Anda di halaman 1dari 29

MAKALAH

KOMPONEN EKOSISTEM, PERKEMBANGAN EKOSISTEM


DAN PENCEMARAN LINGKUNGAN

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mengikuti Mata Kuliah


Biosains dalam Al-Qur’an

Yang diampu oleh:


Dr. Hening Widowati, M.Si.
Dr. Handoko Santoso, M.Pd.

Disusun Oleh:
Anggi Aprilia (23230001)
Melia Aryati (23230008)
Dwi Widia Putri (23230010)
Shely Noperiani (23230015)

PENDIDIKAN BIOLOGI
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH METRO
2023
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh


Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
rahmat dan karunia-Nya makalah ini telah dapat diselesaikan penyusun. Makalah
ini disusun guna melengkapi tugas Mata Kuliah Biosains dalam A-Qur’an,
dengan harapan agar penyusun mengerti dan memahami tentang kajian
“Komponen Ekosistem, Perkembangan Ekosistem Dan Pencemaran
Lingkungan”. Penyusunan tugas makalah ini dapat selesai tidak terlepas dari
bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu dengan segala kerendahan hati
mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Dr. Hening Widowati, M.Si. selaku dosen pengampu Biosains dalam
Al-Qur’an.
2. Bapak Dr. Handoko Santoso, M.Pd. selaku dosen pengampu Biosains dalam
Al-Qur’an.
3. Orang tua yang selalu mendukung segala proses dan perjalanan yang telah
kami lakukan.
4. Rekan-rekan satu Angkatan yang saling memberikan motivasi.
Makalah ini diharapkan dapat dipelajari secara mandiri oleh mahasiswa
di dalam maupun diluar kegiatan perkuliahan. Kami berharap makalah ini dapat
dimanfaatkan dengan baik dan demi perbaikan, kami mengharapkan adanya
masukan untuk penyempurnaan makalah ini di masa mendatang.
Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Metro, 22 September 2023

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL ................................................................................... i


KATA PENGANTAR .................................................................................... ii
DAFTAR ISI ................................................................................................. iii
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... iv

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................ 1


A. Latar Belakang....................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................. 2
C. Tujuan Penulisan ................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN .............................................................................. 3


A. Komponen Ekosistem ............................................................................ 3
B. Tahapan Perkembangan Ekosistem ...................................................... 6
C. Ekosistem Dalam Pandangan Al-Qur’an dan As Sunah ......................... 9
D. Klasifikasi Lingkungan Dalam Pandangan Al-Qur’an ............................. 12
E. Alternatif Menanggulangi dan Mengantisipasi Kerusakan
Ekosistem .............................................................................................. 18

BAB III PENUTUP ....................................................................................... 22


A. Kesimpulan ............................................................................................ 22
B. Saran ..................................................................................................... 23

DAFTAR LITERATUR .................................................................................. 24

iii
DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman
1. Suksesi Primer dan Sekunder .................................................................. 7
2. Ekosistem Laut ........................................................................................ 15
3. Ekosistem Air Tawar ................................................................................ 15
4. Ekosistem Pantai ..................................................................................... 16
5. Hutan Hujan Tropis .................................................................................. 17
6. Sabana .................................................................................................... 17
7. Gurun....................................................................................................... 18

iv
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Lingkungan hidup merupakan suatu upaya penggalian pengetahuan
tentang bagaimana alam ini bekerja. Artinya adalah bagaimana manusia
mempengaruhi lingkungan dan menyelesaikan masalah lingkungan yang sedang
dihadapi manusia untuk menuju masyarakat yang berkelanjutan. Agar dapat
bertahan hidup, semua mahkluk hidup harus cukup mendapatkan makanan,
udara bersih, air bersih dan perlindungan yang dibutuhkan sebagai kebutuhan
dasarnya.
Hutan dan segala ekosistem yang berada di dalamnya merupakan
bagian dari komponen penentu kestabilan alam. Keaneka-ragaman hayati
menjadi kekayaan luar biasa yang sanggup memberikan inspirasi bagi pecinta
alam, tentunya bukan sebagai sarana hiburan, tetapi demi memahami makna
kekuasaan agung sang pencipta. Pepohonan di hutan menjadi tumpuan
sekaligus penahan resapan air dalam tanah, sehingga air tidak mudah terlepas
dan meluncur menjadi bencana banjir yang menyengsarakan manusia. Hewan-
hewan melengkapi kekayaan hutan menjadi bermakna lebih. Suasana ini seolah
mengatakan kepada manusia bahwa di dunia ini bukan hanya manusia saja yang
menjadi mahkluk Allah tetapi masih ada hewan dan tumbuhan yang senantiasa
hidup dan tumbuh serasi dengan sunnahtullah yang telah digariskan.
Agama dan lingkungan seringkali dipahami secara terpisah.
Pemahaman tersebut berkembang selama ini, sehingga agama cenderung tidak
memberikan kontribusi yang memadai terhadap kesadaran umat dalam menjaga
lingkungan. Agama dan lingkungan dianggap dua hal yang terpisah dan tidak
berhubungan satu sama lain. Padahal terdapat hubungan yang erat antara
agama dan lingkungan hidup, khususnya pada kontribusi agama dalam
mempengaruhi perilaku manusia terhadap persepsi dan tingkah lakunya dalam
menjaga dan melestarikan lingkungan hidup di sekitarnya.
Agama secara implisit mengajarkan umat beragama untuk mengetahui,
dan menyadari arti penting menjaga lingkungan sehari-hari. Karena agama
mengajarkan setiap umatnya untuk peduli terhadap lingkungan. Bahwa setiap
kerusakan alam, lingkungan pada akhirnya akan memberikan dampak buruk
jangka panjang kepada diri manusia sendiri. Dengan demikian dalam makalah ini

1
akan di bahas tentang komponen ekosistem & perkembangan ekosistem
pencemaran lingkungan.

B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah pada makalah ini adalah sebagai berikut.
1. Apa saja komponen ekosistem?
2. Apa saja tahapan perkembangan ekosistem?
3. Bagaimana konsep ekosistem dalam pandangan Al-Qur’an?
4. Bagaimana klasifikasi lingkungan dalam pandangan Al-Qur’an?
5. Bagaimana cara alternatif menanggulangi dan mengantisipasi kerusakan
ekosistem?

C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah sebagai berikut.
1. Untuk mengetahui apa saja komponen ekosistem
2. Untuk mengetahui apa saja tahapan perkembangan ekosistem.
3. Untuk mengetahui konsep ekosistem dalam pandangan Al-Qur’an.
4. Untuk mengetahui bagaimana klasifikasi lingkungan dalam pandangan Al-
Qur’an
5. Untuk mengetahui cara alternative menanggulangi dan mengantisipasi
kerusakan ekosistem.

