HUKUM PERDATA
Dosen Pengampu:
Ratih Damayanti, S.H., M.H.
Disusun Oleh:
8111421626
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya ucapkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat-Nya sehingga
makalah ini dapat tersusun sampai dengan selesai. Penulis sangat berharap semoga
makalah ini dapat menambah pengetahuan bagi para pembaca. Bahkan penulis berharap
lebih jauh lagi agar makalah ini bisa dipraktikkan oleh pembaca di dalam kehidupan
sehari-hari.
Bagi saya sebagai penulis merasa bahwa masih banyak kekurangan dalam
penyusunan makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman. Untuk itu
saya sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi
kesempurnaan makalah ini.
Penyusun
2
DAFTAR ISI
3
BAB I
PENDAHULUAN
Ada saat di mana hubungan antara seseorang atau badan hukum tidak berjalan
dengan baik seperti yang diharapkan yang akhirnya akan menimbulkan permasalahan
hukum. Sebagai contoh, terjadinya hubungan pinjam-meminjam uang seringkali
berakhir menjadi suatu masalah yang menimbulkan permasalahan hukum. Hal ini
termasuk ke dalam Hukum Perdata.
Pada kesempatan kali ini, saya sebagai penulis mencoba untuk membahas
tentang hal-hal dasar tentang Hukum Perdata, yang berisi pengertian, sumber, objek dan
subjek, sistematika, dan asas-asas dari Hukum Perdata.
4
BAB II
PEMBAHASAN
Di lihat dari ruang lingkupnya, istilah Hukum Perdata dalam arti luas, meliputi
Hukum Privat Materiil, yaitu segala hukum pokok yang mengatur kepentingan-
kepentingan perseorangan. Jika dilihat dalam bahasa Inggrisnya, Hukum Perdata
dikenal dengan istilah Civil Law. Kata Civil berasal dari bahasa Latin yakni, Civis yang
berarti warga negara. Hal tersebut berarti, bahwa Civil Law atau Hukum Sipil
merupakan hukum yang mengatur tentang masalah-masalah yang berkaitan dengan hak-
hak warga negara dan atau perseorangan
Dapat ditarik kesimpulan bahwa pengertian dari Hukum Perdata, ialah hukum yang
mengatur hubungan hukum antara orang yang satu dengan orang yang lain dalam
masyarakat yang menitik beratkan kepada kepentingan perseorangan.
5
Sumber hukum adalah asal mula Hukum Perdata, atau tempat di mana Hukum
Perdata ditemukan.. Sumber hukum adalah segala apa saja yang menimbulkan
aturanaturan yang bersifat memaksa, yaitu aturan-aturan yang apabila dilanggar
mengakibatkan sanksi tegas dan nyata.
Pada dasarnya sumber hukum dapat dibedakan menjadi 2 (dua) macam, yaitu:
1. Sumber Hukum Materiil adalah tempat dari mana materi hukum itu
diambil. Sumber dalam arti materiil adalah sumber dalam arti “tempat“
adalah Staatsblad (Stbl) atau Lembaran Negara di mana dirumusan ketentuan
undangundang Hukum Perdata dapat dibaca oleh umum. Contoh, Stbl. 1847-
23 memuat B.W, L.N. 1974-1 memuat Undang-Undang Perkawinan.
Keputusan Hakim (yurisprudensi) juga termasuk sumber dalam arti tempat
di mana Hukum Perdata yang dibentuk hakim dapat dibaca, sehingga sumber
dalam arti tempat disebut sumber dalam arti materiil.
2. Sumber Hukum Formal merupakan tempat memperoleh kekuatan hukum.
Ini berkaitan dengan bentuk atau cara yang menyebabkan peraturan hukum
formal itu berlaku. Volmar membagi sumber Hukum Perdata menjadi 4
(empat) macam, yaitu: KUH Perdata, Traktat, Yurisprudensi dan Kebiasaan.
Traktat adalah suatu perjanjian yang dibuat antara dua Negara atau lebih
dalam bidang keperdataan. Terutama erat kaitannya dengan perjanjian
internasional. Contohnya, perjanjian bagi hasil yang dibuat antara
pemerintah Indonesia dengan PT Freeport Indonesia. Yurisprudensi atau
putusan pengadilan merupakan produk yudikatif, yang berisi kaidah atau
peraturan hukum yang mengikat pihakpihak yang berperkara terutama dalam
perkara perdata. Contohnya, tentang pengertian perbuatan melawan hukum,
dengan adanya putusan tersebut maka pengertian melawan hukum tidak
menganut arti luas. Putusan tersebut dijadikan pedoman oleh para hakim di
Indonesia dalam memutuskan sengketa perbuatan melawan hukum.
