Petunjuk
1. Anda wajib mengisi secara lengkap dan benar identitas pada cover BJU pada halaman ini.
2. Anda wajib mengisi dan menandatangani surat pernyataan kejujuran akademik.
3. Jawaban bisa dikerjakan dengan diketik atau tulis tangan.
4. Jawaban diunggah disertai dengan cover BJU dan surat pernyataan kejujuran akademik.
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
UNIVERSITAS TERBUKA
Surat Pernyataan Mahasiswa
Kejujuran Akademik
Fakultas : Ekonomi
Program Studi : Akuntansi
UPBJJ-UT : Jakarta
Saya tidak menerima naskah UAS THE dari siapapun selain mengunduh dari
aplikasi THE pada laman https://the.ut.ac.id.
Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya. Apabila di kemudian hari terdapat
pelanggaran atas pernyataan di atas, saya bersedia bertanggung jawab dan menanggung sanksi akademik
yang ditetapkan oleh Universitas Terbuka.
Dalam islam, kebebasan berpikir dan berpendapat sangat dihargai. Hal ini dapat dilihat dari
perjalanan historis islam awal pada zaman nabi dan sahabatnya, atau dari ajaran-ajaran islam itu
sendiri. Sedangkan yang dimaksud dengan kebebasan berpikir dan mengemukakan pendapat adalah
adanya kebebasan masing-masing individu untuk berpikir mandiri tentang segala sesuatu yang ada
di sekelilingnya, fenomena yang terlintas dalam pikirannya dan berpegang pada hasil pemikirannya,
serta mengemukakannya dengan berbagai bentuk cara.
Kemudian kebebasan berpikir mencakup kebebasan berilmu dan kebebasan berpikir ilmiah. Artinya
setiap orang berhak menetapkan pemikirannya mengenai fenomena alam, binatang, manusia,
tumbuhan dan berpegang pada hasil pemikirannya serta mengemukakannya. Dalam islam sendiri
tidak menetapkan rumusan atau teori ilmiah tertentu mengenai fenomena tersebut. Karena itulah al
quran dalam hal ini hanya menganjurkan kepada akal manusia, agar memikirkan setiap fenomena
alam dan memberi motivasi untuk selalu merenungkan fenomena yang ada di sekitarnya sangat
beragam. Dalil nya adalah QS. Al Baqoroh: 164, QS. An Nur: 43-44, QS. Al a'raf: 185 yang
mengisaratkan kepada manusia agar mengamati dan berfikir tentang ayat-ayat kauniyyah meliputi
langit, bumi dan seisinya, pergantian malam dan siang, dan kejadian-kejadian yang ada di lautan.
Kemudian kebebasan mengemukakan pendapat (hurriyyat al-ra’y) merupakan aspek terpenting dari
kebebasan berbicara. Dalam pemerintahan Islam, kebebasan berpendapat adalah hak individu yang
mengantarkanya kepada kepentingan dan nuraninya yang tidak boleh dikurangi negara atau
ditinggalkan individu. Hal ini penting bagi kondisi pemikiran dan kemanusiaan setiap individu, agar
seorang muslim dapat melakukan kewajiban-kewajiban Islamnya. Diantara kewajiban tersebut
adalah melakukan amar ma’ruf nahi munkar, yang untuk merealisasikannya membutuhkan dan
dituntut kecakapan mengutarakan pendapat secara bebas. Kebebasan berpendapat ini harus
dimanfaatkan untuk tujuan menyebarkan kebaikan, dan tidak untuk menyebarluaskan kejahatan dan
kezaliman. Seseorang boleh mengemukakan pendapat secara bebas, asalkan tidak melanggar hukum
mengenai penghujatan, fitnah, melawan kebenaran, menghina keyakinan orang lain atau dengan
mengikuti kemauan sendiri. Dan dalam keadaan bagaimanapun juga Islam tidak akan mengizinkan
kejahatan dan kekejian, dan juga tidak memberikan hak kepada siapa pun untuk menggunakan
bahasa yang keji atau menghina atas nama kritik. Oleh karena itu kebebasan berpendapat harus
sesuai dengan prinsip kaidah umum hukum Islam, yakni mewajibkan setiap manusia supaya
menegakkan dan melaksanakan yang benar, menghapus dan menghindari yang salah. Prinsip
musyawarah dan diskusi-diskusi yang menyertainya, serta hak memilih, menuntut kebebasan
berpendapat. Dan al-Quran sendiri (QS. al-Syûrâ : 38) membenarkan musyawarah dalam urusan-
urusan masyarakat, yang secara esensial terdiri dari pendapat pribadi peserta musyawarah.