2
BAB II
PENDAHULUAN

A. Komponen Ekosistem
Ekosistem dapat diartikan sebagai suatu kesatuan dari komunitas atau
satuan fungsional dari makhluk hidup dengan lingkungannya dimana terjadi
antarhubungan atau interaksi. Misalnya, ekosistem pada sawah, padang rumput,
maupun di lautan. Dalam ekosistem itulah makhluk - makhluk hidup saling
berinteraksi baik di antara makhluk hidup itu satu sama lain maupun dengan
lingkungannya (Darmayani & Rudy Hidana, 2021). Ekosistem memiliki komponen
yaitu biotik dan abiotik. Komponen abiotik antara lain suhu, air, kelembapan,
cahaya, dan topografi, sedangkan komponen biotik adalah makhluk hidup yang
terdiri atas manusia, hewan, tumbuhan, dan mikroba (Jakhar, 2013). Penciptaan
alam raya termasuk lingkungan kosmos manusia (tanah, air dan udara) telah
ditentukan qadar-nya (ukurannya atau ketentuannya) yang harus senantiasa
dijaga dan dilestarikan. Maka, siapa yang merusaknya berarti telah merusak
qadar Allah. Hal ini sebagaimana ditegaskan dalam Al-Quran surah Thaaha ayat
53 yang berbunyi:

‫َ ََ َ ُ ُ أ َ َ َ أٗ َ َ َ َ َ ُ أ َ ُ ُٗ ََ ََ َ ذ ٓ ٓ ََ أ‬ ‫ذ‬
‫ٱلس َماءِ َما ٗء فأخ َر أج َنا‬ ‫ٱَّلِي جعل لكم ٱۡلۡرض مهدا وسلك لكم فِيها سبٗل وأنزل مِن‬

َٰ ‫ات َش ذ‬
٥٣ ‫َّت‬ ‫ب‬َ ‫بهِۦٓ أَ أز َو َٰ ٗجا مِن ذن‬
ٖ ِ

53. Yang telah menjadikan bagimu bumi sebagai hamparan dan Yang telah
menjadikan bagimu di bumi itu jalan-ja]an, dan menurunkan dari langit air hujan.
Maka Kami tumbuhkan dengan air hujan itu berjenis-jenis dari tumbuh-tumbuhan
yang bermacam-macam.

1. Komponen Abiotik
Komponen abiotik adalah komponen tak hidup, lebih tepatnya
komponen abiotik merupakan tempat tinggal atau lingkungan dimana
komponen biotik hidup. Komponen utama yang mempengaruhi ekosistem
adalah suhu, sinar matahari, air, tanah, ketinggian, angin, pH dan garis lintang
(Ayorbaba & Rini, 2021).

3
a. Suhu
Suhu berpengaruh terhadap ekosistem karena suhu merupakan
syarat yang diperlukan organisme untuk hidup. Ada jenis - jenis organisme
yang hanya dapat hidup pada kisaran suhu tertentu (Andika & Cecep,
2019).
b. Sinar matahari
Sinar matahari mempengaruhi ekosistem secara global karena
matahari menentukan suhu. Sinar matahari juga merupakan unsur vital
yang dibutuhkan oleh tumbuhan sebagai produsen untuk berfotosintesis.
c. Air
Air berpengaruh terhadap ekosistem karena air dibutuhkan untuk
kelangsungan hidup organisme. Bagi tumbuhan, air diperlukan dalam
pertumbuhan, perkecambahan, dan penyebaran biji; bagi hewan dan
manusia, air diperlukan sebagai air minum dan sarana hidup lain. Misalnya
transportasi bagi manusia, dan tempat hidup bagi ikan. Bagi unsur abiotik
lain, misalnya tanah dan batuan, air diperlukan sebagai pelarut dan
pelapuk.
d. Tanah
Tanah merupakan tempat hidup bagi organisme. Jenis tanah yang
berbeda menyebabkan organisme yang hidup di dalamnya juga berbeda.
Tanah juga menyediakan unsur - unsur penting bagi pertumbuhan
organisme, terutama tumbuhan.
e. Ketinggian
Ketinggian tempat menentukan jenis organisme yang hidup di
tempat tersebut, karena ketinggian yang berbeda akan menghasilkan
kondisi fisik dan kimia yang berbeda.
f. Angin
Angin selain berperan dalam menentukan kelembapan juga
berperan dalam penyebaran biji tumbuhan tertentu.
g. pH
pH adalah suatu tingkat keasaman suatu wilayah. Komponen
abiotik satu ini merupakan komponen yang penting karena mempengaruhi
tingkat kesuburan perairan dan mempengaruhi kehidupan makhluk hidup di
dalamnya. Makhluk hidup membutuhkan lingkungan yang mempunyai pH
netral yaitu tidak asam dan tidak basa.

4
h. Garis Lintang
Garis lintang yang berbeda menunjukkan kondisi lingkungan yang
berbeda pula. Garis lintang secara tak langsung menyebabkan perbedaan
distribusi organisme di permukaan bumi. Terdapat beberapa organisme
yang mampu hidup pada garis lintang tertentu saja

2. Komponen Biotik
Komponen biotik adalah komponen hidup yang meliputi semua
makhluk hidup di bumi, baik tumbuhan maupun hewan. Dalam ekologi,
tumbuhan berperan sebagai produsen, hewan berperan sebagai konsumen,
dan mikroorganisme berperan sebagai dekomposer atau pengurai (Wulandari,
2016). Menurut fungsinya, komponen biotik yang merupakan semua makhluk
hidup yang terdapat dalam suatu ekosistem dapat dibedakan dalam tiga
kelompok utama yaitu:
a. Produsen
Kelompok produsen merupakan makhluk hidup yang dapat
merombak makanan dari zat - zat anorganik. Umumnya merupakan
makhluk - makhluk hidup yang dapat melakukan proses fotosintesa.
Tumbuhan termasuk dalam kelompok ini karena memiliki klorofil dan dapat
melakukan fotosintesis
b. Konsumen
Konsumen merupakan kelompok makhluk hidup yang
menggunakan atau makan zat - zat organik atau yang dibuat oleh
produsen. Hewan dan manusia merupakan kelompok konsumen.
c. Pengurai
Pengurai atau dekomposer adalah organisme yang menguraikan
sisa - sisa makhluk hidup yang sudah mati. Kelompok ini menguraikan zat -
zat organik yang terdapat dalam sisa – sisa makhluk yang sudah mati
menjadi zat – zat anorganik. Dengan demikian zat - zat anorganik tersebut
dapat dipergunakan kembali oleh produsen untuk membentuk zat - zat
organik atau makanan. Organisme yang termasuk dalam kelompok
pengurai adalah bakteri dan jamur.

5
B. Tahapan Perkembangan Ekosistem
Ekosistem bisa dikatakan sebagai suatu tingkatan organisme yang
terdiri atas individu, populasi dan komunitas di mana dalam kelangsungan
hidupnya saling berinteraksi hingga membentuk suatu sistem kesatuan yang
teratur (Efendi & Hana, 2018). Pada hakikatnya semua mahluk hidup tidak akan
bisa melangsungkan hidupnya secara sempurna dengan sendiri tanpa adanya
keterkaitan (interaksi) baik antara lingkungan di sekelilingnya, maupun sesama
makhluk hidup lainnya dalam hal memenuhi kebutuhannya untuk keperluan
pangan, pertumbuhan, perlindungan dan perkembangbiakan (Fuadi, 2022).
Setiap ekosistem dalam suatu wilayah selalu mengalami perkembangan
menuju ke arah keseimbangan dan berakhir pada suatu tingkatan yang disebut
dengan klimaks, dimana kondisi homeostatis telah tercapai. Perkembangan
ekosistem yang dimaksud disebut dengan suksesi. Perkembangan ekosistem
atau lebih dikenal dengan istilah suksesi ekologis adalah proses perubahan
dalam struktur spesies komunitas ekologi dari waktu ke waktu. Skala waktunya
bisa puluhan tahun, atau bahkan jutaan tahun setelah kepunahan massal.
Dengan kata lain suksesi dapat diartikan sebagai perkembangan ekosistem tidak
seimbang menjadi seimbang. Suksesi ekologis dapat dapat bersifat autogenik
dan alogenik (Leyli & Lilik Muntamah, 2020)
1. Suksesi autogenik
Suksesi autogenik merupakan suksesi yang terjadi apabila
prosesnya dikendalikan dari dalam ekosistem itu sendiri karena perubahan
habitat yang terjadi karena akibat aktivitas biota. Dengan kata lain suksesi ini
merupakan istilah yang mengacu pada suksesi ekologis yang didorong oleh
komponen biotik ekosistem.
2. Suksesi alogenik:
Suksesi alogenik merupakan suksesi yang terjadi apabila proses
yang terjadi dikendalikan oleh faktor-faktor yang berada di luar ekosistem.
Dengan kata lain, suksesi alogenik adalah suksesi yang didorong oleh faktor
abiotik seperti gunung berapi, banjir, perubahan iklim, campur tangan
manusia, dan lain-lain secara reguler mempengaruhi atau mengontrol
perubahan
Berdasarkan keadaan awal tempat berlangsungnya suksesi, suksesi
dapat dibedakan:

