Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH PENGANTAR HUKUM INDONESIA

HUKUM PERDATA

Disusun untuk Memenuhi Nilai Ujian Akhir Semester Ganjil


Mata Kuliah: Pengantar Hukum Indonesia

Dosen Pengampu:
Ratih Damayanti, S.H., M.H.

Disusun Oleh:

Annisa Cahya Madani

8111421626
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya ucapkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat-Nya sehingga
makalah ini dapat tersusun sampai dengan selesai. Penulis sangat berharap semoga
makalah ini dapat menambah pengetahuan bagi para pembaca. Bahkan penulis berharap
lebih jauh lagi agar makalah ini bisa dipraktikkan oleh pembaca di dalam kehidupan
sehari-hari.

Bagi saya sebagai penulis merasa bahwa masih banyak kekurangan dalam
penyusunan makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman. Untuk itu
saya sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi
kesempurnaan makalah ini.

Semarang, 7 Desember 2021

Penyusun

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................. 2

DAFTAR ISI ............................................................................................................... 3

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................ 4

1.1 Latar Belakang ........................................................................................................ 4

1.2 Rumusan Masalah ................................................................................................... 4

1.3 Tujuan Penulisan ..................................................................................................... 4

BAB II PEMBAHASAN ............................................................................................. 5

2.1 Pengertian Hukum Perdata ...................................................................................... 5

2.2 Sumber Hukum Perdata........................................................................................... 6

2.3 Objek dan Subjek Hukum Perdata ........................................................................... 7

2.4 Ruang Lingkup dan Sistematika Hukum Perdata ..................................................... 7

2.5 Asas-asas Hukum Perdata ....................................................................................... 9

BAB III PENUTUP ................................................................................................... 11

3.1 Kesimpulan ........................................................................................................... 11

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................ 12

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Di dalam kehidupan manusia yang hakikatnya sebagai makhluk sosial, di mana


ia akan selalu membutuhkan kehadiran manusia yang lain akan terjadi sebuah
“hubungan”, baik hubungan atas suatu kebendaan atau hubungan yang lainnya.

Ada saat di mana hubungan antara seseorang atau badan hukum tidak berjalan
dengan baik seperti yang diharapkan yang akhirnya akan menimbulkan permasalahan
hukum. Sebagai contoh, terjadinya hubungan pinjam-meminjam uang seringkali
berakhir menjadi suatu masalah yang menimbulkan permasalahan hukum. Hal ini
termasuk ke dalam Hukum Perdata.

Pada kesempatan kali ini, saya sebagai penulis mencoba untuk membahas
tentang hal-hal dasar tentang Hukum Perdata, yang berisi pengertian, sumber, objek dan
subjek, sistematika, dan asas-asas dari Hukum Perdata.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan Hukum Perdata?


2. Dari mana saja sumber-sumber Hukum Perdata berasal?
3. Apa yang menjadi objek dan sumber dari Hukum Perdata?
4. Bagaimana sistematika Hukum Perdata?
5. Apa saja asas-asas Hukum Perdata?

1.3 Tujuan Penulisan

1. Memahami pengertian dari Hukum Perdata


2. Mengetahui asal sumber Hukum Perdata
3. Mengerti objek dan subjek Hukum Perdata
4. Memahami sistematika Hukum Perdata
5. Mengetahui asas-asas Hukum Perdata

4
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Hukum Perdata

Di lihat dari ruang lingkupnya, istilah Hukum Perdata dalam arti luas, meliputi
Hukum Privat Materiil, yaitu segala hukum pokok yang mengatur kepentingan-
kepentingan perseorangan. Jika dilihat dalam bahasa Inggrisnya, Hukum Perdata
dikenal dengan istilah Civil Law. Kata Civil berasal dari bahasa Latin yakni, Civis yang
berarti warga negara. Hal tersebut berarti, bahwa Civil Law atau Hukum Sipil
merupakan hukum yang mengatur tentang masalah-masalah yang berkaitan dengan hak-
hak warga negara dan atau perseorangan

Para sarjana pun memiliki definisinya masing-masing mengenai Hukum Perdata.


