Dosen Pengampu:
Disusun oleh:
8111421626
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI....................................................................................................................2
BAB I PENDAHULUAN................................................................................................3
BAB II PEMBAHASAN.................................................................................................4
3.1 Kesimpulan.................................................................................................................8
3.2 Saran............................................................................................................................8
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................9
2
BAB I
PENDAHULUAN
3
BAB II
PEMBAHASAN
4
Pemerintah Australia, hingga akhirnya dianggap gagal. 3 Di tahun 2017, gugatan kepada
pemerintah Federal Australia dan PTTEP didaftarkan ke Pengadilan Negeri Jakarta,
akan tetapi dicabut dengan alasan ingin memperkuat gugatan, selanjutnya pemerintah
juga membentuk satgas untuk membantu proses gugatan. Dengan berbekal data yang
sudah dikumpulkan oleh satgas, pemerintah Indonesia kembali mengajukan gugatan
ganti rugi kepada PTTEP Australasia ke salah stau pengadilan federal Australia, di
tahun 2021 gugatan dimenangkan oleh korban dari minyak Montara. 4 Setelah gugatan
dimenangkan oleh Indonesia, PTTEP mengajukan banding dan siding dilakukan pada
Juni 2022. Hasilnya pada November 2022 kemarin, PTTEP bersedia untuk mengganti
rugi sesuai dengan keputusan Pengadilan Federal Australia. 5 Sementara itu, penyusunan
Perpres masih dilakukan dan apabila Perpres tersebut telah selesai maka pemerintah
akan melayangkan gugatan baik di dalam maupun luar negeri.6
3
Ibid.
4
Ibid.
5
‘Kasus Tumpahan Minyak Montara, Luhut: PTTEP Bersedia Ganti Rugi Rp2 Triliun’
<https://www.voaindonesia.com/a/kasus-tumpahan-minyak-montara-luhut-pttep-bersedia-ganti-rugi-
rp2-triliun/6848996.html> [accessed 5 December 2022].
6
‘Pemerintah Indonesia Terus Berupaya Tangani Kasus Tumpahan Minyak Montara’
<https://maritim.go.id/detail/pemerintah-indonesia-terus-berupaya-tangani-kasus-tumpahan-minyak-
montara> [accessed 5 December 2022].
5
di badan air sisebabkan oleh beberapa hal, seperti tumpahan, kecelakaan, sabotase, dan
kesengajaan.7
Mengenai lingkungan perairan, Konvensi Hukum Laut Perserikatan Bangsa-Bangsa
(United Nation Convention on The Law of The Sea) telah mengatur hal-hal yang
menyangkut perairan sedemikian rupa, termasuk pencemaran yang terjadi di atas
perairan. Dalam United Nation Convention on The Law of The Sea (UNCLOS), tiap-
tiap negara berdaulat diizinkan untuk mengeksplorasi dan mengksploitasi kekayaan
alamnya serta mewajibkan bagi seluruh negara untuk melindungi dan melestarikan
lingkungan laut.8 Selain UNCLOS, ada pula peraturan hukum internasional lain yang
mengatur pencemaran karena tumpahan minyak, seperti Convention on The High Seas
1958 “setiap negara wajib mengadakan peraturan-peraturan untuk mencegah
pencemaran laut yang disebabkan oleh eksplorasi dan eksploitasi dasar laut dan tanah di
bawahnya dengan memperhatikan ketentuan-ketentuan perjanjian internasional yang
ada mengenai masalah ini”. Indonesia telah meratifikasi UNCLOS dengan UU No,or 17
Tahun 1985 tentang Pengesahan UNCLOS. Itu artinya, Indonesia memiliki wewenang
untuk memanfaatkan, melindungi, dan memelihara sumber-sumber kekayaan yang
berada di laut.9 Setelah meratifikasi UNCLOS, Indonesia juga memiliki UU terkait
perairan di Indonesia, yaitu Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1996 dan Undang-Undang
Nomor 32 Tahun 2014 tentang Kelautan.
7
Anggita Larasati, ‘MENYELESAIKAN SENGKETA PENCEMARAN LAUT INTERNASIONAL TERKAIT
TUMPAHNYA MINYAK MONTARA ANTARA INDONESIA DAN AUSTRALIA DI TIMOR LESTE’.
8
Suci Meinarni. Op. Cit. hlm. 85
9
Faturrahman Ahmad Fauzi, ‘TINJAUAN HUKUM INTERNASIONAL TERHADAP KASUS KILANG MINYAK
MONTARA DI LAUT TIMOR. (Studi Kasus Kilang Minyak Montara Di Laut Timor)’, Repository UIN Jakarta,
2018 <http://repository.uinjkt.ac.id/dspace/handle/123456789/44023>.
10
Pasal 52 Ayat (3) Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2014 Tentang Kelautan
11
Pasal 56 Ayat (2) Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2014 Tentang Kelautan
6
Atas terjadinya kasus pencemaran lintas batas Montara ini, Indonesia memiliki
kewenangan untuk menjaga wilayah lautnya dan juga menyelesaikan sengketa tersebut
sesuai dengan prosedur-prosedur yang telah ditetapkan sesuai dengan hukum nasional
dan internasional yang ada. Sayangnya, belum ada aturan khusus yang mengatur tentang
pencemaran minyak yang bersumber dari pengeboran minyak lepas pantai.12
12
Suci Meinarni. Op. Cit. hlm. 86
7
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Setiap negara yang berdaulat memiliki kewenangan untuk membuat dan
menjalankan yurisdiksinya. Indonesia memiliki wewenang untuk menjaga dan
melestarikan wilayahnya, oleh karena itu kebocoran ladang minyak Montara yang
menyebabkan ZEE Indonesia mengalami tercemar minyak dan ribuan orang kehilangan
pekerjaan, dapat ditindaklanjuti untuk diselesaikan demi tetap menjaga wilayah perairan
Indonesia. Tentunya penyelesaian sengketa tetap harus sesuai dengan instrument hukum
yang sudah berlaku dengan tetap memerhatikan hak dan kewajiban masing-masing
pihak.
3.2 Saran
Belum adanya aturan khusus mengenai pencemaran minyak yang berasal dari
pengeboran lepas pantai menjadi salah satu penyebab penyelesaian kasus Montara
antara Indonesia-Australia kemarin mengalami hambatan. Setelah mengalami kasus ini,
kiranya Indonesia bisa mengusulkan agar instrument hukum terkait pencemaran minyak
yang berasal dari pengeboran lepas pantai segera disusun.
8
DAFTAR PUSTAKA
Kasus Tumpahan Minyak Montara, Luhut: PTTEP Bersedia Ganti Rugi Rp2 Triliun.
(n.d.). Retrieved December 5, 2022, from https://www.voaindonesia.com/a/kasus-
tumpahan-minyak-montara-luhut-pttep-bersedia-ganti-rugi-rp2-triliun/
6848996.html