6
1. Suksesi primer : suksesi yang berlangsung pada substrat yang sebelumnya
tidak dihuni oleh suatu komunitas. Jenis suksesi primer dapat terjadi pada
daerah baru yang sebelumnya tidak ada kehidupan. Fenomena ini
disebabkan karena adanya aliran lava , gletser yang menyusut, bukit pasir
yang terbentuk, dan lain-lain.
2. Suksesi sekunder: suksesi yang berlangsung pada tempat yang
sebelumnya pernah dihuni oleh suatu komunitas. Dengan kata lain suksesi
sekunder adalah pembentukan suatu ekosistem yang telah rusak ke
keadaan awalnya yang belum terganggu. Biasanya terjadi karena hutan
tebangan, kebakaran hutan, perladangan berpindah (Widodo & Sonny,
2021)

Gambar 1. Suksesi Primer dan Sekunder


Sumber: informasains.com

Terdapat tiga hal pokok yang saling terkait dan ikut memengaruhi
lajunya perkembangan ekosistem yaitu, ketersediaan sumber daya, faktor
pembatas fisik dan kemampuan dari organismenya.
1. Ketersediaan Sumber Daya
Sumber daya adalah sesuatu yang memiliki nilai guna. Faktor-Faktor
yang dapat mempengaruhi perubahan ekosistem maupun kepunahan sumber
daya alam hayati terdiri faktor manusia dan faktor alam (Setiawati & Samsul ,
2022).
a. Faktor manusia
Sumber daya alam biasanya digunakan manusia untuk memenuhi
kehidupan sehari-hari, namun terkadang manusia memanfaatkan SDA
(Sumber Daya Alam) secara berlebihan dengan tidak memperhatikan
kelestarian SDA (Sumber Daya Alam) itu sendiri. contoh perusakan
ekosistem di wilayah perairan yaitu, dengan menangkap ikan

7
menggunakan pukat harimau atau pukat trawl di mana penggunaan alat
tersebut untuk menangkap ikan dapat merugikan ekosistem laut, karena
ikan-ikan kecil yang belum siap dikonsumsi juga akan ikut terjerat sehingga
kemungkinan populasi ikan akan berkurang.
b. Faktor alam
Kerusakan ekosistem dapat disebabkan oleh faktor alam
contohnya seperti derasnya gelombang di laut yang menyebabkan
rusaknya daerah terumbu karang. contoh lainnya seperti perubahan iklim
yang ekstrim, asteroid, gempa bumi, longsor, dan bencana-bencana alam
lainnya.

2. Faktor Pembatas Fisik


Suatu organisme mempunyai toleransi pada faktor yang relatif dan
dalam jumlah yang cukup, maka faktor ini bukan merupakan faktor pembatas.
Sebaliknya, apabila organisme diketahui hanya mempunyai batas-batas
toleransi tertentu untuk suatu faktor yang beragam, maka faktor ini dapat
dinyatakan sebagai faktor pembatas. Faktor pembatas di antaranya adalah
temperatur, cahaya, air, gas atmosfer, mineral, arus dan tekanan, tanah, dan
api (Rofizar & Yales, 2017). Masing-masing organisme mempunyai kisaran
kepekaan terhadap faktor pembatas. Faktor pembatas tersebut dapat
dianggap sebagai selektor organisme yang mampu bertahan dan hidup pada
suatu wilayah. Sehingga seringkali didapati adanya organisme-organisme
tertentu yang mendiami suatu wilayah tertentu.pula. Organisme ini disebut
sebagai indikator biologi (indikator ekologi) pada wilayah tersebut. Misalnya,
pada gurun pasir di mana ketersediaan air merupakan faktor pembatas bagi
kelangsungan hidup organisme yang ada di wilayah tersebut, sehingga hanya
makhluk hidup tertentu yang mampu bertahan hidup, seperti tanaman jenis
kaktus yang berfungsi sebagai indikator ekologi. (Odum, 1996)

3. Kemampuan dari organismenya


Ekosistem melibatkan hubungan kompleks antara organisme hidup
satu sama lain dan lingkungan mereka, termasuk faktor-faktor seperti iklim,
tanah, air, sinar matahari, dan interaksi ekologis. Selain organisme hidup,
lingkungan fisik juga memiliki peran penting dalam ekosistem. Faktor-faktor
seperti iklim, suhu, curah hujan, sinar matahari, tanah dan air mempengaruhi

8
kehidupan dalam ekosistem. Organisme hidup bergantung pada lingkungan
fisik untuk mendapatkan sumber daya dan menciptakan habitat yang sesuai
untuk bertahan hidup. Interaksi antara organisme hidup dan lingkungan fisik
dala ekosistem sangat kompleks. Misalnya, tumbuhan membutuhkan sinar
matahari, air dan nutrisi dari tanah untuk tumbuh. Hewan herbivora memakan
tumbuhan untuk mendapatkan energi, sementaa hewan karnivora memangsa
herbivora dan mungkin hewan lain dalam rantai makanan.
Ketika organisme mati, dekomposer mengurai sisa-sisa organisme
tersebut, mengembalikkan nutrisi ke lingkungan. Ekosistem juga memiliki
kapasitas untuk mengatur diri sendiri melalui keseimbangan alaminya. Ini
berarti bahwa populasi organisme tertentu dapat bertahan hidup dalam jumlah
yang seimbang dengan sumber daya yang tersedia. Jika suatu komponen
ekosistem mengalami perubahan, misalnya karena perubahan iklim atau
aktivitas manusia, hal itu dapat mempengaruhi keseimbangan ekosistem
secara keseluruhan.

C. Konsep Ekosistem Dalam Pandangan Al-Qur’an dan As-Sunah


Dalam Al-Qur'an terdapat beberapa ayat yang menerangkan tentang
lingkungan hidup, seperti perintah untuk menjaga guna melestarikan lingkungan
hidup, Larangan merusaknya maupun bentuk-bentuk lainnya berupa kejahatan
dan merugikan makhluk hidup di seputarannya. Lingkungan hidup merupakan
bagian tertentu yang wajib dilestarikan keseimbangannya. Tidak boleh manusia
mengganggu lingkungan, apalagi merusaknya. Lingkungan itu ibarat tubuh
manusia dengan bagian-bagiannya terdiri atas unsur-unsur fisik yang secara
fisiologis saling berimbang dan saling membutuhkan. Kebergantungan manusia
terhadap lingkungan yang baik tentu merupakan suatu hal utama dalam
pelestariannya berdasarkan nilai-nilai akhlakul karimah yang berpedoman pada
Al- Qur’an Al-Karim dan Al-Hadits (Rohmah & Herawati, 2021).
Al-Qur’an sebagai sumber ajaran Islam banyak mengungkap persoalan
lingkungan. Menurut Mohammad Shomali, ada lebih dari 750 ayat Alquran yang
terkait dengan alam. Empat belas surah Alquran dinamai sesuai dengan nama
hewan dan kejadian alam tertentu, seperti al-Baqarah (sapi betina), al-Ra‘d
(halilintar), al-Naḥl (lebah), al-Naml (semut), al-Nūr (cahaya), al-An‘ām (binatang
ternak), al-Fīl (gajah), al-Fajr (fajar), al-Lail (malam), al-Shams (matahari), al-
Qamar (bulan) dan lain-lain (Dede Rodin, 2017).

