Anda di halaman 1dari 29

Hukum Agraria

Hukum Agraria : Pengertian, Sumber, dan Asas Beserta Ruang Lingkupnya Secara
Lengkap

Pengertian Hukum Agraria

Hukum Agraria merupakan sebuah hukum tanah yang hanya mengatur masalah pertanian, atau
mengenai permukaan tanah dan kulit bumi saja.

Pengertian Hukum agraria dalam arti luas ialah seluruh kaidah hukum baik yang tertulis ataupun
tidak tertulis yang mengatur masalah bumi, air dalam batas-batas tertentu dan ruang angkasa
beserta kekayaan alam yang terkandung didalam bumi.

Definisi hukum agraria menurut beberapa ahli :


Ada beberapa ahli hukum yang mengemukaakn pendapatnya mengenai hukum agraria, yaitu :

1. Mr. Boedi Harsono


Menurut Mr. Boedi Harsono menyatakan bahwa Hukum agraria ialah suatu kaidah-
kaidah hukum yang mengatur mengenai bumi, air dalam batas tertentu juga ruang
angkasa serta kekayaan alam yang terdapat di dalam bumi, baik dalam bentuk tertulis
maupun tidak tertulis.

2. Drs. E. Utrecht SH
Menurut Drs. E. Utrecht SH menyatakan bahwa Hukum agraria ialah sebagai hukum
istimewa memungkinkan pejabat administrasi bertugas mengurus permasalahan tentang
agraria untuk melakukan tugas mereka.

3. Bachsan Mustafa SH
Menurut Bachsan Mustafa SH menyatakan bahwa Hukum agraria ialah himpunan
peraturan yang mengatur tentang bagaimana para pejabat pemerintah menjalankan tugas
mereka dibidang keagrariaan.
2. Sumber Hukum Agraria Yang Tak Tertulis
Hukum adat yang seirama dan sesuai dengan ketentuan yang ada di Pasal 5 UUPA,
yakni :

 Tak bertentangan dengan kepentingan negara dan kepentingan nasional


 Berasaskan peraturan bangsa
 Beraraskan sosialisme Indonesia
 Berdasarkan pada peraturan yang telah tercantum dalam UUPA serta peraturan
perundang-undangan yang lain
 Mengindahkan unsur yang bersandar di hukum agama
 Hukum kebiasaan yang muncul setelah berlakunya UUPA yakni praktik
administrasi dan yurisprudensi.

Asas-Asas Hukum Agraria


1. Asas nasionalisme
Asas nasionalisme menyatakan hanya warga Negara Indonesia saja yang mempunyai
hak milik atas tanah dan hubungan antara bumi dan ruang angkasa tanpa membedakan
laki-laki atau perempauan baik warga negara asli ataupun keturunan.
2. Asas dikuasai oleh Negara
Asas dikuasai oleh Negara menyatakan bahwa bumi, air dan ruang angkasa beserta
kekayaan alam yang terkandung didalamnya dikuasai oleh negara.
3. Asas hukum adat yang disaneer
Asas hukum adat yang disaneer menyatakan bahwa hukum adat yang sudah bersih dari
dari segi negatif dapat digunakan sebagai hukum agrarian.

4. Asas fungsi social


Asas fungsi social menyatakan bahwa penggunaan tanah tidak boleh bertentangan
dengan norma kesusilaan dan keagamaan dan juga hak-hak orang lain serta kepentingan
umum.

5. Asas kebangsaan atau (demokrasi)


Asas kebangsaan menyatakan bahwa setiap warga negara mempunyai hak milik tanah.
6. Asas non diskriminasi (tanpa pembedaan)
Asas non diskriminasi merupakan asas yang mendasari hukum agraria.

7. Asas gotong royong


Asas gotong royong menyatakan bahwa segala usaha bersama berdasarkan kepentingan
bersama dalam rangka mewujudkan kepentingan nasional dalam bentuk gotong royong.
8. Asas unifikasi
Menurut Asas unifikasi Hukum agraria disatukan menjadi satu UU yang berlaku bagi
seluruh Warga Negara Indonesia.
9. Asas pemisahan horizontal (horizontale scheidings beginsel)
Asas pemisahan horizontal menyatakan ada pemisahan hak kepemilikan antara pemilik
tanah dengan benda dan bangunan yang ada di atasnya.

Ruang Lingkup Hukum Agraria


1. Dalam Undang-Undang No. 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok
Agraria, tidak memberikan pengertian agraria. Di dalamnya hanya memberikan
penjelasan tentang ruang lingkup agraria sebagaimana yang tercantum dalam konsidera
(pasal-pasal maupun penjelasannya). Bunyinya sebagai berikut:

 Hubungan hukum antara bangsa Indonesia dengan bumi, air, ruang udara dan
kekayaan alam yang terkandung di dalamnya.
 Hubungan hukum antara negara sebagai organisasi kekuasaan seluruh rakyat
Indonesia dengan bumi, air, ruang udara dan kekayaan alam yang terkandung di
dalamnya.

2. Ruang lingkup agraria menurut UUPA meliputi bumi, air, ruang angkasa, dan
kekayaan alam yang terkandung didalamnya. Ruang lingkup agraria menurut UUPA
sama dengan ruang lingkup sumber daya agraria / sumber daya alam menurut Ketetapan
MPR RI No. IX/MPR/2001 tentang Pembaharuan Agraria dan Pengelolaan Sumber
Daya Alam.

Ruang lingkup agraria / sumber daya agraria / sumber daya alam dapat dijelaskan
sebagai berikut:
 Bumi, Pengertian bumi menurut Pasal 1 Ayat (4) UUPA adalah permukaan
bumi, termasuk pula tubuh bumi di bawahnya serta yang berada di bawah air.
Permukaan bumi menurut Pasal 4 Ayat (1) UUPA adalah tanah.

 Air, Pengertian air menurut Pasal 1 Ayat (5) UUPA adalah air yang berada di
perairan pedalaman maupun air yang berada di laut wilayah Indonesia. Dalam
Pasal 1 angka 3 Undang-Undang No. 11 Tahun 1974 tentang Pengairan,
disebutkan bahwa pengairan air meliputi air yang terkandung di dalam dan atau
berasal dari sumber-sumber air, baik yang terdapat di atas maupun di bawah
permukaan tanah, tetapi tidak meliputi air yang ada di laut.