Dari keempat sumber tersebut dibagi lagi menjadi 2 (dua) macam, yaitu sumber
Hukum Perdata tertulis dan sumber Hukum Perdata tidak tertulis. Sumber Hukum
Perdata tertulis, yaitu tempat ditemukannya kaidah-kaidah Hukum Perdata yang berasal
6
dari sumber tertulis. Umumnya kaidah Hukum Perdata tertulis terdapat di dalam
peraturan perundangundangan, traktat dan yurisprudensi. Sumber Hukum Perdata tidak
tertulis adalah tempat ditemukannya kaidah Hukum Perdata yang berasal dari sumber
tidak tertulis, seperti dalam hukum kebiasaan.
Objek hukum adalah segala sesuatu yang berada di dalam pengaturan hukum
dan dapat dimanfaatkan oleh subyek hukum berdasarkan hak/kewajiban yang
dimilikinya atas obyek hukum yang bersangkutan. Jadi, obyek hukum itu haruslah
sesuatu yang pemanfaatannya diatur berdasarkan hukum.
Bidang hukum yang diatur dalam hukum perdata meliputi hukum perseorangan,
hukum kekeluargaan, hukum kekayaan, dan hukum waris.
7
mempengaruhi kecakapan. Merupakan keseluruhan norma hukum yang
mengatur mengenai kedudukan orang mengenai manusia sebagai subjek
hukum, kecakapan bertindak dalam lalu lintas hukum, catatan sipil,
ketidakhadiran, dan domisili. Termasuk kedudukan badan hukum sebagai
subjek hukum perdata. Diatur dalam Bab I dan II buku II serta buku IV bab
IV KUH Perdata.
b. Hukum keluarga merupakan keseluruhan norma hukum yang mengatur
hubungan hukum bersumber pada pertalian keluarga, misalnya perkawinan,
kekuasaan orang tua, perwalian, dan pengampuan. Diatur dalam Bab IV –
XVIII buku I KUH Perdata.
c. Hukum kekayaan merupakan keseluruhan norma hukum yang mengatur
antara subjek hukum dan harta kekayaannya atau mengatur mengenai hak
dan kewajiban yang dapat dinilai dengan uang. Hukum kekayaan yang
absolut berisi hak kebendaan, yaitu hak yang memberi kekuasaan langsung
atas suatu benda dan dapat dipertahankan terhadap setiap orang. Hukum
kekayaan yang relatif berisi hak perorangan, yaitu hak yang timbul dari
suatu perikatan dan hanya dapat dipertahankan terhadap pihak-pihak tertentu
saja. Diatur dalam Bab I-IX dan XIX – XXI buku II serta Bab I – XVIII
buku III KUH Perdata
d. Hukum waris merupakan keseluruhan norma hukum yang mengatur
peralihan hak dan kewajiban di bidang hukum kekayaan dari si pewaris
kepada sekalian ahli warisnya beserta akibat-akibatnya. Diatur dalam Bab
XII – XVIII buku II KUH Perdata.
8
4. Buku IV : Tentang Pembuktian (Van Bewijk) dan
Kedaluwarsa (Verjaring).
Ketentuan pasal 1338 ayat (1) KUH Perdata berbunyi “Semua perjanjian yang
dibuat secara sah berlaku sebagai undang-undang bagi mereka yang
membuatnya.” Serta asas kebebasan berkontrak adalah suatu asas yang
memberikan kebebasan kepada para pihak untuk:
Asas kepastian hukum atau yang lebih dikenal dengan asas pacta sunt
sevanda yang memiliki arti janji harus ditepati. Pada dasarnya asas ini berkaitan
dengan perjanjian atau kontrak yang dilakukan diantara individu. Dapat
dikatakan juga bahwa hakim atau pihak ketiga harus menghormati substansi
perjanjian yang dibuat oleh para pihak, sebagaimana layaknya sebuah undang-
undang.
3. Asas Konsensualisme
9
Perjanjian harus didasarkan pada konsensus atau kesepakatan dari pihak-pihak
yang membuat perjanjian. Berdasarkan asas konsesualisme itu, dianut suatu
paham bahwa sumber kewajiban kontraktual adalah bertemunya kehendak
dengan konsensus para pihak yang membuat kontrak (convergence of wills).
Asas konsensualisme terdapat di dalam Pasal 1320 KUH Perdata. Hukum
perjanjian yang diatur di dalam KUH Perdata berasas konsensualisme.
Menurut Pasal 1338 ayat (3) KUH Perdata, perjanjian haruslah dilaksanakan
dengan itikad baik. Itikad baik disyaratkan dalam hal “pelaksanaan” dari suatu
perjanjian, bukan pada “pembuatan”, sebab unsur itikad baik dalam hal proses
pembuatan suatu perjanjian sudah terdapat di dalam unsur kausa yang halal pada
Pasal 1320 KUH Perdata.
10
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
11
DAFTAR PUSTAKA
Agustina, R. (2020). Pengertian dan Ruang Lingkup Hukum Perdata. Hukum Perdata,
1–18. http://repository.ut.ac.id/4053/1/HKUM4202-M1.pdf
12