Dosen Pengampun:
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul“ Kawasan Bebas Nuklir
”ini tepat pada waktunya. Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk
memenuhi tugas dari Bapak Sufandi Iswanto,M.Pd pada Mata kuliah Sejarah Hubungan
Internasional .Selain itu makalah ini Juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang topik
pada makalah ini bagi para pembaca dan juga bagi penulis
Kami mengucapkan terima kasih kepada Bapak Sufandi Iswanto, M.Pd selaku Dosen
bidang studi Sejarah Hubungan Internasional yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat
menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang kami tekuni.
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi
sebagian Pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini. Kami
menyadari,makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna.Oleh karena itu,kritik
dan saran yang membangunkan kami terima demi kesempurnaan makalah ini.
ABSTRAK
The use of nuclear power does not only have beneficial and beneficial effects on the
lives of the people of the countries that use it. Nuclear power can also have a very bad impact
on living things and the environment which is not used with care. International law that uses
nuclear for peaceful purposes is regulated in Article 13 point 1 part b of the Charter of the
United Nations, on the grounds that it does not conflict with the purpose - the objectives and
basic principles contained in the United Nations. In addition, it is also regulated in the
Convention on Nuclear Safety and The Convention on the Physical Protection of Nuclear
Materials.
Abstrak
Penggunaan tenaga nuklir tidak hanya menimbulkan efek yang bermanfaaat dan
berguna bagi kehidupan masyarakat negara penggunanya. Tenaga nuklir juga dapat
mengakibatkan dampak yang sangat buruk bagi makhluk hidup maupun lingkungan apabila
tidak digunakan dengan hati-hati.Hukum internasional mengatur penggunaan nuklir untuk
tujuan damai sebagaimana diatur dalam Pasal 13 butir 1 bagian b Piagam Perserikatan
Bangsa-Bangsa, dengan alasan tidak bertentangan dengan tujuan-tujuan dan prinsip-prinsip
dasar yang termuat di dalam Perserikatan Bangsa-Bangsa. Selain itu juga diatur dalam
Convention on Nuclear Safety (Konvensi Tentang Keselamatan Nuklir) dan The Convention
on the Physical Protection of Nuclear Material(Konvensi Tentang Perlindungan Fisik Bahan
Nuklir).
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................................... i
ABSTRAK................................................................................................................. ii
DAFTAR ISI.............................................................................................................. 1
BAB I PENDAHULUAN......................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang...................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah................................................................................. 1
1.3 Manfaat Penulisan................................................................................. 2
BAB II PEMBAHASAN................................. ..... ..............................................................
2
2.1 ............................................................................................................. 2
2.1.1.................................................................................................... 4
2.2. ............................................................................................................. 7
2.2.1. .......................................................................................................... 7
2.2.2. .................................................................................................. 8
2.3. ............................................................................................................. 9
2.3.1. .................................................................................................. 9
2.3.2. .................................................................................................. 13
BAB III PENUTUP................................................................................................... 15
3.1. Kesimpulan ........................................................................................ 15
3.2. Saran.................................................................................................... 15
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................ 17
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pada makalah ini,Kami mencari referensi referensi yang akurat dalam mencari
sumber bahan bacaan untuk membuat sebuah makalah. Beberapa sumber berasal dari
buku,skripsi,tesis dan juga jurnal para akademisi yang membahas tentang kawasan bebaa
nuklir dan juga beberapa sumber lainnya yang sekiranya dapat membantu kami dalam
membuat sebuah makalah
BAB II
PEMBAHASAN
SEANWFZ( ASEAN Nuclear Weapon Free zone) berisi tentang kesepakatan yang
terdiri dari larangan-larangan kepada negara-negara anggota ASEAN untuk mengembangkan
memproduksi menguasai dan membeli senjata nuklir membeli dan melakukan uji coba
senjata nuklir di dalam maupun luar Asia Tenggara maupun menerima atau meminta bantuan
dari negara manapun yang berkaitan dengan nuklir serta menjual materi atau bahan pembuat
nuklir.Tujuan dari traktat ini adalah menjaga perdamaian kawasan dan global dalam bidang
pelarangan pelucutan senjata nuklir agar terciptanya perdamaian dan rasa aman tanpa
kecurigaan sama lain.