 Ruang Angkasa, Pengertian ruang angkasa menurut Pasal 1 Ayat (6) UUPA
adalah ruang di atas bumi wilayah Indonesia dan ruang di atas air wilayah
Indonesia. Pengertian ruang angkasa menurut Pasal 48 UUPA, ruang di atas
bumi dan air yang mengandung tenaga dan unsur-unsur yang dapat digunakan
untuk usaha-usaha memelihara dan memperkembangkan kesuburan bumi, air
serta kekayaan alam yang terkandung didalamnya dan hal-hal lain yang
bersangkutan dengan itu.

 Kekayaan Alam yang Terkandung di Dalamnya Kekayaan alam yang


terkandung di dalam disebut bahan, yaitu unsur-unsur kimia, mineral-mineral,
bijih-bijih dan segala macam batuan, termasuk batuan-batuan mulia yang
merupakan endapan-endapan alam (Undang-Undang No. 11 Tahun 1967 tentang
Ketentuan-Ketentuan Pokok Pertambangan)
Hukum Tata Ruang

Pengertian, Manfaat dan Fungsi


Hukum Tata Ruang

Oleh:
Dalinama Telaumbanua, S.H[1]

1. Yang dimaksud dengan Hukum Tata Ruang ialah bentuk peraturan yang terdiri dari
dua elemen, yang mana elemen-elemen tersebut mempunyai peranan masing-masing yaitu:
a) Hukum
Secara umum hukum diartikan sebagai suatu keseluruhan kumpulan peraturan
perundang-undangan atau kaedah-kaedah dalam suatu kehidupan bersama, yang
pelaksanaanya dapat dipaksakan dengan suatu sanksi.
b) Tata Ruang
Sebelum membahas apa yang dimaksud dengan tata ruang, terlebih dahulu dipelajari
apa yang dimaksud dengan ruang.
Menurut uu no. 24 tahun 1992, bahwa ruang itu adalah wadah yang meliputi ruang daratan,
lautan dan ruang udara sebagai satu kesatuan wilayah, tempat masing-masing dan makhluk
lainya hidup dan melakukan kegiatan serta memelihara kelangsungan hidupnya.
Sedangkan
Menurut uu no. 26 tahun 2007, bahwa ruang itu adalah wadah yang meliputi ruang darat,
ruang laut, dan ruang udara. Termasuk ruang didalam bumi sebagai satu kesatuan wilayah,
tempat manusia dan makhluk lain hidup, melakukan kegiatan, dan memelihara
kelangsungan hidupnya.

- Arti ruang daratan dalam hal ini adalah ruang yang terletak diatas dan dibawah
permukaan daratan termasuk permukaan perairan darat dan sisi darat dari garis laut
terendah.
- Arti ruang lautan dalam hal ini adalah ruang yang terletak diatas dan dibawah permukaan
laut dimulai dari sisi laut garis laut terendah termasuk dasar laut dan bagian bumi
dibawahnya, dimana Republik Indonesia mempunyai hak yurisdiksinya.

- Arti ruang udara dalam hal ini adalah ruang yang terletak diatas ruang daratan dan atau
ruang lautan sekitar wilayah negara dan yang melekat pada bumi, dimana Republik
Indonesia mempunyai hak yurisdiksinya.

Jadi, Hukum Tata Ruang itu menurut uu no. 26 tahun 2007 yaitu hukum yang
berwujud struktur ruang (ialah susunan pusat-pusat pemukiman dan sistem jaringan
prasarana dan sarana yang berfungsi sebagai pendukung kegiatan ekonomi masyarakat
yang secara hierarkis memiliki hubungan fungsional) dan pola ruang ( ialah distribusi
peruntukan ruang dalam suatu wilayah yang meliputi peruntukan ruang untuk fungsi
lindung dan peruntukan ruang untuk fungsi budi daya).

2. Yang menjadi alasan mengapa Hukum Tata Ruang Itu sangat penting bagi negara
Indonesia yaitu karena adanya ketidakseimbangan antara ruang (darat, laut dan udara)
dengan kebutuhan akan ruang yang terus meningkat. Dan juga supaya pendayagunaan
sumber daya alam itu harus desertai dengan upaya pengelolaan dan pelestarian lingkungan
serta untuk pemanfaatan ruang secara terpadu, optimal dan efisien. Selain itu, kebutuhan
ruang itu dapat dimanfaatkan untuk masa sekarang dan juga untuk masa yang akan datang
(masa depan).

3. Yang menjadi fungsi hukum dalam setiap proses penataan (perencanaan,


pemanfaatan dan pengendalian) ruang yaitu:

- Perencanaan
Fungsi hukum dalam perencanaan ruang ini ialah sebagai Social Injenering yang termuat
dalam Perda untuk wilayah tertentu dan UU untuk keseluruhan wilayah suatu negara.
Artinya, proses untuk menentukan struktur ruang dan pola ruang yang meliputi penyusunan
dan penetapan rencana tata ruang supaya dapat direalisasikan dengan baik.
- Pemanfaatan

Fungsi hukum dalam pemanfaatan ruang ialah sebagai social Control untuk mengawasi
didalam penggunaan ruang. Artinya, upaya untuk mewujudkan struktur ruang dan pola
ruang sesuai dengan rencana tata ruang melalui penyusunan dan pelaksaan program beserta
pembiayaanya.

- Pengendalian
Fungsi hukum dalam pengendalian ruang ialah untuk mewujudkan tertib tata ruang. Yang
artinya ialah untuk mengendalikan subyek hukum yang sedang dan yang akan
menggunakan ruang itu, sehingga subyek hukum itu dapat terkontrol atau terkendali dalam
penggunaan ruang.
DASAR HUKUM PENDAFTARAN TANAH

1.UUPA

Pasal 19 UUPA
Ayat (1) : Untuk menjamin kepastian hukum, oleh Pemerintah diadakan pendaftaran
tanah di seluruh wilayah Republik Indonesia menurut ketentuan-ketentuan yang diatur
dengan PP.

Ayat (2) : Pendaftaran tanah tersebut dalam ayat 1 pasal ini meliputi:
Pengukuran, pemetaan dan pembukuan tanah
Pendaftaran hak-hak atas tanah dan peralihan hak-hak tersebut.
Pemberian surat tanda bukti hak yang berlaku sebagai alat pembuktian yang kuat.

Ayat (3) : Pendaftaran tanah diselenggarakan dengan mengingat keadaan negara dan
masyarakat, keperluan lalu lintas sosial, ekonomi serta kemungkinan penyelenggaraan
menurut pertimbangan menteri Agraria.

Ayat (4) : Dalam peraturan pemerintah diatur biaya-biaya yang bersangkutan dengan
pendaftaran termaksud dalam ayat (1) di atas dengan ketentuan bahwa rakyat yang tidak
mampu dibebaskan dari pembayaran biaya-biaya tersebut.

