“Yurisprudensi“
Disusun oleh:
Lidia sermina abram
Puji syukur kami ucapkan kepada Tuhan atas rahmat dan berkatnya kami dapat
menyelesaikan tugas pembuataan makalah ini guna melengkapi tugas yang diberikan oleh
dosen kami, yaitu dosen Pengantar ilmu hukum di UNPI. Di samping itu, kami juga
mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu penyelesaian makalah
ini. Makalah ini berisi materi tentang “Yurisprudensi”. Dimana disini akan dijabarkan tentang
contoh kasus yurisprudensi yang merujuk tentang Yurisprudensi.
Dari hati terdalam kami mengutarakan permintaan maaf atas kekurangan makalah ini,
karena kami tahu makalah yang kami buat ini masi jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu,
kami berharap kritikan, saran, dan masukan yang membangun dari pembaca guna
penyempurnaannya kedepan.
Akhir kata kami ucapkan Terima kasih dan semoga makalah ini bermanfaat sesuai
dengan fungsinya.
A. Latar belakang
Untuk mewujudkan perlindungan hukum dan kepastian hukum diperlukan satu media
atau institusi keadilan, yang dapat digunakan sebagai akses bagi masyarakat untuk
mendapatkan rasa keadilan tersebut. Institusi keadilan dalam sistem hukum moderen dewasa
ini, salah satunya diwujudkan dalam satu wadah yaitu badan pengadilan. Lembaga
pengadilan ini pada masa peradaban hukum moderen,secara simbolik telah menjadi wujud
dari pemberlakuan hukum dan keadilan secara nyata.
Sudikno Metrokusumo memberikan arti kepada kata “peradilan” sebagai berikut:
“kata peradilan yang terdiri dari kata dasar “adil” dan mendapat awalan ‘per’ serta akhiran
‘an’ berarti segala sesuatu yang berkaitan dengan pengadilan, pengadilan disini bukanlah
diartikan semata mata sebagai badan yang mengadili melainkan sebagai pengertian yang
abstrak yaitu, “hal memberikan keadilan”. Sementara menurut Rahmat Rochmat Soemitro2
“peradilan (rechtspraak) adalah proses penyelesaian sengketa hukum dihadapan badan
pengadilan menurut hukum…, pengadilan adalah cara mengadili atau usaha memberikan
penyelesaian hukum dan dilakukan oleh badan pengadilan …, badan pengadilan ialah suatu
badan, dewan, hakim atau instansi pemerintah yang berdasarkan peraturan perundang-
undangan yang diberikan wewenang untuk mengadili sengketa hukum. Sedangkan Sjachran
Basah3 memberikan pengertian yang lebih lugas, dikatakan: “…penggunaan istilah
pengadilan ditujukan kepada badan atau kepada wadah yang memberikan peradilan, sedang
peradilan menunjuk kepada proses untuk memberikan keadilan dalam rangka menegakkan
hukum atau het rechtspreken”.
Kelembagaan peradilan dapat dibedakan antara susunan horizontal dan vertikal.
Susunan horizontal menyangkut berbagai lingkungan badna peradilan (peradilan umum,
peradilan agama, peradilan tata usaha negara, dan lainnya). Susunan vertikal adalah 2
susunan tingkat pertama, banding dan kasasi. Kelembagaan peradilan sebelum amandemen
UUD 1945 menganut satu cabang kekuasaan yang berpuncak pada Mahkamah Agung,
namun setelah amandemen UUD 1945 menganut sistem bifurkasi (bifurcation system)
dimana kekuasan kehakiman terbagi dalam dua cabang yaitu cabang peradilan biasa yang
berpuncak pada Mahkamah Agung dan cabang peradilan konstitusi di Mahkamah Konstitusi.
Kelembagaan peradilan ini merupakan kekuasaan yang merdeka untuk
menyelenggarakan peradilan guna menegakkan hukum dan keadilan, sehingga pengadilan
wajib memeriksa dan memutus perkara, pengadilan tidak boleh menolak suatu perkara
dengan alasan ketiadaan hukum atau hukumnya tidak jelas mengaturnya, apabila hakim
dihadapkan pada situasi ketiadaan hukum atau hukum yang tidak jelas, sedangkan perkara
harus diselesaikan, hakim wajib mencari kaidah-kaidah hukum yang hidup dalam masyarakat
atau hakim dapat berpedoman pada putusan hakim yang terdahulu (yurisprudensi Mahmakah
Agung), memperhatikan kewajiban hakim yang demikian itu, menunjukan bahwa hakim
bukanlah corong undang-undang melainkan berperan menemukan hukum (rechtsvinding)
atau membentuk hukum (rechtsvorming). Hal ini disebabkan karena yurisprudensi
Mahkamah Agung merupakan salah satu sumber hukum tata pemerintahan faktual di
Indonesia.