9
Allah berfirman dalam surah Thaaha ayat 53 yang berbunyi

‫َ ََ َ ُ ُ أ َ َ َ أٗ َ َ َ َ َ ُ أ َ ُ ُٗ ََ ََ َ ذ ٓ ٓ ََ أ‬ ‫ذ‬
‫ٱلس َماءِ َما ٗء فأخ َر أج َنا‬ ‫ٱَّلِي جعل لكم ٱۡلۡرض مهدا وسلك لكم فِيها سبٗل وأنزل مِن‬

‫ذ‬ َ َ ‫ذ‬ ٗ َ ‫أ‬ َ


َٰ
٥٣ ‫ات شَّت‬ٖ ‫بِهِۦٓ أزوجا مِن نب‬
َٰ

53. Yang telah menjadikan bagimu bumi sebagai hamparan dan Yang telah
menjadikan bagimu di bumi itu jalan-ja]an, dan menurunkan dari langit air hujan.
Maka Kami tumbuhkan dengan air hujan itu berjenis-jenis dari tumbuh-tumbuhan
yang bermacam-macam.

Pada QS. Thaaha ayat 53 memiliki makna, bumi yang membentang


sebagai hamparan untuk kehidupan dapat mempermudah makhluk hidup
mendapatkan yang dibutuhkan. Allah SWT menurunkan air hujan kemudian
terbentuk aliran sungai yang mengalir deras, air hujan juga mampu
menumbuhkan berbagai tumbuhan yang bermacam-macam. Ayat tersebut
membuktikan bahwa adanya interkasi antara komponen abiotik berupa air untuk
menumbuhkan dengan hidupnya tumbuhan yang termasuk komponen biotik. Hal
tersebut merupakan salah satu fenomena ekologi yang dijelaskan di dalam Al-
Quran.
Tumbuhan sangat membutuhkan air sebagai proses fisiologisnya. Jika
tumbuhan kekurangan air, maka tumbuhan akan kesulitan melakukan
metabolisme dan akan mati secara perlahan. Metabolisme adalah semua reaksi
kimia yang terjadi dalam organisme, termasuk yang terjadi pada tingkat sel.
Tumbuhan secara ekologis berperan sebagai komponen biotik tingkat pertama
yaitu produsen. Tumbuhan termasuk produsen autotrof, kemampuannya dalam
memproduksi makanan sendiri melalui proses yang bernama fotosintesis.
Fotosintesis hanya dimiliki oleh tumbuhan, tidak mahkluk lainnya (Maftuch &
Suprastyani, 2022). Hasil produk dari fotosintesis akan dimanfaatkan oleh
komponen biotik tingkat kedua untuk keberlangsungan rantai makanan dan
jaring-jaring makanan yang terjadi antara makhluk hidup. Komponen biotik
tingkat kedua antara lain manusia, hewan dan mikroba (Septantiningtyas &
Hakim, 2020).
Sebagaimana Allah menjelaskan dalam firmannya surah Yunus ayat 24
yang berbunyi

10
َ‫ََ ُ أ‬ َ ‫ذ َ َ َ ُ أ َ َ َٰ ُّ أ َ َ َ ٓ َ َ أ َ ُ َ ذ ٓ َ أ‬
‫ۡرض م ذِما‬
ِ ‫ات ٱۡل‬‫ٱلس َماءِ فٱخ َتل َط بِهِۦ نب‬ ‫إِنما مثل ٱۡليوة ِ ٱدلنيا كما ٍء أنزلنَٰه مِن‬

‫أَ ُ ُ أ ََُ َ ذذَ أ َ َأ ُ ٓ َذ‬ َ َ َ ٓ َ ٰٓ ‫َ أ ُ ُ ذ ُ َ أ َ أ َ َٰ ُ َ ذ‬


‫ت َوظ ذن أهل َها أن ُه أم‬‫ت ٱۡلۡرض زخرفها وٱزين‬
ِ ‫َّت إِذا أخذ‬ ‫يأكل ٱنلاس وٱۡلنعم ح‬

‫أَأ‬ ‫َ ٗ ََ ذ َأ‬ َ ‫ون َعلَ أي َها ٓ َأتَى َٰ َها ٓ أَ أم ُرنَا ََلأ اٗل أَ أو َن َه ٗ َ َ َ أ‬
َ ُ َٰ َ
ِِۚ ‫ارا فجعلنَٰ َها ح ِصيدا كأن ل أم تغ َن بِٱۡلم‬
‫س‬ ‫قدِر‬

َ ‫َ ذ‬ َ َٰ َ ُ َُ َ َ َ
٢٤ ‫ت ل ِق أو ٖم َيتَفك ُرون‬
ِ ‫كذَٰل ِك نف ِصل ٱٓأۡلي‬

24. Sesungguhnya perumpamaan kehidupan duniawi itu, adalah seperti air


(hujan) yang Kami turunkan dan langit, lalu tumbuhlah dengan suburnya karena
air itu tanam-tanaman bumi, di antaranya ada yang dimakan manusia dan
binatang ternak. Hingga apabila bumi itu telah sempurna keindahannya, dan
memakai (pula) perhiasannya, dan pemilik-permliknya mengira bahwa mereka
pasti menguasasinya, tiba-tiba datanglah kepadanya azab Kami di waktu malam
atau siang, lalu Kami jadikan (tanam-tanamannya) laksana tanam-tanaman yang
sudah disabit, seakan-akan belum pernah tumbuh kemarin. Demikianlah Kami
menjelaskan tanda-tanda kekuasaan (Kami) kepada orang-orang berfikir.

Di dalam ekosistem, selain pola interaksi antara komponen biotik


dengan abiotik juga terdapat pola interaksi antara sesama komponen biotik dan
pola interaksi antara sesama komponen abiotik. Pola interaksi antara sesama
komponen biotik. Pertama, hubungan intraspesies, artinya hubungan antara
organisme yang sama spesiesnya, misalnya hubungan antara manusia dengan
manusia. Hubungan intraspesies tidak terjadi hanya dalam perkembangbiakan
saja, namun hubungan yang bersifat lain dalam kehidupan sehari-hari misalnya
tolong menolong (ta’awun) (Rasidi, 2008). Sebagaimana firman-Nya dalam surah
Al-Maidah ayat 2 yang mempunyai arti:
“Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebaikan dan
takwa, dan jangan tolong menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan
bertakwalah kamu kepada Allah, sesungguhnya Allah amat berat sisksa-Nya”
Pola interaksi antar sesama komponen biotik yang kedua yaitu
hubungan antar spesies artinya hubungan antar dua organisme yang berbeda
spesies. Misalnya manusia dengan hewan ternaknya. Allah menjelaskan dalam
firmannya An-Nahl ayat 5
َ ُ ُ ‫ َ َ َ َٰ ُ َ أ َ َ أ‬ٞ ‫َ أ َ أ َ َٰ َ َ َ َ َ َ ُ أ َ أ‬
٥ ‫وٱۡلنعم خلقهاۖ لكم فِيها دِفء ومنفِع ومِنها تأكلون‬