Pasal 23 UUPA
Ayat (1) : Hak milik, demikian pula setiap peralihan, hapusnya dan pembebanannya
dengan hak-hak lain harus didaftarkan menurut ketentuan-ketentuan yang dimaksud
dalam pasal 19
Ayat (2) : Pendaftaran yang termaksud dalam ayat (1) merupakan alat pembuktian yang
kua mengenai hapusnya hak milik serta sahnya peralihan dan pembebanan hak tersebut.

Pasal 32 UUPA : ketentuan serupa dengan Pasal 23 untuk HGU


Pasal 38 UUPA : ketentuan serupa dengan Pasal 23 untuk HGB

2.PP No. 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah


Dalam ketentuan Penutup Pasal 56 dan 66 PP tersebut ditentukan bahwa PP yang baru itu
mulai berlaku sejak tanggal diundangkan dan bahwa sejak tanggal tersebut PP 10/1961
dinyatakan tidak berlaku lagi. Ketentuan Pasal 64 menyatakan, bahwa semua peraturan
perundang-undangan pelaksanaan PP 10/1961 yang telah ada tetap berlaku, sepanjang
tidak bertentangan atau diubah ataupun diganti berdasarkan PP yang baru.
Dinyatakan juga bahwa hak-hak yang didaftar serta hal-hal lain yang dihasilkan dari
kegiatan pendaftaran tanah berdasarkan PP 10/1961 tetap sah sebagai hasil pendaftaran
tanah menurut PP yang baru. Perlunya diadakan peraturan Pendaftaran Tanah yang baru
oleh karena:
Dalam rengka memberikan jaminan kepastian hukum di bidang pertanahan, memerlukan
tersedianya perangkat hukum yang tertulis, lengkap dan jelas yang dilaksanakan secara
konsisten.
Dalam kenyataannya pendaftaran tanah yang diselenggarakan dengan PP 10/1961 belum
cukup memberikan hasil yang memuaskan.
Untuk itu dipandang perlu mengadakan penyempurnaan pada ketentuan yang mengatur
pendaftaran tanah dalam rangka meningkatkan dukungan yang lebih baik pada
pembangunan.

3.PMA/Kepala BPN No. 3 Tahun 1997 Tentang Pelaksanaan PP No. 24 Tahun 1997
tentang Pendaftaran Tanah
Pelayanan Informasi Publik di lingkungan
BPN RI

Dasar Hukum
1. Undang Undang No.11 Tahun 2008 Tentang Informasi dan Transaksi
Elektronik.
2. Undang Undang No.14 Tahun 2008 Tentang Keterbukaan Informasi Publik.
3. Peraturan Komisi Informasi No.1 Tahun 2010 Tentang Standar Layanan
Informasi Publik.
4. Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional RI No.6 Tahun 2013 tentang
Pelayanan Informasi Publik di Lingkungan Badan Pertanahan Nasional
Republik Indonesia.

Informasi Publik
Informasi yang dihasilkan, disimpan, dikelola, dikirim, dan/atau diterima oleh
suatu badan publik yang berkaitan dengan penyelenggara dan
penyelenggaraan negara dan/atau penyelenggara dan penyelenggaraan
badan publik lainnya serta informasi lain yang berkaitan dengan kepentingan
publik.

Asas
1. Setiap Informasi Publik bersifat terbuka dan dapat diakses oleh setiap
Pengguna Informasi Publik.
2. Informasi Publik yang dikecualikan bersifat ketat dan terbatas.
3. Setiap Informasi Publik harus dapat diperoleh dengan cepat dan tepat
waktu, biaya ringan, dan cara sederhana.
4. Informasi Publik yang dikecualikan bersifat rahasia sesuai dengan undang-
undang, kepatutan, dan kepentingan umum.
Tujuan
1. Memberikan standar dalam melaksanakan pengelolaan dan pelayanan
Informasi Publik.
2. Meningkatkan pelayanan Informasi Publik yang berkualitas.
3. Menjamin pemenuhan hak warga negara untuk memperoleh Informasi
Publik.
4. Menjamin terwujudnya tujuan penyelenggaraan keterbukaan Informasi
Publik.

Kategori Informasi Publik


1. Informasi Wajib disediakan.
2. Informasi Wajib disediakan dan diumumkan secara berkala.
3. Informasi disediakan atas permintaan yang berkepentingan.
4. Informasi yang dikecualikan.

Pengelolaan Keberatan
1. Keberatan diajukan kepada Penanggung jawab melalui PPID.
2. Keberatan disampaikan tertulis kepada Petugas Meja Informasi.
3. Tanggapan disampaikan kepada pemohon/kuasa secara tertulis paling
lama 30 hari kerja.

Visi
Terwujudnya Pelayanan Informasi Publik yang sesuai dengan Peraturan
Komisi Informasi Nomor 1 Tahun 2010 tentang Standar Layanan Informasi
Publik dan akuntabel dalam pemenuhan hak atas informasi bagi publik

Misi
1. Mewujudkan pelayanan informasi publik yang sesuai dengan Peraturan
Komisi Informasi Nomor 1 Tahun 2010 tentang Standar Layanan Informasi
Publik, efektif dan efisien serta akuntabel;
2. Meningkatkan pelayanan informasi untuk menghasilkan layanan yang
berkualitas;
3. Meningkatkan kompetensi sumber daya manusia;
4. Menguatkan koordinasi antar penyedia informasi lintas sektoral.

Maklumat Pelayanan Informasi


Dengan ini kami berupaya memberikan Pelayanan Pengelola Informasi dan
Dokumentasi yang berkaitan dengan Kementerian Agraria dan Tata
Ruang/Badan Pertanahan Nasional dengan Santun, Responsif, sesuai
dengan Undang - Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2008 tentang
Keterbukaan Informasi Publik.
Syarat dan Prosedur Pendaftaran Tanah
Untuk Pertama Kali Guna Memperolah Hak
Milik Bagi Perseorangan
Monday, January 12, 2015

Apa syarat dan bagaimana prosedur mendaftarkan tanah untuk mendapatkan


pengakuan hak bagi perseorangan ? Soal ini masih banyak belum dimengerti
masyarakat dan atas ketidak-tahuan itu terkadang dimintakan bantuan jasa
seseorang untuk mengurusnya yang terkadang juga menimbulkan masalah.
Selain itu, tentu biaya dengan mengurus sendiri jauh lebih murah dari pada
minta bantuan orang lain.