Perkembangan kawasan bebas nuklir atau SEANWFZ dimulai dan disepakati pada
tahun 1997. negara-negara ASEAN mulai meratifikasi dan menyerahkan dokumen ratifikasi.
pada bulan Juni perjanjian ini diserahkan kepada PBB. hingga hingga dimulainya konsultasi
dengan 5 negara pemilik nuklir tentang rencana pemberlakuan kawasan bebas senjata nuklir
Asia Tenggara.
Pada tanggal 25 Juli 1998 pada pertemuan tingkat menteri ASEAN ke-31 para
menteri luar negeri mencatat laporan dari pejabat senior ASEAN tentang kemajuan yang
dijalankan oleh kelompok kerja ASEAN pada ZOFPAN dan SEANWFZ yang membahas
tentang negara pemilik nuklir atau P5 dalam penandatangan protokol pada perjanjian.
Pada tahun 1999 menteri luar negeri ASEAN mengadakan sidang komisi SEANWFZ
untuk pertama kalinya. sidang ini bertujuan untuk menyusun draf prosedural dan inisiasi
tindakan yang akan dilakukan sesuai dengan perjanjian termasuk melakukan konsultasi
dengan 5 negara pemilik nuklir sampai mereka bersedia menerima SEANWFZ dengan pihak
IAEA .
Pada tahun 2000 ASEAN masih terus melakukan konsultasi dengan IAEA dan
negara pemilik nuklir. Tahun 2001 pada pertemuan menteri di ARF yang kedelapan
ASEANWFZ memberikan laporan terkait konsultasi dengan 5 negara pemilik nuklir.
Pada tahun 2005 pada pertemuan ke-12 ASEAN regional forum atau art di Vietnam pada
tanggal 26 Juli para menteri ASEAN menyatakan kawasan bebas senjata nuklir semakin
dipertimbangkan yang merupakan upaya untuk mendukung penghapusan proliferasi nuklir
dunia. yang bertujuan untuk mengingatkan akan pentingnya terus melakukan konsultasi
dengan negara P5 sampai kelima negara tersebut bersedia menandatangani protokol
SEANWFZ.
Pada tahun 2006 para menteri-menteri ASEAN mengeluarkan pendapat bersama yang
berisi tentang pentingnya penguatan usaha untuk mendorong negara P5 mendatangani
protokol.
Pada tahun 2007 tepatnya tanggal 29 Juli menteri ASEAN melakukan pertemuan di
Manila Filipina untuk melihat dan dan meninjau tentang pelaksanaan perjanjian dan rencana
tindakan yang akan dilakukan untuk menonton implementasi perjanjian di masa depan dan
hasil dari pertemuan ini yaitu Joint Statement dan Plan Of Action yang berisi tentang
pemenuhan komitmen dibawah perjanjian dan akses pengamanan IAEA dalam mengejar
konsultasi dan dengan 5 negara pemilik senjata nuklir.
Pada tahun 2008 Thailand menjadi ketua komisi SEANWFZ yang dipilih pada
pertemuan tingkat menteri ASEAN yang keempat satu dan merencanakan untuk kembali
perwalian negara pemilik nuklir atau P5 secepat mungkin.
Pada tahun 2009 ASEAN masih terus mengingatkan negara pihak untuk ikut serta dan
mendorong 5 negara pemilik nuklir agar bersedia menandatangani protokol SEANWFZ dan
membangun kerjasama yang baik. pada tahun 2010 bertepatan pada bulan Mei pada
konferensi Ke-8 NPT menteri luar negeri Amerika Serikat Hillary Clinton menyatakan bahwa
Amerika siap untuk melakukan konsultasi dengan pihak SEANWFZ untuk mencapai
kesepakatan berkenaan dengan protokol SEANWFZ. pada tahun 2011 pada konferensi
tahunan menteri luar negeri ASEAN telah menyepakati rencana untuk mengadakan
pertemuan langsung yaitu konsultasi informal antara pihak antara pihak SEANWFZ dan
negara pemilik nuklir P5.
