Anda di halaman 1dari 6

MANUSIA MORAL DAN HUKUM

1. Manusia dan Moral

Perbuatan manusia berkaitan dengan baik dan buruk,hal ini terjadi bukan hanya sekarang tapi sejak masa lampau.sejarah telah membuktikan bahwa dalam segala zaman di temukan keinsyafan manusia tentang baik dan buruk,tetapi tidak semua bangsa dan tidak semua zaman mempunyai pengertian yang sama tentang baik dan buruk merupakan suatu yang umum pada kehidupan manusia.Perbedaan manusia dengan binatang adalah maunusia memilikikesadaran moral sedandkan binatang tidak.Magnis Suseno mengatakan bahwa, kata moral selalu mengacu pada baik buruknya manusia sebagai manusia.. Bahkan K. Bertens, mengemukakan bahwa moralitas merupakan ciri khas manusia yang tidak dapat ditemukan pada makluk lain di bawah tingkat manusiawi.pada binatang tidak ada kesadaran tentang baik dan buruk,tentang yang boleh dan yang di larang. Keharusan moral berbeda dengan keharusan alamiah. Keharusan alamiah didasarkan atas hukum alam dan tidak mengandaikan adanya kebebasan. Keharusan moral merupakan himbauan pada manusia dengan menyuruh untuk melakukan sesuatu. Keharusan moral didasarkan pada kenyataan bahwa manusia mengatur tingkah lakunya menurut norma-norma. Keharusan moral mengandaikan adanya kebebasan. Berbicara soal moral berarti berbicara soal perbuatan manusia dan juga pemikiran dan pendirian mereka mengenai apa yang baik dan apa yang tidak baik, apa yang patut dan tidak patut dilakukan. Dahlan Thaib menyatakan, bahwa dari aspek moral setiap perbuatan, pemikiran dan pendirian manusia yang dilakukan dengan sadar pasti mempunyai tujuan, kalau dikaitkan dengan norma agama, maka tujuan akhir manusia adalah mengabdi kepada Tuhan pencipta manusia dalam rangka mencapai kebahagiaan yang dalam prosesnya dilakukan secara baik melalui hubungan manusia dengan manusia dan manusia dengan Tuhan.Norma moral merupakan standar perilaku yang di sepakati,maka moral bias di pakai mengukur perilaku orang lain.Oleh karena itu Magnes suseno mengatakan, bahwa norma moral adalah tolak ukur yang di pakai masyarakat untuk mengukur kebijakan seseorang. Meskipun Dahlan Thaib mengatakan orientasi moral berhubungan dengan Tuhan, namun Lawrence Kohlberg

mengatakan, bahwa orientasi moral seseorang yang dijadikan dasar pertimbangan nuraninya berbeda-beda bagi setiap orang. Magnis Suseno mengatakan bahwa salah satu kebutuhan manusia yang paling fundamental adalah orientasi. Oleh karena itu orientasi moral akan sangat berpengaruh terhadap moralitas dan pertimbangan moral seseorang, karena pertimbangan moral merupakan hasil proses penalaran yang dalam proses penalaran tersebut ada upaya memprioritaskan nilainilai tertentu berdasarakan orientasi moral serta pertimbangan konsekuensinya. Istilah moral berasal dari bahasa Latin: mos (jamaknya mores) yang berarti adat atau kebiasaan. Moral secara istilah adalah nilai-nilai atau norma menjadi pegangan bagi seseorang atau suatu kelompok dalam menagtur tingkah lakunya. Sedangkan immoral berarti bertentangan dengan morlitas yang baik atau secara moral buruk atau tidak etis. Dalam kamus yang berkembang di Indonesia, amoral berarti immoral dalam pengertian di atas dan pengertian immoral sendiri kurang dikenal. 2. Manusia dan Hukum

Di sepakati bahwa manusia adalah makhuk sosial,makhluk yang selalu berinteraksi dan membutuhkan bantuan dari sesamanya.Dalam konteks hubungan dengan sesama seperti

itulah perlu adanya keteraturan sehingga setiap individu dapat berhubungan secara harmonis dengan individu lain di sekitarnya.Untuk menciptakan keteraturan tersebut diperlukan aturan yang di sebut hukum. Hukum dalam masyarakat merupakan tuntutan, mengingat bahwa kita tidak mungkin menggambarakn hidupnya manusia tanpa masyarakat, maka masyarakat dan hukum merupakan pengertian yang tidak dapat dipisahkan. Hukum diciptakan dengan tujuan yang berbeda-beda, ada yang menyatakan bahwa tujuan hukum adalah keadilan, kegunaan, kepastian hukum dan lain-lain. Banyak kaidah yang berkembang dan dipatuhi masyarakat diantaranya kaidah moral dan kaidah hukum yang mana merupakan salah satu kaidah sosial. Antara kaidah moral, kaidah hukum, dan kaidah lain saling berhubungan yang satu memperkuat yang lainnya, meskipun adakalanya kaidah hukum tidak sesuai dengan kaidah-kaidah tersebut.