Bagi perseorangan yang ingin mendaftarkan tanahnya untuk mendapatkan


pengakuan hak milik atas sebidang tanah pendaftaran pertama kali
persyaratan umum yang harus dipenuhi adalah:

1. Formulir permohonan yang sudah diisi dan ditandatangani pemohon


atau kuasanya di atas materai cukup
2. Surat Kuasa apabila dikuasakan
3. Fotocopy identitas (KTP, KK) pemohon dan kuasa apabila dikuasakan,
yang telah dicocokkan dengan aslinya oleh petugas loket
4. Asli Bukti perolehan tanah/Alas Hak
5. Asli Surat-surat bukti pelepasan hak dan pelunasan tanah dan rumah
(Rumah Gol III) atau rumah yang dibeli dari pemerintah
6. Foto copy SPPT PBB Tahun berjalan yang telah dicocokkan dengan
aslinya oleh petugas loket, penyerahan bukti SSB (BPHTB) dan bukti
bayar uang pemasukan (pada saat pendaftaran hak)
7. Melampirkan bukti SSP/PPh sesuai dengan ketentuan.
Syarat pendaftaran tanah hak milik
Dengan persyaratan pendaftaran tanah untuk pertama kali seperti disebutkan
di atas, khusus untuk formulir permohonan biasanya sudah disediakan di
kantor Pertanahan. Setelah segala persyaratan dipenuhi disampaikan ke
kantor Pertanahan dimana lokasi tanah bersangkutan berlokasi. Disamping itu
dalam formulir permohonan harus dimuat:

1. Identitas diri
2. Luas, letak dan penggunaan tanah yang dimohon
3. Pernyataan tanah tidak sengketa
4. Pernyataan tanah dikuasai secara fisik

Sementara itu tenggang waktu yang diperlukan untuk melakukan proses


permohonan untuk mendapatkan pengakuan hak atas tanah itu dari informasi
bpn.go.id adalah sebagai berikut:

38 (tiga puluh delapan) hari untuk:


o Tanah pertanian yang luasnya tidak lebih dari 2 Ha
o Tanah non pertanian yang luasnya tidak lebih dari 2.000 m2

57 (lima puluh tujuh) hari untuk:


o Tanah pertanian yang luasnya lebih dari 2 Ha
o Tanah non pertanian yang luasnya lebih dari 2.000 m2 s.d. 5.000 m2

97 (sembilan puluh tujuh) hari untuk:


o Tanah non pertanian yang luasnya lebih dari 5.000 m2
"PENGUKURAN DAN PEMETAAN KADASTRAL"

Pasal 19 UUPA
1. Bahwa untuk menjamin kepastian hukum oleh Pemerintah diadakan Pendaftaran tanah di
seluruh wilayah Republik Indonesia
2. Kegiatan pendaftaran tanah harus meliputi, kegiatan :
a. Pengukuran, pemetaan dan pembukuan tanah
b. Pendaftaran hak-hak atas tanah dan peralihan hak-hak tersebut
c. Pemberian surat-surat tanda bukti hak

Kegiatan Pengukuran dan Pemetaan Kadastral Pasal 14 ayat (2) PP No.24 Tahun 1997
a. Pembuatan peta Dasar Pendaftaran
b. Penetapan batas bidang-bidang tanah
c. Pengukuran dan pemetaan bidang-bidang tanah dan pembuatan Peta Pendaftaran
d. Pembuatan daftar tanah
e. Pembuatan Surat Ukur

Prosedur dan Kaidah-kaidah Teknis Pasal 24 ayat (2) PMNA/KBPN No.3 Tahun 1997
a. Pengukuran bidang tanah harus diikatkan pada titik dasar teknis (KDKN).
b. Dipetakan pada suatu sistem proyeksi bidang datar yang telah ditetapkan (TM-30).
c. Diukur oleh pejabat publik yang berwenang secara hukum dan mempunyai kemampuan.
d. Profesional di bidang kadastral, yaitu juru ukur kadastral & surveyor kadastral
e. Memenuhi ketepatan dan ketelitian pengukuran-perhitungan yang tinggi secara teknis geodesi
Pelaksana Pengukuran
Pengukuran Bidang tanah pada dasarnya menjadi Tanggung jawab Kepala Kantor Pertanahan,
yang kemudian didelegasikan kepada :
1. Petugas Ukur/ Juru Ukur
2. Surveyor Kadastral (PMNA/KBPN No.2/1998)
TUGAS PETUGAS PENGUKURAN :
1. Menetapkan batas bidang tanah
2. Membantu penyelesaian sengketa mengenai batas
3. Mengisi D.I. 201 yang mengenai penetapan batas
4. Melaksanakan pengukuran batas bidang tanah
5. Membuat gambar ukur

Persiapan Pengukuran
I. Persiapan Adminitrasi (di kantor) :
- Memperoleh surat tugas
- Memeriksa peta; Print/copy Peta Digital pada lokasi bidang tanah
* Format dan Skala copy peta disesuaikan dengan kebutuhan.
* Memuat informasi toponimi & bidang lain yg telah terdaftar.
* Memuat Detail-detail yang dapat digunakan sebagai titik ikat
- Memeriksa daftar koordinat untuk pengikatan
- Memeriksa Gambar Ukur yang bersebelahkan
- Menyampaikan surat pemberitahuan
- Menentukan metoda pengukuran dan peralatan ukur

II. Persiapan di Lapangan :


- Penempatan/penanaman tanda batas
- Penunjukan batas bidang tanah
- Penetapan batas bidang tanah
- Pemeriksaan titik ikat di lapangan
- Pengaturan Alat Ukur
Perencanaan Pengukuran
Pelaksanaan Pengukuran
Tujuan :
untuk menentukan posisi / letak geografis, bentuk geografis, luas, situasi bidang tanah untuk
pembuatan sertipikat, pembuatan peta bidang tanah dan pengembalian batas
Metoda pengukuran tergantung pada ketersediaan bahan, alat dan keadaan lapangan:
a. Metode Terestris, yaitu metoda trilaterasi (jarak-jarak), metoda polar (jarak-sudut)
b. Metode Fotogrametris, yaitu identifikasi detailmenggunakan peta foto/ blow up foto
c. Metode Pengamatan GPS
d. Kombinasi
Metode-Metode Yang Di Gunakan
- Metoda Trilaterasi
- Metoda Polar
- Metoda Fotogrametris (Identifikasi Bidang Tanah)

Titik batas/ikat harus dapat teridentifikasi pada peta fotonya.


