dalam pelaksanaan politik, Islam juga memiliki norma-norma yang harus diperhatikan. Norma-norma ini
merupakan karakteristik pembeda politik Islam dari system poltik lainnya. Diantara norma-norma itu ialah :
1. Poltik merupakan alat atau sarana untuk mencapai tujuan, bukan dijadikan sebagai tujuan akhir atau satu-
satunya.
2. Politik Islam berhubungan dengan kemashlahatan umat.
3. Kekuasan mutlak adalah milik Allah.
4. Manusia diberi amanah sebagai khalifah untuk mengatur ala mini secara baik.
5. Pengangkatan pemimpin didasari atas prinsip musyawarah.
6. Ketaatan kepada pemimpin wajib hukumnya setelah taat kepada Allah dan Rasul .
7. Islam tidak menentukan secara eksplisit bentuk pemerintahan Negara.
3. Kedudukan Politik Dalam Islam
Terdapat tiga pendapat di kalangan pemikir muslim tentang kedudukan politik dalam syariatislam.
Yaitu :
Pertama, kelompok yang menyatakan bahwa islam adalah suatu agama yang serbah lengkap didalamnya
terdapat pula antara lain system ketatanegaraan atau politik. Kemudian lahir sebuah istilah yang disebut dengan
fikih siasah (system ketatanegaraan dalam islam) merupakan bagian integral dari ajaran islam. Lebih jauh
kelompok ini berpendapat bahwa system ketatanegaraan yang harus diteladani adalah system yang telah
dilaksanakan oleh nabi Muhammad SAW dan oleh parakhulafa al-rasyidin yaitu sitem khilafah.
Kedua, kelompok yang berpendirian bahwa islam adalah agama dalam pengertian barat. Artinya agama tidak
ada hubungannya dengan kenegaraan. Menurut aliran ini nabi Muhammad hanyalah seorang rasul, seperti
rasul-rasul yang lain bertugas menyampaikanrisalah tuhan kepada segenap alam. Nabi tidak bertugas untuk
mendirikan danmemimpin suatu Negara.
Ketiga, menolak bahwa islam adalah agama yang serba lengkap yang terdapat didalamnya segala system
ketatanegaraan, tetapi juga menolak pendapat bahwa islam sebagaimana pandanagan barat yang hanya
mengatur hubungan manusia dengan tuhan. Aliran iniberpendirian bahwa dalam islam tidak teredapat sistem
ketatanegaraan, tetapaiterdapat seperangkat tata nilai etika bagi kehidupan bernegara.
Sejarah membuktikan bahwa nabi kecuali sebagai rasul, meminjam istilah harun nasution, kepala agama,
jugabeliau adalah kepala negara. Nabi menguasai suatu wilayah yaitu yastrib yangkemudian menjadi madinah
al-munawwarah sebagai wilayah kekuasaan nabi sekaligusmanjadi pusat pemerintahannya dengan piagam
madinah sebagai aturan dasarkenegaraannya. Sepeninggal nabi, kedudukan beliau sebagai kepala
negaradigantikan abu bakar yang merupakan hasil kesepakatan tokoh-tokoh sahabat,selanjutnya disebut
khalifah. Sistem pemerintahannya disebut “khalifah”. Sistem“khalifah” ini berlangsung hingga kepemimpinan
berada dibawah kekuasaankhalifah terakhir, ali “karramah allahu wajhahu”.

TUJUAN POLITIK MENURUT ISLAM


Tujuan sistem politik Islam adalahuntuk membangunkan sebuah sistem pemerintahan dan kenegaraan
yang tegak di atasdasar untuk melaksanakan seluruh hukum syariat Islam. Tujuan utamanya ialah menegakkan
sebuah negara Islam atau Darul Islam. Dengan adanya pemerintahan yang mendukungsyariat, maka akan
tertegaklah Ad-Dindan berterusanlah segala urusan manusia menurut tuntutan-tuntutan Ad-Dintersebut. Para
fuqahak Islam telah menggariskan 10 perkara penting sebagai tujuankepada sistem politik dan pemerintahan
Islam:
 Memelihara keimanan menurut prinsip-prinsip yang telahdisepakati oleh ulamak salaf daripada
kalangan umat Islam.
 Melaksanakanproses pengadilan dikalangan rakyat dan menyelesaikan masalah dikalanganorang-orang
yang berselisih.
 Menjagakeamanan daerah-daerah Islam agar manusia dapat hidup dalam keadaan aman dandamai.
 Melaksanakanhukuman-hukuman yang telah ditetapkan syarak demi melindungi hak-hak manusia.
 Menjaga perbatasan negara dengan pelbagai persenjataanbagi menghadapi kemungkinan serangan

 daripada pihak luar.


