Anda di halaman 1dari 5

Tugas II : Mata kuliah Pengantar ilmu Hukum

Nama : Derikson Situmorang

NIM : 043863217

Jurusan : Ilmu hukum

Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki panjang garis pantai mencapai
95.181 Km, terdiri dari sekitar 17,508 pulau dan sebanyak 6.000 diantaranya berpenduduk.
Letak wilayah Indonesia berada di posisi geografis sangat strategis, karena menjadi
penghubung dua samudera dan dua benua, yaitu Samudera India dengan Samudera Pasifik,
dan Benua Asia dengan Benua Australia. Indonesia sebagai negara maritim memiliki potensi
perikanan yang mampu memperkuat sektor ekonomi negara dan sebagai aset pembangunan
Indonesia. Sehingga untuk mengelola, dan mengamankan wilayah perairan yang demikian
luas menjadi tanggung jawab yang besar dan berat bagi pemerintah. Saat ini begitu maraknya
kasus Illegal fishing atau pencurian ikan di wilayah perairan Indonesia yang dilakukan oleh
nelayan dari negara-negara tetangga. Sehingga menjadi pekerjaan rumah bagi pemerintah
untuk menanggulanginya dengan pembentukan aturan hukum yang sesuai dengan kebutuhan.
Indonesia sendiri telah mengatur wilayah kelautannya melalui UNCLOS 1982 dan diperkuat
dengan UU No. 32 Tahun 2014 tentang Kelautan. Serta memiliki aturan yang melindungi
kekayaan laut khususnya perikanan melalui UU No. 45 Tahun 2009 tentang Perubahan atas
UU No. 31 Tahun 2004 tentang Perikanan.

Soal :

1. Pada hakikatnya, sumber hukum dibagi menjadi sumber hukum materiil dan sumber
hukum formil. Sumber hukum materiil merupakan faktor-faktor yang dianggap dapat
membantu pembentukan hukum. Coba jelaskan menurut analisis saudara disertai contoh.

2. Berdasarkan artikel di atas, analisis oleh saudara faktor-faktor apa yang mendasari
pembentukan hukum terkait perlindungan wilayah perairan Indonesia serta pengaturan
perikanan. Jelaskan.

3. Undang-undang merupakan salah satu sumber hukum formil. Untuk berlakunya undang-
undang terdapat beberapa asas. Sebutkan apa saja asas-asas tersebut dan menurut saudara
pada artikel di atas terkandung asas apa. Jelaskan
Jawaban dan pembahasan:

1. Sumber hukum materiil adalah tempat atau asal mula dari mana hukum itu diambil.
Sumber hukum materiil berkaitan erat dengan keyakinan atau perasaan hukum
individu dan pendapat umum yang menentukan isi hukum.

Keyakinan atau perasaan hukum individu (anggota masyarakat) dan pendapat hukum
(legal opinion) dapat menjadi sumber hukum materiil. Selain itu sumber hukum
materiil bisa juga berupa hal-hal yang mempengaruhi pembentukan hukum seperti
pandangan hidup, hubungan sosial dan politik, situasi ekonomi, corak, peradaban
(agama dan kebudayaan) serta letak geografis dan konfigurasi internasional.

Sumber : https://www.jurnalhukum.com/sumber-sumber-hukum/

- Sumber hukum materil dapat dianggap sebagai pembentukan Hukum, dikarenakan


kembali kepada sifat awal hukum materil dimana bersumber dari masyarakat itu
sendiri, seperti Agama, adat-istiadat dan hubungan sosial budaya, sehingga hukum
materil digunakan sebagai sumber hukum karna pada padarnya hukum memang
untuk mengatur masyarakat itu sendiri.

Sebagai contoh konkrit mengenai hukum materil yaitu: dalam hukum agama
dilarang melakukan pencurian, perzinahan dan sebagainya. Sehingga menjadi
dasar peraturan dan undang undang yang dibuat (hukum formil).

2. UU 32 tahun 2014 tentang Kelautan menggantikan dan mencabut UU 6 tahun 1996


tentang Perairan Indonesia. Undang-Undang Kelautan saat ini memiliki aturan
pelaksanaan dibawahnya seperti Peraturan Pemerintah Nomor 32 tahun 2019 tentang
Rencana Tata Ruang Laut, Perpres 178 tahun 2014 tentang Badan Keamanan Laut,
Perpres 16 tahun 2017 tentang Kebijakan Kelautan Indonesia, Perpres 83 tahun 2018
tentang Penanganan Sampah Laut, dan Perpres 56 tahun 2019 tentang Rencana Aksi
Nasional Pengelolaan Terpadu Taman Nasional dan Kawasan Konservasi Perairan
Nasional Tahun 2018 - 2025.
UU Kelautan sangat penting karena Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar
di dunia dengan potensidan kekayaan alam yang berlimpah sebagai karunia Tuhan
Yang Maha Esa memiliki makna yang sangat penting bagi bangsa Indonesia sebagai
ruang hidup (lebenstraum) dan ruang juang serta media pemersatu yang
menghubungkan pulau-pulau dalam satu kesatuan ideologi, politik, ekonomi, sosial,
budaya, pertahanan, dan keamanan dalam suatu wadah ruang wilayah Negara
Kesatuan Republik Indonesia.