11
5. Dan Dia telah menciptakan binatang ternak untuk kamu; padanya ada (bulu)
yang menghangatkan dan berbagai-bagai manfaat, dan sebahagiannya kamu
makan.
Pola interaksi antara sesama komponen abiotik adalah adanya pelangi.
Hubungan antara air dengan cahaya matahari yang bergabung akan
menciptakan pelangi. Sebagaimana firman Allah SWT dalam surah Al-Faatir ayat
27 yang membuktikan adanya gunung pelangi di Peru bernama Gunung
Vinicunca.
‫ُّ أ َ ا َ أ َ ُ َ َ َ أ‬ َََ َ ‫ََأ َ َ ذ ذَ َ َ َ َ ذ َ ٓ َ ٓٗ ََ أ أ‬
‫ٱۡل َبا ِل‬ ٖ َٰ ‫ألم ت َر أن ٱَّلل أنزل مِن ٱلسما ِء ماء فأخ َرجنا بِهِۦ ثمر‬
ِ ‫ت ُّمتل ِفا ألوَٰنها ۚ ومِن‬
ٞ ُ ‫ُّم َتل ٌِف َأ أل َو َٰ ُن َها َو َغ َراب‬
٢٧ ‫يب ُسود‬
‫ ُّ أ‬ٞ ‫ َ ُ أ‬ٞ ُۢ ُ َ ُ
‫جدد بِيض وُحر‬
ِ

27. Tidakkah kamu melihat bahwasanya Allah menurunkan hujan dari langit
lalu Kami hasilkan dengan hujan itu buah-buahan yang beraneka macam
jenisnya. Dan di antara gunung-gunung itu ada garis-garis putih dan merah
yang beraneka macam warnanya dan ada (pula) yang hitam pekat.

Dalam perspektif hadist, islam mengajarkan proporsional dalam


menggunakan atau memanfaatkan hewan. Rasulullah Saw melarang umatnya
berdiri di atas punggung hewan karena itu akan menyakitinya. Bahkan di akhirat
nanti sapi betina akan meremukkan orang yang menungganginya karena
menyalahi fungsi penciptaannya yaitu membajak

(Pada hari kiamat) penunggang sapi betina akan diremukkan oleh sapi tersebut
seraya berkata; Aku diciptakan bukan untuk ini, tapi aku diciptakan untuk
membajak (Al Bukhari, 1400: 2/153).

D. Klasifikasi Lingkungan dalam Pandangan Al-Qur’an


Sebelum memahami pandangan Al-Qur’an tentang lingkungan hidup,
terlebih dahulu akan dijelaskan sekitar pengertian lingkungan hidup. Istilah
“lingkungan hidup” didefinisikan sebagai hal-hal atau keadaan sekeliling
khususnya yang mempengaruhi eksistensi seseorang atau sesuatu. Atau dapat

12
juga disebut, jumlah semua benda yang hidup (Biotik Community) dan tidak
hidup (Abiotik Community) serta kondisi yang ada dalam ruangan yang ditempati
yang terdapat hubungan timbal balik dan saling mempengaruhi.
Dari ketiga pengertian yang telah disebut di atas, dapat ditarik
kesimpulan bahwa lingkungan hidup itu sendiri mencakup tiga unsur yang saling
meng-ikat, yaitu:
1. Biotik Community, yaitu jasad-jasad hidup atau benda-benda hidup,
misalnya; manusia, tumbuh-tumbuhan dan hewan.
2. Abiotik Community, yaitu benda-benda mati, seperti udara, air, batu-batuan,
gas dan sebagainya.
3. Interaksi timbal balik yang saling mempengaruhi antara Biotik Community
dengan Abiotik Community. Dalam uatu kondisi hubungan timbal balik ini,
kita kenal sebagai Ekosistem
Klasifikasi lingkungan dalam ekosistem dapat dibedakan menjadi dua
tipe, yaitu ekosistem perairan (akuatik) dan ekosistem darat (teresterial).
1. Ekosistem Perairan (Akuatik)
Air mendominasi penampakan planet dari luar angkasa, keterdapatan
air di bumi terbatas hanya dibagian permukaannya yang dikenal dengan
hidrosfer (lapisan air). Bagian terbesar air menempati bagian-bagian terendah
muka padatan bumi dalam bentuk laut dan samudera. Permukaan laut dan
samudera meliputi kira-kira 71% permukaan bumi, tetapi laut dan samudra
menyimpan sekitar 97% jumlah air yang ada di bumi (Munawarah & Taufik,
2020). Di daratan dalam, air dijumpai dalam bentuk aliran permukaan (sungai)
dan genangan di danau-danau, rawa, kolam, sawah. Di samping itu, air
terdapat di atmosfer dalam bentuk uap yang biasa pula tampak sebagai awan,
dan di dalam tanah dan batuan sebagai air tanah dangkal dan air tanah dalam
yang biasa diambil dari sumur gali atau keluar sebagai mata air. Hal tersebut
telah diatur Allah Swt. dalam QS.Al-Mu‘minun ayat 18
َ ُ َٰ َ َ َ َ َٰ َ َ ‫ذ‬ َ‫أ‬ ُ ‫َ َ َ أ َ َ ذ َ ٓ ِ َ ٓ َ ُۢ َ َ َ َ أ َ ذ‬
١٨ ‫اب بِهِۦ لقدِرون‬
ِۢ ‫ۡرضِۖ ِإَونا لَع ذه‬ َٰ
ِ ‫وأنزنلا مِن ٱلسماء ماء بِقدرٖ فأسكنه ِِف ٱۡل‬

18. Dan Kami turunkan air dari langit menurut suatu ukuran; lalu Kami jadikan
air itu menetap di bumi, dan sesungguhnya Kami benar-benar berkuasa
menghilangkannya.

13
Ayat tersebut mengisyaratkan bahwa air yang turun ke bumi dengan
kadar yang diperlukan sehingga tidak menimbulkan bencana. Ada tanah yang
memerlukan banyak tetapi tidak tahan menerima hujan yang lebat, sehingga
air yang diperlukan itu datang dari sungai-sungai yang mengalir. Air juga
dapat tersimpan di laut dan danau, bahkan sebagian tersimpan dalam bumi
sebagai air tanah. Allah Swt. telah menghendaki tersimpannya air dalam
jumlah tertentu di bumi ini. Dia membaginya dengan sangat teliti dan
bijaksana antara lautan dan samudera, sungai dan danau serta menyimpan
sebagiannya lagi di dalam bumi atau menahannya dalam bentuk salju padat di
puncak- puncak gunung dan di atas dua kutub bumi atau menjadikannya gas
untuk menjaga kelembapan bumi.
Al-Qur‘an menjelaskan bahwa hujan itu turun dari langit, kemudian
jatuh ke bumi, sehingga bumi tempat manusia, hewan dan tumbuh-tumbuhan
hidup menjadi tempat penampungan dan penyimpanan air yang turun dari
langit. Oleh sebab itu bumi, menurut Al-Qur’an bumi harus senantiasa
difungsikan sebagai reservoir air yang menjamin ketersediaan air bagi
kepentingan makhluk hidup di musim kemarau dan mengendalikan air di
musim hujan.
Dalam Surat Al-Mu‘minun ayat 18 menjelaskan bahwa air yang turun
dari langit itu mengikuti dan tunduk pada qadar, yakni ketentuan Allah SWT
yang diberlakukan pada alam yang dinamakan hukum alam. Sementara bumi,
menurut hukum alam ciptan Allah, berfungsi sebagai Reservoir air. Dan air
yang tersimpan di bumi (reservoir air) yang alami itu merupakan cara Allah
SWT dalam mengonservasi air untuk memberi minum manusia dan ternak
serta menyiram tetumbuhan hingga tumbuh segar. Konservasi air yang
diciptakan Allah SWT dalam sebuah siklus air tersebut sangat menakjubkan,
di musim hujan air yang tercurah dengan melimpah itu tersimpan dengan baik
di dalam reservoir air sehingga tidak menimbulkan ancaman banjir bagi
manusia. Sementara itu di musim kemarau debit air yang tersimpan di dalam
reservoir air merupakan penyedia cadangan air sehingga tidak mengalami
kekeringan. Semua dirancang untuk kebaikan dan kemaslahatan hidup dan
kehidupan manusia bersama makhluk Allah SWT yang lain (Munawarah &
Taufik, 2020)
Ekosistem perairan adalah ekosistem yang komponen abiotiknya
sebagian besar terdiri dari air. Makhluk hidup dalam ekosistem perairan dibagi

14
menjadi beberapa kelompok, yaitu: plankton, nekton, neuton, bentos, dan
perifiton (Soininen & Bartel, 2015). Ekosistem perairan dibedakan menjadi
beberapa macam yaitu:
a. Ekosistem Air Laut
Habitat laut (oseanik) ditandai oleh salinitas (kadar garam) yang
tinggi dengan ion mencapai 55% terutama di daerah laut tropis, karena
suhunya tinggi dan penguapan yang besar, yang dapat dilihat pada
Gambar 2 berikut.