Pada tahun 2012 pada bulan Januari Kamboja mengirimkan surat kepada kelima
negara pemilik nuklir yang berisi tentang permohonan tanganan protokol SEANWFZ dan
KTT ASEAN yang ke -20 di Phnom penh, ASEAN menyatakan bahwa terjadi banyak
kemajuan dalam upaya ASEAN untuk merealisasikan kawasan Asia Tenggara menjadi zona
bebas senjata nuklir dan ASEAN telah mengajukan 2 dokumen ke pasar kesepakatan dengan
China yang terdiri dari nota kesepahaman dan perjanjian Protokol SEANWFZ. pada tanggal
8 Juli terjadi pertemuan antara komisi SEANWFZ dengan Menteri Luar Negeri ASEAN yang
berakhir dengan penandatangan dari hasil komunikasi bersama antara komisi SEANWFZ
dengan negara pemilik nuklir P5 dan penanganan nota kesepahaman dengan Cina. Pada
tanggal 10 Juli 2012 kelima negara pemilik senjata nuklir menyatakan belum siap untuk
menandatangani protokol SEANWFZ. selanjutnya pada tahun 2013-2016 ASEAN mencoba
untuk menjalankan rencana kerja yang telah disepakati dalam plan of action 2013-2017 yang
salah satunya berisi tentang komitmen dari negara yang terkait untuk terus mendorong ke
lima negara pemilik nuklir.
Pada tahun 1970-an Konsep ini mulai diperkenalkan oleh Jepang premis
utama dari konsep ini yaitu keamanan harus dimaknai Dalam pengertian yang
holistik atau mencakup baik ancaman militer maupun non militer. dalam
pembentukan kbsn ini negara-negara ASEAN pada umumnya menjadi bahwa dasar
untuk melaksanakan satu strategi ketahanan nasional regional.Zofwan merupakan
dasar dasar bagi keamanan ASEAN yang sekaligus menjadi dasar untuk suatu
strategi yang berorientasi keluar ASEAN.
3. Teori peranan
Role (peranan) adalah suatu perilaku yang diharapkan akan dilakukan oleh
seseorang yang menduduki suatu posisi dan setiap orang yang menduduki posisi itu
diharapkan berperilaku sesuai dengan sifat positif dan dalam menjalankan peranan
politiknya. dalam keadaan ekstern pasca perang dingin serta atribut biologis
Indonesia yang tertuang dalam pembukaan UUD 1945 dan politik luar negeri
Indonesia bebas aktif menjadi hal utama bagi negara-negara ASEAN termasuk
Indonesia yang aktif dalam pembentukan kawasan ini serta peran Indonesia paska
pembetukan kawasan ini serta peran Indonesia pada pembentukan KBSN AT.
Kawasan bebas senjata nuclear asia tenggara atau southeast asia nuclear weapon free
zone atau traktat Bangkok yang biasanya disingkat SEANWFZ adalah suatu kesepakatan
diantara negara2 asia tenggara yang terdiri dar brunei
Darussalam,kamboja,Indonesia,laos,Malaysia,Myanmar,singapura,Thailand dan Vietnam
untuk mengamankan kawasan asean dari nuklir.
Pada tanggal 29 juli 2007 ASEAN sepakat untuk mengadopsi rencana aksi
SEANWFZ guna mempercepat pembentukan kawasan bebas senjata nuklir asia tenggara
.protokol ini juga terbuka bagi penanda tanggapan oleh tiaongkok,prancis,rusia,inggris,dan
amerika serikat.
2.4.2.perekonomian di ASEAN
Kontribusi Indonesia ini terlihat dari bagaimana Indonesia mendalami peran sebagai
salah satu anggota ASEAN yang memiliki pertumbuhan besar terhadap ekonominya dan
kontribusinya terhadap ASEAN dengan menggagas beberapa hal penting dan juga
menginisiasi terbentuknya framework-framework yang berhubungan dengan penguatan dan
pertumbuhan ekonomi di ASEAN.
Dibawah ini beberapa peran signifikan Indonesia dalam perekonomian di ASEAN :
1. Menginisiasi Terbentuknya The ASEAN Framework for Equitable Economic
Development (AFEED)
2. Indonesia Dalam The ASEAN Framework for Regional Comprehensive Economic
Partnership
3. Peran Indonesia Dalam energi dan Pangan di ASEAN
4. Kerjasama bidang Keuangan
2.4.3.Sosial Budaya Di Asean
1). Indonesia dalam kepemudaan ASEAN
Peran pemuda dalam ASEAN sangat diharapkan karena merupakan salah satu
elemen penting dalam menciptakan komunitas ASEAN.Dalam perannya Indonesia
melakukan pertemuan menteri pemuda diyogyakarta dan memnahas bagaimana
membangun pemuda di ASEAN agar memilik daya saing di level global.