 Melancarkan jihad terhadap golongan yang menentang Islam.
 Mengendalikan urusan pengutipan cukai, zakat, dan sedekah sebagaimana yang ditetapkan syarak.
 Mengatur anggaran belanjaan dan perbelanjaan dari pada perbendaharaan negara agar tidak digunakan
secara boros atau kikir.
 Melantik pegawai-pegawai yang cekap dan jujur bagi mengawal kekayaan negara dan menguruskan
hal-ehwal pentadbiran negara.
 Menjalankan pengawalan dan pemeriksaan yangrapi dalam hal-ehwal awam demi untuk memimpin
negara dan melindungi Ad-Din.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Manusia diciptakan Allah dengan sifat bawaan ketergantungan kepada-Nya di samping sifat-sifat
keutamaan, kemampuan jasmani dan rohani yang memungkinkan ia melaksanakan fungsinya sebagai khalifah
untuk memakmuran bumi. Namun demikian, perlu dikemukakan bahwa dalam keutamaan manusia itu terdapat
pula keterbatasan atau kelemahannya. Karena kelemahanya itu, manusia tidak mampu mempertahankan dirinya
kecuali dengan bantuan Allah.
Bentuk bantuan Allah itu terutama berupa agama sebagai pedoman hidup di dunia dalam rangka mencapai
kebahagiaan di akhirat nanti. Dengan bantuan-Nya Allah menunjukkan jalan yang harus di tempuh manusia
untuk mencapai tujuan hidupnya. Tujuan hidup manusia hanya dapat terwujud jika manusia mampu
mengaktualisasikan hakikat keberadaannya sebagai makhluk utama yang bertanggung jawab atas tegaknya
hukum Tuhan dalam pembangunan kemakmuran di bumi untuk itu Al-Qur'an yang memuat wahyu Allah,
menunjukkan jalan dan harapan yakni (1) agar manusia mewujudkan kehidupan yang sesuai dengan fitrah (sifat
asal atau kesucian)nya, (2) mewujudkan kebajikan atau kebaikan dengan menegakkan hukum, (3) memelihara
dan memenuhi hak-hak masyarakat dan pribadi, dan pada saat yang sama memelihara diri atau membebaskan
diri dari kekejian, kemunkaran dan kesewenang-wenangan. Untuk itu di perlukan sebuah system politik
sebagain sarana dan wahana (alat untuk mencapai tujuan) yaitu Politik Islam.
B. Saran
Islam sebagai agama yang sempurna dan menyeluruh, sudah sepatutnya memiliki peran utama dalam
kehidupan politik sebuah negara. Untuk menuju ke arah integrasi kehidupan masyarakat, negara dan Islam
diperlukan ijtihad yang akan memberikan pedoman bagi anggota parlemen atau politisi dalam menjelaskan
hujahnya dalam berpolitik. Dan interaksi umat Islam yang hidup dalam alam modern ini dengan politik akan
memberikan pengalaman dan tantangan baru menuju masyarakat yang adil dan makmur. Berpolitik yang bersih
dan sehat akan menambah kepercayaan masyarakat khususnya di Indonesia bahwa memang Islam mengatur
seluruh aspek mulai ekonomi, sosial, militer, budaya sampai dengan politik.
DAFTAR PUSTAKA

M.Dhianddin Rais.2001.Teori Politik Islam, Jakarta: Gema Insani. Hal 4-6


Rustam, Rusyja, Dosen Pendidikan Agama Islam Universitas Andalas Padang. Pendidikan Agama Islam Di
Perguruan Tinggi Umum, hal 189-193
Nurcholish Madjid, 1999. Cita-Cita Politik Islam Era Reformasi, Jakarta: Paramadina, 1999.
4. Persatuan dalam Islam menurut Alquran adalah sesuatu yang sangat esensial, harus dirawat, dibangun
dan juga dijaga.