Gambar 2 Ekosistem Laut


(Sumber: mongabay.com)

b. Ekosistem Air Tawar


Pada ekosistem air tawar memiliki ciri-ciri variasi suhu tidak
mencolok. Penetrasi cahaya kurang, dan terpengaruh oleh iklim dan cuaca.
Macam tumbuhan yang tumbuh adalah jenis gangga, sedangkan lainnya
tumbuhan biji. Hampir semua filum hewan terdapat dalam air tawar.
Organisme yang hidup di air tawar pada umumnya telah beradaptasi, yang
dapat dilihat pada Gambar 3 berikut.

Gambar 3. Ekosistem Air Tawar


(Sumber: mongabay.com)

15
c. Ekosistem Pantai
Ekosistem pantai dinamakan demikian karena yang paling banyak
tumbuh digundukan pasir adalah tumbuhan Ipomoae pes coprae yang
tahan terhadap hempasan gelombang dan angin. Tumbuhan Ipomoae pes
coprae ini menjalar dan berdaun tebal yang dapat dilihat pada Gambar 4.

Gambar 4. Ekosistem Pantai


(Sumber: depositphotos.com)

2. Ekosistem Darat (Teresterial)


Ekosistem darat meliputi area yang sangat luas yang terhampar di
permukaan bumi. Al-Qur’an menjelaskan bahwa daratan terbentang luas
sejauh mata memandang dan dapat berjalan di atasnya. Serta gunung-
gunung ditancapkan di atas bumi dan tumbuhan yang berfungsi sebagai
sumber penghidupan yang disediakan oleh Allah untuk manusia yang hidup di
muka bumi. Seperti yang dijelaskan pada Al-Qur’an Surah Qaf Ayat 7 sebagai
berikut.

٧ ‫يج‬‫ه‬ َ‫ِيها مِن ُك َز أوِۢج ب‬ َ َ‫ِس َوأ‬


َ ‫ۢنب أت َنا ف‬ َ ِ َٰ ‫و‬ َ ‫ۡرض َم َد أد َنَٰ َها َو َألأ َق أي َنا ف‬
َ ‫ِيها َر‬ َ َ‫َ أ‬
‫وٱۡل‬
ٖ ِ ِ
7. Dan Kami hamparkan bumi itu dan Kami letakkan padanya gunung-gunung
yang kokoh dan Kami tumbuhkan padanya segala macam tanaman yang
indah dipandang mata.

Hanya bumi yang memiliki banyak air, udara untuk bernafas dan iklim
dengan kehangatan yang tepat sehingga manusia, hewan dan tumbuhan
dapat tumbuh di permukaan bumi. Ekosistem sangat dipengaruhi oleh iklim,
sedangkan iklim dipengaruhi oleh letak geografis garis lintang dan ketinggian
tempat dari permukaan laut. Ekosistem darat dibedakan menjadi:

16
a. Hutan Hujan Tropis
Hutan hujan tropis terdapat di daerah tropis dan sub tropis.
Spesies pepohonan relatif banyak, jenisnya berbeda tergantung letak
geografisnya. Tinggi pohon utama antara 20-40 m, cabang-cabang pohon
tinggi dan berdaun lebat hingga membentuk tudung. Daerah tudung cukup
mendapat sinar matahari, variasi suhu, dan kelembapan tinggi. Dalam
hutan hujan tropis sering terdapat tumbuhan khas, yaitu rotan, anggrek
sebagai epifit. Hewannya antara lain: kera, badak, burung, babi hutan yang
dapat dilihat pada Gambar 5 berikut.

Gambar 5. Hutan Hujan Tropis


(Sumber: pexels.com)

b. Sabana
Sabana dari daerah tropis terdapat di wilayah dengan curah hujan
40-60inci pertahun, tetapi temperatur dan kelembapan masih bergantung
musim. Sabana yang terluas di dunia terdapat di Afrika, namun di Australia
juga terdapat sabana yang luas. Hewan yang hidup di sabana antara lain
serangga dan mamalia seperti singa, hyena, zebra yang dapat dilihat pada
Gambar 6 berikut

Gambar 6. Sabana
(Sumber: kompas.com)

17
c. Gurun
Gurun terdapat di daerah tropis yang berbatasan dengan padang
rumput. Ciri-ciri ekosistem gurun adalah gersang dan curah hujan rendah
berkisar 25cm pertahun. Perbedaan suhu yang terjadi di gurun antara
siang dan malam sangat besar.
Tumbuhan semusim yang terdapat di gurun berukuran kecil.
Selain itu, di gurun dijumpai pula tumbuhan yang menahun seperti duri
contohnya kaktus yang memiliki akar panjang serta memiliki jaringan untuk
menyimpan air. Adapun hewan yang hidup di gurun antara lain ular, kadal,
semut, kalajengking, katak yang dapat dilihat pada Gambar 7 berikut.

Gambar 7. Gurun
(Sumber: kompas.com)

E. Alternatif Menanggulangi dan Mengantisipasi Kerusakan Ekosistem


Al-Qur’an senantiasa membimbing manusia dengan arahan petunjuknya
kepada jalan yang lurus dan mungkin dapat dilakukan manusia, diantaranya
melestarikan lingkungan hidup dengan sempurna berdasarkan iman dan taqwa
yang bersumberkan dari nilai-nilai akhlaqul karimah dalam bimbingan Al-Qur’anul
Karim. Memang sesungguhnya bersandarkan Al-Qur’an itu sendiri adalah
merupakan sumber akhlak mulia yang senantiasa nilai-nilainya maupun petunjuk-
petunjuk di dalamnya mampu menjaga, mengarahkan manusia agar dapat
melestarikan lingkungan hidup secara sempurna. Banyak dibicarakan dalam Al-
Qur’an, menyampaikan hal-hal yang menyangkut menjaga lingkungan hidup
dengan baik agar manusia dapat merasakan kenyamanan, kedamaian dan
kebahagiaan hidupnya. Manusia sebagai bagian dari alam makhluk ciptaan
Allah, senantiasa sedapat mungkin tidak bisa melepaskan dirinya dari hubungan-
hubungan sosial dengan makhluk lingkungan hidup lainnya. Alam semesta
sebagai makhluk Allah yang mempunyai sifat-sifat baharu yang sama seperti
manusia. Alam semesta tunduk dan patuh kepada tata aturan Allah (sunatullah),
sedang kepada manusia Allah telah mengutus Rasul-Nya untuk menyampaikan