Akhir 2014 dilaksanakan juga ASEAN Youth Expo di Jakarta dan menghasilkan
pernyataan bersama terkait komunitas ASEAN 2015. Melalui forum tersebut banyak hal-
hal yang dibahas seperti kebudayaan, kepemimpinan, Identitas ASEAN, pendidikan,
serta kewirausahaan yang harapannya pemuda di ASEAN memiliki rasa ASEAN
sehingga terbangun Identitas ASEAN yang akan memudahkan ASEAN menjalankan
komunitas ASEAN 2015 dan menuju visi ASEAN 2020. (Musofa, 2014).
2).peningkatan partisipasi disabilitas di ASEAN
Dalam Declaration on the Enhancement of the Role and Participation of Person
with Disabilities in ASEAN Community dibahas bagaimana penyandang distabilitas di
ASEAN diperhatikan hak haknya seperti hak politik.
3). Peran dalam penanganan pekerja migran
ASEAN Instrument on the Protection and Promotion of the Rights of Migrant
Workers adalah salah satu dari penjabaran dari ASEAN Declaration on the Protection
and Promotion of the rights of Migrant Worker ditahun 2007.pada deklarasinya negara2
ASEAN bersepakat untuk membentuk deklarasi tersebut guna merespon ASEAN
community 2015 yang salah satu prinsipnya adalah free flow of labor.
Melihat hal itu Indonesia Indonesia mengajukan beberapa kriteria pekerja migran
yang dapat diterima dan dikirim oleh para negara2 ASEAN.pada ASEAN Declaration on
the Protection and Promotion oh the rights of Migrant Worker dibahas bagaimana
kriteria Negara pengirim dan penerima pekerja migran sehingga Negara pengirim dan
penerima di ASEAN.
Yang menjadi landasan hukum pemberlakuan kawasan bebas nuklir yaitu untuk
mengatur kestabilan dan keamanan internasional yang berlandaskan pada tujuan dan prinsip-
prinsip Piagam PBB serta Dasar Sila Bandung yang digunakan sebagai salah satu cara untuk
menyelesaikan perselisihan di Kawasan Asia Tenggara sebelum mengajukannya kepada
Dewan Keamanan PBB dan hal ini juga merupakan kontribusi berharga bagi Hukum
Internasional yang benar-benar universal. Proses usaha untuk pengesahan Traktat
SEANWFZ, di Indonesia yang akhirnya disahkan menjadi UU dengan keluarnya UU No. 9
tahun 1997 tentang pengesahan (Traktat Kawasan Bebas Senjata Nuklir di Asia Tenggara).
Oleh presiden Soeharto saat itu, pada tanggal 2 April 1997 dengan Lembaran Negara RI
tahun 1997 nomor 21, dan Tambahan Lembaran Negara RI Nomor 3675. Maksud awal dari
pembentukan Traktat Kawasan Bebas Senjata Nuklir di Asia Tenggara adalah melakukan
upaya denuklirisasi kawasan, menegaskan hak negara-negara kawasan untuk memanfaatkan
energi nuklir untuk tujuan damai dan memperoleh jaminan keamanan dari Negara bersenjata
nuklir. Ketahanan nasional yang kokoh dari masing-masing negara belum cukup efektif untuk
menghadapi masalah-masalah yang begitu luas dan kompleks sebagai akibat perebutan dan
perluasan pengaruh negara-negara besar, karena dampaknya tertuju pada Asia Tenggara
sebagai sebuah region. Untuk itu ASEAN perlu mewujudkan ketahanan regional yang
mampu menghadapi segala ancaman.