3 (tiga) momen penting keberadaan Indonesia menjadi sebuah negara merdeka dengan
kondisi kepulauan, yaitu:

a. Sumpah Pemuda pada tanggal 28 Oktober 1928 yang menyatakan kesatuan kejiwaan
kebangsaan Indonesia.
b. Proklamasi Kemerdekaan pada tanggal 17 Agustus 1945 yang menyatakan bahwa
rakyat Indonesia telah menjadi satu bangsa yang ingin hidup dalam satu kesatuan
kenegaraan; dan
c. Deklarasi Djuanda tanggal 13 Desember 1957 yang menyatakan bahwa Indonesia
mulai memperjuangkan kesatuan kewilayahan dan pengakuan secara de jure yang
tertuang dalam Konvensi Perserikatan Bangsa Bangsa tentang Hukum Laut 1982
(United Nations Convention on the Law of the Sea/UNCLOS 1982) dan yang
diratifikasi oleh Indonesia melalui Undang-Undang Nomor 17 Tahun 1985.

Sumber : https://www.jogloabang.com/pustaka/uu-32-2014-kelautan

faktor-faktor apa yang mendasari pembentukan hukum terkait perlindungan wilayah


perairan Indonesia serta pengaturan perikanan.

Faktor pembentukan hukum terkait perlindungan wilayah Indonesia yaitu.

1. Indonesia sebagai negara yang berdaulat , hendaknya berdaulat atas wilayahnya


dengan memberikan aturan aturan dan hukum mengenai wilayahnya, baik wilayah
darat, laut dan udara haruslah dikuasai penuh oleh pemerintah Indonesia.
2. Perlunya aturan dan regulasi yang mengatur transportasi yang melalui daerah laut
Indonesia, baik transportasi secara domestik maupun mancanegara. Sehingga ada
aturan yang jelas dan valid.
3. Perlunya diatur tatacara pengelolaan sumber daya alam kelautan Indonesia dengan
tujuan, agar pengelolaan SDA di kelautan Indonesia berjalan dengan baik dan tidak
terjadi eksploitasi yang berlebihan.
3. Azas berlakunya dalam artikel diatas yaitu, mengenai kekuatan dan supremasi hukum
yang digunakan untuk mengatur perairan di wilayah Indonesia. Yaitu dengan adanya
perubahan perubahan hukum di Indonesia yang mengatur tatanan perairan Indonesia.
Yaitu tentang peraturan UNCLOS 1982 dan diperkuat dengan UU No. 32 Tahun 2014
tentang Kelautan. Serta memiliki aturan yang melindungi kekayaan laut khususnya
perikanan melalui UU No. 45 Tahun 2009 tentang Perubahan atas UU No. 31 Tahun
2004 tentang Perikanan. Maka berikut ini adalah asas hukum formil yang digunakan
sesuai dengan Artikel mengenai wilayah perairan Indonesia .

1. Asas tidak berlaku surut


Prof Dr. Wirjono Prodjodikoro S.H. dalam bukunya “Asas-Asas Hukum
Pidana di Indonesia” mengatakan bahwaasas ini sebenarnya sudah ditentukan
untuk segala bidang hukum dan diulangi untuk hukum pidana yang termuat
dalam Pasal 1 ayat (1) Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (“KUHP”)yang
berbunyi:
“Tiada suatu perbuatan boleh dihukum, melainkan atas kekuatan
ketentuan pidana dalam undang-undang, yang ada terdahulu daripada
perbuatan itu”
Menurut Wirjono, larangan keberlakuan surut ini bertujuan untuk menegakkan
kepastian hukum bagi penduduk, yang selayaknya ia harus tahu perbuatan apa
yang merupakan tindak pidana atau tidak.
Sumber: http://jdih.jogjakota.go.id/index.php/articles/read/123#:~:text=Asas
%20ini%20dikenal%20dengan%20nama,surut%20dari%20suatu%20undang-
undang.&text=Menurut%20Wirjono%2C%20larangan%20keberlakuan
%20surut,merupakan%20tindak%20pidana%20atau%20tidak.
2. Asas Lex posterior derogat legi priori adalah asas penafsiran hukum yang
menyatakan bahwa hukum yang terbaru (lex posterior) mengesampingkan hukum
yang lama (lex prior). Asas ini biasanya digunakan baik dalam hukum
nasional maupun internasional.
3. asas Lex superior derogat legi inferior adalah asas hukum yang menyatakan
bahwa hukum yang tinggi (lex superior) mengesampingkan hukum yang rendah
(lex inferior). Asas ini biasanya sebagai asas hierarki.
4. Asas Lex specialis derogat legi generali adalah asas penafsiran hukum yang
menyatakan bahwa hukum yang bersifat khusus (lex specialis) mengesampingkan
hukum yang bersifat umum (lex generalis).[1] Contohnya, dalam pasal 18 UUD
1945, gubernur, bupati, dan wali kota harus dipilih secara demokratis. Aturan ini
bersifat umum (lex generalis), dan ia dikesampingkan apabila ada hukum yang
mengatur secara khusus.
Sumber : https://id.wikipedia.org/wiki/Lex_specialis_derogat_legi_generali
5. Asas undang-undang tidak dapat diganggu gugat.
Sumber : buku modul ISIP 4130/modul 6 hal 6.9

Terimakasih.

Anda mungkin juga menyukai