18
wahyu-Nya supaya mengikuti pedoman hidup itu yakni Al-Qur’anul Karim yang
berupa aturan-aturan maupun hukum-hukum syariat yang sempurna sesuai
dengan
kondisi situasi dan kurun waktunya. Manusia apabila melanggar tata
aturan Allah ini berarti dia telah melakukan kontradiksi dengan alam semesta,
yang sama artinya dengan berusaha menciptakan bencana bagi kehidupan
manusia itu sendiri.
Al-Qur’an telah mengajarkan kepada umat manusia agar selalu
melakukan usaha-usaha perbaikan dan pelestarian lingkungan hidup dengan
pekerjaan-pekerjaan yang halal dan berkualitas berdasarkan nilai-nilai syariat
yakni semata-mata beribadah kepada Allah SWT dan mencari ridha-Nya (Niam
Masruri, 2014). Segala aktifitas kerja manusia senantiasa harus diarahkan dan
didorong oleh rasa keberimanan dan keberagamaannya kepada Allah atau
berorientasi ukhrawi. Firman Allah dalam alQur’an Surah Al-Qashas (28) : 77
َ ٓ َ َ ‫ُّ أ‬ َ َ َ َ َ ََ ََ ُ‫ك ذ‬َ َٰ َ َ ٓ َ
‫ٱدلن َياۖ َوأ أحسِن ك َما أ أح َس َن‬ ‫يبك م َِن‬ ‫ٱَّلل ذ‬
‫ٱدل َار ٱٓأۡلخِرة ۖ وَل تنس ن ِص‬ ‫َو أٱب َتغِ فِيما ءاتى‬

‫ذ ذ َ َ ُ ُّ أ ُ أ‬ َ‫أ‬ َ َ َ‫ذُ َ َ ََ َأ أ‬
َ ‫سد‬
٧٧ ‫ِين‬ ِ ‫ف‬ ‫م‬ ‫ٱل‬ ‫ِب‬ ‫ُي‬ ‫َل‬ ‫ٱَّلل‬ ‫ن‬ِ ِۖ ‫ٱَّلل إ ِ أَلك ۖ وَل تبغِ ٱلفساد ِِف ٱۡل‬
‫إ‬ ِ
‫ۡرض‬

77. Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu
(kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari
(kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana
Allah telah berbuat baik, kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di
(muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat
kerusakan.

Keterangan ayat diatas, mengajari umat manusia agar senantiasa


bekerja dan berupaya dalam hidup dimuka bumi ini melihat beberapa faktor
utama yang digariskan Al-Qur’an yakni : Pertama, pada sikap dan pekerjaan
hidup manusia diarahkan supaya setiap pekerjaan yang dilakukan manusia
selalu menggunakan niat dan harapan yang ikhlas semata-mata karena mencari
ridha Allah dan keutamaan meraih sukses didunia dan diakhirat kelak. Kedua,
kemudian dari pada itu manusia boleh mencari untuk mendapatkan dunia
dengan sekuat tenaga agar memperoleh jalan hidupnya sebesar-besar
kesejahteraan dan kemakmuran yang mendatangkan kebahagiaan hidup. Allah
melarang merusak lingkungan hidup dengan cara apapun yang dapat merusak

19
dan membayakan makhluk hidup di muka bumi ini kecuali hal-hal yang
dibenarkan dalam agama. Namun tetap manusia wajib menjaga dan
melestarikan lingkungan hidupnya atau senantiasa menjaga keseimbangan agar
tidak merusak alam semesta yang mendatangkan bencana bagi makhluk hidup
terutama bagi kehidupan dan kemakmuran manusia itu sendiri di muka bumi ini.
Lingkungan alam semesta termasuk tanah, air, udara, dan segala
bendabenda alam lainya serta ada manusia didalamnya termasuk bagian dari
pada alam atau makhluk ciptaan Tuhan. Semua itu wajib dijaga kelestariannya
dengan cara jangan dirusak oleh manusia dan tetap dijaga keseimbangannya
serta perlindungannya, sebab lingkungan hidup yang ada tentu dapat
dimanfaatkan oleh manusia dalam tujuan-tujuan pengembangan diri dari
berbagai bentuk tinjauan atau pengembangan penelitian dan keilmuan manusia.
Kalau lingkungan hidup itu dirusak dan dimusnahkan, maka tentu manusia tidak
dapat menemuinya lagi sesuatu yang dapat diteliti dan dikembangkan bagi
kepentingan keilmuan dan produktifitas lainnya dalam hal-hal yang dibutuhkan
makhluk manusia untuk kebahagiannya di dunia dan diakhirat kelak.
Keseimbangan lingkungan bersifat dinamis karena dapat berubah setiap
saat. Secara alamiah, keseimbangan lingkungan akan terjaga jika tidak terjadi
perubahan komponen alam secara drastis. Perubahan dapat terjadi secara
drastis akibat bencana alam atau perilaku manusia. Perubahan komponen alam
yang bersifat drastis akan mempengaruhi perubahan komponen lainnya. Sebagai
contoh hilangnya salah satu komponen pada rantai makanan akan menyebabkan
dampak perubahan pada komponen peristiwa makan memakan tersebut. Jika
populasi belalang terlalu sedikit, populasi hewan yang memakan belalang akan
terganggu. Hal ini mengakibatkan lingkungan tersebut menjadi tidak stabil.
Terjadinya perubahan pada salah satu komponen di lingkungan menyebabkan
semua proses dalam ekosistem menjadi terganggu. Putusnya rantai makanan
akan menyebabkan terjadinya ganggungan bagi semua organisme dalam
ekosistem.
Perilaku manusia yang tidak bertanggungjawab dengan merusak
lingkungan sangat berpengaruh terhadap keseimbangan alam sekitar. Misalnya,
penggunaan pestisida yang berlebihan akan memusnahkan salah satu
komponen dari rantai makanan atau perilaku membuang sampah ke sungai akan
mengganggu organisme yang hidup di air dan menyebabkan banjir. Demikian

20
pula, menggunakan teknologi yang mengeluarkan gas CO2 secara berlebihan
juga akan mengganggu keseimbangan di bumi.
Perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup tidak akan berjalan
maksimal tanpa adanya perangkat hukum yang memadai yang secara khusus
mengatur tentang perlindungan terhadap lingkungan. Lingkungan hidup akan
mengalami pengrusakan yang luar biasa tanpa adanya upaya pencegahan dan
memberikan hukum terhadap para pihak yang melanggarnya. Hukum memiliki
peran penting untuk memberikan erfek jera kepada orang-orang yang melanggar
hukum lingkungan. Bila hukum tidak ada yang mengatur mengenai lingkungan
hidup, maka akan menimbulkan keruskana yang luar biasa pada lingkungan.
Dalam penegakan hukum lingkungan telah diatur segala bentuk pelanggaran
maupun kejahatan , bagi pelaku baik yang dilakukan oleh perorangan maupun
badan dengan upaya pencegahan (preventif) maupun penindakan (represif)
(Thani, 2017).
Hukum pidana lingkungan yang dikandung oleh UUPLH 1997 dapat
dicatat telah mengalami kemajuan sangat berarti. Jauh lebih berkembang dari
lingkup jangkauan yang dimiliki KUHP, begitu pula terhadap UUPLH 1982.
UUPLH 1997 menjadi dasar patokan system hukum pidana bagi pengaturan
sektoral, yang memuat instrument hukum pidana, seperti pertanahan,
pertambangan, kehutanan, perikanan, kelistrikan, sumber daya laut dan
sebagainya (Thani, 2017). Penentuan hukum pidana di sektor tertentu yang
kurang sesuai dengan perkembangan, dapat menggunakan ketentuan UUPLH
sebagai alternatif untuk mengatasi kekurangsesuaian tersebut.
Untuk mewujudkan tujuan pengelolaan lingkungan melalui pencegahan
dan penanggulangan pencemaran, maka diperlukan suatu strategi pendekatan
hukum yang tepat dalam penyelesaian kasus lingkungan dengan memanfaatkan
secara optimal keberadaan UU Nomor 32 Tahun 2009 tentang Lingkungan
Hidup. Sebagai pendukung terlaksananya aturan tersebut adalah harus
dilibatkan aparatur pemerintah yang memahami secara benar pelaksanaan dan
penegakan hukum lingkungan sebagai hukum fungsional. Keberaadan hukum
lingkungan memiliki peran penting dalam rangka menanggulangi berbagai
kerusakan lingkungan yang terjadi selama ini. Tidak cukup dengan aturan
hukum, penegak hukum lingkungan juga bagian yang tidak bisa dipisahkan
dalam rangka memberikan perlindungan dan pengelolaan lingkungan (Thani,
2017).