Maksud awal dari pembentukan Traktat Kawasan Bebas Senjata Nuklir di Asia
Tenggara adalah melakukan upaya denuklirisasi kawasan, menegaskan hak negara-negara
kawasan untuk memanfaatkan energi nuklir untuk tujuan damai dan memperoleh jaminan
keamanan (security Assurances) dari Negara bersenjata nuklir.Ketahanan nasional yang
kokoh dari masing-masing negara belum cukup efekt if untuk menghadapi masalah-masalah
yang begitu luas dan kompleks sebagai akibat perebutan dan perluasan pengaruh negara-
negara besar, karena dampaknya tertuju pada Asia Tenggara sebagai sebuah region. Untuk itu
ASEAN perlu mewujudkan ketahanan regional yang mampu menghadapi segala ancaman,
tantangan, hambatan dan gangguan baik dari luar maupun dari dalam sebagai kesatuan
regional, sehingga ASEAN mampu berdiri tegak di tengah-tengah tarikan dan pengaruh
negara-negara besar. Dari sikap bersama ini terlihat adanya dua hal yang dibutuhkan yang
saling berkaitan, yaitu ketahanan nasional tiap negara anggota dan ketahanan regional sebagai
suatu kemampuan bersama di dalam ikatan kawasan ASEAN. Ketahanan nasional bangsa
Indonesia dan ketahanan nasional negara-negara anggota ASEAN dalam beberapa hal
mempunyai persamaan. Baik ketahanan regional maupun ketahanan nasional yang mantap,
memerlukan motivasi, tujuan dan cita-cita yang memberikan gairah serta memerlukan
disiplin yang kokoh dalam melaksanakan segenap aspek kehidupan bangsa.Indonesia harus
lebih terbuka dan tegas dalam menyatakan ketaatannya terhadap asas bahwa Asia Tenggara
hanya mungkin berdaulat penuh kalau urusan keamanan dilaksanakan atas dasar percaya
pada diri sendiri dan bukan menggantungkan diri pada negara-negara besar. Indonesia harus
tetap ikut mengusahakan bahwa tertib regional berawal dari pemantapan kerangka landasan
nasio nal. Kesungguhan Indonesia untuk ikut serta dalam usaha menciptakan Kawasan Asia
Tenggara sebagai Kawasan Bebas Senjata Nuklir seperti yang diamanatkan oleh Traktat
SEANWFZ, melahirkan implikasi bagi berbagai sendi kehidupan di Indonesia.
Suth-East Asia Nuclear Weapon Free Zone (SEANWFZ) Treaty yang ditandatangani
di Bangkok pada tanggal 15 Desember 1995 dan telah diratifikasi oleh seluruh negara
ASEAN. Traktat ini mulai berlaku pada tanggal 27 Maret 1997. Pembentukan SEANWFZ
menunjukkan upaya negara-negara di Asia Tenggara untuk meningkatkan perdamaian dan
stabilitas kawasan baik regional maupun global, dan dalam rangka turut serta mendukung
upaya tercapainya suatu pelucutan dan pelarangan senjata nuklir secara umum dan
menyeluruh.Traktat SEANWFZ ini disertai protokol yang merupakan suatu legal instrument
mengenai komitmen negara ASEAN dalam upayanya memperoleh jaminan dari negara yang
memiliki senjata nuklir (Nuclear Weapon State/NWS) bahwa mereka akan menghormati
Traktat SEANFWZ dan tidak akan menyerang negara-negara di kawasan Asia Tenggara. Saat
ini, negara-negara ASEAN dan NWS masih mengupayakan finalisasi formulasi beberapa
masalah yang diatur dalam Protokol dimaksud. Penandatanganan Traktat SEANWFZ
merupakan tonggak sejarah yang sangat penting bagi ASEAN dalam upaya mewujudkan
kawasan Asia Tenggara yang aman dan stabil, serta bagi usaha mewujudkan perdamaian
dunia. Pada Pertemuan AMM ke-32 bulan Juli 1999 di Singapura, para Menlu ASEAN untuk
pertama kalinya mengadakan Sidang Komisi SEANWFZ. Hal ini merupakan langkah
pertama yang penting ke arah diterapkannya Traktat tersebut. Komisi menunjuk Komite
Eksekutif untuk menyiapkan konsep “rules of procedure” dan memulai langkah-langkah yang
perlu untuk menjamin ketaatan terhadap Traktat, termasuk konsultasi dengan International
Atomic Energy Agency (IAEA) dan badan-badan lain yang terkait. Secara umum, negara-
negara anggo ta ASEAN berpandangan bahwa Implementasi SEANWFZ perlu untuk segera
dilaksanakan guna mewujudkan kawasan Asia Tenggara yang aman dan stabil serta upaya
mewujudkan perdamaian dunia.