Bab ll
Pembahasan
A. Pengertian yurisprudensi
Yurisprudensi berarti peradilan pada umumnya (judicature rechtspraak),
Yaitu pelaksanaan hukum dalam hal konkrit terjadi tuntutan yg di jalankan oleh suatu badan
yang berdiri sendir dan di adakan oleh negara serta bebas dari pengaruh apa atau siapapun
dengan cara memberikan keputusan yang bersifat mengikat dan berwibawa. Selainitu
yurisprudensi dapat pula berarti ajaran hukum atau doktrin Yng di muat dalam putusan
pengadilan.
Yurisprudensi atau putusan pengadilan merupakan produk yudikatif yang
berisi kaidah hukum atau peraturan hukum yang mengikat pihak-pihak yang bersagkutan atau
terhukum. Jadi jurisprudensi hanya mengikat orang-orang tertentu saja, namun putusan
pengadilan adalah hukum yang sejak di jatuhkan. Pada umumnya di kenal adanya dua sistem
peradilan, sistem eropa continental dan sistem Anglo saxon. Dalam sistem eropa
continental,termasuk Indonesia, hakim tidak terikat pada “precedent” atau putusan hakim
terdahulu mengenai perkara atau persoalan hukum yang serupa dengan yang akan di
putuskan. Akan tetapi dalam kenyataannya tidak sedikit hakim berkiblat pada putusan –
putusan pengadilan yang lebih tinggi atau mahkama agung mengenai perkara serupa. Namun
dalam sistem Anglo saxon hakim terikat pada “precedent” atau putusan hakim terdahulu
mengenai perkara yang serupa dengan yang akan diputus. Asas keterkaitan hakim pada
“precedent” disebut “stare decisis et quieta non movere” atau di sebut juga “the binding force
of precedent” disebut “stare decisis et quieta non movere” force of precendent”
B. Macam-macam yurisprudensi
Terdapat beberapa macam yurisprudensi, macam-macam yurisprudensi tersebut
sebagai berikut.
1. yurisprudensi tetap. Pengertian yurisprudensi tetap adalah suatu putusan dari hakim
yang terjadi oleh karena rangkaian putusan yang sama dan jadikan sebagai dasar bagi
pengadilan untuk memutuskan suatu perkara’
2. yurisprudensi tidak tetap. Pengertian yursprudensi tdak tetap ialah suatu putusan dari
hakim terdahulu yang tdak di jadikan sebagai dasar bagi pengadilan’.
3. yurisprudensi semi yuridis pengertian yurisprudensi semi yuridis yaitu semua
penetapan pengadilan yang didasarkan pada permohonan seseorang yang berlaku
khusus hanya pada pemohon. contohnya: penetapan status anak.
4. yurisprudensi administrative. Pengertian adminitratif adalah SEMA (surat Edaran
Mahkama Agung) yang berlaku hanya secara administrative dan mengikat intern di
dalam lingkup pengadilan.
Dalam hal ini MA melakukan yurisprudensi dan memutuskan penjualan tersebut tidak
sah dan batal demi hukum. MA menilai pada saat dibuatnya perjanjian jual beli budi
sedang ditahan oleh polisi karena laporan dari Yayasan Hwa Ing Fonds dan Lo Iwan Setia
Dharma untuk menekan Budi agar mau membuat atau menyetujui perjanjian jual beli
tersebut.Hal ini adalah merupakan ‘Misbruik van Omstandigheiden’ yang dapat
mengakibatkan perjanjian dapat dibatalkan, karena tidak lagi memenuhi unsur-unsur
pasal 1320 KUH.Perdata yaitu tidak ada kehendak yang bebas dari pihak Penggugat.
Bab lll
PENUTUP
A. Kesimpulan
Yurisprudensi Mahkama Agung merupakan sumber hukum tata pemerintahan factual
yang telah memberikan kontribusi bagi penyelenggara pemerintahan. Salah satu sumber
hukum yurisprudensi yang sekarang masih di terapkan adanya yurisprudensi mengenai asas-
asas umum pemerintah yang baik oleh hakim peradilan tata usaha negara sebagai landasan
pengujian.