Berikut definisi Hukum Perdata menurut beberapa ahli hukum:

1. Soebekti, Hukum Perdata adalah segala hukum pokok yang mengatur


kepentingan-kepentingan perseorangan.
2. Sri Soedewi, Hukum Perdata adalah hukum yang mengatur kepentingan antara
warga negara perseorangan dengan satu warga negara perseorangan yang lain.
3. Wirjono Prodjodikoro, Hukum Perdata adalah suatu rangkaian hukum antara
orang-orang atau badan satu sama lain tentang hak dan kewajiban.
4. Sudikno Merto Kusumo, Hukum Perdata adalah hukum antar perorangan yang
mengatur hak dan kewajiban perorangan yang satu terhadap yang lain di dalam
hubungan keluarga dan didalam masyarakat. Pelaksanaannya diserahkan kepada
masing-masing pihak.

Dapat ditarik kesimpulan bahwa pengertian dari Hukum Perdata, ialah hukum yang
mengatur hubungan hukum antara orang yang satu dengan orang yang lain dalam
masyarakat yang menitik beratkan kepada kepentingan perseorangan.

2.2 Sumber Hukum Perdata

5
Sumber hukum adalah asal mula Hukum Perdata, atau tempat di mana Hukum
Perdata ditemukan.. Sumber hukum adalah segala apa saja yang menimbulkan
aturanaturan yang bersifat memaksa, yaitu aturan-aturan yang apabila dilanggar
mengakibatkan sanksi tegas dan nyata.

Pada dasarnya sumber hukum dapat dibedakan menjadi 2 (dua) macam, yaitu:

1. Sumber Hukum Materiil adalah tempat dari mana materi hukum itu
diambil. Sumber dalam arti materiil adalah sumber dalam arti “tempat“
adalah Staatsblad (Stbl) atau Lembaran Negara di mana dirumusan ketentuan
undangundang Hukum Perdata dapat dibaca oleh umum. Contoh, Stbl. 1847-
23 memuat B.W, L.N. 1974-1 memuat Undang-Undang Perkawinan.
Keputusan Hakim (yurisprudensi) juga termasuk sumber dalam arti tempat
di mana Hukum Perdata yang dibentuk hakim dapat dibaca, sehingga sumber
dalam arti tempat disebut sumber dalam arti materiil.
2. Sumber Hukum Formal merupakan tempat memperoleh kekuatan hukum.
Ini berkaitan dengan bentuk atau cara yang menyebabkan peraturan hukum
formal itu berlaku. Volmar membagi sumber Hukum Perdata menjadi 4
(empat) macam, yaitu: KUH Perdata, Traktat, Yurisprudensi dan Kebiasaan.
Traktat adalah suatu perjanjian yang dibuat antara dua Negara atau lebih
dalam bidang keperdataan. Terutama erat kaitannya dengan perjanjian
internasional. Contohnya, perjanjian bagi hasil yang dibuat antara
pemerintah Indonesia dengan PT Freeport Indonesia. Yurisprudensi atau
putusan pengadilan merupakan produk yudikatif, yang berisi kaidah atau
peraturan hukum yang mengikat pihakpihak yang berperkara terutama dalam
perkara perdata. Contohnya, tentang pengertian perbuatan melawan hukum,
dengan adanya putusan tersebut maka pengertian melawan hukum tidak
menganut arti luas. Putusan tersebut dijadikan pedoman oleh para hakim di
Indonesia dalam memutuskan sengketa perbuatan melawan hukum.

Dari keempat sumber tersebut dibagi lagi menjadi 2 (dua) macam, yaitu sumber
Hukum Perdata tertulis dan sumber Hukum Perdata tidak tertulis. Sumber Hukum
Perdata tertulis, yaitu tempat ditemukannya kaidah-kaidah Hukum Perdata yang berasal

6
dari sumber tertulis. Umumnya kaidah Hukum Perdata tertulis terdapat di dalam
peraturan perundangundangan, traktat dan yurisprudensi. Sumber Hukum Perdata tidak
tertulis adalah tempat ditemukannya kaidah Hukum Perdata yang berasal dari sumber
tidak tertulis, seperti dalam hukum kebiasaan.