• Kebebasan beragama
Sebagaimana diketahui bahwa ajaran agama adalah ajaran yang benar. Meskipun demikian, agama
tidak boleh untuk dipaksakan kepada orang lain. Nabi Muhammad SAW sendiri hanya bertugas
menyampaikan risalah dari allah dan beliau tidak berhak bahkan tidak bisa memaksa orang lain
untuk percaya dan mengikuti beliau. Karena persoalan agama merupakan masalah keyakinan, maka
tidak seorang pun boleh memaksa suatu keyakinan terhadap orang lain. Untuk itu nabi mempunyai
prinsip toleransi agama yang secara teknis sering dikaitkan dengan kemerdekaan dan kebebasan
beragama. Ketika nabi sebagai manusia tergoda untuk memaksakan ajarannya kepada orang lain
allah memperingati dengan firmannya dalam surat yunus ayat 99. Oleh karena itu, prinsip
kebebasan beragama sangat penting dalam tatanan sosial dan politik manusia. Kebebasan beragama
, sebagaimana semua kebebasan , pada dasarnya bertindak sebagai pelindung terhadap ancaman
penindasan oleh kekuatan yang lebih tinggi. Ada 3 prinsip dalam kebebasan beragama :
Menurut Islam, pemerintah yang ada ini adalah wakil-wakil (khalifah) dari yang Maha Pencipta,
dan tanggung jawabnya tidak dipercayakan kepada seorang individu, keluarga atau masyarakat
tertentu, tetapi seluruh umat Islam. Seperti dinyatakan dalam QS. al-Nûr : 55. Hal ini menunjukkan
bahwa kedudukan khalifah adalah anugrah kolektif dari Allah, dimana kedudukan seorang individu
muslim tidaklah lebih tinggi atau lebih rendah dari muslim lainnya. Maka tepat jika kebebasan
berpolitik, menurut Wafi dan as-Saidi, adalah bahwa rakyat atau umat merupakan pemegang dan
sumber segala kekuasaan. Umat mempunyai hak untuk berpartisipasi dalam menentukan kekuasan
sesuai dengan kehendaknya yang harus dijalankan. Jika umat merupakan pemegang kekuasaan,
maka pemerintah di bawah kekuasaannya, dan bukan sebaliknya. Oleh karenanya umat mempunyai
kebebasan politik penuh, yang diberikan oleh Islam, bukan hak yang diberikan oleh penguasa.
Dalam hal ini, setidaknya ada dua hak yang paling dominan untuk seluruh umat, yakni hak memilih
pemimpin dan hak mengawasi dan mengontrol setiap tindakan pemimpinnya, baik secara langsung
atau dengan perwakilan.
2. Iman kepada Allah adalah membenarkan dengan hati bahwa Allah itu benar-benar ada
dengan segala nama dan sifat keagungan, dan kesempurnaannya, kemudian diakui dengan
lisan, serta dibuktikan dengan amal perbuatan secara nyata. Jadi, seseorang dapat di katakan
sebagai seorang mukmin (orang yang beriman) secara sempurna apabila telah memenuhi
ketiga unsur keimanan di atas, Sebab, ketiga unsur keimanan tersebut merupakan satu
kesatuan yang utuh dan tidak dapat dipisahkan.