3. Hubungan Hukum dan Moral

Antara hukum dan moral terdapat hubungan yang erat , hukum tidak akan berarti tanpa dijiwai moralitas, hukum akan kosong tanpa moralitas. Oleh karena itu kualitas hukum harus selalu diukur dengan norma-norma, perundang-undangan yang immoral harus

diganti.meskipun tidak semua harus diwujudkan dalam bentuk hukum hukum. Hukum hanya membatasi diri dengan mengatur hubungan antar manusia yang relevan.Namun demikian perbedaan hukum dan moral tetap jelas, setidaknya seperti diungkapkan oleh K. Bertens yang mengatakan bahwa ada empat perbedaan antara hukum dan moral. Pertama, hukum lebih dimodifikasikan dari pada moralitas, artinya dibukukan secara sistematis dalam kitab perundang-undangan. Oleh karena itu norma hukum lebih memiiki kepastian dan objektif dibandingkan dengan norma moral, sedangkan norma moral bersifat lebih subjektif dan akibatnya lebih banyak diganggu leh diskusi-diskusi yang mencari kejelasan tentang harus dianggap etis dan tidak etis. Kedua, meski hukum dan moral mengatur tingkah laku manusia namun hukum membatasi diri pada tingkah laku lahiriah saja, sedangkan moral menyangkut sikap batin seseorang. Ketiga, sangksi yang berkaitan dengan hukum berbeda dengan sangksi yang berkaitan dengan moralitas. Hukum sebagian besar dapat dipaksakan, pelanggar akan terkena hukumnya. Tetapi norma etis tidak bias dipaksakan sebab paksaan hanya menyentuh bagian luar, sedangkan perbuatan etis justru berasal dari dalam. Satu-satunya sangksi di bidang moralitas adalah hati nurani yang tidak tenang. Keempat, hukum didasarkan atas kehendak masyarakat dan akhirnya atas kehendak negara. Meskipun hukum tidak langsung berasal dari negara seperti hukum adat namun hukum itu harus harus diakui oleh negara supaya berlaku sebagai hukum moralitas yang didasarkan pada norma-norma moral yang melebihi individu dalam masyarakat.

DAFTAR PUSTAKA Bartens K, 2000, Etika, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. Darmodihardjo, Djardji, 1979, Pancasila Suatu Orientasi Singkat, Ply, Balai Pustaka, Jakarta. Frondizi, Risteri, 2001, Pengantar FIlsafat Etika, Pustaka Pelajar, Yogyakarta. Hadiwardoyo, Purwa, 1990, Moral dan Masalahnya, Kanisisus, Yogyakarta. Kama Abdul Hakam, 2002, Pendidikan Nilai, Value Press, Bandung. Lasyo, 1999, Nilai-nilai Pancasila sebagai Sistem Metafisika, Dirjen Dikti, Jakarta. Modul Acuan Proses Pembelajaran MBB, 2003, Ilmu Sosila Budaya Dasar, Ilmu Kealaman Dasar, Depdiknas, Dikti, Jakarta. Puspoprodjo, W, 1999, FIlsafat Moral, Kesusilaan Dalam Teori dan Praktek, Pustaka Grafika, Bandung. Rusjidi, H.M., 1984, Persoalan-persoalan Filsafat, Bulan Bintang, Jakarta.

TUGAS ISBD MANUSIA MORAL DAN HUKUM

OLEH

NAMA NIM

: AHMAD.SETIO.LANGKO : 1006071025

JURUSAN KIMIA FAKULTAS SAINS DAN TEKNIK UNIVERSITAS NUSA CENDANA KUPANG 2013

KRITIK dan SARAN Kritik:Di harapkan agar buku ini dapat menjelaskan secara detail apa yang harus di bahas dan di sertai dengan contoh secara konkrit Saran:di harapkan agar buku ini dapat di jual dengan harga yang lebih murah

Anda mungkin juga menyukai