2.3 Objek dan Subjek Hukum Perdata

Objek hukum adalah segala sesuatu yang berada di dalam pengaturan hukum
dan dapat dimanfaatkan oleh subyek hukum berdasarkan hak/kewajiban yang
dimilikinya atas obyek hukum yang bersangkutan. Jadi, obyek hukum itu haruslah
sesuatu yang pemanfaatannya diatur berdasarkan hukum.

Subjek hukum dibedakan menjadi 2 macam, yaitu:

1. Manusia (Naturlijke Person), yaitu manusia sama dengan orang karena


manusia mempunyai hak-hak subjektif dan kewenangan hukum. Pengertian
secara yuridisnya, ada dua alasan yang menyebutkan alasan manusia sebagai
subyek hukum, yaitu: a. manusia mempunyai hak-hak subyektif. b.
kewenangan hukum, dalam hal ini kewenangan hukum berarti, kecakapan
untuk menjadi subyek hukum, yaitu sebagai pendukung hak dan kewajiban.
2. Badan hukum (Vicht Person), yaitu badan hukum adalah kumpulan orang-
orang yang mempunyai tujuan tertentu, harta kekayaan, serta hak dan
kewajiban. Badan hukum merupakan badan-badan atau perkumpulan. Badan
hukum yakni orang yang diciptakan oleh hukum. Oleh karena itu, badan
hukum sebagai subjek hukum dapat bertindak hukum (melakukan perbuatan
hukum) seperti manusia.

2.4 Ruang Lingkup dan Sistematika Hukum Perdata

Bidang hukum yang diatur dalam hukum perdata meliputi hukum perseorangan,
hukum kekeluargaan, hukum kekayaan, dan hukum waris.

a. Hukum perorangan memuat peraturan tentang manusia sebagai subjek


hukum, peraturan perihal percakapan untuk memiliki hak dan percakapan
untuk bertindak sendiri melaksanakan hak-haknya itu serta hal yang

7
mempengaruhi kecakapan. Merupakan keseluruhan norma hukum yang
mengatur mengenai kedudukan orang mengenai manusia sebagai subjek
hukum, kecakapan bertindak dalam lalu lintas hukum, catatan sipil,
ketidakhadiran, dan domisili. Termasuk kedudukan badan hukum sebagai
subjek hukum perdata. Diatur dalam Bab I dan II buku II serta buku IV bab
IV KUH Perdata.
b. Hukum keluarga merupakan keseluruhan norma hukum yang mengatur
hubungan hukum bersumber pada pertalian keluarga, misalnya perkawinan,
kekuasaan orang tua, perwalian, dan pengampuan. Diatur dalam Bab IV –
XVIII buku I KUH Perdata.
c. Hukum kekayaan merupakan keseluruhan norma hukum yang mengatur
antara subjek hukum dan harta kekayaannya atau mengatur mengenai hak
dan kewajiban yang dapat dinilai dengan uang. Hukum kekayaan yang
absolut berisi hak kebendaan, yaitu hak yang memberi kekuasaan langsung
atas suatu benda dan dapat dipertahankan terhadap setiap orang. Hukum
kekayaan yang relatif berisi hak perorangan, yaitu hak yang timbul dari
suatu perikatan dan hanya dapat dipertahankan terhadap pihak-pihak tertentu
saja. Diatur dalam Bab I-IX dan XIX – XXI buku II serta Bab I – XVIII
buku III KUH Perdata
d. Hukum waris merupakan keseluruhan norma hukum yang mengatur
peralihan hak dan kewajiban di bidang hukum kekayaan dari si pewaris
kepada sekalian ahli warisnya beserta akibat-akibatnya. Diatur dalam Bab
XII – XVIII buku II KUH Perdata.

Sedangkan, apabila dilihat dari peraturan hukumnya yaitu KUHPerdata (BW),


maka hukum dapat dibagi menjadi 4 (empat) bagian, yaitu :
1. Buku I : Tentang orang (Ven Person) dan hukum keluarga (Van
Familie);
2. Buku II : Tentang Benda (Van Zaken), yang didalamnya termasuk
hukum waris (Erf Recht);
3. Buku II : Tentang Perikatan (Verbintenissen Recht) atau hukum
perjanjian (Verbintenissen);

8
4. Buku IV : Tentang Pembuktian (Van Bewijk) dan
Kedaluwarsa (Verjaring).