Untuk titik batas yang tidak teridentifikasi dilakukan pengukuran tambahan secara terrestris.

GAMBAR UKUR
a. Dokumen tempat mencantumkan gambar suatu bidang tanah atau lebih dan situasi sekitarnya
serta data hasil pengukuran bidang tanah tersebut, baik berupa jarak, sudut, azimut ataupun
sudut jurusan
b. Gambar ukur (GU) yang merupakan hasil identifikasi dan pengukuran langsung bidang tanah
di lapangan, merupakan dokumen penting yang dapat digunakan untuk merekonstruksi batas
bidang tanah apabila suatu saat terdapat batas bidang tanah yang hilang .
c. Pengukuran dan penyimpanan data pengukuran dalam bentuk dokumen diatas merupakan
bagian vital dari pendaftaran tanah.

Pemetaan pada Peta Pendaftaran Digital (Foto)


a. Pemetaan merupakan kombinasi antara hasil identifikasi titik ikat/batas dengan ukuran pada
GU.
- Identifikasi Titik Ikat
- Masukkan data-data pengukuran.
- Diperoleh gambar bidang tanah pada peta.
b. Jika terjadi perbedaan antara data hasil pemetaan (dari gambar ukur) dengan image pada peta
pendaftaran, maka gambar bidang tanah disesuaikan dengan bentuk pada peta pendaftaran.

PEMETAAN GU ( DI.107 ATAU DI. 107A )


Bidang kuning adalah bidang yang terbentuk hasil dari penggambaran G.U.

PENGUMUMAN DATA FISIK DAN YURIDIS BIDANG TANAH (DI. 201B & 201C)
a. Data Fisik
Gambar bidang-bidang tanah yang telah dipetakan pada peta foto
b. Data Yuridis
Memuat informasi tekstual bidang-bidang tanah yang diumumkan (Lihat contoh contoh
data berikut)

Kutipan Laporan Evaluasi Ajudikasi Bekasi (tentang penggunaan peta foto dijital)
Keuntungan :
a. Pengukuran dan Pemetaan dapat dilakukan dengan cepat
- Orientasi lokasi memakai peta foto
- Tidak perlu membuat jaringan pengukuran
- Kemampuan pengukuran & pemetaan rata-rata 10 s/d 15 per hari (daerah perkotaan tidak
padat)
b. Semua data baik tekstual maupun visual disimpan dalam file elektronis
c. Penyimpanan dan retreival (temuan kembali) data dapat diakses secara cepat.

Kendala :
a. Regulasi pemakaian data elektronik
b. Kemampuan teknis SDM yang terlatih, menyangkut pengetahuan, ketrampilan dan sikap
mentalnya (knowledge, skills, attitude).
c. Terbatasnya data, kemampuan peralatan (software & hardware) yang dipakai.

Keuntungan :
a. Pengukuran dan Pemetaan dapat dilakukan dengan cepat
- Orientasi lokasi memakai peta foto
- Tidak perlu membuat jaringan pengukuran
- Kemampuan pengukuran & pemetaan rata-rata 10 s/d 15 per hari (daerah perkotaan tidak
padat)
b. Semua data baik tekstual maupun visual disimpan dalam file elektronis
c. Penyimpanan dan retreival (temuan kembali) data dapat diakses secara cepat.

TEKHNIK PENGUKURAN DAN PEMETAAN KADASTRAL

Verivikasi data fisik adalah pembuktian pengujian atau pemeriksaan , untuk memperlihatkan kebenaran
dan keakuratan dari data fisik dimaksud

Apa yang dimaksud data fisik dalam kegiatan pengukuran dan pemetaan kadastral ( pengukuran dan
pemetaan dalam rangka penyelenggaraan pendaftaran tanah ).

Data Fisik dimaksud , merupakan bagian kegiatan dari Pendaftaran tanah . Yang menerangkan mengenai
letak , batas dan luas suatu bidang tanah dan sarusun / satuan rumah susun , termasuk keterangan
adanya bangunan / bagian bangunan yang ada diatasnya ( penggunaan ).
Dir. Pendaftaran Hak Tanah dan
Guna Ruang
19012010
Sub Direktorat Pendaftaran Hak

Dalam UUPA pasal 19 disebutkan bahwa untuk menjamin kepastian hukum oleh Pemerintah
diadakan pendaftaran tanah di seluruh wilayah Republik Indonesia menurut ketentuan-
ketentuan yang diatur dengan Peraturan Pemerintah.

Pendaftaran tersebut meliputi:

1. pengukuran, perpetaan dan pembukuan tanah;

2. pendaftaran hak-hak atas tanah dan peralihan hak-hak tersebut;

3. pemberian surat-surat tanda-bukti-hak, yang berlaku sebagai alat pembuktian yang


kuat.

Pengertian pendaftaran tanah menurut PP No.24 tahun 1997 adalah rangkaian kegiatan yang
dilakukan oleh Pemerintah secara terus menerus, berkesinambungan dan teratur, meliputi
pengumpulan, pengolahan, pembukuan, dan penyajian serta pemeliharaan data fisik dan
data yuridis, dalam bentuk peta dan daftar, mengenai bidang-bidang tanah dan satuan-
satuan rumah susun, termasuk pemberian surat tanda bukti haknya bagi bidang-bidang
tanah yang sudah ada haknya dan hak milik atas satuan rumah susun serta hak-hak tertentu
yang membebaninya.

Pendaftaran tanah bertujuan :

1. untuk memberikan kepastian hukum dan perlindungan hukum kepada pemegang hak
atas suatu bidang tanah, satuan rumah susun dan hak-hak lain yang terdaftar agar
dengan mudah dapat membuktikan dirinya sebagai pemegang hak yang bersangkutan,

2. untuk menyediakan informasi kepada pihak-pihak yang berkepentingan termasuk


Pemerintah agar dengan mudah dapat memperoleh data yang diperlukan dalam
mengadakan perbuatan hukum mengenai bidang-bidang tanah dan satuan-satuan
rumah susun yang sudah terdaftar;

3. untuk terselenggaranya tertib administrasi pertanahan.


Sub Direktorat Pendaftaran Hak Guna Ruang dan Perairan

Seiring dengan berkembangnya pembangunan di wilayah perkotaan yang menunjukkan


bahwa pemanfaaatan tanah tidak hanya terbatas pada bidang tanah yang dikuasai, akan
tetapi pemanfaatannya berkembang pada ruang bawah tanah, ruang atas tanah dan ruang
perairan. Kondisi ini mendorong instansi yang mengatur masalah pertanahan, yaitu Badan
Pertanahan Nasional untuk menentukan kebijakan yang mengatur pemanfaatan ruang atas
tanah (RAT), ruang bawah tanah (RBT) dan perairan (RPer).

