ISTILAH
PERUNDANG-
UNDANGAN.
Sampai kini tampaknya belum ada kesepakatan
tentang penggunaan istilah mengenai perundang-
undangan.
Kalau kita perhatikan istilah yg ada ternyata banyak
istilah yg kita ketemukan tentang UU atau peraturan
per UU an, baik di dalam kenyataan maupun di
dalam berbagai literatur yg berkaitan dg HTN.
Istilah tsb adalah:
- Peraturan Negara
- Perundangan,
- Peraturan perundangan,
- Peraturan perUU an,
- Per UU an,
Dalam bahasa belanda, di kenal dg istilah:
- Wet,
- Wetgeving,
- Wettelijke regels atau,
- Wettelijke regeling(en)
Pengertian Wet sendiri di bedakan antara :
- Wet in formele zin dan
- Wet in materiele zin.
Istilah Perundang-undangan, Peraturan
perundang-undangan berasal dari Wetelijke
regels.
Peraturan Negara
undang”
Dalam hubungan dg pengertian
– UU dlm arti material (Wet in materiele zin)
dan
– UU dlm arti formal (Wet in formele zin) ini
perlu di pahami perbedaannya antara UU
material dan UU formal, oleh karena
dari sudut tata hukum di kenal adanya:
1. UU formal tidak material,
2. UU tidak formal tetapi material,
3. UU formal yg material,
4. UU tidak formal dan juga tidak material
Pemahaman terhadap Undang-undang tesebut
adalah:
ad. 1. Undang-undang formal tidak material
adalah: peraturan yg terbentuknya dg
persetujuan DPR dan pengesahan pemerintah
(Presiden) tetapi isinya tidak langsung
mengikat penghidupan rakyat,
misalnya:
- UU tentang APBN,
- UU tentang ratifikasi perjanjian dg negara
lain.
ad.2. UU tidak formal tetapi material, adalah:
Peraturan yg terbentuknya tidak dengan
persetujuan DPR dan pengesahan Pemerintah
tetapi substansinya mengikat masyarakat.
Umpama:
Peraturan yg di keluarkan oleh Kepala Daera
akan tetapi isinya langsung mengikat
penghidupan masyarakat. Ini
termasuk pengertian peraturan perundang-
undangan.
ad.3. UU Formal dan material.
Adalah: UU yg di bentuk atas persetujuan DPR dan di
sahkan oleh Presiden yg isinya mengikat rakyat.
Misalnya:
- UU Perkawinan,
- UUPA,
- UULAJR, dsb.
ad.4. UU yg tidak formal dan tidak material. Adalah:
UU yang tidak atas prsetujuan (di bentuk ) oleh DPR dan
tidak di sahkan oleh Presiden. Dan UU ini isinya
sama sekali tidak langsung mengikat penghidupan rakyat.
Misalnya.
- tentang tatatertib DPR, dsb
Terimakasih
6.
BATASAN DAN CIRI-CIRI
PERATURAN
PERUNDANG-UNDANGAN
Tentang batasan/difinisi per UU an belum ada
kesepakatan.
Apakah pengertian per UU an akan mencakup
/ meliputi semua peraturan tertulis yg di buat
oleh penguasa ataukah terbatas ?.
Apakah meliputi hanya peraturan pusat saja
ataukah juga meliputi peraturan-peraturan
daerah ?.
Kalau meliputi peraturan pusat saja apakah
akan meliputi pula produk-produk MPR ?.
Sebagai perbandingan perlu di lihat dalam
sejarah per UU an.
Di jaman Hindia Belanda yg termasuk kedalam kategori
“Wettelijke regelingen”adalah meliputi:
a. Internationale tractaten.
Yaitu: perjanjian-pejanjian internasional.
b. Politike contracten,
yaitu: perjanjian (kontrak) politik raja-raja di
Indonesia dg pemerintah penjajahan Belanda.
c. Locale verordening,
adalah: Peraturan Daerah.
d. Weterschaps verordening,
adalah: Peraturan- peraturan Daerah sepengairan.
e. Verordeningen van hoofden van gewestelijk
bestuur,
yaitu: Peraturan-peraturan yg di keluarkan oleh Kepala
Pemerintah di wilayah
f. Algemene verordeningen.Menurut pasal 93 IS (Indische
Staatregeling) terdiri dari:
1. Regerings verordening (RV),
yaitu: Peraturan Pemerintah.
2. Ordonantie (Ordonansi)
yaitu peraturan setingkat UU.
3. Algemene maatregel van bestuur, disingkat
(AMvB)
yaitu berupa tindakan umum Pemerintah, yakni
sejenis peraturan yg di tetapkan dg Koninklijk
besluit (KB),
yaitu berupa keputusan Raja.
4. Wetten,
yaitu Undang-undang Negeri Belanda.
Ada beberapa batasan / pendapat dari sarjana-
sarjana a.l.
1.PJP. TAK. Dalam bukunya yg berjudul:
“RECHTSVORMING IN NEDERLAND”
mengartikan peraturan perundang-undangan
(UU dlm arti materiil) adalah:
setiap keputusan tertulis
yg di keluarkan pejabat berwenang
yg berisi aturan tingkah laku
yg bersifat mengikat secara umum.
. BAGIRMANAN DAN KUNTANA MAGNAR
memberikan pengertian peraturan per UU an adalah:
setiap putusan tertulis
yg di buat, di tetapkan dan di keluarkan oleh
lembaga dan atau pejabat Negara
yg mempunyai (menjalankan) fungsi legislatif
sesuai dg tatacara yg berlaku.
3. A HAMID S ATTAMIMI
memberikan batasan peraturan per UU an adalah:
peraturan negara di tingkat pusat dan di tingkat
daerah
yg di bentuk berdasarkan kewenangan per UU an
bersifat atribusi maupun bersifat delegasi.
Pada bagian lain
A HAMID S ATTAMIMI memberikan batasan
mengenai peraturan per UU an sbb.
Semua peraturan hukum
yg di bentuk oleh semua tingkat lembaga
dlm bentuk tertentu
dg prosedur tertentu
biasanya di sertai sanksi
dan berlaku umum serta mengikat rakyat.
4. TJ. BUYS
mengartikan peraturan per UU an sebagai peraturan-
peraturan yg mengikat secara umum (ALGEMEEN
BINDENDE VOORSCHRIFTEN)
Pendapat TJ BUYS tsb di tambahkan oleh Prof
JHA LOGEMANN dg “NAAR BUITEN
WERKENDE VOORSCHRIFTEN”.
Sehingga menurut JHA LOGEMANN
peraturan per UU an adalah: peraturan yg
mengikat secara umum dan berdaya laku
keluar (ALGEMEEN BINDENDE EN NAAR
BUITEN WERKENDE VOORSCHRIFTEN).
Pengertian berdaya laku keluar adalah: bahwa
peraturan tsb di tujukan kepada masyarakat
(umum) tidak di tujukan kepada (kedalam)
pembentuknya.
Di dlm hukum positif Indonesia, yaitu UU No. 5 th 1986 yg
kemudian di rubah dg UU No. 9 th 2004 tentang Peradilan Tata
Usaha Negara.
Pada pasal 1 butir 2 terdapat rumusan “……melaksanakan urusan
pemerintahan berdasarkan peraturan per UU an yg berlaku.
Rumusan mengenai “ Peraturan per UU an di maksud, yaitu:
- semua peraturan
- yg bersifat mengikat secara umum
- yg di keluarkan oleh badan perwakilan rakyat bersama
Pemerintah
- baik di tingkat pusat maupun di tingkat daerah.