2.5 Asas-asas Hukum Perdata

Di dalam buku III Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (“KUH Perdata”)


dikenal lima macam asas hukum, yaitu asas kebebasan berkontrak, asas kepastian
hukum (pacta sunt servanda), asas konsensualisme, asas iktikad baik, dan asas
kepribadian.

1. Asas Kebebasan Berkontrak

Ketentuan pasal 1338 ayat (1) KUH Perdata berbunyi “Semua perjanjian yang
dibuat secara sah berlaku sebagai undang-undang bagi mereka yang
membuatnya.” Serta asas kebebasan berkontrak adalah suatu asas yang
memberikan kebebasan kepada para pihak untuk:

a. Membuat atau tidak membuat perjanjian


b. Mengadakan perjanjian dengan siapapun
c. Menentukan isi perjanjian, pelaksanaan, dan persyaratannya
d. Menentukan bentuk perjanjian, baik secara tertulis atau secara lisan

2. Asas kepastian hukum (pacta sunt servanda)

Asas kepastian hukum atau yang lebih dikenal dengan asas pacta sunt
sevanda yang memiliki arti janji harus ditepati. Pada dasarnya asas ini berkaitan
dengan perjanjian atau kontrak yang dilakukan diantara individu. Dapat
dikatakan juga bahwa hakim atau pihak ketiga harus menghormati substansi
perjanjian yang dibuat oleh para pihak, sebagaimana layaknya sebuah undang-
undang.

3. Asas Konsensualisme

9
Perjanjian harus didasarkan pada konsensus atau kesepakatan dari pihak-pihak
yang membuat perjanjian. Berdasarkan asas konsesualisme itu, dianut suatu
paham bahwa sumber kewajiban kontraktual adalah bertemunya kehendak
dengan konsensus para pihak yang membuat kontrak (convergence of wills).
Asas konsensualisme terdapat di dalam Pasal 1320 KUH Perdata. Hukum
perjanjian yang diatur di dalam KUH Perdata berasas konsensualisme.

4. Asas Itikad Baik (goede trouw)

Menurut Pasal 1338 ayat (3) KUH Perdata, perjanjian haruslah dilaksanakan
dengan itikad baik. Itikad baik disyaratkan dalam hal “pelaksanaan” dari suatu
perjanjian, bukan pada “pembuatan”, sebab unsur itikad baik dalam hal proses
pembuatan suatu perjanjian sudah terdapat di dalam unsur kausa yang halal pada
Pasal 1320 KUH Perdata.

5. Asas Kepribadian (personality)

Asas kepribadian menjelaskan bahwa ruang lingkup berlakunya perjanjian


hanyalah pada pihak-pihak yang membuat perjanjian saja. Pihak di luar
perjanjian tidak dapat menuntut suatu hak apapun berdasarkan perjanjian itu.

10
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Para ahli hukum memang memiliki definisinya masing-masing mengenai apa


aitu Hukum Perdata, tapi pada kesimplannya, Hukum Perdata mengatur hubungan
perseorangan di antara kedua belah pihak, seperti masalah kekayaan, hak waris, dan
lain-lain yang di Indonesia telah diatur di dalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata.
Hukum Perdata pun memiliki objek dan subjek masing-masing beserta asas yang
berlaku di dalamnya.

11
DAFTAR PUSTAKA

Yulia. (2015). Buku Ajar Hukum Perdata.

Agustina, R. (2020). Pengertian dan Ruang Lingkup Hukum Perdata. Hukum Perdata,
1–18. http://repository.ut.ac.id/4053/1/HKUM4202-M1.pdf

Pembagian_ Sistematika Hukum Perdata Indonesia - Doktorhukum. (n.d.).

Principles of Covenant | Suria Nataadmadja & Associates | Indonesian Law Firm |


Indonesian Lawyer | Pengacara Indonesia. (n.d.).
https://www.surialaw.com/news/asas-asas-perjanjian

12

Anda mungkin juga menyukai