Pengertian HGRAT/ HGBRT

– Hak untuk menggunakan permukaan bumi (tanah) seperti hak milik, hak pakai, dan
hak guna usaha

– Hak untuk menggunakan ruang di atas permukaan bumi dan di dalam tubuh bumi

– Hak mempunyai bangunan yang terdapat dalam ruang di atas permukaan bumi dan
dalam tubuh bumi

Subdirektorat Pendaftaran Hak Guna Ruang dan Perairan mempunyai tugas pokok dan fungsi
memimpin, mengkoordinir, mengelola, kegiatan penyiapan bahan perumusan kebijakan
teknis dan melaksanakan pendaftaran hak guna ruang dan perairan untuk terbentuknya
aturan kebijakan teknis pendaftaran hak guna ruang dan perairan dalam rangka pendaftaran
hak guna ruang atas tanah dan pendaftaran hak guna ruang bawah tanah serta pendaftaran
hak guna ruang perairan.

Dasar hukum pokok-pokok pengaturan hak atas tanah dan hak guna ruang :

– PASAL 33 UUD 45

– PASAL 2 dan Pasal 4 UU Nomor 5 Tahun 1960 (UUPA)

– UU Nomor 16 Tahun 1985 Tentang Rumah Susun

– UU Nomor 4 Tahun 1992 tentang Perumahan dan Pemukiman

– UU Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang

Hak Guna Ruang Atas Tanah (HGAT)

1. Hak Guna Ruang Atas Tanah meliputi hak atas permukaan bumi tempat pondasi
bangunan dan hak untuk menguasai ruang udara seluas bangunan tersebut serta hak
kepemilikan bangunan.
2. HGAT tidak terlepas dari hak untuk memiliki atau mepergunakan tanah, perlu dilandasi
dengan sesuatu hak atas tanah, misalnya; hak untuk memiliki tanah atau hak guna
bangunan, dan hak pakai untuk menggunakan tanah atau memanfaatkan hasil tanah.

3. Diperlukan hak untuk menggunakan ruang udara di atas permukaan bumi yang
dihakinya, ataupun di atas hak orang lain.

4. Diperlukan hak untuk memiliki bangunan guna kepastian hukum, dari bangunan itu
sendiri yang mungkin nilai ekonominya lebih tinggi dari tanah tempat pondasi
bangunan.

Hak Guna Ruang Bawah Tanah (HGBT)

1. Hak Guna Ruang Bawah Tanah meliputi hak atas permukaan bumi yang merupakan pintu
masuk/keluar tubuh bumi dan hak membangun dan memakai ruang dalam tubuh bumi,
serta hak milik atas bangunan yang berbentuk ruang dalam tubuh bumi.

2. HGBT tidak terlepas dari hak atas tanah. Untuk memiliki/menggunakan tanah sebagai
pintu masuk/keluar tubuh bumi harus dilandasi dengan suatu hak atas tanah.

3. Sebagai landasan hak untuk menggunakan/memiliki ruangan di dalam tubuh bumi, di


bawah tanah yang menjadi hak orang lain.

4. Untuk kepastian hukum dalam kepemilikan bangunan dalam ruang di dalam tubuh bumi.

Hak Guna Ruang Perairan

Hak Guna Ruang Perairan, Dalam Perspektif hukum agraria Indonesia harus dapat dibedakan
antara ruang (lahan) perairan pantai dan ruang laut, karena adanya perbedaan substansial di
antara keduanya yang berada dalam satu wilayah yang tidak terpisahkan. Dengan demikian,
untuk merumuskan kebijakan dalam pengelolaan sumber daya laut dalam kerangka Marine
Cadastre, perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut :

 Ruang perairan pantai merupakan wilayah yang sangat rentan (fragile), baik ditinjau dari
aspek fisik dan ekosistem maupun ditinjau dari aspek hukum dan sosial-ekonomi, yaitu
sangat berhubungan erat dengan penguasaan, pemilikan, penggunaan dan pemanfaatan
tanah (land tenureships) daratan (pantai);

 Ruang perairan pantai merupakan wilayah perairan dangkal, termasuk wilayah yang pada
saat air laut surut nampak sebagai ruang daratan, dan oleh karena itu kepemilikan lahan ini
dapat dicirikan oleh tipologi atau karakteristik kepemilikan daratan (land-based tenure)
maupun runag laut (sea based tenure secara seimbang)
 Mengingat karakteristik laut dan konsepsi marine cadastre dalam konstelasi UUPA, maka
pemberian hak atas pemanfaatan ruang laut dapat dikategorikan ke dalam jenis hak yaitu
hak pakai, hak guna bangunan dan hak guna air.

Sampai saat ini peraturan perundang-undangan yang mengatur tentang pemanfaatan ruang
atas tanah, ruang bawah tanah dan perairan masih dalam pembahasan. Padahal UUPA dan
beberapa ketentuan peraturan perundangan lainnya mengisyaratkan perlunya pengaturan
lebih lanjut mengenai RAT, RBT dan RPer. Namun BPN sebagai lembaga yang mengatur
masalah pertanahan di Indonesia dipercaya untuk membuat kebijakan-kebijakan mengenai
pemanfaatan tanah dengan membentuk subdirektorat pendaftaran hak guna ruang dan
perairan.

Sub Direktorat Peralihan, Pembebanan Hak dan PPAT

Subdirektorat Peralihan, Pembebanan Hak dan PPAT mempunyai tugas menyiapkan bahan
perumusan kebijakan teknis dan melaksanakan pendaftaran peralihan dan pembebanan hak
atas tanah, serta melaksanakan pembinaan teknis PPAT. Subdirektorat Peralihan,
Pembebanan Hak dan PPAT menyelenggarakan fungsi:

1. penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis pendaftaran, peralihan dan pembebanan


hak atas tanah dan pembinaan teknis PPAT;

2. pelaksanaan pendaftaran peralihan dan pembebanan hak atas tanah;

3. penyaringan, pengendalian, pengangkatan dan mutasi PPAT;

4. penyiapan pembinaan teknis PPAT.

Subdirektorat Peralihan, Pembebanan Hak dan PPAT terdiri dari:

1. Seksi Peralihan dan Pembebanan Hak;

2. Seksi PPAT.

Seksi Peralihan dan Pembebanan Hak

Seksi Peralihan dan Pembebanan Hak mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan
perumusan kebijakan teknis, mengolah dan menyiapkan bahan peralihan dan pembebanan
hak tanggungan dan hak atas tanah.