Beriman kepada Allah haruslah selalu dipegang oleh setiap orang karena iman tersebut akan
menjadi landasan jelas seseorang dalam mengerjakan segala aktivitasnya serta menjadi
penguat jiwa pada saat mengahadapi masalah sebagaimana firman Allah, “Wahai orang-
orang yang beriman. Tetaplah beriman kepada Allah dan Rasul-Nya (Muhammad) dan
kepada Kitab (al-Qur’an) yang diturunkan kepada Rasul-Nya, serta kitab yang diturunkan
sebelumnya. Dan barang siapa ingkar kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya,
Rasul-rasul-Nya, dan hari kemudian, maka sungguh orang itu telah tersesat sangat
jauh.”(Q.S. an-Nisâ’ [4]: 136)
Iman memegang peranan penting dalam kehidupan, tanpa iman kehidupan manusia seperti kapas
yang diterbangkan angin kian kemari. Orang yang tidak beriman hidupnya akan kacau, tidak
terarah, dihanyutkan oleh hawa nafsu tanpa ada tujuan yang hakiki. Iman memperbaiki
kehidupan manusia yang menggunakan hukum rimba menjadi manusia yang mengetahui bahwa
kehidupan mempunyai tujuan.
Peran iman bagaikan cahaya yang menerangi hati, jiwa dan jantung manusia. Kehidupan orang
beriman selalu taat kepada perintah Allah subhânahu wa ta’âlâ dan apabila mereka menyimpang
atau melanggar peraturan yang telah Allah subhânahu wa ta’âlâ tetapkan maka iman dihatinya
akan mengajak dan mengarahkan mereka untuk kembali taat agar tidak terjerumus kedalam
kemaksiatan dan perbuatan buruk, seperti itu peran iman dalam kehidupan. Agama ini tidak
memperkenankan seorang untuk bertaklid pada suatu pendapat tanpa memperhatikan dalilnya.
Hal ini dikarenakan beberapa alasan sebagai berikut:
Pertama: Allah ta’alla memerintahkan para hamba-Nya untuk memikirkan (bertafakkur) dan
merenungi (bertadabbur) ayat-ayat-Nya. Allah ta’alla berfirman,
Kedua: Allah ta’alla mencela taklid dan kaum musyrikin jahiliyah yang mengekor perbuatan
nenek moyang mereka tanpa didasari ilmu. Allah ta’alla berfirman,
“Mereka berkata: “Sesungguhnya kami mendapati bapak-bapak kami menganut suatu agama,
dan sesungguhnya kami orang-orang yang mendapat petunjuk dengan (mengikuti) jejak
mereka.” (QS. Az Zukhruf: 22).
“Mereka menjadikan orang-orang alimnya dan rahib-rahib mereka sebagai Rabb selain Allah dan
(juga mereka mempertuhankan) Al masih putera Maryam, Padahal mereka hanya disuruh
menyembah Tuhan yang Esa, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia. Maha suci
Allah dari apa yang mereka persekutukan.” (QS. At-Taubah: 31).
Ayat ini turun terkait dengan orang-orang Yahudi yang mempertuhankan para ulama dan rahib
mereka dalam hal ketaatan dan ketundukan. Hal ini dikarenakan mereka mematuhi ajaran-ajaran
ulama dan rahib tersebut dengan membabi buta, walaupun para ulama dan rahib tersebut
memerintahkan kemaksiatan dengan mengharamkan yang halal atau menghalalkan yang haram
[lihat hadits riwayat. At-Tirmidzi no. 3096 dari sahabat ‘Ady bin Hatim].
Ketiga: Taklid hanya menghasilkan zhan (prasangka) semata dan Allah telah melarang untuk
mengikuti prasangka. Allah ta’alla berfirman,
“Mereka tidak lain hanyalah mengikuti persangkaan belaka, dan mereka tidak lain hanyalah
berdusta (terhadap Allah). (QS. Al-An’am: 116).
Namun, yang patut diperhatikan adalah zhan yang tercela dalam agama ini adalah praduga yang
tidak dilandasi ilmu. Adapun zhan yang berlandaskan pengetahuan, maka ini tergolong sebagai
ilmu yang membuahkan keyakinan sebagaimana firman Allah,
“(yaitu) orang-orang yang meyakini, bahwa mereka akan menemui Rabb-nya, dan bahwa
mereka akan kembali kepada-Nya.” (QS. Al-Baqarah: 46).