21
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan pada makalah maka dapat ditarik kesimpulan
bahwa:
1. Ekosistem dapat diartikan sebagai suatu kesatuan dari komunitas atau
satuan fungsional dari makhluk hidup dengan lingkungannya dimana terjadi
antarhubungan atau interaksi. Ekosistem memiliki komponen yaitu biotik
dan abiotik. Komponen abiotik antara lain suhu, air, kelembapan, cahaya,
dan topografi, sedangkan komponen biotik adalah makhluk hidup yang
terdiri atas manusia, hewan, tumbuhan, dan mikroba.
2. Perkembangan ekosistem atau lebih dikenal dengan istilah suksesi
ekologis adalah proses perubahan dalam struktur spesies komunitas
ekologi dari waktu ke waktu. Skala waktunya bisa puluhan tahun, atau
bahkan jutaan tahun setelah kepunahan massal. Dengan kata lain suksesi
dapat diartikan sebagai perkembangan ekosistem tidak seimbang menjadi
seimbang.
3. Al-Qur’an sebagai sumber ajaran Islam banyak mengungkap persoalan
lingkungan. Menurut Mohammad Shomali, ada lebih dari 750 ayat Alquran
yang terkait dengan alam. Empat belas surah Alquran dinamai sesuai
dengan nama hewan dan kejadian alam tertentu, seperti al-Baqarah (sapi
betina), al-Ra‘d (halilintar), al-Naḥl (lebah), al-Naml (semut), al-Nūr
(cahaya), al-An‘ām (binatang ternak), al-Fīl (gajah), al-Fajr (fajar), al-Lail
(malam), al-Shams (matahari), al-Qamar (bulan) dan lain-lain.
4. Al-Qur‘an menjelaskan bahwa hujan itu turun dari langit, kemudian jatuh ke
bumi, sehingga bumi tempat manusia, hewan dan tumbuh-tumbuhan hidup
menjadi tempat penampungan dan penyimpanan air yang turun dari langit.
Oleh sebab itu bumi, menurut Al-Qur’an bumi harus senantiasa difungsikan
sebagai reservoir air yang menjamin ketersediaan air bagi kepentingan
makhluk hidup di musim kemarau dan mengendalikan air di musim hujan.
5. Al-Qur’an senantiasa membimbing manusia dengan arahan petunjuknya
kepada jalan yang lurus dan mungkin dapat dilakukan manusia,
diantaranya melestarikan lingkungan hidup dengan sempurna berdasarkan
iman dan taqwa yang bersumberkan dari nilai-nilai akhlaqul karimah dalam

22
bimbingan Al-Qur’anul Karim. Memang sesungguhnya bersandarkan Al-
Qur’an itu sendiri adalah merupakan sumber akhlak mulia yang senantiasa
nilai-nilainya maupun petunjuk-petunjuk di dalamnya mampu menjaga,
mengarahkan manusia agar dapat melestarikan lingkungan hidup secara
sempurna

B. Saran
Adapun saran kami selaku penyusun terhadap materi ekosistem adalah
hendaknya kita selalu berusaha untuk menjaga lingkungan agar lingkungan tidak
mengalami kerusakan. Jika lingkungan rusak maka akan menjadi dampak buruk
bagi diri kita sendiri. Al-Qur’an sendiri telah mengajarkan kita sebagai manusia
untuk menjaga lingkungan dan ekosistem.

23
DAFTAR LITERATUR

Andika, B., & Cecep. (2019). Dampak Pembangunan Jalan Tol Bali Mandara
Terhadap Ekosistem Mangrove Di Teluk Benoa Bali. Jurnal Pengelolaan
Sumberdaya Alam dan Lingkungan 9(3).

Ayorbaba, R., & Rini. (2021). Komponen Biotik dan Abiotik Pada Ekosistem
Lamun Di Pulau Batu Distrik Kepulauan Ambai. UNES Journal of
Scientech Research 6(2).

Darmayani, S., & Rudy Hidana. (2021). Ekologi, Lingkungan Hidup dan
Pembangunan. Bandung: Widina Bakti Persada.

Dede Rodin. (2017). Al-Qur'an Dan Konservasi Lingkungan: Telaah Ayat-ayat


Ekologis. Jurnal Pemikiran Islam 17(2).

Efendi, R., & Hana. (2018). Pemahaman Tentang Lingkungan Berkelanjutan.


MODUL 18(2).

Fuadi, A. (2022). Keragaman Dalam Dinamika Sosial Budaya Kompetensi Sosial


Kultural Perekat Bangsa. Deepublish.

Jakhar, P. (2013). Role of phytoplankton and zooplankton as health indicators of


aquatic ecosystem. IJIRS: International Journal of Innovative Research
and Studies 2(12).

Leyli, T., & Lilik Muntamah. (2020). EKOLOGI. Jakarta: Direktorat Guru dan
Tenaga Kependidikan Madrasah.

Maftuch, & Suprastyani. (2022). Dasar-Dasar Akuakultur. Jakarta: MNC


Publishing.

Munawarah, & Taufik. (2020). Tafsir Ekologis Al-Qur’an Surah Al-Mu‘minun Ayat
18. Syams: Jurnal Studi Keislaman 1(2).

Niam Masruri, U. (2014). Pelestarian Lingkungan dalam Perspektif Sunnah. at-


Taqaddum 6(2).

Rofizar, & Yales. (2017). Aplikasi Sig Untuk Pemetaan Kesesuaian Kawasan
Budidaya Ikan Kerapu Menggunakan Keramba Di Perairan Laut Desa
Genting Pulur Kabupaten Kepulauan Anambas. Intek Akuakultur 1(1).

Rohmah, S., & Herawati. (2021). Hukum Islam dan Etika Pelestarian Ekologi.
Malang: Universitas Brawijaya Press.

Septantiningtyas, & Hakim. (2020). Konsep Dasar Sains 1. Jakarta: Lakeisha.

Setiawati, M., & Samsul . (2022). Analisis Faktor Fisik-Kimia Habitat Ikan Depik
Di Danau Laut Tawar. Prosiding Seminar Nasional Biotik 8(1).

24
Soininen, J., & Bartel. (2015). Toward More Integrated Ecosystem Research in
Aquatic and Terrestrial Environments. BioScience 65(2).

Thani, S. (2017). PERANAN HUKUM DALAM PERLINDUNGAN DAN


PENGELOLAAN. Jurnal Warta ISSN : 1829 - 7463.

Widodo, D., & Sonny. (2021). Ekologi dan Ilmu Lingkungan. Malang: Yayasan
Kita Menulis.

Wulandari, R. (2016). Metode Kunjungan Lapangan Untuk Menanamkan


Kepedulian Terhadap Lingkungan Hidup. Jurnal Pendidikan 5(1).

25

Anda mungkin juga menyukai