Seksi PPAT
Seksi PPAT mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis,
mengolah dan menyiapkan bahan pengangkatan, pembinaan, mutasi dan pemberhentian
PPAT, dan pembinaan teknis PPAT.

Tugas dan fungsi PPAT sesuai PP No. 37 1998 pasal 2 ayat 1 adalah melaksanakan sebagian
kegiatan pendaftaran tanah dengan membuat akta sebagai bukti telah dilakukannya
perbuatan hukum tertentu mengenai Hak Atas Tanah atau Hak Milik atas Satuan Rumah
Susun, yang akan dijadikan dasar bagi pendaftaran perubahan data pendaftaran tanah yang
diakibatkan oleh “Perbuatan Hukum” itu

Perbuatan hukum meliputi (Pasal 2 ayat (2) :

1. Jual beli

2. Tukar menukar

3. Hibah

4. Pemasukan ke dalam Perusahaan (Inbreng)

5. Pembagian hak bersama

6. Pemberian HGB/HP atas tanah Hak Milik

7. Pemberian Hak Tanggungan

8. Pemberian Kuasa Membebankan Hak Tanggungan

Sesuai PP No. 24 tahun 1997 pasal 39, maka PPAT menolak untuk membuat akta sebagai
berikut:

1. mengenai bidang tanah yang sudah terdaftar atau hak milik atas satuan rumah susun,
kepadanya tidak disampaikan sertipikat asli hak yang bersangkutan atau sertipikat yang
diserahkan tidak sesuai dengan daftar-daftar yang ada di Kantor Pertanahan; atau

2. mengenai bidang yang belum terdaftar, kepadanya tidak disampaikan :

1) surat bukti hak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24 ayat (1) atau surat keterangan
Kepala Desa/kelurahan yang menyatakan bahwa yang bersangkutan menguasai bidang
tanah tersebut sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24 ayat (2); dan

2) surat keterangan yang menyatakan bahwa bidang tanah yang bersangkutan belum
bersertipikat dari Kantor Pertanahan, atau untuk tanah yang terletak di daerah yang jauh dari
kedudukan Kantor Pertanahan, dari pemegang hak yang bersangkutan dengan dikuatkan
oleh Kepala Desa/Kelurahan; atau
1. salah satu atau para pihak yang akan melakukan perbuatan hukum yang bersangkutan
atau salah satu saksi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 38 tidak berhak atau tidak
memenuhi syarat untuk bertindak demikian; atau

2. salah satu atau para pihak bertindak atas dasar suatu surat kuasa mutlak yang pada
hakikatnya berisikan perbuatan hukum pemindahan hak; atau

3. untuk perbuatan hukum yang akan dilakukan belum diperoleh izin Pejabat atau instansi
yang berwenang, apabila izin tersebut diperlukan menurut peraturan perundang-
undangan yang berlaku; atau

4. obyek perbuatan hukum yang bersangkutan sedang dalam sedang sengketa mengenai
data fisik atau data yuridisnya; atau

5. tidak dipenuhi syarat lain atau dilanggar larangan yang ditentukan dalam peraturan
perundang-undangan yang bersangkutan.

Kesimpulan

Dari apa yang telah didiskusikan diatas, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Direktorat Pendaftaran Hak Tanah Dan Guna Ruang merupakan salah satu direktorat
yang dalam struktur organisasi termasuk dalam lingkungan Deputi II yang membidangi
Bidang Hak Tanah dan Pendaftaran Tanah.

2. Direktorat Pendaftaran Hak Tanah Dan Guna Ruang terdiri dari 3 (tiga) subdirektorat
yang masing-masing mempunyai tugas dan kewajiban masing-masing seperti telah
diatur dalam Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia No.3
Tahun 2006 tentang Organisasi dan Tata Kerja Badan Pertanahan Nasional Republik
Indonesia.

Saran

Sedangkan dari beberapa masalah yang timbul dalam pelaksanaan tugas, berikut ini
beberapa saran yang dapat kami sampaikan:

1. Dalam kaitannya agar tidak ada lagi diskriminasi dalam segala urusan pertanahan
terutama dalam mengurus hak maupun pengalihan hak pertanahan, Kantor BPN pusat
sebaiknya melakukan sosialisasi dan pembinaan mengenai tata cara pengurusan
dokumen-dokumen pertanahan yang telah disesuaikan dengan Undang-undang
Kewarganegaraan serta mengirimkan surat edaran ke seluruh kantor pertanahan di
seluruh Indonesia tentang Undang Undang Kewarganegaraan, yang menyatakan bahwa
menghapus diskriminasi dalam hal menyangkut status kewarganegaraan baik Warga
Negara Indonesia asli maupun Warga Negara Indonesia Keturunan.
2. Sering terjadinya kesalahan-kesalahan administratif dalam pengurusan akta maupun
surat-surat lain yang berkaitan dengan pertanahan merupakan “pr” bagi Kantor Pusat
dan Wilayah BPN untuk melakukan sosialisasi serta pembinaan lebih lanjut mengenai
aturan-aturan tata cara pendaftaran dan pengalihan Hak atas tanah kepada Pejabat
Pembuat Akta Tanah (PPAT) dan Kantor-kantor Pertanahan. Sedangkan, yang berkaitan
dengan pengelolaan dokumen, sebaiknya menggunakan sistem komputerisasi dalam
mengelola data secara online atau lebih sering disebut sistem informasi dan manajemen
pertanahan nasional (SIMTANAS). Dengan menggunakan sistem komputerisasi tersebut,
dokumen dapat dengan mudah dicari dan diklasifikasikan. Yang pada akhirnya dapat
meminimalisasi adanya konflik dan sengketa dikemudian hari.

3. Diperlukan peraturan yang mengatur tentang HGAT dan HGBT serta MarineCadastre, hal
ini dikarenakan belum adanya peraturan yang secara tegas mengatur mengenai hal
tersebut, selain itu untuk melindungi wilayah perairan di Indonesia yang merupakan
bagian tak terpisahkan dari Wilayah NKRI, khususnya dalam peraturan keagrariaannya.

4. Perlu adanya penerapan sanksi yang cukup tegas terhadap PPAT yang kredibilitasnya
kurang serta memberi reward kepada PPAT yang mempunyai kredibilitas yang baik.
SARUSUN
Menurut ketentuan Pasal 12 dan 13 Undang-Undang No.16 Tahun 1985 Tentang Rumah Susun
(UURS) bahwa rumah susun dan satuan rumah susun dapat dijadikan kredit dengan dibebani Hak
Tanggungan.