4. A) Kebebasan Berekspresi
Berekspresi dalam ajaran Agama Islam satu kebebasan kebebasan yang memiliki kaidah dan
prinsip yang tegas dan jelas dalam ajaran Agama Islam. Kebebasan berekspresi hal yang
wajar, tetapi sesuai dengan koridor yang telah ditentukan. Dalam berekspresi ajaran Agama
Islam melarang mempertunjukkan peng-hinaan atas hal sakral yang diyakini seseorang.
Tidak dibenarkan melaku-kan penghinaan satu kaum. Dalam ber-ekspresi dalam ajaran
Agama Islam mewajibkan mencegah dan merubah kemungkaran. Sangat tegas mencegah dan
mengubah kemungkaran itu yakni dengan tangan, dengan kata-kata dan minimal dengan hati
atau tidak ikut da-lam kemungkaran itu meskipun masuk kategori selemah-lemah iman.
Membenci kemunkaran di dalam hati ketika kemungkaran tidak bisa diubah dengan tangan
atau kata-kata. Artinya, umat Islam tidak melakukan kemung-karan di bumi ini. Seni Islam
mempunyai landasan pengetahuan yang diilhami oleh nilai-nilai spiritual. Nilai-nilai spiritual
ini melahirkan hikmah dan kearifan berpikir dan bertin-dak. Pesan spiritual dalam seni Islam
merupakan kelugasan esensi Islam yang mudah dicerna dalam pikiran manusia. Terbukti
dalam kajian ilmiah dan bersifat terbuka untuk diuji keilmia-hannya.
B) Kebebasan Berpikir dan Menyatakan Pendapat Kebebasan berpikir dan kebebasan
menyatakan pendapat adalah dua hal yang berbeda walaupun keduannya mem-punyai
korelasi yang sangat erat. Kebebasan berpikir adalah proses mem-pertanyakan, menguji,
mengkritisi bahkan menjungkirbalikkan kebenaran- ke-benaran yang sudah mapan selama ini
berdasarkan tingkat keilmuan se-se-orang. Ia bebas mempertanyakan apa saja yang dianggap
“tabu” sekalipun untuk mencari kebenaran sementara yang lebih baik dari sebelumnya. De-
ngan demikian kebebasan berpikir adalah langkah awal untuk menyatakan pendapat atau
pikiran secara bebas. Untuk menjaga dan menjamin kebebasan berpikir me-mang manusia
sebagai makhluk sosial harus juga memper-hatikan etika agar kebersamaan sosial tetap bisa
berjalan dengan baik. Etika berpendapat mengatur apa yang baik dan apa yang buruk. Kita
bebas berpikir dan berpendapat tapi apakah yang kita pikirkan tersebut berguna bagi
masyarakat itu sendiri.
C) Kebebasan Beragama Kebebasan beragama dalam pandangan Islam adalah tidak adanya
keterhalangan seseorang untuk mengekpresikan jiwanya di dalam memilih agama,
menjalankan dan bertukar fikiran di dalam masalah agama tanpa adanya unsur-unsur paksaan
dan pengaruh dari pihak lain. Namun tetap dilandasi dengan al-Qur‟an dan Sunnah Nabi
Muhammad Saw. Pandangan agama Islam tentang kebebasan beragama adalah dengan
memberikan kebebasan kepada seseorang untuk memilih, menjalankan dan bertukar fikiran
di dalam masalah agama, baik dilakukan dengan yang seagama maupun dengan penganut
agama lain, baik di tempat umum ataupun tersendiri baik dikerjakan sendiri-sendiri maupun
bersama orang lain. Namun walaupun demikian tetap berpijak kepada garis-garis yang telah
ditetapkan al-Qur‟an dan Sunnah Nabi Muhammad Saw.
D) Kebebasan Musyawarah Kebebasan bermusyawarah merupakan upaya memecahkan
masalah Bersama untuk menghindari penyimpangan dan meletakkan langkah-langkah
Bersama yang sama-sama di sepakati.
E) Kebebasan Berpindah Tempat Kebebasan berpindah tempat tidak ada larangan dalam
islam untuk berpindah tempat dan mencari kehidupan islam membebaskan manusia untuk
menentukan hidupnya sendiri untuk meningkatkan taraf kehidupan.