Dalam rangka implementasi tersebut, negara-negara anggota ASEAN berkomitmen
untuk menyelesaikan permasalahan terkait dengan finalisasi Protokol, dan menjajaki langkah
yang lebih konstruktif berupa kerjasama dengan IAEA. Setelah 10 tahun Traktat ini berlaku
(enter into force),Komisi SEANWFZ di tahun 2007 melakukan major review terhadap
SEANWFZ. Pada pertemuan SEANWFZ Commission pada tanggal 29 Juli 2007, telah
disahkan Plan of Action to Strengthen the Implementation of the Treaty of the Southeast
Asian Nuclear Weapon Free Zone (SEANWFZ – Traktat Kawasan Bebas Senjata Nuklir Asia
Tenggara–Traktat KBSN-AT) sesuai Artikel 20 Traktat KBSN-AT yang menetapkan bahwa
reviewing the operation of operation of SEANFWZ Treaty dilakukan 10 tahun setelah
berlakunya Traktat tersebut (enter into force). PoA tersebut menetapkan langkah-langkah
yang harus dilakukan oleh nNegara Pihak dalam jangka waktu 2007-2012 sebagai berikut:
(1)Compliance with the Undertakings in the SEANWFZ Treaty, (2) Accession by Nuclear
Weapons States, (3) Cooperation with the IAEA; (4) Institutional Arrangements.46Upa ya-
upaya negara anggota ASEAN untuk memperjuangkan traktat SEANWFZ di tingkat
internasional salah satunya adalah dengan diakuinya traktat tersebut melalui resolusi Majelis
Umum PBB pada tanggal 10 Januari 2008 dengan nomor A/Res/62/31 dengan perolehan
suara 174 negara mendukung termasuk Rusia dan China sebagai negara anggota Dewan
Keamanan PBB, 1 (satu) negara menolak yaitu Amerika Serikat dan 5 negara abstain yaitu
Inggris, Perancis, Israel, Palau dan Micronesia. Dengan diakuinya Traktat SEANWFZ oleh
sidang Majelis Umum PBB tersebut telah menunjukkan bentuk wujud dari implementasi
terhadap berlakunya SEANWFZ oleh negara-negara di Asia Tenggara untuk meningkatkan
perdamaian dan stabilitas kawasan baik regional maupun global, dan dalam rangka turut serta
mendukung upaya tercapainya suatu pelucutan dan pelarangan senjata nuklir secara umum
dan menyeluruh.
Meskipun kelihatannya penggunaan nuklir untuk damai sah-sah saja, tapi disisi lain,
kita juga akan dihadapkan pada suatu resiko yang bisa terjadi kelak. Jadi walaupu n undang-
undangnya suda h ada, namun untuk pembangunan suatu instalasi tenaga nuklir masih
menjadi polemik mengingat dibutuhkan ketelitian dan rencana matang untuk terciptanya
suatu teknologi nuklir yang dapat dipergunakan untuk kepentingan umum mengingat bahaya
yang dapat ditimbulkan akibat kebocoran nuklir itu sendiri.Dengan demikian melihat hal-hal
di atas, maka di sini jelas bahwa dengan diratifikasinya Treaty on The Southeast Asia
Nuclear Weapon Free Zone dengan UU nomor 9 tahun 1997, maka usaha-usaha untuk
mencapai tujuan pembangunan nasional bisa lebih lancar. Hal ini dikarenakan, dengan
terciptanya Kawasan Bebas Senjata Nuklir di Asia Tenggara, maka otomatis usaha-usaha
pembangunan paling tidak bisa berlangsung dengan aman yang didukung oleh situasi
kawasan yang aman pula.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dapat disimpulkan bahwa dari konsep ZOFWAN(Zone Of Peace
Freedom,Neutrality) yaitu konsep ini bertujuan agar kawasan Asia Tenggara menjadi
negara damai, bebas dan netral maka ASEAN mempromosikan perdamaian internasional
melalui perdamaian kawasan dengan cara berkontribusi dalam realisasi pelaksanaan
prinsip piagam PBB yaitu membentuk kawasan bebas senjata nuklir.Tujuan dari traktat ini
adalah menjaga perdamaian kawasan dan global dalam bidang pelarangan pelucutan
senjata nuklir agar terciptanya perdamaian dan rasa aman tanpa kecurigaan sama lain.
