ILMU HUKUM
D.T
UNIVERSITAS TERBUKA
TUGAS 2 PENGANTAR ILMU HUKUM
1. Pada hakikatnya, sumber hukum dibagi menjadi sumber hukum materiil dan
sumber hukum formil. Sumber hukum materiil merupakan faktor-faktor yang
dianggap dapat membantu pembentukan hukum. Coba jelaskan menurut analisis
saudara disertai contoh.
1
TUGAS 2 PENGANTAR ILMU HUKUM
berupa perasaan hukum dan cita-cita jika belum memiliki kekuatan mengikat, maka dari itu
harus diformalkan.
Seperti yang kita ketahui, pembentukan Hukum terkait dengan perairan wlayah Indonesia diatur
dalam Undang- Undang Nomor 32 Tahun 2014 Tentang kelautan (UU Kelautan). Secara
Materil UU Kelautan mengatur dan menjabarkan ketentuan-ketentuan dalam pelaksanaan atau
penyelenggaraanya (Pasal 3 UU Kelautan), dan Penjagaan batas wilayah kelautan (Pasal
7,8,9). Dan jika dilihat secara Formil, UU Kelautan adalah UU yang dibuat oleh pemerintah,
DPR, dan di sah kan oleh Presiden RI sebegai alat perlengkapan negara yang memiliki tujuan
untuk menyelenggarakan pengelolaan atas sumber daya kelautan yang berkolasi di wilayah
NKRI.
2
TUGAS 2 PENGANTAR ILMU HUKUM
UU No.45 Tahun 2009 adalah UU yang diperbaharui ketentuanya atas perubahan terhadap UU
31 Tahun 2004 yang mengatur tentang perikanan. Dari sisi sumber hukum formil Indoneisa
adalah negara kepulauan (Bab IV Pasal 56 (a)(b) UNCLOS 1982) yang sangat besar
wilayahnya, maka dari itu memiliki potensi sumber daya kelautan yang begitu besar potensinya.
Dengan tujuan untuk melindungi sumber daya kelautan NKRI, dibuatlah UU No. 31 Tahun 2004
tentang Perikanan yang berlandaskan dengan Konvensi UNCLOS 1982, juga telah diratifikasi
oleh UU No.17 Tahun 1985 tentang pengesahan UNCLOS 1985. Penyempurnaan hukum
perikanan juga dijelaskan pembentukanya berdasarkan UUD 1945 1. Pasal 20, 2. Pasal 21, 3.
Pasal 33 ayat (3).
Indonesia ditempatkan untuk memiliki hak berdaulat (sovereign rights) untuk melakukan
pemanfaatn, konservasi, dan pengelolaan sumber datya ikan pada Zona Ekonomi Eslusif (ZEE)
yang diatur pada Pasal 61 ayat (5) tentang konservasi sumber kekayaan hayati dan juga
Pasal 62 ayat (4) tentang pemanfaatan sember kekayaan hayati.
1. Menyadari bahwa masalah-masalah ruang samudera adalah berkaitan erat satu sama
lain dan perlu dianggap sebagai suatu kebulatan.
2. Mengakui keinginan untuk membentuk, melalui Konvensi ini, dengan mengindahkan
secara layak kedaulatan semua Negara, suatu tertib hukum untuk laut dan samudera
yang dapat memudahkan komunikasi internasional
3. Menjaga pendayagunaan sumber kekayaan alamnya secara adil dan efisien, konservasi
sumber kekayaan hayati dan pengkajian, perlindungan dan pelestarian lingkungan laut
dan konservasi kekayaan alam hayatinya.
3
TUGAS 2 PENGANTAR ILMU HUKUM
Pada umumnya terdapat beberapa asa yang mendasari pembuatan suatu undang-undang,
mengutip dari pendapat Nugroho, Djunarsjah, dan Windupranata 2016, Asas yang mendasari
pembuaatan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2014 dilandasi oleh beberapa macam asas
sebagai berikut.
1. Keberlanjutan (Proses)
Berfokus kepada sumber daya kelautan NKRI supaya agar tetap terjaga, dan pemanfaatan
sumber daya kelautan yang bersifat terus menerus.
2. Konsistesi (Subjek)
Konsistensi terhadap instansi yang menyelenggarakan pengawasan pada sumber daya
kelautan.
3. Keterpaduan (Hukum)
Terpadunya kebijakan kelautan.
4. Kepastian hukum (Proses)
Memiliki kepastian akan hukum kelautan yang tegas.
5. Kemitraan (Subjek)
Terjaganya kepentingan setiap pihak yang terkait.
6. Pemerataan (Proses)
Pemerataan dalam penggunaan manfaat pada sumber daya kelautan.
7. Peran serta Masyarakat (Proses)
Mendorong peran serta masyarakat dalam menjaga sumber daya kelautan NKRI
8. Keterbukaan (Proses)
Penyelenggaraan kelautan yang terbuka .
9. Desentralisasi (Subjek)
Pelimpahan kewajiban untuk menjaga kelautan terhadap pemerintah daerah atau wakil
pemerintah.
10. Akuntabilitas (Proses)
Menerapkan prinsip akuntabilitas terhadap pelaksanaa UU Kelautan.
11. Keadilan (Hukum)
Materi muatan dari hukum yang mengacu kepada asa keadilan.
Daftar Pustaka
4
TUGAS 2 PENGANTAR ILMU HUKUM
Nugroho, Agung., Djunarsjah, Eka., & Windupranata, Wiwin. 2016. “Analisis Asas dan Tujuan
dari Undang Undang kelautan, serta Peran Keilmuan Geodesi dan Geomatika dalam
Implementasinya di Indonesia” dalam: Jurnal Online Institut: Teknologi Nasional No.1, Vol.
2016, No. 1-13. Reka Geomatika.
Pemerintah Indonesia. 1945. Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945. Jakarta:
Presiden Republik Indonesia.
Afriansyah, Arie. 2015. “Kewenangan Negara Pantai Dalam mengelola Wilayah Laut” dalam:
Jurnal Hukum dan Pembangunan Tahun ke-45 No.4 Oktober – Desember 2015.
United Nations. 1982. United Nations on Convention on the Law of the Sea, 10 December
1982, United Nations Treaty Series Vol. 1833, No. 31363. Montego Bay, Jamaica.
https://kkp.go.id/an-component/media/upload-gambar-pendukung/djprl/P4K/Pencemaran
%20Laut/unclos_terjemahan(1).doc.
Paramita, Kartika. 2020. Kenali ZEE dan Hak-Hak Berdaulatnya, diakses dari
https://www.hukumonline.com/klinik/detail/ulasan/lt5feab8757d883/kenali-zee-dan-hak-hak-
berdaulatnya/#_ftn3 , Pada 9 Januari 2021.
Tunardy, Wibowo. 2020. Sumber Hukum Materiil dan Sumber Hukum Formil, diaskes dari
https://www.jurnalhukum.com/sumber-sumber-hukum/#sumber-hukum-materiil , Pada 9 Januari
2021.
5
TUGAS 2 PENGANTAR ILMU HUKUM
Jogloabang. 2019. UU 45 Tahun 2009 tentang Perubahan Atas UU 31 Tahun 2004 tentang
Perikanan, diakses dari https://www.jogloabang.com/pustaka/uu-45-2009-perubahan-uu-31-
2004-perikanan , Pada 9 Januari 2021.