'Wa'tasimu bihablillahi jami'an wa la tafarraqu', berpegang teguhlah di jalan Allah, di tali Allah,
dan janganlah bercerai-berai. (QS. Ali Imran: 103)

Persatuan tidak mungkin dibangun di atas keseragaman, karena umat telah ditakdirkan beragam dan
berbeda. 'Inna khalaqnakum min dzakarin wauntsa waja'alnakum syu'uban waqabaila lita'arafu inna
akramakum 'indallahi atqakum'. Kita telah diciptakan bersuku-suku, berbangsa-bangsa, dan yang
paling mulia di antara kita adalah yang paling bertakwa. (QS. Al Hujurat: 13)

Ada dua dimensi yang penting untuk kita lihat. Pertama, akidah. Kalau kita yakin bahwa Allah adalah
Tuhan kita, kita yakin bahwa Muhammad adalah Nabi kita, dan kita percaya pada hari akhir, ini
adalah dasar untuk kita membangun persatuan. Kalau kita sudah memiliki kesamaan tiga hal tadi,
cukuplah menjadi alasan untuk kita bersatu," ujar Kamaruddin.

Yang kedua, dari dimensi syari'ah. Apabila kita sama-sama melaksanakan salat, sama-sama
menunaikan zakat, haji dan berpuasa, itu sudah menjadi alasan yang cukup bagi umat Islam untuk
bersatu.

Sedangkan mengenai bagaimana salat itu dilaksanakan, bagaimana zakat itu ditunaikan, dan
bagaimana manasik haji, tak dapat dipungkiri terdapat banyak perbedaan, terdapat banyak riwayat
maupun perbedaan mazhab.

"Tetapi itu tidak menjadi alasan untuk kita bercerai, untuk kita berkonflik. Asal kita sama-sama salat,
puasa, zakat, haji, percaya kepada Tuhan, yakin akan kenabian Muhammad, percaya pada akhirat,
cukuplah bagi kita untuk bersatu. Perbedaan pendapat adalah sebuah keharusan, tetapi dimensi akidah
dan dimensi syari'ah cukuplah menjadi alasan bagi kita bersatu’’.
Allah SWT tidak melarang kita untuk berbuat baik kepada meraka, untuk berlaku adil kepada mereka
yang tidak memerangi kamu dalam agama dan tidak mengusir kamu keluar dari negeri kamu. Jadi
bersama nonmuslim kita harus toleran,".

Toleransi yang dimaksud adalah tidak perlu memaksakan diri atau memaksakan orang yang berbeda
akidah dengan kita untuk percaya kepada agama kita. Begitu juga sebaliknya, tidak memaksakan diri
untuk percaya kepada agama mereka.

"Kita tidak perlu toleransi secara teologis. Kita sebagai umat Islam yakin bahwa agama saya yang
paling benar. Di sisi lain kita juga yakin bahwa ada saudara non muslim yang juga yakin dan percaya
kepada agamanya sebagai agama yang otentik, genuine, yang mereka percaya. Kita hormati itu. Kita
harus menghargai itu semua dan toleran hidup bersama di negara yang bernama Indonesia ini,"
Jika ditarik ke dalam kehidupan berbangsa di Indonesia, dijelaskan bahwa, negara kita telah
dibangun oleh para Bapak Bangsa yang punya konstitusi bersama bernama Pancasila dan UUD
Negara Kesatuan Republik Indonesia. Ini adalah konstitusi yang tidak boleh kita langgar.

Barang siapa yang melanggar konstitusi, Rasulullah mengatakan 'Man qatala nafsan mu'aahadan
bighairi hillihaa fa haraamun 'alaihil jannah an yasyumma riihahaa', barang siapa yang membunuh
seseorang yang telah terikat dalam sebuah konstitusi, dalam sebuah perjanjian bersama tanpa alasan
benar, maka haram baginya bau surga. (QS. Al Maidah: 32)

Artinya, kesepatakan konstitusi adalah kesepakatan bersama. Alquran menganjurkan dan mewajibkan
kita untuk menaatinya. Itulah konsep toleransi di dalam Islam, yakni meyakini agama kita sebagai
agama yang paling otentik, sambil tetap menghargai orang lain.

"Kita juga harus yakin bahwa orang lain menghargai dan meyakini hal yang sama. Sehingga
kehidupan bersama bisa kita jalankan di negara yang sangat diverse, multikultural dan sangat religius
ini,

Anda mungkin juga menyukai