Perkembangan kawasan bebas nuklir atau SEANWFZ dimulai dan disepakati
pada tahun 1997. negara-negara ASEAN mulai meratifikasi dan menyerahkan dokumen
ratifikasi. pada bulan Juni perjanjian ini diserahkan kepada PBB. hingga hingga
dimulainya konsultasi dengan 5 negara pemilik nuklir tentang rencana pemberlakuan
kawasan bebas senjata nuklir Asia Tenggara.pada tahun 2013-2016 ASEAN mencoba
untuk menjalankan rencana kerja yang telah disepakati dalam plan of action 2013-2017
yang salah satunya berisi tentang komitmen dari negara yang terkait untuk terus
mendorong ke lima negara pemilik nuklir.
Konsep landasan kawasan bebas nuklir yaitu konsep comprrhensive Security
(Total defense system) merupakan suatu konsep yang menitikberatkan pada pembahasan
masalah keamanan secara komprehensif dan multi dimensional itu mencakup militer
maupun non militer setiap kalau dengan isu multisentrik;.Konsep kepentingan nasional:
Kepentingan nasioanal (national interest) sering dipakai menggambarkan perilaku luar
negeri suatu negara. morgenthau pendapat bahwa kepentingan nasional dipandang sebagai
kemampuan minimum negara bangsa adalah melindungi identitas fisik politik dan kultural
dari gangguan negara-negara yang lain ;Teori peranan yaitu Role (peranan) adalah suatu
perilaku yang diharapkan akan dilakukan oleh seseorang yang menduduki suatu posisi dan
setiap orang yang menduduki posisi itu diharapkan berperilaku sesuai dengan sifat positif
dan dalam menjalankan peranan politiknya.
Peran Indonesia dalam KBSN AT merupakan salah satu upaya Indonesia dalam
mengembalikan rezim politiknya tersebut serta mempertahankan teritorial secara
komprehensif bersama negara-negara Asean lainnya di negara-negara lainnya agar
wilayah Indonesia maupun Asia Tenggara bebas dari senjata nuklir aktif Indonesia dalam
pembuatan KBSN-AT merupakan suatu keputusan dari tindakan politik luar negeri
Indonesia pasca perang dingin peran aktif Indonesia dalam kawasan ini dapat dianalisa
tiga faktor yaitu yang dijelaskan oleh KJ holsti mengenai konsep peran Indonesia dalam
KBSN AT:
1. Beberapa kondisi ekstern yang mencakup persepsi ancaman dan perubahan penting
dalam kondisi luar negeri.
2. Atribut nasional yaitu berkaitan dengan kemampuan negara yang kuat dan lemah
pendapat dan sikap umum kebutuhan ekonomi dan komposisi etnis Negara
3. Atribut ideologis dan sikap yang mencakup kebijakan atau peran tradisional
pendapat dan sikap umum ,urusan humaniter, prinsip biologi serta identifikasi.
pembentukan Traktat Kawasan Bebas Senjata Nuklir di Asia Tenggara adalah
melakukan upaya denuklirisasi kawasan, menegaskan hak negara-negara kawasan
untuk memanfaatkan energi nuklir untuk tujuan damai dan memperoleh jaminan
keamanan dari Negara bersenjata nuklir.
3.2 Saran
Setelah memberi penjelasan diatas, semoga bisa menjadi pemahaman bagi kita semua tentang
pembahasan kawasan bebas nuklir secara lebih luas dan dapat menjadikan ilmu terutama bagi
mahasiswa agar lebih mengerti terkait hal ini. Dan sebagai penulis saya menyadari bahwa
makalah ini mempunyai banyak kesalahan dan akan terus memperbaiki dengan mengacu
pada sumber yang dapat dipertanggungjawabkan.
DAFTAR PUSTAKA
Dian Wirengjurit. 2002. Kawasan Damai dan Bebas Senjata Nuklir: Pengertian,
Sejarah dan Perkembangannya, Bandung: P.T Alumni. hal 2-3.
Djiwandono, J. So-djati, “Asia Tenggara Sebagai Zona Bebas Senjata Nuklir : Catatan
Atas Beberapa Masalah”, Analisa No. 6 Th. XV, Juni 1986.
“Non-Proliferasi dan Zona Bebas Senjata Nuklir”, Analisa, No. 6 Th. XV, Juni 1986.
Abdulkadir Jailani, Hukum UI., 1997. Pembentukan Kawasan Bebas Senjata Nuklir di
Asia Tenggara.
Mohan Malik, “Nuclear Proliferation in Asia: The China Factor”, Australian Journal
of International Affairs, Vol. 53 no.1, 1999.