Mengenai tata cara pembebanan dan penerbitan tanda buktinya, diuraikan sebagai berikut :

Pembebanan Hak Tanggungan diatur dalam pasal 14 dan 15 UURS, dimana dilakukan
dengan akta Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT) dan wajib didaftarkan pada Kantor Agraria
(sekarang kantor pertanahan) Kabupaten / Kotamadya untuk dicatat pada buku tanah dan sertifikat
hak bersangkutan. Tata caranya sama dengan pembebanan Hak Tanggungan yang obyek pokoknya
tanah yang diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 Tentang Pendaftaran Tanah.

Pemberian Hak Tanggungan dilakukan dengan pembuatan Akta Pembebanan Hak


Tanggungan (APHT) oleh PPAT sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang belaku.

Selanjutnya pembebanan Hak Tanggungan tersebut dalam rangka memenuhi syarat


publisitas, yang merupakan salah satu syarat bagi yang sahnya dan kelahiran Hak Tanggungan
yang diberikan wajib didaftarkan pada Kantor Pertanahan.

Berdasarkan Pasal 13 ayat 2 Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1996 Tentang Hak


Tanggungan (UUHT) juncto Pasal 40 Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 Tentang
Pendafataran Tanah, maka PPAT yang membuat pembebanan

Hak Tanggungan tersebut selambat-lambatnya 7 (tujuh) hari sejak ditandatanganinya


pembebanan Hak Tanggungan tersebut, wajib menyampaikan APHT yang dibuatnya berikut
dokumen-dokumen yang bersangkutan seperti : sertifikat tanahnya (kalau yang dijaminkan
rumah susun atau tanah tempat akan dibangunnya rumah susun) atau sertifikat HMSRS (kalau
yang dijaminkan satuan rumah susunnya) kepada Kantor Pertanahan untuk didaftar.

Dan PPAT wajib menyampaikan secara tertulis mengenai telah disampaikannya akta
tersebut kepada para pihak yang bersangkutan. Pendaftaran Hak Tanggungan tersebut dilakukan
dengan pambuatan Buku Tanah Hak Tanggungannya, diikuti dengan penerbitan sertifikat Hak
Tanggungan serta pencatatan adanya Hak Tanggungan pada Buku Tanah dan sertifikat tanah
rumah susun atau Hak Milik atas Satuan Rumah Susun (HMSRS) yang dijadikan jaminan.

Sebagai tanda bukti adanya Hak Tanggungan tersebut Kantor Pertanahan menerbitkan
sertipikat Hak Tanggungan yang terdiri dari salinan Buku Tanah Hak Tanggungan dan salinan
APHT, yang membuktikan pemberian Hak Tanggungan tersebut.

Kecuali diperjanjikan lain, sertipikat hak atas tanah atau HMSRS yang telah dibubuhi
catatan pembebanan Hak Tanggungan dikembalikan kepada pemegang hak atas tanah / pemegang
HMSRS yang bersangkutan. Sedangkan sertifikat hak tanggungannya diserahkan kepada
pemegang Hak Tanggungan.
SISTEM INFORMASI GEOGRAFI

Dalam membuat basis data SIG, syarat yang harus dipenuhi adalah kompilasi data
dengan volum kecil dengan klasifikasi data yang baik; penyajian yang akurat; mudah dan
cepat dalam pencarian kembali (data retrieval) dan penggabungan (proses komposit). Untuk
memenuhi kriteria di atas perlu dilakukan langkah-langkah sebagai berikut.

1. Penyiapan Data
Data yang digunakan dalam teknologi analisis dengan SIG yang disusun dalam basis data
sangat bergantung pada : cara/metoda perolehan data, pemilik data, format dan skala data,
sistem proyeksinya dan sebagainya. Ada tiga macam sumber data yaitu fungsi, grafis dan
atribut.
2. Dijitasi Peta
Layer data/peta dalam teknologi SIG harus berbentuk dijital. Oleh karenanya ada beberapa
langkah penyediaan melalui dijitasi untuk memperoleh data vektor dan scanning untuk
memperoleh data raster dengan cara sebagai berikut.
a. Dijitasi peta yaitu menerjemahkan kenampakan/feature peta menjadi peta
dijital. Merubah format foto udara melalui analisis informasi untuk deliniasi
kenampakan yang diinginkan, baru kemudian didijitasi.
b. Proses citra (image processing) dari citra satelit untuk memperoleh informasi
bentuk data raster. Informasi hasil proses citra dapat didijitasi untuk memperoleh data
vector.
c. Data survei lapangan menggunakan GPS, untuk memperoleh koordinat data
lebih a kurat (lokasi lebih tepat). Data spasial lain dapat diimport dari pengolahan data
lain, misalnya hasil kontur, hasil pemodelan dan sebagainya.
d. Pembuatan layer tematik yang dimaksud dengan konsep layer dalam SIG
adalah konsep pemisahan data spasial dalam lapis-lapis data yang homogen. Jenis
data dalam layer dinyatakan dalam feature atau kenampakan dan tematik atau
tema/kesesuaian.
3. Pengelolaan Data
Proses-proses yang dilakukan dalam pengelolaan data antara lain pengarsipan data
dan pemodelan.
a. Pengarsipan
Pengarsipan dilakukan untuk penyimpanan data-data yang nantinya akan dilakukan untuk
analisis. Hal ini juga berguna pada saat pemanggilan data kembali. Pengarsipan ini tidak
hanya pada data dasar hasil digitasi, tetapi juga pada data dasar lain. Sebagai contoh, kita
mempunyai data dasar hasil digitasi berupa peta tanah. Data dasar lain dari peta tanah
tersebut antara lain berupa sifat-sifat tanah seperti tekstur tanah, kedalaman efektif tanah, dan
sebagainya. Nah, pada kondisi demikian diperlukan arsip berindeks yang disesuaikan dengan
sifat atau asosiasi yang dimiliki oleh data dasar yang bersangkutan.
b. Pemodelan
Setelah pengarsipan, langkah selanjutnya adalah pemodelan. Pemodelan merupakan inti dari
bagaimana kita memperlakukan data untuk analisis sesuai dengan keinginan pengguna. Pada
pemodelan kita membuat konsep bagaimana membuat atau melakukan analisis terhadap
suatu data untuk memperoleh informasi baru. Pemodelan ini mencerminkan pola pikir kita
dalam melakukan analisis data. Model atau pemodelan dapat disebut juga sebagai suatu
metode.

Anda mungkin juga menyukai